Prop.Sumut, 2006. Pembebasan rabies dapat dicapai dengan menjalankan gabungan atau kombinasi strategi di bawah ini :
1. Karantina dan pengawasan lalu lintas terhadap hewan penular penyakit. 2. Pemusnahan hewan tertular dan hewan yang kontak untuk mencegah sumber
virus rabies yang paling berbahaya. 3. Vaksinasi semua hewan yang dipelihara di daerah tertular untuk melindungi
hewan terhadap infeksi dan mengurangi kontak terhadap manusia. 4. Penelusuran dan surveilans untuk menentukan sumber penularan dan arah
pembebasan dari penyakit 5. Kampanye peningkatan kesadaran masyarakat public awareness untuk
memfasilitasi kerjasama masyarakat terutama dari pemilik hewan dan komunitas yang terkait.
2.4.2.1. Metode Pencegahan Penyebaran dan Eliminasi Agen Penyebab
Secara alamiah metode awal untuk mencegah penyebaran rabies dan eliminasi agen penyebab, adalah dengan cara sedapat mungkin menghindari gigitan, baik dari
anjing peliharaan apalagi gigitan anjing liar atau yang diliarkan. Pendekatan ini terutama harus diterapkan pada anak-anak dan remaja yang berpotensi mendapat
serangan gigitan. Mengurangi atau meniadakan tempat-tempat pembuangan sampah yang berpotensi untuk berkumpul dan bertemunya anjing, sekaligus akan mengurangi
atau meniadakan kesempatan kontak antar anjing. Di lapangan sasaran pemberantasan ditujukan terhadap anjing atau hewan
penular rabies HPR yang tidak diketahui status vaksinasinya, baik anjing peliharaan
Universitas Sumatera Utara
maupun anjing liar. Berdasarkan laporan penelitian tentang Analisa Epidemiologi Data Surveillance Rabies di Indonesia oleh Padri dkk 1986, diketahui adanya
korelasi antara jumlah penduduk, jenis kelamin dan golongan umur, orang yang mendapat vaksin anti rabies, total gigitan, populasi anjing, jumlah anjing menggigit,
jumlah spesimen diperiksa, jumlah spesimen yang positif dan jumlah hewan yang divaksinasi dengan prevalensi rabies.
Di daerah-daerahpulau-pulau yang bebas rabies kemungkinan hewan terjangkit rabies bisa saja terjadi, karena masuknya anjing atau hewan penular rabies HPR dari
daerah tertular. Untuk melindungi daerah yang bebas rabies, tindakan pengawasan lalu lintas anjing dan hewan penular rabies yang masuk dari luar secara ketat harus
dilakukan dengan konsisten.
2.4.2.2. Tindakan Karantina dan Pengawasan Lalu-Lintas
Luas daerah rawan bergantung kepada faktor-faktor seperti jumlah dan spesies hewan tertular dan hewan kontak, lokasi geografis, lalu lintas anjing dan HPR lainnya
yang diketahui maupun yang tidak terawasi. Arus lalu lintas yang tidak terawasi adalah aspek kritis bagi pengendalian rabies di daerah. Dalam skala praktis di
lapangan, daerah desa, kecamatan, kabupaten yang bersinggungan berbatasan dengan daerah tertularwabah dianggap sebagai daerah rawan.
2.4.2.3. Tindakan terhadap Hewan Tertular