Pengaruh Sikap terhadap Tindakan Pemilik Anjing dalam Pencegahan Penyakit Rabies

memiliki pengetahuan baik mempunyai peluang 18 kali tindakannya lebih baik dalam pencegahan penyakit rabies melalui gigitan hewan penular rabies. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ganefa 2001 di Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, menyimpulkan bahwa ketidakpatuhan pemilik anjing memberikan vaksinasi rabies pada anjingnya memilki hubungan dengan tingkat pengetahuan. Demikian juga hasil penelitian Gunawardhani 2002 yang mengungkapkan bahwa ada pengaruh faktor pengetahuan terhadap perilaku pemilik hewan rentan rabies dalam upaya pengendalian penyakit rabies pada anjing peliharaan.

5.1.2 Pengaruh Sikap terhadap Tindakan Pemilik Anjing dalam Pencegahan Penyakit Rabies

Hasil penelitian ditemukan sebanyak 51,9 sikap pada kategori tidak baik. Mengingat sikap responden mayoritas belum baik tentang cara memelihara anjing, penyebab rabies maupun manfaat vaksinasi rabies yang menyebabkan pemiliknya belum sepenuhnya menyikapi manfaat pemberian vaksin anti rabies bagi anjingnya, maka masih diperlukan waktu maupun intervensi lain untuk menyikapi berbagai kebijakan dan anjuran yang bertujuan untuk pencegahan penyakit rabies. Salah satu intervensi yang perlu dilakukan penyuluhan pada masyarakat secara rutin agar meningkatkan sikap atau penerimaan masyarakat pemilik anjing peliharaan atas berbagai anjuran atau kebijakan tentang pencegahan penyakit rabies. Secara teoritis sikap mempengaruhi tindakan seseorang dalam mengambil suatu keputusan. Menurut Green dalam Notoatmodjo 2007, bahwa sikap merupakan Universitas Sumatera Utara faktor penentu perubahan perilaku, sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek dan struktur sikap seseorang merupakan komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik. Namun ketiga komponen tersebut tidak selalu saling berinteraksi untuk membentuk sikap yang utuh total attitude dan sikap biasanya didasarkan atas pengetahuannya. Jika individu hanya mempunyai satu atau dua komponen saja, maka sikap untuk menghasilkan perilaku yang diharapkan belum tentu terbentuk. Hasil wawancara dengan reponden dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden tidak menyetujui jika anjing peliharaan sehari-harinya diikat dengan rantai. Responden mengungkapkan alasan apabila anjing di ikat maka anjing menjadi lebih ganas. Begitu juga apabila di ikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 meter dan memberangus moncongnya bila dibawa keluar rumah. Menurut mereka hal demikian merepotkan dan menyita waktu. Kemudian sebagian besar responden juga tidak menyetujui anjing peliharaan tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran. Hasil pengamatan di 8 desa, yaitu desa Hutapea Banuarea, Siandor-andor, Parbubu Pea, Parbubu Dolok, Parbaju Julu, Parbaju Tonga, Parbaju Toruan, Partali Julu ditemukan tingginya kasus di desa tersebut disebabkan kebiasaan masyarakat memelihara hewan peliharan terutama anjing. Anjing ini digunakan untuk menjaga rumah dan sebagian masyarakat menggunakan anjing untuk menjaga kebun dan sebagian besar tidak bahkan mengikat anjing peliharaan mereka. Pemukiman Universitas Sumatera Utara masyarakat yang berkumpul pada satu lokasi juga memicu meningkatnya kejadian Rabies pada 8 desa ini di Kecamatan Tarutung. Hasil uji secara statistik ditemukan bahwa sikap berhubungan dengan tindakan dalam pencegahan penyakit rabies. Responden yang memilki sikap baik cenderung cenderung melaksanakan vaksinasi rabies secara rutin. Hal ini didukung oleh hasil uji secara statistik bahwa sikap berpengaruh signifikan terhadap tindakan dalam pencegahan penyakit rabies ditunjukkan oleh nilai p=0,000p=0,005; nilai ExpB= 8,406; CI For Exp B 2,779-25,431. Secara statistik hasil uji memberikan makna bahwa responden yang memiliki sikap baik mempunyai peluang 8 kali tindakannya lebih baik dalam pencegahan penyakit rabies melalui gigitan hewan penular rabies. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ganefa 2001 di Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Propinsi Jawa Barat, menyimpulkan bahwa ada pengaruh sikap pemilik anjing terhadap pemberian vaksinasi rabies. Demikian juga hasil penelitian Gunawardhani 2002 yang mengungkapkan bahwa ada pengaruh sikap pemilik hewan rentan rabies dengan dengan perilakunya dalam upaya pengendalian penyakit rabies. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitan Marpaung 2009 yang mengungkapkan bahwa tidak ada pengaruh variabel sikap pemelihara anjing terhadap pemberian vaksinasi rabies. Universitas Sumatera Utara

5.2 Pengaruh Faktor Enabling terhadap Tindakan Pemilik Anjing dalam

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Pemilik Anjing dan Faktor Persepsi Pencetus dengan Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

0 51 177

Pergub No 44 Tahun 2010 Tentang Pemeliharaan Hewan Penular Rabies (HPR)

0 0 1

Pergub No 44 Tahun 2010 Tentang Pemeliharaan Hewan Penular Rabies (HPR)

0 0 1

Pergub No 44 Tahun 2010 Tentang Pemeliharaan Hewan Penular Rabies (HPR)

0 0 1

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

0 0 7

Hubungan Pengetahuan Pemilik Anjing dan Faktor Persepsi Pencetus dengan Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 14

LEMBAR KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING TERHADAP TINDAKAN PEMILIK ANJING DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES MELALUI GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DI KECAMATAN TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA Penjelasan Umum

1 1 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Rabies - Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utar

0 0 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 12

Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 18