: PINTU ILMU
Bab XV : PINTU ILMU
Dalam riwayat yang dit ulisnya, Ibnu Abbas mengat akan: "Demi Allah, Rasul Allah s. a. w. t elah memberi kepada Imam Ali sembilan-persepuluh dari semua ilmu yang ada, dan demi Allah, Imam Ali masih j uga menget ahui sebagian dari sepersepuluh ilmu sisanya yang ada pada kalian at au pada mereka. "
Mengenai hal it u cukuplah dikemukakan saj a ucapan Rasul Allah s. a. w. yang menegaskan: "Aku ini adalah kot anya ilmu at au kot anya hikmah, sedangkan Ali adalah pint u gerbangnya. Barang siapa ingin memperoleh ilmu hendaknya ia mengambil lewat pint unya. "
Allah s. w. t . t elah melimpahkan nikmat t iada t erhingga kepada Imam Ali bin Abi Thalib r. a. berupa ilmu dan hikmah, sehingga ia menj adi orang yang paling banyak menget ahui dan menguasai isi A1 Qur'an sert a aj aran-aj aran Rasul Allah s. a. w. Dengan sendirinya ia pun merupakan orang yang paling mampu menet apkan f at wa hukum Islam. Sebenarnya hal it u bukan merupakKan sat u kej ut an, karena dia adalah sat u-sat unya orang muslim yang t erdini memeluk Islam dan hidup langsung di bawah naungan wahyu sej ak masa kanak-kanak sampai dewasa.
Sebuah riwayat hadit s yang berasal dari Mu'adz bin Jabal mengat akan bahwa Rasul Allah s. a. w. berkat a kepada Imam Ali r. a. : "Engkau mengungguli orang lain dalam t uj uh perkara. Tak ada seorang Qureisy pun yang dapat menyangkalnya. Yait u:
-Engkau adalah orang pert ama yang beriman kepada Allah, -Engkau orang yang t erdekat dengan j anj i Allah, -Engkau orang yang t ermampu menegakkan perint ah Allah,
-Engkau orang yang paling adil mengat ur pembagian (ghanimah), -Engkau orang yang paling berlaku adil t erhadap rakyat , -Engkau paling banyak menget ahui semua persoalan, -dan Engkau orang yang paling t inggi nilai kebaikan sif at nya di sisi Allah. "
Jadi, kalau Rasul Allah s. a. w. sendiri sudah menilai Imam Ali r. a. sedemikian lengkapnya, t idaklah keliru kalau dikat akan, bahwa Imam Ali r. a. merupakan kualit as pilihan di kalangan ummat Islam.
Fashahah dan Balaghah Al Mas'udiy meriwayat kan, bahwa lebih dari 480 khut bah yang diucapkan oleh Imam Ali r. a. t anpa dipersiapkan lebih dahulu, dihaf al oleh banyak orang. Syarif Ar-Ridha mengat akan dalam kit ab Khut bah Nahj il Balaghah, bahwa Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib adalah pencipt a dan pengaj ar ilmu Fashahah dan j uga merupakan orang yang melahirkan ilmu Balaghah.
Dari dialah munculnya at uran-at uran ilmu t ersebut dan dari dia j uga orang mengambil kaidah- kaidah dan hukum-hukumnya. Tiap orang yang berbicara sebagai khat ib, past i mengambil pepat ah at au kat a-kat a rnut iara dari dia, dan t iap orang yang pandai mengingat kan orang lain past i mencari bant uan dengan j alan mengut ip kat a-kat a Imam Ali. Demikian kat a Syarif Ar Ridha.
Tent ang hal it u Muawiyah sendiri j uga t erpaksa harus mengakui keunggulan lawannya, ket ika ia berkat a t erus t erang kepada Abu Mihf an: "Seandainya semua mulut dij adikan sat u, belum j uga dapat menyamai kepandaian Ali bin Abi Thalib. Demi Allah, t idak ada orang Qureiys yang cakap berbicara sepert i dia! "
Banyak sekali ungkapan dan kat a-kat a mut iara Imam Ali r. a. t ercant um dalam kit ab Nahj ul Balaghah, yang dibelakang hari diuraikan oleh Ibnu Abil Hadid dalam bukunya Syarah Nahj il Balaghah, yang t erdiri dari 20 j ilid. Buku Nahj ul Balaghah kiranya cukuplah menj adi bukt i, bahwa dalam hal menyusun kali mat dan memilih kat a-kat a bermut u, memang t idak ada orang lain yang dapat menyamai at au melebihi Imam Ali r. a. selain Rasul Allah s. a. w. sendiri. Salah sat u cont oh ialah kat a-kat anya: "Tiap wadah bila diisi menyempit kecuali wadah ilmu, ia bahkan makin bert ambah luas. "
Dalam kit ab Al Bayan wat Tabyin, Al Jahidz menget engahkan ucapan Imam Ali r. a. yang mengat akan: "Nilai seseorang ialah perbuat an baiknya. " Dalam memberikan t anggapan t erhadap ucapan Imam Ali r. a. t ersebut , Ibnu Aisyah mengat akan: "Selain kalam Allah dan Rasul-Nya, aku t idak pernah menemukan sebuah kalimat yang lebih padat maknanya dan lebih umum kemanf aat annya dibanding dengan ucapan-ucapan Imam Ali. "
Pernah ada orang bert anya kepada Imam Ali r. a. t ent ang berapa j auhnya j arak ant ara langit dan bumi. Imam Ali dengan mudah saj a menj awab: "Jauhnya secepat doa yang t erkabul! " Orang it u masih bert anya lagi t ent ang j auhnya j arak ant ara t imur dan barat . Dij awab oleh Imam Ali r. a. : "Sej auh perj alanan mat ahari sehari! "
Nahwu Ilmu Nahwu yang merupakan salah sat u cabang pokok ilmu bahasa Arab pun sej arah pert umbuhannya t ak dapat dipisahkan dari pemikiran Imam Ali r. a. Dialah yang melet akkan dasar-dasar f undament al ilmu t ersebut . Tokoh pert ama yang t erkenal sebagai penyusun ilmu Tat a Bahasa Arab, Abul Aswad Ad Dualiy, di imla (didikt e) oleh Imam Ali r. a. dalam melet akkan dasar-dasar ilmu Nahwu dan kaidah-kaidahnya. Ant ara lain Imam Ali r. a. -lah yang membagi j enis kat a-kat a dalam t iga kat egori secara sist emat ik. Yait u kat a benda (ism), kat a kerj a (f i'il) dan kat a penghubung (harf ). Ia j ugalah yang membagi kat a benda ke dalam dua sif at . Ma'rif ah, yait u kat a benda yang j elas maksudnya dalam hubungan kalimat , dan Nakirah, yait u lawan kat a benda Ma'rif ah. Demikian j uga yang berkait an dengan j enis-j enis I'rab, sepert i raf a', nasb, j arr Nahwu Ilmu Nahwu yang merupakan salah sat u cabang pokok ilmu bahasa Arab pun sej arah pert umbuhannya t ak dapat dipisahkan dari pemikiran Imam Ali r. a. Dialah yang melet akkan dasar-dasar f undament al ilmu t ersebut . Tokoh pert ama yang t erkenal sebagai penyusun ilmu Tat a Bahasa Arab, Abul Aswad Ad Dualiy, di imla (didikt e) oleh Imam Ali r. a. dalam melet akkan dasar-dasar ilmu Nahwu dan kaidah-kaidahnya. Ant ara lain Imam Ali r. a. -lah yang membagi j enis kat a-kat a dalam t iga kat egori secara sist emat ik. Yait u kat a benda (ism), kat a kerj a (f i'il) dan kat a penghubung (harf ). Ia j ugalah yang membagi kat a benda ke dalam dua sif at . Ma'rif ah, yait u kat a benda yang j elas maksudnya dalam hubungan kalimat , dan Nakirah, yait u lawan kat a benda Ma'rif ah. Demikian j uga yang berkait an dengan j enis-j enis I'rab, sepert i raf a', nasb, j arr
Keist imewaannya ialah dalam melet akkan kaidah-kaidah t at a-bahasa Arab it u, Imam Ali r. a. seolah-olah sepert i berbuat mu'j izat . Sebab sebelum it u, belum pernah ada orang Arab yang mengenal sist emat isasi penyusunan t at a-bahasa. Rumus-rumus t at a-bahasa belum pernah dikenal orang sama sekali. Padahal bahasa Arab adalah bahasa yang sangat t ua, kaya dan rumit . Bangsa-bangsa Eropa yang dalam abad modern sekarang ini menguasai peradaban dunia, wakt u it u masih t enggelam dalam vandalisme dan pengembaraan liar. Jadi t idaklah keliru kalau dikat akan Imam Ali r. a. it u adalah bapak bahasa Arab modern. Sebab rumus-rumus dan kaidah- kaidah yang dilet akkan olehnya, membuat bahasa Arab mudah dipelaj ari oleh orang asing.
Khut bah Kecakapannya berkhut bah bukan asing lagi bagi para penulis sej arah Islam. Imam Ali r. a. bukan hanya dikenal sebagai Bapak bahasa Arab, t et api dalam hal penggunaan dan penerapan bahasa pun ia dikenal sebagai seorang ahli t erkemuka. Keunggulannya dalam kecakapan berbahasa dan bersast ra membuat orang menarik kesimpulan, bahwa nilai perkat aan Imam Ali r. a. berada di bawah f irman Allah Al Khaliq dan t ut ur-kat a Rasul-Nya. Pada masa hidupnya t idak sedikit orang dat ang kepadanya unt uk menimba ilmu berkhut bah dan ilmu menulis.
