maupun anjing liar. Berdasarkan laporan penelitian tentang Analisa Epidemiologi Data Surveillance Rabies di Indonesia oleh Padri dkk 1986, diketahui adanya
korelasi antara jumlah penduduk, jenis kelamin dan golongan umur, orang yang mendapat vaksin anti rabies, total gigitan, populasi anjing, jumlah anjing menggigit,
jumlah spesimen diperiksa, jumlah spesimen yang positif dan jumlah hewan yang divaksinasi dengan prevalensi rabies.
Di daerah-daerahpulau-pulau yang bebas rabies kemungkinan hewan terjangkit rabies bisa saja terjadi, karena masuknya anjing atau hewan penular rabies HPR dari
daerah tertular. Untuk melindungi daerah yang bebas rabies, tindakan pengawasan lalu lintas anjing dan hewan penular rabies yang masuk dari luar secara ketat harus
dilakukan dengan konsisten.
2.4.2.2. Tindakan Karantina dan Pengawasan Lalu-Lintas
Luas daerah rawan bergantung kepada faktor-faktor seperti jumlah dan spesies hewan tertular dan hewan kontak, lokasi geografis, lalu lintas anjing dan HPR lainnya
yang diketahui maupun yang tidak terawasi. Arus lalu lintas yang tidak terawasi adalah aspek kritis bagi pengendalian rabies di daerah. Dalam skala praktis di
lapangan, daerah desa, kecamatan, kabupaten yang bersinggungan berbatasan dengan daerah tertularwabah dianggap sebagai daerah rawan.
2.4.2.3. Tindakan terhadap Hewan Tertular
Setiap anjing dan HPR yang menggigit harus dianggap sebagai hewan tertular atau tersangka rabies. Tindakan observasi selama 10-14 hari harus diterapkan.
Apabila hasil observasi negatif, pemusnahan paska observasi dapat dilaksanakan
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan kondisi-kondisi tertentu seperti atas permintaan pemilik atau kondisi anjing sudah tidak layak untuk dipelihara lebih lanjut.
Semua anjing dan HPR lain yang berada di wilayah administratif daerah yang terjadi wabah dinyatakan sebagai hewan tertular rabies sah dijadikan sasaran
eliminasi. Hewan yang masuk dari luar ke dalam daerah wabah, terutama yang masuk secara ilegal dapat pula menjadi target pemusnahan. Pemusnahan dilakukan terutama
terhadap anjing, kucing dan kera yang mempunyai potensi sangat besar dalam menularkan dan menyebarkan rabies.
2.4.2.4. Tindakan terhadap Hewan Kontak
Hewan-hewan yang kontak dengan penderita rabies bisa saja menimbulkan masalah yang lebih besar daripada hewan tertular. Tanda-tanda klinis dari hewan
tertular dapat terlihat setelah beberapa jam, beberapa hari, satu minggu atau paling lama dua minggu Dinas Peternakan Prop.Sumut, 2006.
Keunikan rabies adalah masa inkubasi penyakit ini cukup lama, dari beberapa minggu sampai beberapa bulan. Sehingga, seseorang bisa saja membawa anjing yang
diperkirakan sehat sementara sudah terdapat virus rabies dalam tubuhnya dari daerah tertular. Dengan pola inilah rabies menyebar dari satu propinsi ke propinsi lain
Soedarsono, 2003. Tindakan karantina untuk memudahkan observasi, baik untuk hewan-hewan
yang kontak dengan penderita rabies maupun anjing atau HPR lain yang menggigit, merupakan prosedur yang harus ditempuh sampai diperoleh kepastian bahwa hewan
tersebut bebas rabies. Pada dasarnya hewan-hewan yang kontak dengan penderita
Universitas Sumatera Utara
rabies maupun anjing yang menggigit sama sekali tidak boleh dibunuh sebelum hasil observasi dikeluarkan.
2.4.2.5. Pengendalian Lalu-lintas di Daerah Tertular