1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka peneliti merumuskan apa yang menjadi permasalahan ini sebagai berikut:
Apakah Nilai Perusahaan dan Profitabilitas yang diproksikan kedalam Return on Asset ROA, Return on Equity ROE dan Net Profit Margin NPM
berpengaruh secara parsial dan simultan terhadap Corporate Social Responsibility Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian ini
adalah:
Untuk mengetahui pengaruh Nilai Perusahaan dan Profitabilitas yang diproksikan kedalam Return on Asset ROA, Return on Equity ROE dan Net
Profit Margin NPM secara parsial dan simultan terhadap Corporate Social Responsibility Perusahaan Telekomunikasi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti berharap agar hasil yang diperoleh dapat memberikan manfaat antara lain:
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai pengaruh Nilai
Perusahaan dan Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagi Perusahaan Telekomunikasi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan perusahaan untuk menerapkan Corporate Social
Responsibility dalam perusahaan untuk pembangunan berkelanjutan keputusan terhadap Nilai Perusahaan dan Profitabilitas dengan Corporate
Social Responsibility. 3. Bagi investor maupun calon investor, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam membuat keputusan terhadap Nilai Perusahaan, Profitabilitas dengan Corporate Social Responsibility.
4. Peneliti lainnya, sebagai informasi yang dapat digunakan untuk bahan penelitian dan menambah pengetahuan bagi yang berminat dalam bidang
yang serupa.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility merupakan sebuah konsep yang berhubungan, namun merujuk pada seluruh cara bisnis berupaya
menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok dan pribadi dalam lingkungan sosialnya. Kelompok dan individu tersebut sering disebut sebagai pihak yang
berkepentingan dalam organisasi organizational stakeholders; Mereka adalah kelempok, orang, dan organisasi yang dipengaruhi langsung oleh praktek-praktek
suatu organisasi dan dengan demikian, berkepentingan terhadap kinerja organisasi tersebut. Corporate Social Responsibility dianggap sebagai intens bisnis,
melampaui kewajiban hukum dan ekonominya, untuk melakukan hal yang benar dan bertindak dengan cara yang baik bagi masyarakat.
Menurut definisi The Jakarta Consulting Group, Corporate Social Responsibility diarahkan baik ke dalam internal maupun keluar eksternal
perusahaan. Tanggung jawab internal internal responsibilities diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas yang optimal dan pertumbuhan
perusahaan, termasuk juga tanggung jawab yang diarahkan kepada karyawan terhadap kontribusi mereka kepada perusahaan berupa kompensasi yang adil dan
peluang pengembangan karir, sedangkan tanggung jawab eksternal external responsibilities berkaitan dengan peran serta perusahaan sebagai pembayar pajak
dan penyedia lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kompetisi masyarakat, serta lingkungan bagi kepentingan generasi mendatang.
Universitas Sumatera Utara
Banyak perusahaan yang berusaha untuk bertanggung jawab kepada pihak yang berkepentingan atas mereka. Menarik kesimpulan buku yang berjudul
“Business” oleh Griffin, 2007:67 perusahaan tersebut pertama-pertama berfokus pada lima kelompok utama, yaitu:
1. Pelanggan Bisnis yang bertanggung jawab pada pelanggan mereka akan berusaha
melayani pelanggannya secara wajar dan jujur. Mereka juga akan mencari cara untuk menetapkan harga secara wajar, menghargai garansi, memenuhi
komitmen pengiriman pesanan, mempertahankan kualitas produk yang mereka jual, pemantauan terhadap keluhan mengenai kualitas produk atau
mengenai bagaimana perlakuan yang mereka terima dari karyawan perusahaan.
2. Karyawan Bisnis yang bertanggung jawab secara sosial terhadap pekerjanya
memperlakukan karyawan dengan adil, menganggap pekerja sebagai bagian dari tim, memastikan bahwa tempat kerja aman bagi karyawan dengan
memantau secara ketat proses produksi dengan tindakan pencegahan memeriksa mesin dan peralatan guna memastikan bahwa semuanya
berfungsi dengan baik, menghormati harga diri dan kebutuhan manusiawi mereka.