Abdul Hamid bin Yahya, seorang ilmuwan dan penulis Islam yang masyhur it u, sampai berkat a sambil membanggakan diri, bahwa ia mempunyai kumpulan khut bah-khut bah Imam Ali sebanyak 70 perangkat . "Dan it u masih bert ambah t erus, " kat anya. Akan t et api Abdul Hamid it u masih kalah unggul dibanding dengan Ibnu Nubat ah, yang nama sebenarnya ialah Abdurrahman bin Muhammad bin Ismail Al-Fariqiy Al-dudzami y. Ia mengat akan: "Aku menyimpan set umpuk khut bah-khut bahnya. Sampai sekarang masih bert ambah t erus j umlahnya. Aku menyimpan 100 bab dari wej angan-wej angan Imam Ali bin Abi Thalib. "
Kecakapan Imam Ali r. a. menyusun pidat o sangat membant u para penelit i sej arah Islam, khususnya sej arah perj uangan Imam Ali r. a. sendiri, dalam menghimpun dat a-dat a dan f akt a-
f akt a. Dibanding dengan khut bah-khut bahnya, khut bah-khut bah yang pernah diucapkan oleh para sahabat Nabi Muhammad s. a. w. lainnya, belum ada sepersepuluhnya, seandainya semua it u hendak dikumpulkan. Seorang penulis dan sej arawan klasik Islam, Abu Ut sman Al-Jahidz menegaskan hal t ersebut dalam bukunya yang berj udul Al-Bayan wat Tabyin.
Tauhid Ilmu Tauhid at au ilmu Kalam adalah ilmu yang paling banyak dikej ar dan diselami oleh kaum muslimin yang berminat mendalami hakikat Islam. Ilmu Tauhid merupakan induk ilmu-ilmu agama Islam, karena ilmu t ersebut menyangkut masalah ke-Tuhan-an. Kecuali it u, karena luhur dan t ingginya nilai suat u ilmu penget ahuan t erlet ak pada sasaran ilmu it u sendiri.
Ilmu ke-Tuhan-an yang sasarannya adalah Dzat Yang Maha Agung, t idak bisa t idak past i merupakan ilmu yang paling t inggi mut u dan nilainya. Kaum awam dan para ahli yang menekuni ilmu yang mulia it u, hampir t ak ada yang meragukan bahwa ilmu t ersebut dikuasai dengan baik sekali oleh Imam Ali r. a. Bahkan pribadinya sendiri di belakang hari dij adikan sumber penggalian dan pembahasan ilmu t ersebut , yakni ilmu Tauhid.
Kaum Mu't azilah yang j uga dikenal dengan sebut an Ahlut Tauhid Wal 'Adl, para ahli ilmu qalam, dan para ahli f ikir lainnya, j ika diusut sumber ilmu penget ahuannya masing-masing, akhirnya past i akan bert emu pada pribadi dan pemikiran Imam Ali r. a. Sebagai ilust rasi dan sekaligus pembukt ian dapat dikemukakan, bahwa t okoh ut ama kaum Mu't azilah yang bernama Washil bin 'At ha, dasar-dasar ilmu penget ahuannya berasal dari Imam Ali r. a. Sebab t okoh Mu't azilah it u menimba ilmu dari Abu Hasyim Abdullah bin Muhammad Ibnul Hanaf iyah. Hasyim memperoleh ilmu dari ayahnya sendiri, yait u Muhammad Ibnul Hanaf iyah. Sedang Muhammad Ibnul Hanaf iyah bukan saj a murid, melainkan ia adalah put era Imam Ali r. a. sendiri, yakni saudara Al Hasan dan Al Husein r. a. dari lain ibu.
Kaum Asy'ariy yang asalnya adalah para siswa Abul Hasan Ali bin Ismail bin Abi Bisyr Al Asy'ariy, ilmu penget ahuan mereka didapat dari Abul Aliy Al-Juba-iy. Bagi orang yang mendalami ilmu Tauhid dan menelit i asal-usul sej arahnya, past i menget ahui bahwa Abul Aliy Al-Juba-iy it u ialah seorang t okoh sangat t erkenal di kalangan kaum Mu't azilah. Sedang kaum Mu't azilah it u memperoleh ilmu mereka dari Imam Ali r. a. , sepert i yang kami sebut kan di at as t adi. Mengenai kaum Syi'ah, baik golongan Zaidiyyah maupun golongan Imamiyyah, sumber ilmu penget ahuan mereka t ak usah dipersoalkan lagi. Sudah past i dari t okoh puj aan mereka yang paling ut ama, yait u Imam Ali bin Abi Thalib r. a
Fiqh Orang yang paling lembut hat inya dan paling ramah di kalangan ummat ku ialah Abu Bakar. Demikian diungkapkan oleh Rasul Allah s. a. w. Sedang yang paling keras membela agama ialah Umar Ibnul Khat t ab. Yang paling pemalu adalah Ut sman bin Af f an. Adapun Ali, aj ar Rasul Allah s. a. w. set erusnya, ialah yang paling t ahu t ent ang hukum.
Pernyat aan Rasul Allah s. a. w. t ersebut merupakan masnad bagi uraian Abu Ya'la, sebagaimana t ercant um dalam kit ab karya seorang penulis kenamaan As-Sayut hiy, yang berj udul Al Jami'us Shaghir (j ilid I halaman 58). Yang dimaksud dengan hukum bukan lain ialah hukum Islam, yait u Fiqh. llmu Fiqh merupakan salah sat u cabang pent ing dari ilmu agama Islam.
Ilmu yang bersangkut -paut dengan semua ket ent uan hukum Islam it u j elas sekali berpangkal ant ara lain dari Imam Ali r. a. Boleh dibilang semua ahli Fiqh di kalangan kaum muslimin menimba dan mengambil dasar-dasar ilmu penget ahuannya masingmasing dari Fiqh Imam Ali. Rekan-rekan dan para pengikut Imam Abu Hanif ah, sepert i Abu Yusuf , Muhammad dan sebagainya, semua berguru kepada Abu Hanif ah.
Seorang ahli Fiqh t erkemuka yang madzhabnya dianut oleh ummat Islam Indonesia, Imam Syaf i'iy, adalah murid Muhammad bin Al Hasan yang ilmunya berasal dari Abu Hanif ah.
Tokoh pert ama madzhab Hanbaliy, yait u Imam Ahmad bin Hanbal , adalah murid kinasih dan t erkemuka dari Imam Syaf i'iy. llmu penget ahuan yang dit imbanya sudah t ent u sama sepert i ilmu yang didapat oleh Imam Syaf i'iy sendiri, yait u berasal dari Imam Abu Hanif ah.
Tokoh besar ilmu Fiqh, Abu Hanif ah, menimba ilmu penget ahuan dari Ja'f ar bin Muhammad Ibnul Hanaf iyah. Ja'f ar adalah murid ayahnya sendiri, sedangkan ayahnya it u ialah murid dan put era Imam Ali.
Tokoh pert ama madzhab Malikiy, yait u Imam Malik bin Anas, pun demikian j uga. Ia menimba ilmu penget ahuan t ent ang Fiqh dari Abdullah Ibnu Abbas. Sedangkan Abdullah Ibnu Abbas sendiri diket ahui dengan past i bukan lain adalah murid Imam Ali bin Abi Thalib r. a. Kalau ada yang mengat akan bahwa ilmu Fiqh Imam Syaf i'iy berasal dari Imam Malik, pangkal dan sumber pokoknya berasal j uga dari Imam Ali.
Fakt a-f akt a t ersebut mengungkapkan kenyat aan, bahwa 4 orang Imam Fiqh at au t okoh-t okoh pert ama empat madzhab Fiqh di seluruh dunia Islam sekarang ini, ilmu penget ahuan Fiqhnya masing-masing berasal dari Imam Ali r. a. Tent u saj a t ak perlu diragukan lagi, bahwa ilmu Fiqh yang ada di kalangan kaum Syi'ah past i berasal dari Imam Ali. Seorang t okoh besar Islam lainnya, Umar Ibnul Khat t ab r. a. , dikenal dan diakui sebagai seorang yang banyak memecahkan masalah-masalah yang berkait an dengan hukum Islam. Namun ia t idak lepas dari pemikiran Imam Ali bin Abi Thalib r. a. Hal ini diakui sendiri olehnya ket ika mengat akan: "Tanpa Ali celakalah Umar! " Bahkan Khalif ah yang t erkenal keras, t egas, t et api bij aksana dan arif it u pernah j uga mengucap-kan "Tidak ada kesukaran (hukum) yang t ak dapat dipecahkan oleh Abul Hasan (Imam Ali). "
Wakt u melukiskan bagaimana wi bawa dan wewenang Imam Ali dalam menet apkan f at wa hukum, Khalif ah Umar r. a. j uga menegaskan: "Tidak ada seorang pun di dalam masj id yang dapat memberikan f at wa hukum, bila Ali hadir. "
Penguasaan, penaf siran dan penerapan hukum Islam oleh Imaln Ali r. a. dilakukan secara t epat dan diakui kebenarannya oleh Rasul Allah s. a. w. Hal it u dibukt ikan dengan diangkat nya Imam Ali --pada masa it u-- sebagai qadhi (hakim) di Yaman. Ket ika melepas saudara misan kesayangannya it u Rasul Allah s. a. w. sempat berdoa: "Ya Allah, bimbinglah hat inya dan mant apkanlah ucapannya. " Sebagai t anggapan t erhadap harapan Rasul Allah s. a. w. it u Imam Ali r. a. berkat a: "Mulai saat ini aku t idak akan ragu-ragu lagi mengambil keput usan hukum yang menyangkut dua belah f ihak. "
Di ant ara banyak yurisprudensi, keput usan-keput usan hukum, yang dilahirkan oleh pemikiran Imam Ali r. a. ialah yang menyangkut kasus perkara sebagai berikut : Kasus seorang ist eri yang melahirkan anak, padahal ia baru enam bulan menikah dengan suaminya. Yait u suat u penet apan hukum yang dilakukan oleh Imam Ali r. a. berdasarkan Surah Al-Ahqaf ayat 15. Juga Imam Ali-lah yang menet apkan f at wa hukum Islam t ent ang wanit a hamil karena perbuat an zina. Memecahkan masalah hukum Faraidh yang pelik dan rumit , yait u hukum t ent ang pembagian hart a waris, Imam Ali r. a. sanggup melakukannya dengan cepat dan t epat . Yurisprudensi ini lahir dari sat u kasus yang t erkenal dalam sej arah Fiqh dengan nama "Kasus Minbariyyah". Kasus ini menarik para ahli hukum Islam maupun non Islam. Perist iwa ini t erj adi ket ika Imam Ali r. a. sedang berkhut bah di at as mimbar, t iba-t iba ada seorang bert anya t ent ang hukum yang berkait an dengan pembagian waris ant ara dua orang anak perempuan, dua orang ayah dan seorang perempuan. Seket ika it u j uga dan hanya dalam wakt u beberapa det ik saj a, t anpa ragu-ragu Imam Ali r. a. menj awab: "Seperdelapan yang menj adi hak perempuan it u berubah menj adi sepersembilan! "
Dihit ung secara mat emat ik dan di t inj au dari sudut keadilan dan kebij aksanaan berdasarkan Al- Qur'an, f at wa hukum Imam Ali r. a. t ersebut mencapai record dalam memecahkan kasus pembagian hart a waris yang amat pelik dan rumit . Seorang ahli hukum Faraidh sendiri, walau dengan bant uan alat kalkulat or, baru dapat menemukan angka yang disebut kan oleh Imam Ali r. a. kalau sudah menghit ung-hit ung dahulu selama beberapa saat . Masalah it u memang merupakan masalah mat emat ika yang cukup ruwet . Tet api menurut kenyat aan, f at wa Imam Ali r. a. yang diambil dalam wakt u beberapa det ik it u set elah diuj i dan dit elit i secermat -cermat nya berdasarkan hukum Al-Qur'an dan sunnah Rasul Allah s. a. w. , t erbukt i benar dan t epat . Jelaslah hanya orang yang bet ul-bet ul menguasai dasar-dasar hukum Fiqh sampai sedalam-dalamnya saj alah yang dapat memberikan j awaban secepat it u!
