d. Stadium Paralisis Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam stadium eksitasi.
Kadangkadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang belakang,
yang memperlihatkan gejala paralysis otot-otot pernafasan.
2.1.7. Kejadian Rabies di Lapangan
Kejadian kasus positif rabies di lapangan ditentukan atau dipengaruhi oleh hal:
1. Pola Penggigitan Ada 2 pola penggigitan oleh anjing terhadap manusia yang lazim terjadi di
daerah-daerah pedesaan yaitu : a.
Penggigitan karena ada provokasi : Penggigitan yang terjadi di sini didahului oleh adanya gangguan baik langsung
atau tidak langsung. Pada anjing yang baru beranak, biasanya naluri untuk melindungi anaknya sangat kuat sehingga sangat mudah sekali anjing menyerang dan
menggigit kalau diganggu. Bentuk provokasi terhadap anjing sangat beragam dari mulai memukul, menyeret ekor sampai dengan mengganggu anjing yang sedang
tidur. Hal tersebut akan merangsang anjing untuk menggigit. Penggigitan-penggigitan yang disebabkan oleh adanya provokasi apalagi dilakukan dengan sengaja, tidak
menjadi persoalan serius dalam kejadian rabies di lapangan, namun tetap harus diwaspadai melalui kegiatan observasi, apalagi bila diketahui anjing tersebut belum
divaksinasi.
Universitas Sumatera Utara
b. Penggigitan tanpa provokasi Dalam hal ini anjing menyerang dan menggigit secara tiba-tiba tanpa adanya
gangguan dalam bentuk apapun. Di lapangan, anjing yang menggigit secara tiba-tiba biasanya sudah menjadi “wandering-dog” atau “anjing luntang-lantung” yang
berjalan tanpa tujuan dan menyerang serta menggigit siapa saja yang ditemuinya. Anjing tersebut biasanya adalah anjing liar atau anjing-anjing peliharaan yang
ditelantarkan sehingga menjadi liar. 2. Pola Penyebaran
Penularan rabies di lapangan berawal dari suatu kondisi anjing yang tidak dipelihara dengan baik atau anjing liar yang merupakan ciri khas yang ada di
pedesaan yang berkembang sangat cepat dan sulit dikendalikan. Suatu kondisi yang sangat kondusif untuk menjadikan suatu daerah dapat bertahan menjadi daerah
endemis. Pada umumnya manusia merupakan “dead end” atau terminal akhir dari
korban gigitan. Baik anjing liar maupun anjing peliharaan setiap saat dapat menggigit manusia. Sementara itu anjing liar, anjing peliharaan yang menjadi liar dan anjing
peliharaan dapat saling menggigit satu sama lain. Jika salah satu diantara yang menggigit tersebut positif rabies, maka akan terjadi kasus rabies yang semakin tinggi
Dinas Peternakan.Prop.Sumut 2006.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Pola Penyebaran Rabies di Lapangan
Sumber : Kesiagaan Darurat Veteriner Indonesia Penyakit Hewan Menular, Departemen
Pertanian, Dirjen Bina Produksi Peternakan, Direktorat Kesehatan Hewan 2006. p, 7.
2.1.8. Diagnosa