: PERANAN KEPAHLAWANAN

Bab IV : PERANAN KEPAHLAWANAN

Masih ada sement ara penulis sej arah yang dengan berbagai dalih dan alasan mengat akan, bahwa Imam Ali r. a. bukan orang yang pert ama-t ama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Sebagai alasan dikat akan, bahwa hukum belum berlaku baginya, karena ket ika ia memeluk Islam usianya masih sangat muda, malahan dikat akan "masih kanak-kanak".

Alasan sepert i it u t ampak sekali dicari-cari. Sebab, seorang remaj a yang berusia 13 t ahun, bukan seorang kanak-kanak lagi. Ia sudah mampu berf ikir membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Usia 13 t ahun pada umumnya bisa dipandang sebagai t ahap permulaan masa akil baligh. Dalam usia akil baligh it u orang sudah dapat menerima penj elasan-penj elasan dan ket erangan-ket erangan t ent ang sesuat u dengan baik. Fikiran dan perasaannya pun sudah berada dalam t ingkat an akt if , dapat membedakan mana hal-hal yang menyenangkan at au menyedihkan, mana yang mengagumkan dan mana yang memuakkan, mana yang masuk akal dan mana yang t idak.

Sepert i diket ahui, sej ak Imam Ali r. a. berusia 6 t ahun langsung diasuh, dibimbing dan dididik oleh Nabi Muhammad s. a. w. Menurut sist em pendidikan modern, t ingkat usia 6 t ahun it u j ust ru yang paling t epat bagi seseorang anak memasuki sekolah dasar, yang akan berlangsung selama

6 t ahun. Dari usia 6 t ahun sampai 12 t ahun dapat lah dikat akan, bahwa Imam Ali r. a. t elah mendapat "pendidikan dasar" dari seorang guru yang paling bij aksana.

Selama periode "pendidikkan dasar" it u, Imam Ali r. a. t elah dipersiapkan oleh gurunya unt uk menyongsong dat angnya masa pancaroba yang akan menj adi ciri perobahan zaman. Ket ika Imam Ali r. a. menginj ak usia 13 t ahun, t erj adil ah bi't sah Muhammad sebagai Nabi dan Rasul, yang akan menj ungkir-balikkan masa j ahiliyah dan menggant inya dengan kecerahan masa hidayah. Masa "pendidikkan dasar" dan persiapan yang sangat t epat wakt unya it ulah, yang kemudian mewarnai sikap hidup dan kepribadian Imam Ali r. a. sebagai orang yang t eguh imannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Ket ika berlangsung blokade ekonomi dan pemboikot an sosial yang dilancarkan orang-orang kaf ir Qureiys t erhadap semua keluarga Bani Hasyim, Imam Ali r. a. ikut langsung menghayat i kesengsaraan dan penderit aan yang menj adi akibat nya. Dengan mengikut i bimbingan sert a t auladan Rasul Allah s. a. w. besert a Sit t i Khadij ah r. a. , dengan t angguh, t abah dan sabar, Imam Ali r. a. ikut berj uang mempert ahankan dan membela da'wah Islam.

Tidak hanya it u saj a. Selama hampir empat t ahun t erkepung dalam Syi'ib, Imam Ali r. a. memperoleh kesempat an yang luar biasa besarnya unt uk menerima pendidikan t auhid dan ilmu- ilmu Ilahiyah, langsung dari Rasul Allah s. a. w. Sat u kesempat an yang t idak pernah didapat oleh orang mukmin manapun. Dalam keadaan mat eriil serba kurang, Imam Ali r. a. yang masih remaj a it u f ikirannya t erbuka set erang-t erangnya guna menerima hidayah llahi, dan dengan t unt unan Rasul Allah s. a. w. ia dapat mengenal hakekat kebenaran Allah 'Azza wa Jalla.

Tent ang kedinian Imam Ali r. a. beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad s. a. w. sendiri pernah menegaskannya. Penegasan it u disaksikan oleh para sahabat dekat dan t erkemuka, yait u Abu Bakar Ash Shiddiq r. a. , Umar Ibnul Khat t ab r. a. dan Abu Ubaidah r. a. Hal it u t ercant um dalam Kit ab "Kanzul Ummal", j ilid VI, hlm. 393. Riwayat nya berasal dari Ibnu Abbas.