Taf sir Bagi orang awam, bahkan kaum ahli sekalipun, selalu menj umpai kenyat aan bahwa t af sir Al- Qur'an banyak sekali kait annya dengan nama seorang ulama besar, Abdullah Ibnu Abbas. Ulama ini memang t erkenal sekali sebagai seorang ahli t af sir Al Qur'an. Abdullah Ibnu Abbas j uga seorang ulama yang dipercaya oleh Khalif ah Abu Bakar r. a. dan Khalif ah Umar r. a. unt uk memberikan penaf siran t ent ang sesuat u ayat Al-Qur'an.
Sungguhpun demikian, ket ika Abdullah Ibnu Abbas dit anya orang, bagaimana perbandingan ilmu penget ahuan yang dimilikinya dengan ilmu penget ahuan yang dimiliki oleh "put era paman anda" (Imam Ali r. a. ), j awabnya sederhana saj a: "Perbandingannya sepert i set et es air huj an dengan air samudera! " Jawaban it u t idak mengherankan. Bukan hanya karena ia rendah hat i, melainkan j uga karena ia adalah murid Imam Ali r. a. sendiri. Dalam ilmu t af sir, nama dua orang it u hampir t ak pernah pisah sama sekali.
Benar sekali penyaksian Abu Fudhail yang mendengar sendiri Imam Ali r. a. berkat a dari at as mimbar: "Tanyakanlah kepadaku selama aku ada. Apa saj a yang kalian t anyakan, aku sanggup menj awab. Tanyakanlah t ent ang Kit ab Allah. Demi Allah, t ak ada sat u ayat pun yang aku t idak Benar sekali penyaksian Abu Fudhail yang mendengar sendiri Imam Ali r. a. berkat a dari at as mimbar: "Tanyakanlah kepadaku selama aku ada. Apa saj a yang kalian t anyakan, aku sanggup menj awab. Tanyakanlah t ent ang Kit ab Allah. Demi Allah, t ak ada sat u ayat pun yang aku t idak
Kat a-kat a Imam Ali r. a. it u bukan menunj ukkan kesombongan, t et api karena ia t ampak j engkel melihat ada orang yang menaf sirkan ayat -ayat Al-Qur'an dengan semena-mena. Dan apa yang diucapkannya it u bukan kat a-kat a hampa yang t idak berbukt i.
Menurut Ibnu Abil Hadid, Al-Madainiy meriwayat kan, bahwa dalam salah sat u khut bahnya Imam Ali r. a. pernah berkat a: "Seandainya ada yang mengadu kepadaku karena bant alnya dirobek orang, aku akan mengambil keput usan hukum. Bagi ahli Taurat berdasarkan Taurat nya, bagi ahli Inj il berdasarkan Inj ilnya, dan bagi ahli Al-Qur'an berdasarkan Qur'an-nya! "
Sungguh besarlah nikmat Allah yang dilimpahkan kepada put era Abu Thalib yang t elah menerima asuhan dan pendidikan manusia t erbesar sepanj ang sej arah, Nabi besar Muhammad s. a. w. ! Tidak keliru kalau t iga orang Khalif ah sebelumnya memandang Imam Ali r. a. sebagai penasehat ahli yang sama sekali t ak dapat dit inggalkan f at wa-f at wanya.
Tilawat il Qur'an Bagi Imam Ali r. a. ilmu Tilawat il Al-Qur'an merupakan ilmu yang paling pert ama kali dit eguk dan diperolehnya langsung dari Rasul Allah s. a. w. sej ak berusia muda belia. Ialah orang yang paling t ahu bagaimana Rasul Allah s. a. w. membaca ayat -ayat Al-Qur'an. Sej ak Rasul Allah s. a. w. masih hidup, Imam Ali r. a. sudah dikenal sebagai orang pert ama dan yang paling dini menghaf al Al-Qur'an. Kedudukannya yang sangat dekat dengan Rasul Allah s. a. w. dan kecerdasannya membuat Imam Ali r. a. dapat menguasai dengan sempurna ilmu Tilawat il Qur'an.
Ada kesepakat an di kalangan para penyusun riwayat , bahwa di samping menguasai pengert ian dan t af sir Al-Qur'an secara baik, Imam Ali r. a. j uga diakui sebagai seorang ahli ilmu Tilawah. Keahlian dan kecakapannya di bi dang ini sangat membant u usaha menghimpun ayat -ayat suci Al-Qur'an di kemudian hari. Dalam pekerj aan yang maha besar it u sumbangan dan peranan Imam Ali r. a. sangat menent ukan keberhasilannya.
Sebagaimana diket ahui, set elah Rasul Allah s. a. w. waf at , Abu Bakar Ash Shiddiq meneruskan kepemimpinan beliau at as ummat Islam. Di kala it u t erj adi peperangan-peperangan unt uk menumpas kaum pembangkang zakat dan gerakan kaum murt ad, sert a oknum-oknum pet ualang yang mengaku diri sebagai "nabi". Dengan t erj adinya konf lik-konf lik t ersebut para sahabat yang haf al ayat -ayat suci Al-Qur'an makin berkurang j umlahnya karena banyak yang gugur di medan t empur. Terdorong oleh kekhawat iran habisnya para sahabat yang haf al ayat -ayat Al-Qur'an, at as usul Umar Ibnul Khat t ab r. a. , Khalif ah Abu Bakar memerint ahkan Zaid bin Tsabit supaya segera mengkodif ikasi wahyu suci. Tugas raksasa ini memerlukan ket ekunan, kesabaran, ket elit ian, kecermat an dan kej uj uran. Dalam pekerj aan mulia ini, Zaid bin Tsabit dimudahkan ant ara lain oleh sumbangan Imam Ali r. a. yang t ak t ernilai besarnya.
Jika dit elusuri sej arah ilmu Tilawat il Qur'an, maka akan dit emukan kenyat aan bahwa para Imam dan para ahli Tilawah semuanya menimba ilmu dari sumbernya yang pert ama, yait u Imam Ali r. a. Ambil saj a sebagai misal, Abu Umar bin Al-A'laa, 'Ashim bin Naj d dan sebagainya. Mereka semua berasal dari perguruan Abu Abdurrahman As-Sulamiy Al-Qari. Sedangkan Abu Abdurrahman ini t ak lain adalah murid Imam Ali r. a. sendiri, yang belaj ar langsung dari gurunya it u.
Sebagai orang yang hidup t aqwa dan menguasai Al-Qur'an baik laf adz maupun maknanya, Imam Ali r. a. memandang Al-Qur'an sebagai sat u-sat unya j uru selamat bagi manusia dalam kehidupan dunia dan akhirat . Ket ika menj el askan pandangannya t erhadap Al-Qur'an, Imam Ali r. a. ant ara lain berkat a:
"Kalian waj ib menget ahui, bahwa Al-Qur'an it u adalah nasehat yang t ak pernah palsu, pembimbing yang t ak pernah sesat , dan pembicara yang t ak kenal dust a. Tiap orang yang duduk membaca Al-Qur'an, ia past i memperoleh t ambahan at au pengurangan, yait u t ambahan hidayat at au pengurangan ket idak-t ahuan. Ket ahuilah bahwa t idak ada yang lebih unggul dan lebih t inggi bagi seseorang daripada Al-Qur'an. "
"Oleh karena it u sembuhkanlah penyakit kalian dengan Al-Qur'an, dan dengan Al-Qur'an mohonlah pert olongan kepada Allah unt uk mengat asi kesukaran kalian. Dalam Al-Qur'an t erdapat obat penyembuh bagi penyakit yang paling parah, yait u penyakit kuf ur, kemunaf ikan dan kesesat an. Mohonlah kepada Allah dengan Al-Qur'an dan dengan mencint ai Al-Qur'an hadapkanlah diri kalian ke hadirat -Nya. Janganlah dengan Al-Qur'an kalian memint a sesuat u kepada makhluk Allah. Semua hamba Allah t idak dapat menghadapkan diri kepada-Nya melalui sesama makhluk.
