Peran Pemerintah dalam Perlindungan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

segala masalah-masalah yang terjadi dalam bidang ketenagakerjaan dan sekaligus sebagai badan yang berwenang dalam pengerahan dan pembinaan tenaga kerja. Depnaker sebagai wakil pemerintah mempunyai tugas antara lain meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Menyediakan dan penggunaan tenaga kerja b. Pengembangan dan perluasan kerja c. Pembinaan keahlian dan kejuruan tenaga kerja d. Pembinaan hubugan ketenagakerjaan e. Pengurusan syarat-syarat dan jaminan sosial f. Pembinaan norma-norma perlindungan kerja g. Pembinaan norma-norma keselamatan kerja 31 Pasal 19 Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 150 Tahun 1999, berbunyi bahwa pengawasan terhadap ditaatinya keputusan menteri ini dilakukan oleh pegawai pengawas ketenagakerjaan. Pengawasan yang dilakukan oleh pengawas tersebut di atas yang dalam hal ini adalah Depnaker masih dapat dikatakan terbilang belum efektif yang masih bersifat pasif atau masih bersifat menunggu. Hal ini mungkin karena ketidak harusan pengusaha dalam mendaftarkan setiap tenaga kerjanya ke pihak penyelenggara PT Jamsostek. Pembinaan dan pengawasan tehadap penyelenggara program jaminan sosial tenaga kerja oleh badan penyelenggara PT Jamsostek dilakuka oleh yang bertanggung jawab dalam bidang ketenagakerjaan Menteri Tenaga Kerja. Dalam 31 Imam Soepomo, op. cit., hal. 42 melakukan pembinaan dan pengawasan tersebut menteri yang bersangkutan dapat melakukan pemeriksaan langsung setiap waktu. Pembinaan yang berkaitan dengan penetapan kebijaksanaan regulasi Peraturan Perundang-undangan dilakukan bersama oleh Menteri tenaga Kerja dan menteri keuangan. Pembinaan dan pengawasan yang berkaita dengan program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan JPK dilakukan bersama oleh Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 1999 tentang Pengalihan Kedudukan, tugas dan kewenangan Menteri Keuangan selaku Rapat Umum Pemegang Saham RUPS atau Pemegang Saham pada perusahaan Perseroan Perserio dan Perseroan Terbatas yang sebagian sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia kepada Menteri Negara Penanaman Modal da Pembinaan BUMN, fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap badan penyelenggara Jamsostek PT Jamsostek dilakukan oleh Menteri Keuangan. 32 32 Zulaini Wahab, Jaminan Pensiun dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja di Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 167 Menteri Tenaga Kerja dalam melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Nomor :PER-05 MEN 1993 tanggal 27 Februari 1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Kepersertaan, Pembayaran Iuran, Pembayaran Santunan dan Pelayanan Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Di samping itu, laporan keuangan PT Jamsostek yang diaudit oleh Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan BPKP, bukan oleh kantor Akuntan Publik sebagai Auditor Independen. Program jaminan sosial tenaga kerja merupakan suatu program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dan keluarganya hanya dapat terlaksana dengan baik apabila pemerintah dalam hal ini Depnaker melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap ditaatinya ketentuan- ketentuan perundang-undangan tersebut. Adapun bentuk pengawasan yang dilakukan hendaklah dengan melakukan peninjauan langsung perusahaan-perusahaan untuk melihat keadaan tenaga kerja dan menanyai langsung kepada tenaga-tenaga kerja tentang pelaksanaan Jamsostek di perusahaan tersebut. Sehingga dengan demikian tenaga kerja merasa terlindungi dan dengan demikian tercapai pulalah sekaligus tujuan nasional yaitu menciptakan masyarakat adil dan makmur. Ada empat persoalan asuransi tenaga kerja yang ditawarkan oleh Jamsostek bagi manfaat pekerja dan masing-masing memiliki besaran persentase potongan gaji yang berbeda-beda. Untuk program Jaminan Hari Tua JHT iuran sebesar 5,7 dari gaji karyawan bersangkutan dibebankan kepada perusahaan 3,7 dan pekerja sendiri 25. Program Jaminan Kesehatan JKS besar iuran variatif dengan rentang 3 hingga 6 dari gaji karyawan yang dibebankan seluruhnya kepada perusahaan. Program Jaminan Kecelakaan Kerja JKK juga dibebankan seluruhnya kepada perusahaan untuk menggunakan dengan rentang antara 0,24 hingga 1,74 dari gaji karyawan. Untuk program Jaminan Kematian JKM dibebankan seluruhnya kepada perusahaan dengan persentase 0,30. 