3. Investor Untuk mempertahankan sikap mental dan tanggung jawab sosial
terhadap para investor, para manajer harus mengikuti prosedur akuntansi
Universitas Sumatera Utara
yang pantas, memberikan informasi yang tepat kepada pihak berkepentingan mengenai kinerja keuangan perusahaan, dan mengelola perusahaan untuk
melindungi hak-hak dan investasi para pemegang saham. 4. Pemasok
Menjaga hubungan baik dengan pemasok dapat dilakukan dengan tidak menentukan jadwal pengantaran yang tidak realistis dan mengurangi margin
laba dengan cara terus-menerus menekan harga serendah mungkin. Banyak perusahaan yang menganggap pentingnya perjanjian persekutuan yang dapat
saling menguntungkan dengan pemasoknya. Keduanya dapat mengatur informasi rencana masa depan, negosiasi jadwal pengantaran dan harga
yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. 5. Komunitas Lokal
Dalam hal ini perusahaan dapat memberikan sumbangan program- program kepada komunitas lokal mereka, seperti program amal, layanan
kesehatan dan berusahan untuk menjadi warga korporasi yang baik dengan meminimalkan dampak negatif mereka terhadap komunitas.
2.1.1 Konsep Corporate Social Responsibility
Berdasarkan pengertian Corporate Social Responsibility tersebut terdapat beberapa konsep Corporate Social Responsibility yang erat
kaitannya apabila perusahaan ingin menjalankan bisnis dalam jangka panjang. Konsep Corporate Social Responsibility sudah ada sejak kerajaan
Babilonia di Yunani hingga dalam sejarah modern semakin dikenal sejak Howard R. Bowen menerbitkan bukunya berjudul Social Responsibilities of
Universitas Sumatera Utara
The Businessman pada era 1950-1960 di Amerika Serikat. Terdapat beberapa komponen konsep yaitu Profit, People dan Planet yang mana
dikenal dengan istilah konsep Triple Bottom Line 3P. Konsep yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Line 3P People, Profit dan Panet
tersebut yaitu kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya Profit bagi kepentingan pembangunan manusia People
dan lingkungan Planet agar keberadaan perusahaan dapat tumbuh berkelanjutan.
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line tersebut, dapat disimpulkan bahwa perusahaan tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi yang mana
dalam hal ini untuk memperoleh keuntungan saja, tetapi juga aspek sosial dan lingkungan sekitar perusahaan.
Dalam mendefinisikan rasa tanggung jawab sosialnya, perusahaan menghadapi empat hal yang harus dipertimbangkan. Dalam hal ini
merupakan penerapan konsep tanggung jawab sosial yang harus diterapkan oleh perusahaan. Menarik kesimpulan buku yang berjudul “Business” oleh
Griffin, 2007:71 yaitu: 1. Tanggung Jawab terhadap Lingkungan
Proses produksi yang digunakan oleh perusahaan, maupun produk yang dihasilkan, dapat berbahaya bagi lingkungan. Penyalahgunaan
yang paling umum yang berdampak terhadap lingkungan antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Polusi Udara Polusi udara terjadi apabila beberapa faktor bergabung
bersama sehingga menurunkan kualitas udara. Misalnya saja produksi bahan bakar dan baja, serta penggunaan kendaraan,
telah meningkatkan kadar karbon dioksida dalam udara. Oleh karena itu, peraturan berupaya mengatur polusi udara.
Banyaknya perusahaan yang diharuskan memasang alat-alat khusus untuk membatasi polutan yang mereka keluarkan ke
udara. b. Polusi Tanah
Tanah telah berpolusi oleh limbah beracun yang dihasilkan dari beberapa proses produksi. Hal ini dilakukan pencegahan
dengan memisahkan limbah-limbah tersebut, limbah yang mudah terbakar dapat dipisahkan dan digunakan sebagai bahan
bakar di alat pemanas industri, serta dekomposisi dapat dipercepat dengan cara menaruh sampah di tempat yang
mengandung banyak mikroorganisme tertentu. c. Polusi Air
Air terkena polusi terutama akibat pembuangan bahan- bahan kimia dan sampah, pencegahannya yaitu dengan
melarang adanya pembuangan sampah ke dalam sungai untuk menciptakan kualitas air.