"Dan ket ahuilah, bahwa Al-Qur'an adalah pemberi syaf a'at yang benar-benar dapat diharapkan. Juga merupakan pembicara t erpercaya. Barang siapa memperoleh syaf a'at dari Al-Qur'an pada hari kiyamat , berart i ia memperoleh syaf a'at yang sej at i. Dan Barang siapa yang dinilai buruk oleh Al-Qur'an, pada hari kiyamat ia t idak akan dipercaya. Pada hari kiyamat akan t erdengar suara berseru: 'Bukankah orang yang berbuat akan diuj i dengan perbuat annya sendiri dan akan diuj i pula oleh akibat dari perbuat annya it u, kecuali orang yang berbuat menurut aj aran Al- Qur'an?'…"
"Oleh sebab it u j adilah kalian orang-orang yang berbuat sesuai dengan Al-Qur'an dan mengikut i aj aran-aj arannya. Jadikanlah Al-Qur'an sebagai penasehat bagi diri kalian. Jadikanlah Al-Qur'an sebagai pembimbing f ikiran dan pendapat kalian, dan j adikanlah Al-Qur'an sebagai pencegah hawa naf su! "
Demikianlah pandangan hidup seorang bapak ilmu Tilawat il Qur'an, Imam Ali bin Abi Thalib r. a. Ilmunya menghayat i pandangan hidupnya dan pandangan hidupnya mengarahkan penerapan ilmunya. Dan it ulah yang menj adi hakekat dasar ilmu Tilawat il Qur'an.
Tarikat Ilmu Tarikat pun t idak lepas kait annya dengan Imam Ali r. a. sebagai sumber sej arahnya. Di kalangan para ahli Tarikat , Imam Ali r. a. diakui sebagai t okoh puncaknya. Semua ilmu Tarikat , Hakikat dan Tashawuf bersumber pada pemikiran-pemikiran Imam Ali r. a.
Sebagai put era asuhan, sej ak berusia 6 t ahun, Imam Ali r. a. selalu berada di dekat Rasul Allah s. a. w. , hampir t ak pernah pisah. Sedangkan Rasul Allah s. a. w. sendiri pada saat menerima Ali bin Abi Thalib dalam t anggung j awabnya, t engah mengalami sat u proses yang luar biasa. Dari segi kemanusiaannya, t erut ama kerohaniannya, beliau sedang diproses oleh Al-Khaliq unt uk diangkat menj adi Nabi dan Rasul. Pada saat it ulah Muhammad s. a. w. melakukan kont emplasi (t af akur), perenungan dan dial og dalam f ikiran bat in.
Beliau melakukan penyepian (khalwat ) di bukit -bukit dan gua-gua sekit ar kot a Makkah. Suat u proses yang berlangsung hebat sekali dalam hat i nurani beliau. Dengan prihat in dan j iwa yang bersih disert ai pula dengan pandangan bat in yang t aj am beliau menyaksikan ket idak-benaran dan ket impangan-ket impangan t at a kehidupan masyarakat dan keagamaan yang dihayat i oleh masyarakat j ahiliyah masa it u. Hat inya t erket uk melihat kerusakan-kerusakan dan dekadensi yang menimpa kehidupan masyarakat . Tet api kalau hanya menyalah-nyalahkan at au mencela saj a t idak akan mendat angkan kebaikan bagi masyarakat yang sedang sesat dan bobrok it u. Alt ernat if lain, penggant inya, harus ada. Semuanya it u berkecamuk dalam hat i beliau s. a. w.
Sej ak usia dini beliau sudah krit is dalam memandang kehidupan lingkungannya. Sej ak kecil beliau belum pernah hanyut t erbawa oleh arus adat , kebiasaan dan kepercayaan j ahiliyah. Imam Ali r. a. menyaksikan sendiri saudara pengasuhnya it u menempuh cara hidup keduniawian Sej ak usia dini beliau sudah krit is dalam memandang kehidupan lingkungannya. Sej ak kecil beliau belum pernah hanyut t erbawa oleh arus adat , kebiasaan dan kepercayaan j ahiliyah. Imam Ali r. a. menyaksikan sendiri saudara pengasuhnya it u menempuh cara hidup keduniawian
Dengan kepat uhan seorang anak yang dit anggapi secara t epat oleh seorang dewasa, t erj adilah suat u j alinan perpaduan ant ara Ali bin Abi Thalib dengan Muhammad s. a. w. dalam periode beliau sedang menghadapi proses pengangkat annya sebagai Nabi dan Rasul pembawa kebenaran Allah s. w. t . Tak ada bagian-bagian proses it u yang lewat dari penyaksian Imam Ali bin Abi Thalib. Ia selalu mengikut i ke mana saj a saudara pengasuhnya it u pergi dan memperhat ikan benar-benar apa saj a yang dilakukan oleh beliau s. a. w. Ia mencont oh gaya hidup j asmani dan rohani, t ermasuk cara-cara beribadah sebelum kenabian beliau.
Suara yang berupa aj aran dan wej angan Rasul Allah s. a. w. dan cahaya kebenaran Allah s. w. t . yang menerangi j iwa beliau diserap oleh Imam Ali bin Abi Thalib. Hakekat kebenaran Allah 'Azza wa Jalla yang dit emukan dan dif ahami oleh saudara pengasuhnya selama prosesnya yang bert ahun-t ahun it u, diikut i, dit erima dan dihayat i oleh Ali bin Abi Thalib r. a. It ulah ant ara lain yang memperkuat dasar mengapa Imam Ali r. a. berhak menyandang gelar sebagai Bapak ilmu Tarikat , Hakekat , at au Tashawuf .
Mengenai ilmu di bidang ini, t okoh-t okoh t erkemuka kaum Tarikat sepert i Asy Syibliy, Al- Junaid, Al-Asyariy, Abu Yazid Al-Bist amiy, Abu Mahf udz yang t erkenal dengan nama Al-Khurqiy, dan lain sebagainya, semua mengakui Imam Ali r. a. sebagai t okoh puncak mereka.
Cara dan gaya hidup Rasul Allah s. a. w. , mulai dari yang sekecil-kecilnya sampai yang sebesar- besarnya, hampir seluruhnya dij adi kan t auladan oleh Imam Ali r. a. Oleh karena it ulah ia bukan saj a hidup sebagai seorang ilmuwan yang mencakup banyak bidang, melainkan j uga seorang yang hidup penuh t aqwa dan menempuh cara hidup zuhud. Ia t idak risau at au t erpengaruh oleh kesenangan-kesenangan duniawi. Bahkan sampai menj adi Khalif ah pun cara hidup yang sepert i it u dipert ahankan sebagai sesuat u yang sudah manunggal dengan keimanan dan ket aqwaannya kepada Allah Rabbul'alamin.
Al-Kahf i Penulis kit ab Fadha'ilul Khamsah Minas Shihahis Sit t ah (j ilid II, hal aman 291-300), menget engahkan suat u riwayat yang dikut ip dari kit ab Qishashul Anbiya. Riwayat t ersebut berkait an dengan t af sir ayat 10 Surah Al-Kahf i, yang t erj emahannya sebagai berikut : "Ingat lah ket ika pemuda-pemuda it u mencari t empat berlindung di dalam gua, kemudian mereka berdoa: "Wahai Allah, Tuhan kami, beri lah rahmat kepada kami dari sisi-Mu…" Dengan panj ang lebar kit ab Qishashul Anbiya mulai dari halaman 566 meriwayat kan sebagai berikut :
Di kala Umar Ibnul Khat t ab memangku j abat an sebagai Amirul Mukminin, pernah dat ang kepadanya beberapa orang pendet a Yahudi. Mereka berkat a kepada Khalif ah: "Hai Khalif ah Umar, anda adalah pemegang kekuasaan sesudah Muhammad dan sahabat nya, Abu Bakar. Kami hendak menanyakan beberapa masalah pent ing kepada anda. Jika anda dapat memberi j awaban kepada kami, barulah kami mau mengert i bahwa Islam merupakan agama yang benar dan Muhammad benar-benar seorang Nabi. Sebaliknya, j ika anda t idak dapat memberi j awaban, berart i bahwa agama Islam it u bat hil dan Muhammad bukan seorang Nabi. "
"Silahkan bert anya t ent ang apa saj a yang kalian inginkan, " sahut Khalif ah Umar.
"Jelaskan kepada kami t ent ang induk kunci (gembok) mengancing langit , apakah it u?" Tanya pendet a-pendet a it u, memulai pert anyaan-pert anyaannya. "Terangkan kepada kami t ent ang adanya sebuah kuburan yang berj alan bersama penghuninya, apakah it u? Tunj ukkan kepada kami t ent ang suat u makhluk yang dapat member i peringat an kepada bangsanya, t et api ia bukan manusia dan bukan j in! Terangkan kepada kami t ent ang lima j enis makhluk yang dapat berj alan di permukaan bumi, t et api makhluk-makhluk it u t idak dilahirkan dari kandungan ibu at au at au induknya! Berit ahukan kepada kami apa yang dikat akan oleh burung puyuh (gemak) "Jelaskan kepada kami t ent ang induk kunci (gembok) mengancing langit , apakah it u?" Tanya pendet a-pendet a it u, memulai pert anyaan-pert anyaannya. "Terangkan kepada kami t ent ang adanya sebuah kuburan yang berj alan bersama penghuninya, apakah it u? Tunj ukkan kepada kami t ent ang suat u makhluk yang dapat member i peringat an kepada bangsanya, t et api ia bukan manusia dan bukan j in! Terangkan kepada kami t ent ang lima j enis makhluk yang dapat berj alan di permukaan bumi, t et api makhluk-makhluk it u t idak dilahirkan dari kandungan ibu at au at au induknya! Berit ahukan kepada kami apa yang dikat akan oleh burung puyuh (gemak)
Khalif ah Umar menundukkan kepala unt uk berf ikir sej enak, kemudian berkat a: "Bagi Umar, j ika ia menj awab 't idak t ahu' at as pert anyaan-pert anyaan yang memang t idak diket ahui j awabannya, it u bukan suat u hal yang memalukan! ''
Mendengar j awaban Khalif ah Umar sepert i it u, pendet a-pendet a Yahudi yang bert anya berdiri melonj ak-lonj ak kegirangan, sambil berkat a: "Sekarang kami bersaksi bahwa Muhammad memang bukan seorang Nabi, dan agama Islam it u adalah bat hil! "
Salman Al-Farisi yang saat it u hadir, segera bangkit dan berkat a kepada pendet a-pendet a Yahudi it u: "Kalian t unggu sebent ar! "
Ia cepat -cepat pergi ke rumah Ali bin Abi Thalib. Set elah bert emu, Salman berkat a: "Ya Abal Hasan, selamat kanlah agama Islam! "
Imam Ali r. a. bingung, lalu bert anya: "Mengapa?"
