Status Daerah Batas Daerah Epidemiologi Rabies

dilaporkan pertama kali oleh Eilers de Zhaan pada tahun 1894 Depkes, 2007. Setelah Perang Dunia ke-II kasus rabies di Indonesia ditemukan di Jawa Barat 1948, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur 1953, Sumatera Utara 1956, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara 1958, Sumatera Selatan 1959, DI Aceh 1970, Jambi dan Yogyakarta 1971. Soeharso 2003 menuliskan pada tahun 1972 ditemukan kasus pertama rabies di DKI Jakarta. Kasus pertama rabies di Bengkulu dan Kalimantan Timur 1974, Riau 1975 dan Kalimantan Tengah 1978. Penyakit rabies kembali meluas ke Propinsi Kalimantan Selatan pada tahun 1983 dan pada akhir tahun 1997, wabah rabies muncul di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur Dinas Peternakan Prop.Sumut, 2006.

2.3. Pembagian Status Daerah dan Kriterianya

2.3.1. Status Daerah

2.3.1.1.Daerah Bebas, kriterianya : a. Daerah yang secara historis tidak pernah ditemukan penyakit rabies. b. Daerah yang pernah tertular rabies tetapi dalam 2 dua tahun terakhir tidak ada kasus secara klinis dan epidemiologis dan dikonfirmasikan secara laboratoris. Khusus untuk manusia kasusnya berasal dari daerah tersebut bukan kasus import. Beberapa daerah yang sebelumnya menjadi daerah tertular telah ditetapkan menjadi daerah bebas rabies yaitu : Universitas Sumatera Utara - Propinsi Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor : 892 KptsTN. 560997 - Propinsi Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor : 566KPTSPD.6402004 2.3.1.2. Daerah Tertular, kriterianya: Daerah yang dalam 2 dua tahun terakhir pernah ada kasus rabies pada hewan dan manusia baik secara berurutan atau tunggal secara klinis, epidemiologis dan dikonfirmasikan secara laboratoris. Khusus untuk manusia kasusnya berasal dari daerah tersebut bukan kasus import. 2.3.1.3. Daerah Tersangka, kriterianya : a. Daerah yang dalam 2 dua tahun terakhir ada kasus rabies secara klinis dan epidemiologis tapi belum dibuktikan secara laboratoris. b. Daerah yang berbatasan langsung dalam satu daratan dengan daerah tertular.

2.3.2. Batas Daerah

Yang dapat dijadikan pegangan dalam menentukan batasan daerah adalah: a. Pulau b. PropinsiKabupatenKota yang mempunyai sarana pengawasan lalu-lintas hewan penular rabies yang dapat mencegah penularan rabies Departemen Pertanian RI, 2006. Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Epidemiologi Rabies

1. Berdasarkan Orang Dari hasil penelitian pada hewan peliharaan seperti anjing, kucing, dan kera, didaptkan data bahwa 12.581 gigitan hewan tersangka rabies, sebanyak 1112 hewan positif rabies, 120 orang meninggal, dengan kasus tertinggi di Nusa Tenggara Timur, Sumatera Barat, dan Riau, tanpa memandang jenis kelamin dan usia. 2. Berdasarkan Tempat Penyakit rabies tersebar di seluruh dunia dengan frekuensi kasus dan spesifikasi vektor penular yng berbeda-beda. Di Amerika Serikat ada beberapa kota yang bebas rabies New York dan Philadelphia, tetapi sebagian besar negara bagian melaporkan kasus rabies pada binatang. 3. Berdasarkan Waktu Pda tahun 1975 dilaporkan terjadi 25 kasus rabies pada anjing di Amerika Utara. Rabies ditemukan di Indonesia pada tahun 1889 pada seekor kerbau di Bekasi, sementara rabies pada manusia pertama kali dilaporkan pada tahun 1894 oleh E.V. de Haan. Di jawa Tengah sejak tahun 1995 tidak terdapat lagi kasus rabies Widoyono, 2005.

2.4. Program Pembebasan Rabies

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan Pemilik Anjing dan Faktor Persepsi Pencetus dengan Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

0 51 177

Pergub No 44 Tahun 2010 Tentang Pemeliharaan Hewan Penular Rabies (HPR)

0 0 1

Pergub No 44 Tahun 2010 Tentang Pemeliharaan Hewan Penular Rabies (HPR)

0 0 1

Pergub No 44 Tahun 2010 Tentang Pemeliharaan Hewan Penular Rabies (HPR)

0 0 1

DISTRIBUSI KASUS GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DAN KASUS RABIES DI KABUPATEN NGADA, PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

0 0 7

Hubungan Pengetahuan Pemilik Anjing dan Faktor Persepsi Pencetus dengan Pencegahan Penyakit Rabies di Kecamatan Sarudik Kabupaten Tapanuli Tengah

0 0 14

LEMBAR KUESIONER PENGARUH FAKTOR PREDISPOSING, ENABLING DAN REINFORCING TERHADAP TINDAKAN PEMILIK ANJING DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT RABIES MELALUI GIGITAN HEWAN PENULAR RABIES (HPR) DI KECAMATAN TARUTUNG KABUPATEN TAPANULI UTARA Penjelasan Umum

1 1 28

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Rabies - Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utar

0 0 32

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 12

Analisis Faktor Predisposing, Enabling Dan Reinforcing Terhadap Tindakan Pemilik Anjing Dalam Pencegahan Penyakit Rabies Melalui Gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara

0 0 18