Universitas Sumatera Utara
2. Tanggung Jawab terhadap Pelanggan a. Hak konsumen
Dalam hal ini, konsumen memiliki hak atas produk yang aman, konsumen mempunyai hak mengetahui seluruh aspek
yang berkaitan dengan suatu produk, konsumen mempunyai hak untuk didengar, konsumen memiliki hak untuk memilih apa
yang mereka beli, konsumen memiliki hak untuk mendapatkan informasi dalam hal pembelian dan konsumen memiliki hak
untuk layanan yang ramah. b. Penetapan Harga yang Tidak Wajar
Pada beberapa kondisi, perusahaan juga dapat dituntut karena melakukan eksploitasi harga price ongoing -
menaikkan harga sangat tinggi dan kadang tidak beralasan untuk mengikuti meningkatnya permintaan.
c. Etika dalam Periklanan Terjadinya peningkatan pada tahun-tahun terakhir
terhadap perhatian kepada etika dalam periklanan maupun dalam informasi produk karena adanya potensi salah interpretasi
dalam kata dan ungkapan.
Universitas Sumatera Utara
3. Tanggung Jawab terhadap Karyawan a. Komitmen Huku m dan Sosial
Menurut peraturan, bisnis tidak dapat mempraktekkan berbagai bentuk diskriminasi ilegal terhadap orang-orang dalam
setiap segi hubungan pekerjaan. b. Komitmen Etis: Kasus Khusus Para Pengadu Whistle-Blower
Menghargai karyawan sebagai manusia juga berarti menghargai perilaku mereka sebagai individu yang bertanggung
jawab secara etis. 4. Tanggung Jawab terhadap Penanam Modal
a. Manajemen Finansial yang Tidak Wajar Terkadang organisasi atau para pemimpin mereka
dinyatakan bersalah akibat penyimpangan manajemen keuangan yang dilakukan secara terang-terangan. Pada situasi ini kreditor
tidak banyak bertindak, dan para pemegang saham hanya memiliki sedikit pilihan.
b. Cek Kosong Praktek ilegal yang menuliskan cek yang uangnya belum
dikreditkan pada bank sewaktu cek tersebut dicairkan. c.
Insider Trading Praktek ilegal dengan menggunakan informasi rahasia
perusahaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Universitas Sumatera Utara
d. Penyimpangan Laporan Keuangan Terkadang manajer memproyeksikan laba jauh melebihi
penghasilan yang sebenarnya mereka mungkin dapatkan.
2.1.2 Pendakatan dalam Corporate Social Responsibility
Dengan adanya perbedaan pendapat mengenai peran Corporate Social Responsibility, oleh karena itu menarik kesimpulan buku yang
berjudul “Business” oleh Griffin, 2007:80 terdapat beberapa pendekatan dalam Corporate Social Responsibility antara lain:
1. Sikap Obstruktif Pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan
tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan.
2. Sifat Defensif Pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan perusahaan
hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan
sosialnya. 3. Sifat Akomodatif
Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan dengan melakukannya apabila diminta, melebihi persyaratan hukum
minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
Universitas Sumatera Utara
4. Sikap Proaktif Pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu
perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk memberikan sumbangan demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya.
2.1.3 Aktivitas dan Pengimplementasian Corporate Social Responsibility
Terdapat beberapa aktivitas yang berkaitan dengan tanggung jawab sosial yang mana terbagi atas enam kelompok diantaranya sebagai berikut
Kotler dan Lee, 2005:23 : 1.
Cause Promotion Merupakan aktivitas perusahaan untuk mendukung isu sosial
tertentu melalui kegiatan sponsorship. Dalam aktivitas ini perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang
dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah sosial atau untuk membantu pengumpulan
dana partisipasi dan masyarakat.