Salman kemudian mencerit akan apa yang sedang dihadapi oleh Khalif ah Umar Ibnul Khat t ab. Imam Ali segera saj a berangkat menuj u ke rumah Khalif ah Umar, berj alan lenggang memakai burdah (selembar kain penut up punggung at au leher) peninggalan Rasul Allah s. a. w. Ket ika Umar melihat Ali bin Abi Thalib dat ang, ia bangun dari t empat duduk lalu buru-buru memeluknya, sambil berkat a: "Ya Abal Hasan, t iap ada kesulit an besar, engkau selalu kupanggil! "
Set elah berhadap-hadapan dengan para pendet a yang sedang menunggu-nunggu j awaban it u, Ali bin Abi Thalib herkat a: "Silakan kalian bert anya t ent ang apa saj a yang kalian inginkan. Rasul Allah s. a. w. sudah mengaj arku seribu macam ilmu, dan t iap j enis dari ilmu-ilmu it u mempunyai seribu macam cabang ilmu! "
Pendet a-pendet a Yahudi it u lalu mengulangi pert anyaan-pert anyaan mereka. Sebelum menj awab, Ali bin Abi Thalib berkat a: "Aku ingi n mengaj ukan suat u syarat kepada kalian, yait u j ika t ernyat a aku nant i sudah menj awab pert anyaan-pert anyaan kalian sesuai dengan yang ada di dalam Taurat , kalian supaya bersedia memeluk agama kami dan beriman! "
"Ya baik! " j awab mereka.
"Sekarang t anyakanlah sat u demi sat u, " kat a Ali bin Abi Thalib.
Mereka mulai bert anya: "Apakah induk kunci (gembok) yang mengancing pint u-pint u langit ?"
"Induk kunci it u, " j awab Ali bin Abi Thalib, "i alah syirik kepada Allah. Sebab semua hamba Allah, baik pria maupun wanit a, j ika ia bersyirik kepada Allah, amalnya t idak akan dapat naik sampai ke hadhirat Allah! "
Para pendet a Yahudi bert anya lagi: "Anak kunci apakah yang dapat membuka pint u-pint u langit ?"
Ali bin Abi Thalib menj awab: "Anak kunci it u ialah kesaksian (syahadat ) bahwa t iada t uhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah! "
Para pendet a Yahudi it u saling pandang di ant ara mereka, sambil berkat a: "Orang it u benar Para pendet a Yahudi it u saling pandang di ant ara mereka, sambil berkat a: "Orang it u benar
"Kuburan it u ialah ikan hiu (hut ) yang menelan Nabi Yunus put era Mat t a, " j awab Ali bin Abi Thalib. "Nabi Yunus as. dibawa keliling ket uj uh samudera! "
Pendet a-pendet a it u meneruskan pert anyaannya lagi: "Jelaskan kepada kami t ent ang makhluk yang dapat memberi peringat an kepada bangsanya, t et api makhluk it u bukan manusia dan bukan j in! "
Ali bin Abi Thalib menj awab: "Makhluk it u ialah semut Nabi Sulaiman put era Nabi Dawud alaihimas salam. Semut it u berkat a kepada kaumnya: "Hai para semut , masuklah ke dalam t empat kediaman kalian, agar t idak diinj ak-inj ak oleh Sulaiman dan pasukan-nya dalam keadaan mereka t idak sadar! "
Para pendet a Yahudi it u meneruskan pert anyaannya: "Berit ahukan kepada kami t ent ang lima j enis makhluk yang berj alan di at as permukaan bumi, t et api t idak sat u pun di ant ara makhluk- makhluk it u yang dilahirkan dari kandungan ibunya at au induknya! "
Ali bin Abi Thalib menj awab: "Lima makhluk it u ialah, pert ama, Adam. Kedua, Hawa. Ket iga, Unt a Nabi Shaleh. Keempat , Domba Nabi Ibrahim. Kelima, Tongkat Nabi Musa (yang menj elma menj adi seekor ular). "
Dua di ant ara t iga orang pendet a Yahudi it u set elah mendengar j awaban-j awaban sert a penj elasan yang diberikan oleh Imam Ali r. a. lalu mengat akan: "Kami bersaksi bahwa t iada t uhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah! "
Tet api seorang pendet a lainnya, bangun berdiri sambil berkat a kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, hat i t eman-t emanku sudah di hinggapi oleh sesuat u yang sama sepert i iman dan keyakinan mengenai benarnya agama Islam. Sekarang masi h ada sat u hal lagi yang ingin kut anyakan kepada anda. "
"Tanyakanlah apa saj a yang kau inginkan, " sahut Imam Ali.
"Coba t erangkan kepadaku t ent ang sej umlah orang yang pada zaman dahulu sudah mat i selama 309 t ahun, kemudian dihidupkan kembali oleh Allah. Bagaimana hikayat t ent ang mereka it u?" Tanya pendet a t adi.
Ali bin Ali Thalib menj awab: "Hai pendet a Yahudi, mereka it u ialah para penghuni gua. Hikayat t ent ang mereka it u sudah dikisahkan oleh Allah s. w. t . kepada Rasul-Nya. Jika engkau mau, akan kubacakan kisah mereka it u. "
Pendet a Yahudi it u menyahut : "Aku sudah banyak mendengar t ent ang Qur'an kalian it u! Jika engkau memang benar-benar t ahu, coba sebut kan nama-nama mereka, nama ayah-ayah mereka, nama kot a mereka, nama raj a mereka, nama anj ing mereka, nama gunung sert a gua mereka, dan semua kisah mereka dari awal sampai akhir! "
Ali bin Abi Thalib kemudian membet ulkan duduknya, menekuk lut ut ke depan perut , lalu dit opangnya dengan burdah yang diikat kan ke pi nggang. Lalu ia berkat a: "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s. a. w. kekasihku t elah mencerit akan kepadaku, bahwa kisah it u t erj adi di negeri Romawi, di sebuah kot a bernama Aphesus, at au disebut j uga dengan nama Tharsus. Tet api nama kot a it u pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru set elah Islam dat ang, kot a it u berubah nama menj adi Tharsus (Tarse, sekarang t erlet ak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri it u dahulunya mempunyai seorang raj a yang baik. Set elah raj a it u meninggal dunia, berit a kemat iannya didengar oleh seorang raj a Persia bernama Diqyanius. Ia seorang Ali bin Abi Thalib kemudian membet ulkan duduknya, menekuk lut ut ke depan perut , lalu dit opangnya dengan burdah yang diikat kan ke pi nggang. Lalu ia berkat a: "Hai saudara Yahudi, Muhammad Rasul Allah s. a. w. kekasihku t elah mencerit akan kepadaku, bahwa kisah it u t erj adi di negeri Romawi, di sebuah kot a bernama Aphesus, at au disebut j uga dengan nama Tharsus. Tet api nama kot a it u pada zaman dahulu ialah Aphesus (Ephese). Baru set elah Islam dat ang, kot a it u berubah nama menj adi Tharsus (Tarse, sekarang t erlet ak di dalam wilayah Turki). Penduduk negeri it u dahulunya mempunyai seorang raj a yang baik. Set elah raj a it u meninggal dunia, berit a kemat iannya didengar oleh seorang raj a Persia bernama Diqyanius. Ia seorang
Baru sampai di sit u, pendet a Yahudi yang bert anya it u berdiri, t erus bert anya: "Jika engkau benar-benar t ahu, coba t erangkan kepadaku bent uk Ist ana it u, bagaimana serambi dan ruangan-ruangannya! "
Ali bin Abi Thalib menerangkan: "Hai saudara Yahudi, raj a it u membangun ist ana yang sangat megah, t erbuat dari bat u marmar . Panj angnya sat u f arsakh (= kl 8 km) dan lebarnya pun sat u
f arsakh. Pilar-pilarnya yang berj umlah seribu buah, semuanya t erbuat dari emas, dan lampu- lampu yang berj umlah seribu buah, j uga semuanya t erbuat dari emas. Lampu-lampu it u bergelant ungan pada rant ai-rant ai yang t erbuat dari perak. Tiap malam apinya dinyalakan dengan sej enis minyak yang harum baunya. Di sebelah t imur serambi dibuat lubang-lubang cahaya sebanyak serat us buah, demikian pula di sebelah barat nya. Sehingga mat ahari sej ak mulai t erbit sampai t erbenam selalu dapat menerangi serambi. Raj a it u pun membuat sebuah singgasana dari emas. Panj angnya 80 hast a dan lebarnya 40 hast a. Di sebelah kanannya t ersedia
80 buah kursi, semuanya t erbuat dari emas. Di sit ulah para hulubalang keraj aan duduk. Di sebelah kirinya j uga disediakan 80 buah kursi t erbuat dari emas, unt uk duduk para pepat ih dan penguasa-penguasa t inggi lainnya. Raj a duduk di at as singgasana dengan mengenakan mahkot a di at as kepala. "
Sampai di sit u pendet a yang bersangkut an berdiri lagi sambil berkat a: "Jika engkau benar-benar t ahu, coba t erangkan kepadaku dari apakah mahkot a it u dibuat ?"
"Hai saudara Yahudi, " kat a Imam Ali menerangkan, "mahkot a raj a it u t erbuat dari kepingan- kepingan emas, berkaki 9 buah, dan t iap kakinya bert aburan mut iara yang memant ulkan cahaya laksana bint ang-bint ang menerangi kegelapan malam. Raj a it u j uga mempunyai 50 orang pelayan, t erdiri dari anak-anak para hulubal ang. Semuanya memakai selempang dan baj u sut era berwarna merah. Celana mereka j uga t erbuat dari sut era berwarna hij au. Semuanya dihias dengan gelang-gelang kaki yang sangat indah. Masing-masing diberi t ongkat t erbuat dari emas. Mereka harus berdiri di belakang raj a. Selain mereka, raj a j uga mengangkat 6 orang, t erdiri dari anak-anak para cendekiawan, unt uk dij adikan ment eri-ment eri at au pembant u- pembant unya. Raj a t idak mengambil suat u keput usan apa pun t anpa berunding lehih dulu dengan mereka. Enam orang pembant u it u selalu berada di kanan ki ri raj a, t iga orang berdiri di sebelah kanan dan yang t iga orang lainnya berdiri di sebelah kiri. "
Pendet a yang bert anya it u berdiri lagi. Lalu berkat a: "Hai Ali, j ika yang kau kat akan it u benar, coba sebut kan nama enam orang yang menj adi pembant u-pembant u raj a it u! "
Menanggapi hal it u, Imam Ali r. a. menj awab: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s. a. w. mencerit akan kepadaku, bahwa t iga orang yang berdiri di sebelah kanan raj a, masing-masing bernama Tamlikha, Miksalmina, dan Mikhaslimina. Adapun t iga orang pembant u yang berdiri di sebelah kiri, masing-masing bernama Mart elius, Casit ius dan Sidemius. Raj a selalu berunding dengan mereka mengenai segala urusan.
