rabies maupun anjing yang menggigit sama sekali tidak boleh dibunuh sebelum hasil observasi dikeluarkan.
2.4.2.5. Pengendalian Lalu-lintas di Daerah Tertular
Begitu kejadian kasus rabies dipastikan maka suatu langkah yang cepat harus dilakukan untuk menetapkan daerah tertular DT dan daerah rawan DR yang
mengelilingi DT, dengan merujuk dan mempedomani secara ketat ketentuanketentuan yang berlaku secara nasional.
Keberadaan DT berlaku hanya sampai dinyatakan bahwa anjing liar di daerah tertular sudah dimusnahkan, daerah tersebut kemudian didesinfeksi dan HPR
peliharaan lainnya di DT divaksinasi. Tidak ada lalu lintas HPR dan hewan yang tidak di vaksinasi masuk maupun keluar DT. Setelah kasus rabies dapat dihilangkan
dari DT dan hewan-hewan peka lainnya telah divaksinasi, maka DT bisa diturunkan menjadi DR dan hewan yang ada di DT tersebut tetap berada di bawah pengawasan
dan kontrol yang ketat petugas Dinas Peternakan.
2.4.2.6. Tindakan terhadap Anjing yang Menggigit
Anjing yang menggigit di daerah wabah dianggap telah tertular sehingga harus ditangkap dan dibunuh. Khususnya kalau anjing itu anjing liar atau diliarkan. Kepala
atau otak langsung dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi jiwa manusia dan sekaligus mengurangi korban.
Apabila anjing tersebut berpemilik perlu dilihat catatan atau informasi mengenai vaksinasinya. Tindakan terhadap hewan berpemilik yang telah divaksin apabila
Universitas Sumatera Utara
menggigitmencakar dan terhadap hewan berpemilik yang kontak dengan hewan tertular rabies adalah:
- Isolasi dan observasi selama 14 hari
- Jika dalam masa observasi tetap hidup dibebaskan tetapi jika hewan tidak
berpemilik maka dimusnahkan. -
Jika dalam masa observasi anjing mati, otaknya harus dikirim ke laboratorium untuk peneguhan diagnosa rabies.
Tindakan terhadap hewan berpemilik yang tidak divaksin apabila menggigitmencakar adalah :
- Isolasi dan observasi selama 14 hari.
- Jika dalam masa observasi anjingkucing tetap hidup dibebaskan.
- Jika dalam masa observasi anjingkucing mati maka otaknya harus dikirim ke
laboratorium untuk meneguhkan diagnosa rabies. Tindakan terhadap hewan yang tidak berpemilik apabila menggigitmencakar
adalah anjing dibunuh dan spesimen otak dikirim ke laboratorium untuk meneguhkan diagnosa rabies. Dinas Peternakan.Prop.Sumut, 2006.
Bertitik tolak dari langkah operasional pelaksanaan pembebasan rabies menurut Departemen Peternakan R.I 2006, salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
penertiban dan pengawasan pemeliharaan anjing dengan menetapkan beberapa ketentuan, yaitu :
1. Setiap anjing berpemilik harus divaksinasi. 2. Bagi anjing berpemilik yang tidak divaksinasi dilakukan eliminasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Anjing dipelihara di halaman dan tidak boleh dibiarkan lepas berkeliaran. 4. Bila rumah tidak berpagar rapat, anjing harus diikat dengan rantai yang
panjangnya tidak lebih dari 2 m. 5. Anjing yang sudah divaksinasi diberi tanda.
6. Apabila hendak dibawa keluar halaman, anjing harus diikat dengan rantaitali dan moncongnya di berangus.
7. Pemilik anjing wajib mendaftarkan anjingnya pada ketua RT dan wajib melakukan vaksinasi rabies terhadap anjingnya secara teratur setiap tahun
2.4.3. Pokok-pokok Kegiatan Sektor Kesehatan 2.4.3.1. Pencegahan Rabies setelah Gigitan Hewan Penular Rabies
Setiap ada kasus gigitan hewan penular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangimematikan virus rabies yang masuk pada luka
gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air sebaiknya air mengalir dengan sabun atau detergen selama 10-15 menit, kemudian diberi
antiseptik alkohol 70, betadine, jodium. Meskipun pencucian luka menurut keterangan penderita sudah dilakukan namun
di Puskesmas PembantuPuskesmasRumah Sakit harus dilakukan kembali pencucian luka seperti di atas. Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan
situasi yang tidak terlalu erat dan tidak menghalangi pendarahan dan drainase. Bila memang perlu sekali untuk dijahit dengan alasan kosmetik dan dukungan jaringan.
Jahitan dilakukan setelah pemberian Serum Anti Rabies SAR sesuai dengan dosis, yang disuntikkan di sekitar luka. Disamping itu harus dipertimbangkan pula perlu
Universitas Sumatera Utara
tidaknya pemberian serumvaksin anti tetanus, anti biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik Depkes, 2007 .
2.4.3.2. Pemberian Vaksin dan Serum Anti Rabies