2. Cause Related Marketing
Merupakan aktivitas atau pemberian kontribusi atau
menyumbangkan sebagian pendapatan kepada isu atau kegiatan sosial tertentu yang dikaitkan dengan penjualan dan penggunaan
produk.
3. Corporate Social Marketing
Merupakan pelaksanaan atau dukungan kampanye yang bertujuan merubah perilaku tertentu.
4. Corporate Philantropy
Merupakan pemberian sumbangan langsung kepada kegiatan sosial tertentu atau kepada lembaga sosial.
5. Community Volunteery
Merupakan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan social. 6.
Socially Responsible Business Practices Merupakan pelaksanaan secara sukarela dan investasi mendukung
sosial tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan ISO 26000 1-3: Guidance Standard on Social Responsibility diharapkan adanya pengimplementasian terhadap Corporate
Social Responsibility di dalam suatu perusahan sebagai berikut: 1. Menciptakan dan memajukan kondisi dimana seluruh prinsip tanggung
jawab sosial dilaksanakan sepenuhnya. 2. Menciptakan sistem insentif ekonomi dan non-ekonomi terkait dengan
kinerja tanggung jawab sosial. 3. Mempergunakan sumber daya manusia, alam dan finansial dengan
efisien. 4. Mempromosikan kelompok-kelompok minoritas misalnya, perempuan,
etnis tertentu dalam posisi senior organisasi. 5. Menyeimbangkan kebutuhan organisasi dan pemangku kepentingan,
termasuk menyeimbangkan kebutuhan sekarang dan generasi mendatang.
6. Membangun komunikasi dua arah dengan pemangku kepentingan, melalui mana kepentingan mereka diidentifikasi, termasuk hal-hal yang
disetujui dan tidak disetujui untuk dinegosiasikan. 7. Mempromosikan partisipasi seluruh level pekerja untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan mengenai tanggung jawab sosial. 8. Menyeimbangkan antara kewenangan, tanggung jawab dan kapasitas
terkait dengan pengambilan keputusan dalam organisasi. 9. Memantau pelaksanaan berbagai keputusan yang diambil, untuk
memastikan akuntabilitasnya.
Universitas Sumatera Utara
10. Meninjau ulang secara periodik proses tata kelola organisasi.
2.1.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility
Menurut PSAK NO.1 Revisi 2009 Paragraf ke-12 menyatakan “Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan keuangan, laporan
mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah value added statement, khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup
memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.
Laporan tambahan tersebut diluar ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.
Grey et al dalam Nurdin 2006 menyatakan bahwa informasi sosial dan lingkungan dibutuhkan investor dalam pengambilan keputusan
investasi. Kelana dan Wijaya dalam Nurdin 2006 menyatakan bahwa, aspek kepercayaan belief dari investor merupakan salah satu aspek yang
sangat berpengaruh dalam pasar saham. Oleh sebab itu, suatu announcement disclosure akan ditanggapi oleh investor dengan beragam.
Perusahaan menggunakan kerangka yang dikembangkan dari Global Reporting Initiative GRI sebagai acuan pengungkapan Corporate Social
Responsibility. Pedoman Global Reporting Initiative yang paling terbaru adalah GRI G3. GRI reporting guidelines disusun berdasarkan beberapa
informasi utama yang perlu diungkapkan oleh perusahaan-perusahaan. Informasi tersebut adalah economic
ekonomis environmental
lingkungan, social sosial, human rights HAM, society masyarakat, product responsibility tanggung jawab produk. Setiap batasan memiliki
indikator tersendiri yang nantinya akan diukur sebagai penilaian sustainability reporting. Menurut pedoman dari GRI 2010 sustainability
reporting adalah laporan yang berisikan praktikan pengukuran dan
Universitas Sumatera Utara
pengungkapan dari kinerja organisasi yang dapat dipertanggung jawabkan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Global Reporting Initiative GRI penting karena diperlukan adanya transparansi mengenai keberlanjutan melalui aktivitas organisasi yang
merupakan perhatian penting bagi pemangku kepentingan, termasuk perusahaan, pekerja, lembaga swadaya masyarakat, investor, akuntan, dan
lainnya. GRI ditujukan untuk memenuhi kebutuhan mengenai pembangunan berkelanjutan dengan menyediakan sebuah kerangka yang kredibel dan
dapat dipercaya dalam hal melaporkan keberlanjutan tersebut yang dapat digunakan oleh berbagai organisasi yang berbeda dalam hal ukuran, sektor,
dan lainnya. Laporan keberlanjutan yang disusun berdasarkan kerangka pelaporan
GRI dalam Pedoman Laporan Keberlanjutan 2000-2006 GRI
www.globalreporting.org berisikan hal-hal yang terjadi dalam suatu periode tertentu baik dalam hal komitmen organisasi, strategi dan
pendekatan manajemen, yang mana berdasarkan tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Pembanding dan pengukur kinerja keberlanjutan yang menghormati hukum norma, kode, standar kinerja, dan inovatif sukarela.