Tiap hari set elah raj a duduk dalam serambi ist ana dikerumuni oleh semua hulubalang dan para punggawa, masuklah t iga orang pelayan menghadap raj a. Seorang diant aranya membawa piala emas penuh berisi wewangian murni. Seorang lagi membawa piala perak penuh berisi air sari bunga. Sedang yang seorangnya lagi membawa seekor burung. Orang yang membawa burung ini kemudian mengeluarkan suara isyarat , lalu burung it u t erbang di at as piala yang berisi air sari bunga. Burung it u berkecimpung di dalamnya dan set elah it u ia mengibas-ngibaskan sayap sert a bulunya, sampai sari-bunga it u habis dipercikkan ke semua t empat sekit arnya.
Kemudian si pembawa burung t adi mengeluarkan suara isyarat lagi. Burung it u t erbang pula.
Lalu hinggap di at as piala yang berisi wewangian murni. Sambil berkecimpung di dalamnya, burung it u mengibas-ngibaskan sayap dan bulunya, sampai wewangian murni yang ada dalam piala it u habis dipercikkan ke t empat sekit arnya. Pembawa burung it u memberi isyarat suara lagi. Burung it u lalu t erbang dan hinggap di at as mahkot a raj a, sambil membent angkan kedua sayap yang harum semerbak di at as kepala raj a.
Demikianlah raj a it u berada di at as singgasana kekuasaan selama t iga puluh t ahun. Selama it u ia t idak pernah diserang penyakit apa pun, t i dak pernah merasa pusing kepala, sakit perut , demam, berliur, berludah at au pun beringus. Set elah sang raj a merasa diri sedemikian kuat dan sehat , ia mulai congkak, durhaka dan dzalim. Ia mengaku-aku diri sebagai "t uhan" dan t idak mau lagi mengakui adanya Allah s. w. t .
Raj a it u kemudian memanggil orang-orang t erkemuka dari rakyat nya. Barang siapa yang t aat dan pat uh kepadanya, diberi pakaian dan berbagai macam hadiah lainnya. Tet api barang siapa yang t idak mau t aat at au t idak bersedia mengikut i kemauannya, ia akan segera dibunuh. Oleh sebab it u semua orang t erpaksa mengiakan kemauannya. Dalam masa yang cukup lama, semua orang pat uh kepada raj a it u, sampai ia disembah dan dipuj a. Mereka t idak lagi memuj a dan menyembah Allah s. w. t .
Pada suat u hari perayaan ulang-t ahunnya, raj a sedang duduk di at as singgasana mengenakan mahkot a di at as kepala, t iba-t iba masuklah seorang hulubalang memberi t ahu, bahwa ada balat ent ara asing masuk menyerbu ke dalam wilayah keraj aannya, dengan maksud hendak melancarkan peperangan t erhadap raj a. Demikian sedih dan bingungnya raj a it u, sampai t anpa disadari mahkot a yang sedang dipakainya j at uh dari kepala. Kemudian raj a it u sendiri j at uh t erpelant ing dari at as singgasana. Salah seorang pembant u yang berdiri di sebelah kanan -- seorang cerdas yang bernama Tamlikha-- memper hat ikan keadaan sang raj a dengan sepenuh
f ikiran. Ia berf ikir, lalu berkat a di dalam hat i: "Kalau Diqyanius it u benar-benar t uhan sebagaimana menurut pengakuannya, t ent u ia t idak akan sedih, t idak t idur, t idak buang air kecil at au pun air besar. It u semua bukanlah sif at -sif at Tuhan. "
Enam orang pembant u raj a it u t iap hari selalu mengadakan pert emuan di t empat salah seorang dari mereka secara bergiliran. Pada sat u hari t ibalah giliran Tamlikha menerima kunj ungan lima orang t emannya. Mereka berkumpul di rumah Tamlikha unt uk makan dan minum, t et api Tamlikha sendiri t idak ikut makan dan minum. Teman-t emannya bert anya: "Hai Tamlikha, mengapa engkau t idak mau makan dan t idak mau minum?"
"Teman-t eman, " sahut Tamlikha, "hat iku sedang dirisaukan oleh sesuat u yang membuat ku t idak ingin makan dan t idak ingin mi num, j uga t idak ingin t idur. "
Teman-t emannya mengej ar: "Apakah yang merisaukan hat imu, hai Tamlikha?"
"Sudah lama aku memikirkan soal langit , " uj ar Tamlikha menj elaskan. "Aku lalu bert anya pada diriku sendiri: 'siapakah yang mengangkat nya ke at as sebagai at ap yang senant iasa aman dan t erpelihara, t anpa gant ungan dari at as dan t anpa t iang yang menopangnya dari bawah? Siapakah yang menj alankan mat ahari dan bulan di langit it u? Siapakah yang menghias langit it u dengan bint ang-bint ang bert aburan?' Kemudian kupikirkan j uga bumi ini: 'Siapakah yang membent ang dan menghamparkan-nya di cakrawala? Siapakah yang menahannya dengan gunung-gunung raksasa agar t idak goyah, t idak goncang dan t idak miring?' Aku j uga lama sekali memikirkan diriku sendiri: 'Siapakah yang mengeluarkan aku sebagai bayi dari perut ibuku? Siapakah yang memelihara hidupku dan memberi makan kepadaku? Semuanya it u past i ada yang membuat , dan sudah t ent u bukan Diqyanius'…"
Teman-t eman Tamlikha lalu bert ekuk lut ut di hadapannya. Dua kaki Tamlikha diciumi sambil berkat a: "Hai Tamlikha dalam hat i kami sekarang t erasa sesuat u sepert i yang ada di dalam hat imu. Oleh karena it u, baiklah engkau t unj ukkan j alan keluar bagi kit a semua! "
"Saudara-saudara, " j awab Tamlikha, "baik aku maupun kalian t idak menemukan akal selain harus lari meninggalkan raj a yang dzalim it u, pergi kepada Raj a pencipt a langit dan bumi! "
"Kami set uj u dengan pendapat mu, " sahut t eman-t emannya.
Tamlikha lalu berdiri, t erus beranj ak pergi unt uk menj ual buah kurma, dan akhirnya berhasil mendapat uang sebanyak 3 dirham. Uang it u kemudian diselipkan dalam kant ong baj u. Lalu berangkat berkendaraan kuda bersama-sama dengan lima orang t emannya.
Set elah berj alan 3 mil j auhnya dari kot a, Tamlikha berkat a kepada t eman-t emannya: "Saudara- saudara, kit a sekarang sudah t erlepas dari raj a dunia dan dari kekuasaannya. Sekarang t urunlah kalian dari kuda dan marilah kit a berj alan kaki. Mudah-mudahan Allah akan memudahkan urusan kit a sert a memberikan j alan keluar. "
Mereka t urun dari kudanya masi ng-masing. Lalu berj alan kaki sej auh 7 f arsakh, sampai kaki mereka bengkak berdarah karena t idak biasa berj alan kaki sej auh it u.
Tiba-t iba dat anglah seorang penggembala menyambut mereka. Kepada penggembala it u mereka bert anya: "Hai penggembala, apakah engkau mempunyai air minum at au susu?"
"Aku mempunyai semua yang kalian inginkan, " sahut penggembala it u. "Tet api kulihat waj ah kalian semuanya sepert i kaum bangsawan. Aku menduga kalian it u past i melarikan diri. Coba berit ahukan kepadaku bagaimana cerit a perj alanan kalian it u! "
"Ah…, susahnya orang ini, " j awab mereka. "Kami sudah memeluk suat u agama, kami t idak boleh berdust a. Apakah kami akan selamat j ika kami mengat akan yang sebenarnya?"
"Ya, " j awab penggembala it u.
Tamlikha dan t eman-t emannya lalu mencerit akan semua yang t erj adi pada diri mereka. Mendengar cerit a mereka, penggembala it u segera bert ekuk lut ut di depan mereka, dan sambil menciumi kaki mereka, ia berkat a: "Dalam hat iku sekarang t erasa sesuat u sepert i yang ada dalam hat i kalian. Kalian berhent i saj alah dahulu di sini. Aku hendak mengembalikan kambing- kambing it u kepada pemiliknya. Nant i aku akan segera kembali lagi kepada kalian. "
Tamlikha bersama t eman-t emannya berhent i. Penggembala it u segera pergi unt uk mengembalikan kambing-kambing gembalaannya. Tak lama kemudian ia dat ang lagi berj alan kaki, diikut i oleh seekor anj ing miliknya. "
Wakt u cerit a Imam Ali sampai di sit u, pendet a Yahudi yang bert anya melonj ak berdiri lagi sambil berkat a: "Hai Ali, j ika engkau benar-benar t ahu, coba sebut kan apakah warna anj ing it u dan siapakah namanya?"
"Hai saudara Yahudi, " kat a Ali bin Abi Thalib memberit ahukan, "kekasihku Muhammad Rasul Allah s. a. w. mencerit akan kepadaku, bahwa anj ing it u berwarna kehit am-hit aman dan bernama Qit hmir. Ket ika enam orang pelarian it u melihat seekor anj ing, masing-masing saling berkat a kepada t emannya: kit a khawat ir kalau-kalau anj i ng it u nant inya akan membongkar rahasia kit a! Mereka mint a kepada penggembala supaya anj ing it u dihalau saj a dengan bat u.