Umar Ibnul Khat t ab berkat a: ". . . . Aku, Abu Bakar dan Abu Ubaidah bersama beberapa orang sahabat Nabi lainnya pernah dat ang ke rumah Ummu Salmah. Set i ba disana aku melihat Ali bin Abi Thalib sedang berdiri di pint u. Kami kat akan kepadanya, bahwa kami hendak bert emu dengan Rasul Allah s. a. w. Ia menj awab, sebent ar lagi beliau akan keluar. Wakt u beliau keluar, kami segera berdiri. Kami lihat beliau bert opang pada Ali bin Abi Thalib dan menepuk-nepuk bahunya sambil berucap: "Engkau unggul dan akan t et ap unggul, orang pert ama yang beriman, seorang mukmin yang paling banyak menget ahui hari-hari Allah (hari-hari t urunnya nikmat dan cobaan), paling set ia menepat i j anj i, paling adil dalam bert ugas melakukan pembagian ghanimah, paling bercint a-kasih kepada rakyat , dan paling banyak menderit a. "

Membela Kebenaran Di samping perj uangannya di bidang aqidah, ilmu dan pemikiran, Imam Ali r. a. j uga t erkenal sebagai seorang muda yang memiliki kesanggupan berkorban yang luar biasa besarnya. Ia mempunyai susunan j asmani yang sempurna dan t enaga yang sangat kuat . Sudah t ent u, it u saj a belum menj adi j aminan bagi seseorang unt uk siap mempert aruhkan nyawanya membela kebenaran Allah dan Rasul-Nya. Imannya yang t eguh laksana gunung raksasa dan keset iaannya yang penuh kepada Allah dan Rasul-Nya, it ulah yang menj adi pendorong ut ama.

Imam Ali r. a. t idak pernah menghit ung-hit ung resiko dalam perj uangan suci menegakkan Islam. Dengan j asmani yang t egap dan kuat , sert a iman yang kokoh dan mant ap, Imam Ali r. a. benar- benar mempunyai syarat f isik-mat eriil dan ment al-spirit ual unt uk menghadapi t ahap-t ahap perj uangan yang serba berat .

Di saat -saat Islam dan kaum muslimin berada dalam sit uasi yang krit is dan gawat , Imam Ali r. a. selalu t ampil memainkan peranan menent ukan. Selama hidup ia t ak pernah mengalami hidup sant ai. Sej ak muda remaj a sampai akhir hayat nya, ia keluar masuk dari kesulit an ke kesulit an lain, dan dari pengorbanan ke pengorbanan yang lain. Namun demi kian ia t ak pernah menyesali nasib, bahkan dengan semangat pengabdian yang t inggi kepada Allah dan Rasul-Nya, ia senant iasa siap menghadapi segala t ant angan. Sat u-sat unya pamrih yang menj adi pemikirannya siang dan malam hanya ingin memperoleh keridhoan Allah dan Rasul-Nya. Kesenangan hidup duniawi baginya bukan apa-apa dibanding dengan kenikmat an ukhrawi yang t elah dij anj ikan Allah s. w. t . bagi hamba-hamba-Nya yang berani hidup di at as kebenaran dan keadilan.

berkali-kali imannya yang t eguh diuj i oleh Rasul Allah s. a. w. Tiap kali diuj i, t iap kali it u j uga lulus dengan meraih nilai yang amat t inggi. Uj ian pert ama yang maha berat ialah yang t erj adi pada saat Rasul Allah s. a. w. menerima perint ah Allah s. w. t . supaya berhij rah ke Madinah.

Sepert i diket ahui, di sat u malam yang gelap-gulit a, komplot an kaf ir Qureiys mengepung kediaman Rasul Allah s. a. w. dengan t uj uan hendak membunuh beliau, bilamana beliau meninggalkan rumah. Dalam perist iwa ini Imam Ali r. a. memainkan peranan besar: Ia dimint a oleh Rasul Allah s. a. w. supaya t idur di at as pembaringan beliau menut up t ubuhnya dengan Sepert i diket ahui, di sat u malam yang gelap-gulit a, komplot an kaf ir Qureiys mengepung kediaman Rasul Allah s. a. w. dengan t uj uan hendak membunuh beliau, bilamana beliau meninggalkan rumah. Dalam perist iwa ini Imam Ali r. a. memainkan peranan besar: Ia dimint a oleh Rasul Allah s. a. w. supaya t idur di at as pembaringan beliau menut up t ubuhnya dengan

Melihat Imam Ali menangis, maka Rasul Allah bert anya: "Apa sebab engkau menangis, Apakah engkau t akut mat i?".