33 Status hukum BUMN bagi perusahaan merupakan permasalahan bagi PT Persero Jamsostek dalam memberikan pengembalian manfaat yang optimum bagi pekerja. Indonesia dan Cina adalah salah satu dari sedikit negara yang memberikan bada hukum BUMN bagi institusi penyelenggara jaminan sosialnya, suatu hal yang ditinggalkan oleh negara-negara lainnya. Program jaminan sosial merupakan program publik yang diwajibkan oleh UU dimana iuran dan investasi yang dikumpulkan bukanlah merupakan pendapatan, melainkan utang institusi penyelenggara yang harus dikembalikan kepada peserta. Dikatakan sebelumnya PT Persero Jamsostek memiliki dasar hukum yang kuat untuk melakukan pemungutan iuran, yakni UU No. 3 1992 dan PP No. 151995. Hak pungut ini bertemu dengan adanya kebutuuhan perusahaan dan pekerja akan adanya asuransi social tenaga kerja. Disinilah letak kekuatan PT Persero Jamsostek. Pemerintah masih dibatasi kendala pendanaan untuk mewujudkan konsep ideal jaminan sosial universal yang dibiayai oleh APBN dalam rangka pelaksanaan amanat UUD 1945 pasal 34 “Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh Negara”. Secara ideal, sebagaimana yang telah diterapkan di Negara-negara Eropa, sebagian dari pajak yang disetorkan ke APBN disisihkan untuk program jaminan sosial bagi masyarakat. Di Indonesia hal ini menemui kendala karena masih belum optimalnya pemasukan pajak. 33 Maimun, op. cit., hal. 97 merupakan program publik yang diwajibkan karena sistem jaminan sosial merupakan salah satu program welfare state yang hanya memberikan benefit standar minimum, suatu hal yang berbeda dengan yang ditawarkan oleh asuransi komersial. Dalam penyelenggaraan jamsostek, PT Persero Jamsostek juga menghadapi masalah akibat ketergantungan yang besar pada pihak regulator, terutama dalam hal law enforcement dan perbaikan benefit. Dalam penyelenggaraan jaminan sosial di banyak Negara, badan penyelenggara melakukan law enforcement sendiri sehingga dapat melakukan akses langsung ke perusahaan-perusahaan. Jadi Departemen teknik terkait yakni Depnaker semestinya dikembalikan fungsinya sebagai “wasit” dan regulator yang baik dalam penyelenggara jamsosotek. Sebagai contoh, kenyataan yang terjadi di lapangan menunjukkan adanya ketidaktaatan dari para perusahaan untuk mengikuti perintah UU No. 3 Tahun 1992, seperti pelaporan jumlah pegawai dan gaji yang menyimpang dari jumlah semestinya, yang sulit untuk ditindak secara tegas oleh badan penyelenggara karena wewenang untuk menindak dimiliki Depnaker. Kadang aparat Depnaker yang mestinya menjadi “wasit” yang baik justru makin memperkeruh situasi ini. Dari segi peluang PT Persero Jamsostek, jumlah peserta dari tahun ke tahun terus meningkat seiring meningkatnya jumlah pekerja di sektor formal, yang memang selama ini menjadi target pasar penyelenggara PT Jamsostek. Pertambahan peserta terasa berjalan tersendat-sendat dan target pasar potensial dari sektor formal saja masih, 12 juta tahun 2000. Peluang pasar yang ada sangat besar apalagi bila juga masuk ke lingkup sektor informal dengan jumlah pekerja sektor informal ini yang sangat besar, sebanyak 62,35 juta orang. Adanya prinsip “law of big number” mengharuskan tercapainya angka peserta dalam jumlah besar, sehingga selayaknya badan ini dibantu agar dapat berkonsentrasi melakukan perannya sebagai agen pembangunan. Ancaman yang dihadapi oleh PT Persero Jamsostek timbul dari sikap pemerintah yang dirasakan kurang tegas atau mengabaikan kekacauan yang terjadi. Antara sesama BUMN penyelanggara asuransi sosial dibiarkan terjadi kompetisi yang sebenarnya tidak dapat dibenarkan. Penyimpangan dari konsep ideal ini diperparah dengan dimungkinkannya penyelenggara dari konsep satu BUMN oleh UU No. 3 Tahun 1992. Tidak adanya sikap yang tegas dari pemerintah yang mengesankan ambivalensi sikap pemerintah, dan dorongan untuk mencetak laba sebanyak mungkin baik BUMN menyebabkan lahirnya praktek penawaran paket asuransi kesehatan oleh PT Askes kepada perusahaan- perusahaan yang memberatkan penyelanggaraan Jamsostek. Hal ini timbul karena adaya tumpang tindih antara UU No. 3 Tahun 1992 yang mewajibkan perusahaan menjadi anggota jamsostek, dan PP No. 14 Tahun 1993 pasal 2 ayat 4 yang membeloehkan perusahaan untuk tidak mengikuti program jaminan kesehatan dasar apabila sudah menyelenggarakan sendiri program jaminan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik. Seharusnya ditarik garis yang tegas antara paket jaminan kesehatan minimum yang diselenggarakan oleh badan penyelenggara jamsostek yaitu PT Persero Jamsostek dan paket asuransi kesehatan plus yang boleh ditawarkan oleh swata atau PT Askes yang dalam hal ini berlaku sebagai perusahaan swasta, sehingga kedua jenis paket ini tidak perlu dan tidak bisa dicampuradukkan. 34 Bila dibandingkan dengan ketiga BUMN lain di bidang asuransi, yaitu PT Persero ASKES, ASABRI, TASPEN, jelas catatan prestasi keuangan di atas lebih baik. Oleh sebab itu peran pemerintah sebenarnya pada jaminan sosial tenaga kerja pada kecelakaan kerja adalah mendaftarkan tenaga kerja kepada PT Jamsostek dan Departemen Tenaga Kerja untuk mendapatkan ganti rugi atas kecelakaan yang diderita oleh tenaga kerja. 34 Ibid, hal. 04 BAB III PERANAN SERIKAT BURUHSERIKAT PEKERJA DALAM PERUSAHAAN