Anj ing it u melihat kepada Tamlikha dan t eman-t emannya, lalu duduk di at as dua kaki belakang, menggeliat , dan mengucapkan kat a-kat a dengan lancar dan j elas sekali: "Hai orang- orang, mengapa kalian hendak mengusirku, padahal aku ini bersaksi t iada t uhan selain Allah, t ak ada sekut u apa pun bagi-Nya. Biarlah aku menj aga kalian dari musuh, dan dengan berbuat demikian aku mendekat kan diriku kepada Allah s. w. t . "
Anj ing it u akhirnya dibiarkan saj a. Mereka lalu pergi. Penggembala t adi mengaj ak mereka naik ke sebuah bukit . Lalu bersama mereka mendekat i sebuah gua. "
Pendet a Yahudi yang menanyakan kisah it u, bangun lagi dari t empat duduknya sambil berkat a: "Apakah nama gunung it u dan apakah nama gua it u?! "
Imam Ali menj elaskan: "Gunung it u bernama Naglus dan nama gua it u ialah Washid, at au di sebut j uga dengan nama Kheram! "
Ali bin Abi Thalib meneruskan cerit anya: secara t iba-t iba di depan gua it u t umbuh pepohonan berbuah dan memancur mat a-air deras sekali. Mereka makan buah-buahan dan minum air yang t ersedia di t empat it u. Set elah t iba wakt u malam, mereka masuk berlindung di dalam gua. Sedang anj ing yang sej ak t adi mengikut i mereka, berj aga-j aga ndeprok sambil menj ulurkan dua kaki depan unt uk menghalang-halangi pint u gua. Kemudian Allah s. w. t . memerint ahkan Malaikat maut supaya mencabut nyawa mereka. Kepada masing-masing orang dari mereka Allah s. w. t . mewakilkan dua Malaikat unt uk membalik-balik t ubuh mereka dari kanan ke kiri. Allah lalu memerint ahkan mat ahari supaya pada saat t erbit condong memancarkan sinarnya ke dalam gua dari arah kanan, dan pada saat hampir t erbenam supaya sinarnya mulai meninggalkan mereka dari arah kiri.
Suat u ket ika wakt u raj a Diqyanius baru saj a selesai berpest a ia bert anya t ent ang enam orang pembant unya. Ia mendapat j awaban, bahwa mereka it u melarikan diri. Raj a Diqyanius sangat gusar. Bersama 80. 000 pasukan berkuda ia cepat -cepat berangkat menyelusuri j ej ak enam orang pembant u yang melarikan diri. Ia naik ke at as bukit , kemudian mendekat i gua. Ia melihat enam orang pembant unya yang melarikan diri it u sedang t idur berbaring di dalam gua. Ia t idak ragu-ragu dan memast ikan bahwa enam orang it u benar-benar sedang t idur.
Kepada para pengikut nya ia berkat a: "Kalau aku hendak menghukum mereka, t idak akan kuj at uhkan hukuman yang lebih berat dari perbuat an mereka yang t elah menyiksa diri mereka sendiri di dalam gua. Panggillah t ukang-t ukang bat u supaya mereka segera dat ang ke mari! "
Set elah t ukang-t ukang bat u it u t iba, mereka diperint ahkan menut up rapat pint u gua dengan bat u-bat u dan j ish (bahan semacam semen). Selesai dikerj akan, raj a berkat a kepada para pengikut nya: "Kat akanlah kepada mereka yang ada di dalam gua, kalau benar-benar mereka it u t idak berdust a supaya mint a t olong kepada Tuhan mereka yang ada di langit , agar mereka dikeluarkan dari t empat it u. "
Dalam guha t ert ut up rapat it u, mereka t inggal selama 309 t ahun.
Set elah masa yang amat panj ang it u lampau, Al lah s. w. t . mengembalikan lagi nyawa mereka. Pada saat mat ahari sudah mulai memancarkan si nar, mereka merasa seakan-akan baru bangun dari t idurnya masing-masing. Yang seorang berkat a kepada yang lainnya: "Malam t adi kami lupa beribadah kepada Allah, mari kit a pergi ke mat aair! "
Set elah mereka berada di luar gua, t iba-t iba mereka lihat mat aair it u sudah mengering kembali dan pepohonan yang ada pun sudah menj adi keri ng semuanya. Allah s. w. t . membuat mereka mulai merasa lapar. Mereka saling bert anya: "Siapakah di ant ara kit a ini yang sanggup dan bersedia berangkat ke kot a membawa uang unt uk bisa niendapat kan makanan? Tet api yang akan pergi ke kot a nant i supaya hat i-hat i benar, j angan sampai membeli makanan yang dimasak dengan lemak-babi. "
Tamlikha kemudian berkat a: "Hai saudara-saudara, aku saj alah yang berangkat unt uk mendapat kan makanan. Tet api, hai penggembal a, berikanlah baj umu kepadaku dan ambillah baj uku ini! "
Set elah Tamlikha memakai baj u penggembala, ia berangkat menuj u ke kot a. Sepanj ang j alan ia melewat i t empat -t empat yang sama sekali belum pernah dikenalnya, melalui j alan-j alan yang belum pernah diket ahui. Set ibanya dekat pint u gerbang kot a, ia melihat bendera hij au berkibar di angkasa bert uli skan: "Tiada Tuhan selain Allah dan Isa adalah Roh Allah. "
Tamlikha berhent i sej enak memandang bendera it u sambil mengusap-usap mat a, lalu berkat a seorang diri: "Kusangka aku ini masih t idur! " Set elah agak lama memandang dan mengamat - amat i bendera, ia meneruskan perj alanan memasuki kot a. Dilihat nya banyak orang sedang membaca Inj il. Ia berpapasan dengan orang-orang yang belum pernah dikenal. Set ibanya di sebuah pasar ia bert anya kepada seorang penj aj a rot i: "Hai t ukang rot i, apakah nama kot a kalian ini?"
"Aphesus, " sahut penj ual rot i it u.
"Siapakah nama raj a kalian?" t anya Tamlikha lagi. "Abdurrahman, " j awab penj ual rot i.
"Kalau yang kaukat akan it u benar, " kat a Tamlikha, "urusanku ini sungguh aneh sekali! Ambillah uang ini dan berilah makanan kepadaku! "
Melihat uang it u, penj ual rot i keheran-heranan. Karena uang yang dibawa Tamlikha it u uang zaman lampau, yang ukurannya lebih besar dan lebih berat .
Pendet a Yahudi yang bert anya it u kemudian berdiri lagi, lalu berkat a kepada Ali bin Abi Thalib: "Hai Ali, kalau benar-benar engkau menget ahui , coba t erangkan kepadaku berapa nilai uang lama it u dibanding dengan uang baru! "
Imam Ali menerangkan: "Kekasihku Muhammad Rasul Allah s. a. w. mencerit akan kepadaku, bahwa uang yang dibawa oleh Tamlikha dibanding dengan uang baru, ialah t iap dirham lama sama dengan sepuluh dan dua pert iga dirham baru! "
Imam Ali kemudian melanj ut kan cerit anya: Penj ual Rot i lalu berkat a kepada Tamlikha: "Aduhai, alangkah berunt ungnya aku! Rupanya engkau baru menemukan hart a karun! Berikan sisa uang it u kepadaku! Kalau t idak, engkau akan kuhadapkan kepada raj a! "
"Aku t idak menemukan hart a karun, " sangkal Taml ikha. "Uang ini kudapat t iga hari yang lalu dari hasil penj ualan buah kurma seharga t iga dirham! Aku kemudi an meninggalkan kot a karena orang-orang semuanya menyembah Diqyanius! "
Penj ual rot i it u marah. Lalu berkat a: "Apakah set elah engkau menemukan hart a karun masih j uga t idak rela menyerahkan sisa uangmu it u kepadaku? Lagi pula engkau t elah menyebut - nyebut seorang raj a durhaka yang mengaku diri sebagai t uhan, padahal raj a it u sudah mat i lebih dari 300 t ahun yang silam! Apakah dengan begit u engkau hendak memperolok-olok aku?"
Tamlikha lalu dit angkap. Kemudian dibawa pergi menghadap raj a. Raj a yang baru ini seorang yang dapat berf ikir dan bersikap adil. Raj a bert anya kepada orang-orang yang membawa Tamlikha: "Bagaimana cerit a t ent ang orang ini?"
"Dia menemukan hart a karun, " j awab orang-orang yang membawanya.
Kepada Tamlikha, raj a berkat a: "Engkau t ak per lu t akut ! Nabi Isa a. s. memerint ahkan supaya kami hanya memungut seperlima saj a dari hart a karun it u. Serahkanlah yang seperlima it u kepadaku, dan selanj ut nya engkau akan selamat . "
Tamlikha menj awab: "Baginda, aku sama sekali t idak menemukan hart a karun! Aku adalah penduduk kot a ini! "
Raj a bert anya sambil keheran-heranan: "Engkau penduduk kot a ini?"
"Ya. Benar, " sahut Tamlikha.
"Adakah orang yang kau kenal?" t anya raj a lagi.
"Ya, ada, " j awab Tamlikha.
"Coba sebut kan siapa namanya, " perint ah raj a.
Tamlikha menyebut nama-nama kurang lebih 1000 orang, t et api t ak ada sat u nama pun yang dikenal oleh raj a at au oleh orang lain yang hadir mendengarkan. Mereka berkat a: "Ah…, semua it u bukan nama orang-orang yang hidup di zaman kit a sekarang. Tet api, apakah engkau mempunyai rumah di kot a ini?"
"Ya, t uanku, " j awab Tamlikha. "Ut uslah seorang menyert ai aku! "
Raj a kemudian memerint ahkan beberapa orang menyert ai Tamlikha pergi. Oleh Tamlikha mereka diaj ak menuj u ke sebuah rumah yang pali ng t inggi di kot a it u. Set ibanya di sana, Tamlikha berkat a kepada orang yang mengant arkan: "Inilah rumahku! "
Pint u rumah it u lalu diket uk. Keluarlah seorang lelaki yang sudah sangat lanj ut usia. Sepasang alis di bawah keningnya sudah sedemikian put ih dan mengkerut hampir menut upi mat a karena sudah t erlampau t ua. Ia t erperanj at ket akut an, lalu bert anya kepada orang-orang yang dat ang: "Kalian ada perlu apa?"