Imam Ali r. a. dengan t egas menj awab: "Tidak, ya Rasul Allah! Demi Allah yang mengut usmu membawa kebenaran! Aku sangat khawat ir t erhadap diri anda. Apakah anda akan selamat , ya R, asul Allah?"

"Ya, " j awab Nabi Muhammad s. a. w. dengan t idak ragu-ragu.

Mendengar kat a-kat a yang past i dari Rasul Allah s. a. w. , Imam Ali r. a. t erus berkat a: "Baiklah, aku pat uh dan kut aat i perint ah anda. Aku rela menebus keselamat an anda dengan nyawaku, ya Rasul Allah! "

Imam Ali r. a. segera menghampiri pembaringan Rasul Allah s. a. w. Kemudian berselunj ur mengenakan selimut beliau unt uk menut upi t ubuhnya. Saat it u orang-orang kaf ir Qureiys sudah mulai berdat angan di sekit ar rumah Rasul Allah s. a. w. dan mengepungnya dari segala j urusan. Dengan perlindungan Allah s. w. t . dan sambil membaca ayat 9 Surah Yaa Sin, beliau keluar t anpa diket ahui oleh orang-orang yang sedang mengepung dan mengint ai. Orang-orang Qureiys it u menduga, bahwa orang yang sedang berbaring dan berselimut it u past i Nabi Muhammad s. a. w. Mereka yang mengepung it u mewakili suku-suku qabilah Qureiys yang t elah bersepakat hendak membunuh Nabi Muhammad s. a. w. dengan pedang secara serent ak. Dengan cara demikian it u, t idak mungkin Bani Hasyim dapat menunt ut balas.

Imam Ali r. a. mengert i benar kemungkinan apa yang akan diperbuat orang-orang kaf ir Qureiys t erhadap dirinya karena ia t idur di pembaringan Rasul Allah s. a. w. Hal it u sama sekali t idak membuat nya sedih at au t akut . Dengan kesabaran yang luar biasa, ia berserah diri pada Allah s. w. t . Ia yakin, bahwa Dia-lah yang menent ukan segala-galanya.

Menj elang subuh, Imam Ali r. a. bangun. Gerombolan Qureiys t erus menyerbu ke dalam rumah. Dengan suara membent ak mereka bert anya: "Mana Muhammad? Mana Muhammad?"

"Aku t ak t ahu di mana Muhammad berada! " j awab Imam Ali r. a. dengan t enang.

Gerombolan Qureiys it u segera mencari-cari ke sudut -sudut rumah. Usaha mereka sia-sia belaka. Gerombolan it u kecewa benar. Di dalam hat i mereka bert anya-t anya: "Kemana ia pergi?" Dalam suasana gaduh Imam Ali r. a. bert anya: "Apa maksud kalian?"

"Mana, Muhammad? Mana Muhammad?" mereka mengulang-ulang pert anyaan semula.

"Apakah kalian mengangkat ku menj adi pengawasnya?" uj ar Imam Ali r. a. dengan nada memperolok-olok. "Bukankah kalian sendiri berniat mengeluarkannya dari negeri ini? sekarang ia sudah keluar meninggalkan kalian! "

Ucapan Imam Ali r. a. sungguh-sungguh menggambarkan ket abahan dan keberanian hat inya. Cahaya pedang t erhunus yang berkilauan, samasekali t idak dihiraukan, bahkan orang-orang Qureiys yang kalap it u dicemoohkan. Seandainya ada seorang saj a dari gerombolan it u mengayunkan pedang ke arah Imam Ali r. a. , ent ahlah apa yang t erj adi. Tet api Allah t idak menghendaki hal it u.

Keesokan harinya, Imam Ali r. a. berkemas-kemas mempersiapkan segala sesuat u unt uk Keesokan harinya, Imam Ali r. a. berkemas-kemas mempersiapkan segala sesuat u unt uk

Sepert i t elah dit erangkan di muka, rombongan Imam Ali r. a. berangkat secara t erang-t erangan di siang hari. Set ibanya di Dhaj nan ia membuka babak konf ront asi bersenj at a ant ara kaum muslimin dan kaum musyrikin.

Imam Ali r. a. yang ket ika it u berusia 26 t ahun, merupakan orang pert ama yang menghunus pedang unt uk memat ahkan agresi bersenj at a orang-orang kaf ir Qureiys. Terbelahnya t ubuh Jenah menj adi dua dan larinya 7 orang pasukan berkuda Qureiys yang semula mengej ar rombongan, merupakan t onggak sej arah yang menandai akan dat angnya masa cerah bagi kaum muslimin dan masa suram bagi kaum musyrikin.