2. Menunjukkan bagaimana organisasi mempengaruhi dan dipengaruhi oleh harapannya mengenai pembangunan berkelanjutan dan
3. Membandingkan kinerja dalam sebuah organisasi dan diantara berbagai organisasi dalam waktu tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Nilai Perusahaan
Menurut Husnan 2000:7 “Nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia di bayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual”.
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan
sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun yaitu sejak perusahaan
tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Nilai perusahaan tercermin seiring dengan naik dan turunnya harga saham
perusahaan. Adanya transaksi diantara pembeli dan penjual terhadap harga pasar dari saham perusahaan disebut dengan nilai perusahaan, harga pasar tersebut
sering di deskripsikan nilai asset perusahaan. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya
kemakmuran pemegang saham Brigham Gapensi, 1996 dalam Rika Susanti, 2010:32.
2.2.1 Rasio Perhitungan Nilai Perusahaan
Berdasarkan pada pengertian nilai perusahaan tersebut maka terdapat beberapa alternatif yang digunakan untuk menilai suatu perusahaan
diantaranya sebagai berikut Keown, et al., 2000:849 : 1.
Price Book Value Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus tumbuh.
Price Book Value =
Harga Pasa Per Lembar Saham Nilai Buku Per Lembar Saham
Universitas Sumatera Utara
2. Nilai Buku Nilai buku dapat dihitung dengan cara membagi selisih antara total
aktiva dan total utang dengan jumlah saham yang beredar.
3. Entreprise Value
Disebut juga sebagai Firm Value nilai perusahaan merupakan konsep penting bagi investor, karena Enterprise Value merupakan
indikator bagaimana pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Hal ini karena dalam perhitungan Enterprise Value dimasukkan
juga faktor-faktor yang tidak dimasukkan dalam perhitungan kapitalisasi pasar suatu perusahaan.
Dimana:
4. Price Earning Ratio Method
Alternatif ini memerlukan informasi mengenai proyeksi futures earning perusahaan, expected return for equity investment,
expected return on investment dan historical price earning ratio.
5. Discounted Cash Flow Approach
Dalam hal ini perusahaan akan mendiskontokan expected cash flow dan membandingkannya dengan market value perusahaan.
6. Nilai Appraisal Diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Nilai ini sering
dihubungkan dengan biaya penempatan. Nilai appraisal dari suatu perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam
hubungannya dengan metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi tertentu seperti dalam perusahaan
keuangan, perusahaan sumber daya alam atau organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi.
7. Nilai Pasar Saham Seperti yang dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah
pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Pendekatan nilai adalah salah satu yang paling sering dipergunakan
dalam menilai perusahaan besar dan sering juga digunakan untuk menentukan harga perusahaan.
8. Nilai Chop-Shop
Pendekatan Chop-Shop pertama kali diperkenalkan oleh Dean Lebaron dan Lawrence Speidell of Battery March Management.