Ut usan raj a yang menyert ai Tamlikha menyahut : "Orang muda ini mengaku rumah ini adalah rumahnya! "
Orang t ua it u marah, memandang kepada Tamlikha. Sambil mengamat -amat i ia bert anya: "Siapa namamu?"
"Aku Tamlikha anak Filist in! "
Orang t ua it u lalu berkat a: "Coba ulangi lagi! "
Tamlikha menyebut lagi namanya. Tiba-t iba orang t ua it u bert ekuk lut ut di depan kaki Tamlikha sambil berucap: "Ini adalah dat ukku! Demi Allah, ia salah seorang di ant ara orang- orang yang melarikan diri dari Diqyanius, raj a durhaka. " Kemudian dit eruskannya dengan suara haru: "Ia lari berlindung kepada Yang Maha Perkasa, Pencipt a langit dan bumi. Nabi kit a, Isa as. , dahulu t elah memberit ahukan kisah mereka kepada kit a dan mengat akan bahwa mereka it u akan hidup kembali! "
Perist iwa yang t erj adi di rumah orang t ua it u kemudian di laporkan kepada raj a. Dengan menunggang kuda, raj a segera dat ang menuj u ke t empat Tamlikha yang sedang berada di rumah orang t ua t adi. Set elah melihat Tamlikha, raj a segera t urun dari kuda. Oleh raj a Tamlikha diangkat ke at as pundak, sedangkan orang banyak beramai-ramai menciumi t angan dan kaki Tamlikha sambil bert anya-t anya: "Hai Tamlikha, bagaimana keadaan t eman- t emanmu?"
Kepada mereka Tamlikha memberi t ahu, bahwa semua t emannya masih berada di dalam gua.
"Pada masa it u kot a Aphesus diurus oleh dua orang bangsawan ist ana. Seorang beragama Islam dan seorang lainnya lagi beragama Nasrani. Dua orang bangsawan it u bersama pengikut nya masing-masing pergi membawa Tamlikha menuj u ke gua, " demikian Imam Ali melanj ut kan cerit anya.
Teman-t eman Tamlikha semuanya masih berada di dalam gua it u. Set ibanya dekat gua, Tamlikha berkat a kepada dua orang bangsawan dan para pengikut mereka: "Aku khawat ir kalau sampai t eman-t emanku mendengar suara t apak kuda, at au gemerincingnya senj at a. Mereka past i menduga Diqyanius dat ang dan mereka bakal mat i semua. Oleh karena it u kalian berhent i saj a di sini. Biarlah aku sendiri yang akan menemui dan memberit ahu mereka! "
Semua berhent i menunggu dan Tamlikha masuk seorang diri ke dalam gua. Melihat Tamlikha dat ang, t eman-t emannya berdiri kegirangan, dan Tamlikha dipeluknya kuat -kuat . Kepada Tamlikha mereka berkat a: "Puj i dan syukur bagi Allah yang t elah menyelamat kan dirimu dari Diqyanius! "
Tamlikha menukas: "Ada urusan apa dengan Diqyanius? Tahukah kalian, sudah berapa lamakah kalian t inggal di sini?"
"Kami t inggal sehari at au beberapa hari saj a, " j awab mereka.
"Tidak! " sangkal Tamlikha. "Kalian sudah t inggal di sini selama 309 t ahun! Diqyanius sudah lama meninggal dunia! Generasi demi generasi sudah lewat silih bergant i, dan penduduk kot a it u sudah beriman kepada Allah yang Maha Agung! Mereka sekarang dat ang unt uk bert emu dengan kalian! "
Teman-t eman Tamlikha menyahut : "Hai Tamlikha, apakah engkau hendak menj adikan kami ini orang-orang yang menggemparkan seluruh j agad?"
"Lant as apa yang kalian inginkan?" Tamlikha balik bert anya.
"Angkat lah t anganmu ke at as dan kami pun akan berbuat sepert i it u j uga, " j awab mereka.
Mereka bert uj uh semua mengangkat t angan ke at as, kemudian berdoa: "Ya Allah, dengan kebenaran yang t elah Kau perlihat kan kepada kami t ent ang keanehan-keanehan yang kami alami sekarang ini, cabut lah kembali nyawa kami t anpa sepenget ahuan orang lain! "
Allah s. w. t . mengabulkan permohonan mereka. Lalu memerint ahkan Malaikat maut mencabut kembali nyawa mereka. Kemudian Allah s. w. t . melenyapkan pint u gua t anpa bekas. Dua orang bangsawan yang menunggu-nunggu segera maj u mendekat i gua, berput ar-put ar selama t uj uh hari unt uk mencari-cari pint unya, t et api t anpa hasil. Tak dapat dit emukan lubang at au j alan masuk lainnya ke dalam gua. Pada saat it u dua orang bangsawan t adi menj adi yakin t ent ang bet apa hebat nya kekuasaan Allah s. w. t . Dua orang bangsawan it u memandang semua perist iwa yang dialami oleh para penghuni gua, sebagai peringat an yang diperl ihat kan Allah kepada mereka.
Bangsawan yang beragama Islam lalu berkat a: "Mereka mat i dalam keadaan memeluk agamaku! Akan kudirikan sebuah t empat ibadah di pint u guha it u. "
Sedang bangsawan yang beragama Nasrani berkat a pula: "Mereka mat i dalam keadaan memeluk agamaku! Akan kudirikan sebuah biara di pint u gua it u. "
Dua orang bangsawan it u bert engkar, dan set elah melalui pert ikaian senj at a, akhirnya bangsawan Nasrani t erkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan t erj adinya perist iwa t ersebut , maka Allah berf irman, yang art inya: "Orang-orang yang t elah memenangkan Dua orang bangsawan it u bert engkar, dan set elah melalui pert ikaian senj at a, akhirnya bangsawan Nasrani t erkalahkan oleh bangsawan yang beragama Islam. Dengan t erj adinya perist iwa t ersebut , maka Allah berf irman, yang art inya: "Orang-orang yang t elah memenangkan
Sampai di sit u Imam Ali bin Abi Thalib berhent i mencerit akan kisah para penghuni gua. Kemudian berkat a kepada pendet a Yahudi yang menanyakan kisah it u: "It ulah, hai Yahudi, apa yang t elah t erj adi dalam kisah mereka. Demi Allah, sekarang aku hendak bert anya kepadamu, apakah semua yang kucerit akan it u sesuai dengan apa yang t ercant um dalam Taurat kalian?"
Pendet a Yahudi it u menj awab: "Ya Abal Hasan, engkau t idak menambah dan t idak mengurangi, walau sat u huruf pun! Sekarang engkau j angan menyebut diriku sebagai orang Yahudi, sebab aku t elah bersaksi bahwa t iada t uhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba Allah sert a Rasul-Nya. Aku pun bersaksi j uga, bahwa engkau orang yang paling berilmu di kalangan ummat ini! "
Demikianlah hikayat t ent ang para penghuni gua (Ashhabul Kahf i), kut ipan dari kit ab Qishasul Anbiya yang t ercant um dalam kit ab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sit t ah, t ulisan As Sayyid Murt adha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad, dalam menunj ukkan banyaknya ilmu penget ahuan yang diperoleh Imam Ali bin Abi Thalib dari Rasul Allah s. a. w.
Penanggalan Hij riyah Selain ilmu penget ahuan yang mencakup berbagai bidang, Imam Ali r. a. j uga banyak melahirkan prakarsa-prakarsa yang dipersembahkan kepada kepent ingan kaum muslimin dan kej ayaan Islam. Ada sat u prakarsanya yang t ak mungkin dapat dilupakan sepanj ang sej arah oleh seluruh generasi ummat Islam sampai hari akhir kelak. Meskipun hampir t iap hari hasil prakarsa it u dimanf aat kan oleh kaum muslimin, t et api banyak di ant ara mereka sendiri yang belum menget ahui, bahwa yang dimanf aat kannya it u berasal dari Imam Ali r. a. Yait u penanggalan Hij riyah.
Dalam kit ab Tarikh yang dit ulis oleh At -Thabariy disaj ikan sebuah riwayat yang berasal dari Sa'id bin Al-Mushib, yang menyat akan, bahwa pada sat u hari Khalif ah Umar Ibnul Khat t ab mengumpulkan sej umlah pemuka kaum muslimin unt uk merundingkan masalah penanggalan Islam. Kaum muslimin dan Khalif ah Umar r. a. berpendapat t ent ang perlunya diadakan penanggalan t ersendiri, agar kaum muslimin t i dak lagi mengikut i penanggalan kaum Nasrani dan Yahudi. Bet apa t ragisnya kalau kaum muslimin yang sudah dewasa it u masih j uga mempergunakan penanggalan Ahlul Ki t ab. Tet api keinginan yang baik it u t erbent ur pada j alan bunt u karena t idak berhasil menemukan kapan penanggalan Islam it u harus dimulai.
Di saat mereka sedang menghadapi kesukaran it u dat anglah Imam Ali r. a. Bukan main gembiranya Khalif ah Umar r. a. melihat Imam Al i r. a. dat ang. Segera saj a disambut , kemudian kepadanya diaj ukan pert anyaan t ent ang bagaimana sebaiknya penanggalan Islam it u dimulai.
Tanpa banyak f ikir lagi Imam Ali r. a. menj awab: "Tet apkan saj a mulai hari hij rahnya Rasul Allah s. a. w. , yait u hari beliau meninggalkan t anah syirik! "
Mendengar j awaban Imam Ali r. a. yang cepat dan t epat it u Khalif ah Umar r. a. dengan sert a mert a memeluk Imam Ali r. a. diiringi oleh gegap gempit anya sambut an gembira kaum muslimin yang hadir. Khalif ah Umar r. a. menerima sepenuhnya pendapat Imam Ali r. a. t ersebut , dan mulai hari it u j ugalah dit et apkan berlakunya penanggalan Hij riyah bagi kaum muslimin.