A. Pengertian Serikat Buruh Serikat Pekerja

Menurut RG. Kartasapoetra, dalam bukunya Hukum Perburuhan di Indonesia berlandaskan Pancasila. 35 a. Serikat Buruh Jelasnya, yang dimaksud dengan Organisasi Buruh di tanah air kita adalah organisasi yang didirikan oleh dan untuk kaum buruh secara sukarela yag berbentuk : Serikat buruh adalah suatu organisasi yang didirikan oleh dan untuk buruh secara sukarela, berbentuk kesatuan dan mencakup lapangan pekerjaan, serta disusun secara vertikal dari pusat sampai unit-unit kerja basis. b. Gabungan Serikat Buruh Gabungan serikat buruh adalah suatu organisasi buruh yang anggota- anggotanya terdiri dari Serikat Buruh seperti di atas. 35 RG. Kartasapoetra, loc. cit. 51 Kalau diperhatikan pengertian yang diberikan oleh RG. Kartasapoetra di atas, maka tampaknya apa yang dikemukakan itu adalah sesuai dengan bunyi pasal 1 Peraturan Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi Nomor PER01MEN1975 tentang Pendaftaran Organisasi Buruh, tanpa memberikan penjelasan sekalipun. Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh terdapat pengertian mengenai Serikat BuruhSerikat Pekerja, yaitu: a. Serikat pekerjaserikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerjaburuh baik di perusahaan maupun di luar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela serta melindungi hak dan kepentingan pekerjaburuh serta meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya; b. Serikat pekerjaserikat buruh di perusahaan adalah serikat pekerjaserikat buruh yang didirikan oleh para pekerjaburuh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan; c. Serikat pekerjaburuh di luar perusahaan adalah serikat pekerjaserikat buruh yang didirikan oleh para pekerjaburuh yang tidak bekerja di perusahaan; d. Federasi serikat pekerjaserikat buruh adalah gabungan serikat pekerjaserikat buruh; e. Konfederasi serikat pekerjaserikat buruh adalah gabungan federasi serikat pekerjaserikat buruh;

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

8 99 104

Analisis Kinerja Mutu Teh Hitam di PTPN IV Kebun Bah Butong

16 129 72

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 26

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PTPN – IV (STUDI KASUS DI PTPN – IV UNIT KEBUN BAH JAMBI, PEMATANG SIANTAR) SKRIPSI

0 0 10