Nilai Buku =
Total Aktiva –Total Utang Jumlah Saham yang Beredar
Enterprise Value = Kapitalisasi Pasar + Utang dengan Beban
Kapitalisasi Pasar = Harga Pasar Saham x Jumlah Pasar
Saham
Universitas Sumatera Utara
Secara khusus dia menekankan untuk mengidentifikasikan perusahaan multi industry yang berada dibawah nilai dan akan
bernilai lebih apabila dipisahkan menjadi bagian-bagian. Pendekatan Chop-Shop menekankan nilai perusahaan dengan
berbagai segmen bisnis mereka. Pendekatan Chop-Shop secara aktual terdiri dari 3 tahap:
a. Mengidentifikasikan berbagai segmen bisnis perusahaan dan
mengakulasikan rasio kapitalisasi rata-rata untuk perusahaan dalam industri tersebut.
b. Mengakulasikan nilai pasar teoritis di atas setiap rasio kapitalisasi
c. Rata-ratakan nilai pasar tertulis untuk menentukan nilai Chop- Shop perusahaan.
Nilai perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa alternatif perhitungan, salah satu dari alternatif perhitungan tersebut yaitu
dengan menggunakan rasio Tobin’s Q. Tobin’s Q dirumuskan oleh Professor James Tobin 1967.
Menurut Gordon and Sharpe 2000:12 dalam sriwardany 2006:26 mengenai nilai perusahaan adalah sebagai berikut:
“Tobin’s Q mencerminkan harga atau nilai suatu perusahaan dipasar, harga saham ditunjukkan dengan nilai kapitalisasi pasar. Nilai
kapitalisasi pasar adalah nilai pasar agregat suatu perusahaan yang dihitung dari harga pasar saham hari ini dikalikan jumlah saham yang
beredar hari ini. Untuk perusahaan yang go public, perusahaan dapat dilihat dari nilai pasar saham dipasar modal ditambah dengan nilai
pasar hutangnya. Harga saham yang semakin tinggi pada saat perusahaan memiliki banyak kesempatan untuk berinvestasi,
mengingat hal tersebut berarti dapat meningkatkan pendapatan pemegang saham”.
Apabila Tobin’s Q diatas 1 diartikan sebagai investasi dalam aktiva menghasilkan laba yang memberikan nilai lebih tinggi dari pengeluaran
investasi, jadi terdapat investasi baru namun, apabila Tobin’s Q dibawah 1 maka hal tersebut dianggap tidaklah menarik. Tobin’s Q yang tinggi
Universitas Sumatera Utara
mencerminkan bahwa prospek pertumbuhan terhadap suatu perusahaan tersebut adalah baik. Tobin’s Q dapat dihitung dengan rumus:
Keterangan: EMV = Nilai pasar ekuitas harga penutupan x Jumlah saham yang
beredar D = Nilai buku dari total hutang
EBV = Nilai buku total Ekuitas Jadi, Tobin’s Q merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa efektif manajemen memanfaatkan sumber daya – sumber daya ekonomis dalam kekuasaannya.
2.3 Profitabilitas
Profitabilitas adalah suatu indikasi atas bagaimana margin laba suatu perusahaan berhubungan dengan penjualan, modal rata-rata dan ekuitas saham
biasa rata-rata Greuning, 2005:29. Dengan demikian, profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh laba atas aktivitasnya dalam
hubungan dengan penjualan aktiva ataupun modal sendiri. Apabila suatu perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi, maka perusahaan tersebut dapat
dikatakan sukses dalam melakukan aktivitasnya. Selain itu, profitabilitas juga erat kaitannya sebagai alat pengendalian bagi manajemen yang mana melalui tingkat
profitabilitas, maka manajemen dapat melakukan penyusunan target, budget, Q =
��� + � ��� + �
Universitas Sumatera Utara
evaluasi hasil pelaksanaan operasi perusahaan dan juga sebagai dasar pengambilan keputusan.
2.3.1 Rasio Perhitungan Profitabilitas
Dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan terdapat beberapa cara perhitungan, diantaranya yaitu:
a. Grofit Profit Margin GPM, pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil penjualan sesudah perusahaan membayar harga pokok
penjualan. Semakin tinggi Gross Profit Margin maka akan semakin baik.
b. Operating Profit Margin OPM, pengukuran ini adalah ukuran persentase dari setiap hasil sisa penjualan sesudah semua biaya dan
pengeluaran lain dikurangi kecuali bunga dan pajak. c. Net Profit Margin NPM, pengukuran ini adalah ukuran untuk
mengukur persentase keuntungan perusahaan setelah dikurangi semua biaya dari pengeluaran termasuk bunga dan pajak.
d. Return on Assets ROA, pengukuran ini adalah ukuran keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia.
e. Return on Equity ROE, pengukuran ini adalah ukuran pengembalian yang diperoleh pemilik atas investasi dalam perusahaan.
Terdapat beberapa jenis profitabilitas serta pengukurannya yang mana digolongkan sebagai berikut Harahap, 2001:304 :
a. Profit Margin
Profit Margin =
Pendapatan Bersih Penjualan
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini menunjukkan seberapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh setiap penjualan. Semakin besar rasio ini
maka akan semakin baik karena dianggap kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba cukup tinggi.
b. Return on Asset ROA
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan. Semakin besar rasio ini maka akan semakin baik. Hal
ini berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba.
c. Return on Equity ROE Rasio ini menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih bila
diukur dari modal pemilik. Semakin besar Return on Equity maka akan semakin baik.
d. Basic Earning Power
Rasio ini menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan memperoleh laba diukur dari jumlah laba sebelum dikurangi
bunga dan pajak dibandingkan dengan total aktiva. Semakin besar rasio Basic Earning Power maka akan semakin baik.
e. Earning Per Share EPS
Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan per lembar saham menghasilkan laba.
f. Contribution Margin
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan melahirkan laba yang akan menutupi biaya-biaya tetap atau biaya operasi lainnya.
Dengan pengetahuan atas rasio ini kita dapat mengontrol pengeluaran untuk biaya tetap atau biaya operasi sehingga
perusahaan dapat menikmati laba. ROA =
Laba Bers ih Total Aktiva
ROE =
Laba Bersih Rata
−rata modal Equity
Basic Earning Power =
Laba sebelum bunga dan pajak Total Aktiva
Earning Per Share =
Laba bagian saham bersangkutan Jumlah Saham
Contribution Margin =
Laba Kotor Penjualan
Universitas Sumatera Utara
g. Rasio Rentabilitas
Rasio ini biasanya digambarkan dari segi kemampuan karyawan, cabang dan aktiva tertentu dalam meraih laba, misalnya:
kemampuan karyawan per kepala meraih laba. Rasio ini dapat juga digolongkan sebagai rasio produktivitas.
Jadi, rasio profitabilitas digunakan sebagai suatu pengukuran dari penghasilan atau income yang tersedia bagi pemilik perusahan atas modal
yang mereka investasikan di dalam perusahaan tersebut. Oleh karena itu, berdasarkan dengan rasio-rasio perhitungan profitabilitas dapat disimpulkan
bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan maka semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayarkan dividennya.
Profitabilitas juga dapat dimanfaatkan untuk menggambarkan kriteria yang sangat diperlukan dalam menilai kesuksesan suatu perusahaan dalam hal
kapabilitas dan motivasi dari manajemen sehingga dapat menjadi pedoman bagi manajer sebagai alat pengendalian dalam pengambilan keputusan
terhadap perusahaan dan melakukan evaluasi hasil pelaksanaan operasi dalam suatu perusahaan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Hidayati Nasrah 2010 mengenai “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”. Dalam penelitian ini terdapat lima variabel independen yang digunakan, yaitu
Rasio Rentabilitas =
Jumlah Laba Jumlah Karyawan
Universitas Sumatera Utara
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Leverage, Risiko dan Tobin’s Q dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan sebagai variabel dependen.
Penelitian ini menghasilkan bahwa Ukuran Perusahaan dan Tobin’s Q berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
tetapi Profitabilitas, Leverage dan Risiko tidak berpengaruh signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Wynna 2010 mengenai “Pengaruh
Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Corporate Socail Responsibility Pada Perusahan-Perusahaan yang Mendapatkan
Indonesia Sustainability Reporting Award ISRA Pada Tahun 2009”. Variabel independen yang digunakan Persentase Kepemilikan Manajemen, Tingkat
Leverage, Ukuran Perusahaan dan Profitabilitas ROA, ROE dan NPM dan Pengungkapan CSR sebagai variabel dependen. Penelitian ini memiliki
kesimpulan bahwa tingkat leverage dan variabel profitabilitas ROA, ROE dan NPM memiliki kemampuan untuk mempengaruhi tanggung jawab sosial dan
kepemilikan manajemen dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Corporate Social Responsibility.
Penelitian yang dilakukan oleh Jayanti Purnasiwi 2011 mengenai “Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas dan Leverage Terhadap Pengungkapan CSR Pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini menggunakan variabel independen yaitu ukuran, profitabilitas dan leverage,
sedangkan variabel dependen yaitu pengungkapan CSR. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa secara simultan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas
dan leverage berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung
Universitas Sumatera Utara
jawab sosial perusahaan yang terdaftar dalm Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. Secara parsial size dan leverage berpengaruh positif signifikan terhadap
pengungkapan CSR, sedangkan profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan CSR perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Bastian Nur Aribowo 2013 mengenai “Pengaruh Kinerja Lingkungan, Kinerja Keuangan, Ukuran Perusahaan dan
Dewan Komisaris Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dalam
Penelitian ini terdapat empat variabel independen yang digunakan, yaitu Kinerja Lingkungan, Kinerja Keuangan dengan proksi ROA, ROE, EPS dan NPM,
Ukuran Perusahaan dan Dewan Komisaris sebagai dan CSR disclosure sebagai variabel dependen. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa variabel
Kinerja Lingkungan, Ukuran Perusahaan dan Dewan Komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap CSR disclosure, tetapi variabel Kinerja Keuangan
dengan proksi ROA, ROE, EPS dan NPM tidak berpengaruh secara signifikan terhadap CSR disclosure, dan secara simultan keempat variabel berpengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap Corporate Social Responsibility disclosure.
Ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan di atas dapat di lihat pada Tabel 2.1 berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Tahun
Judul Penelitian Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Hidayati
Nasrah 2010
Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Variabel
Independen: -Profitabilitas,
Ukuran Perusahaan, Leverage, Risiko
dan Tobin’s Q
Variabel Dependen: -Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial
Ukuran Perusahaan dan Tobin’s Q
berpengaruh positif terhadap
pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan tetapi
Profitabilitas, Leverage dan
Risiko tidak berpengaruh
signifikan.
2. Wynna
2010 Pengaruh
Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan
Tanggung Jawab Sosial Corporate
Social Responsibility
Pada Perusahaan- Perusahaan yang
Mendapatkan Indonesia
Sustainability Award ISRA
Pada Tahun 2009 Variabel
Independen: -Persentase
Kepemilikan Manajemen, Tingkat
Leverage, Ukuran Perusahaan dan
Profitabilitas ROA,ROE dan
NPM Variabel Dependen:
-pengungkapan tanggung jawab
sosial Penelitian ini
memiliki kesimpulan bahwa
tingkat leverage dan variabel
profitabilitas ROA, ROE dan NPM
memiliki kemampuan untuk
mempengaruhi tanggung jawab
sosial dan kepemilikan
manajemen dan ukuran perusahaan
tidak berpengaruh secara signifikan
terhadap Corporate Social
Responsibility.
3. Jayanti
Purnasiwi 2011
Analisis Pengaruh Size, Profitabilitas
dan leverage terhadap
Pengungkapan CSR Pada
Perusahaan Yang Variabel
Independen: -Ukuran,
Profitabilitas dan Leverage
Variabel Dependen: Secara simultan
ukuran perusahaan, profitabilitas dan
leverage berpengaruh secara
signifikan terhadap pengungkapan
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konseptual