Peran dan Fungsi Serikat BuruhSerikat Pekerja dalam Suatu

Misalnya serikat pekerja buruh yang pengemudi angkutan kota atau pembantu rumah tangga. 43 a Sebagai pihak dalam pembuatan perjanjian kerja bersama dan penyelesaian perselisihan hubungan industrial; Sebagai organisasi, Serikat Pekerja Serikat Buruh bersifat bebas berarti organisasi dalam melaksanakan hak dan kewajiban tidak di bawah pengaruh atau tekanan dari pihak lain. Terbuka berarti dalam menerima anggota dan atau memperjuangkan kepentingan pekerja buruh tidak membedakan aliran politik, agama, suku bangsa dan jenis kelamin. Bersifat mandiri maksudnya dalam menjalankan dan mengembagkan organisasi ditentukan oleh kekuatan sendiri, tidak ditentukan oleh pihak lain di luar organisasi. Demokratis yaitu bahwa dalam pembentukan organisasi, pemilihan pengurus, memperjuangkan dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip- prinsip demokrasi. Bertanggung jawab berarti bahwa dalam mencapai tujuan dan melaksanakan hak dan kewajibannya, Serikat Pekerja Serikat Buruh bertanggung jawab kepada anggota, masyarakat dan Negara. Tujuan didirikannya Serikat Pekerja Serikat Buruh adalah untuk memberikan perlindungan, pembelaan hak dan kepentingan serta meningkatkan kesejahteraan yang layak bagi pekerja buruh dan keluarganya. Guna mencapai tujuan tersebut, Serikat Pekerja Serikat Buruh mempunyai fungsi : 43 Maimun, op. cit., hal. 23 b Sebagai wakil pekerja buruh dalam lembaga kerja sama di bidang ketenagakerjaan sesuai dengan tingkatannya; c Sebagai sarana menciptakan hubungan industrial yang harmonis, dinamis dan berkeadilan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yag berlaku; d Sebagai sarana penyalur aspirasi dalam memperjuangkan hak dan kepentingan anggotanya; e Sebagai perencana, pelaksana dan penanggung jawab pemogokan pekerja buruh sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku; f Sebagai wakil pekerja buruh dalam memperjuangkan kepemilikan saham perusahaan. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 menggunakan istilah Serikat Pekerja Serikat Buruh bukan serikat pekerja saja dan bukan serikat buruh saja. Kedua istilah tersebut sama dan tidak ada perbedaan. Judul semula yang diajukan Presiden ke DPR melalui Suratnya No. R.01 PU 1 2000 adalah RUU tentang Serikat Pekerja. Dalam proses pembahasan di DPR penggunaan istilah serikat pekerja disetujui menjadi Serikat Pekerja Serikat Buruh. Penggunaan kedua istilah tersebut dilakukan untuk mengadopsi keinginan dari berbagai organisasi Pekerja Buruh yang menggunakan kedua istilah tersebut. 44 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 menganut Multy Union System yaitu memberikan kebebasan kepada pekerja buruh untuk membentuk Serikat Pekerja Serikat Buruh. Setiap 10 sepuluh orang pekerja buruh menurut 44 Ibid, hal. 24 Undang-Undang tersebut telah dapat membentuk suatu serikat pekerja serikat buruh. Banyaknya Serikat Pekerja Serikat Buruh dalam satu perusahaan dapat memungkinkan terjadinya perselisihan antar Serikat Pekerja Serikat Buruh yang biasanya menyangkut masalah keanggotaan yang akan berdampak pada posisi mayoritas sebuah Serikat Pekerja Serikat Buruh di perusahaan tersebut. Serikat Pekerja Serikat Buruh juga dikenal dalam internasional karena dunia internasional memandang perlu untuk mewujudkan suatu aturan-aturan yang berupa standar-standar atau norma-norma internasional di bidang perburuhan, untuk memberikan jaminan-jaminan dan perlindungan dari akibat- akibat buruk yang mungkin timbul dan merupakan kehidupan manusia pada umumnya dan buruh pada khususnya. Dalam hal ini Serikat Pekerja Serikat Buruh Internasional dikatakan dengan ILO International Labour Organization, kegiatannya selalu berkaitan dengan bidang-bidang perburuhan dan sosial. ILO juga merupakan badan khusus Specialized Agency dari Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang kegiatan utamanya adalah membuat standar-standar perburuhan Standart Setting dan menyelenggarakan serta mengkoordinirkegiatan kerja sama teknik Technical Coorporation baik di tingkat internasional maupun regional. 45 Pemikiran yang timbul pada saat pertama kali ILO didirikan adalah bahwa melalui mekanisme pembuatan standar-standar perburuhan dengan mengikut sertakan negara-negara anggota ILO, maka diharapkan bahwa tujuan dalam 45 Sendjun H. Manullang, Pokok-Pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, hal. 156 meningkatkan keadilan sosial dan memerangi kemelaratan seperti apa yang dicerminkan dalam Deklarasi Philadelphia maupun konstitusi ILO. Diundangkannya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 merupakan konsekuensi dari ratifikasi Konvensi ILO International Labour Organization Nomor 98 tentang dasar-dasar untuk berorganisasi dan berunding Convention Concurming The Application of The Principle of The Right to Organize and to Bargain Colectively yang disahkan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1956 pada tanggal 29 1956 dan Konvensi ILO Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. 46 46 Ibid, hal. 25 Kebebasan berorganisasi bagi pekerja buruh yang dianut Undang-Undang ini sepenuhnya mengacu pada kebebasan berserikat yag dianut Konvensi ILO yang berarti seorang pekerja dapat bergabung dengan Serikat Pekerja Serikat Buruh mana saja yang disukai. Pekerja buruh di Perusahaan A tidak wajib untuk menjadi anggota serikat pekerja serikat buruh pada Perusahaan A tersebut, ia boleh bergabung dengan Perusahaan B sepanjang AD ART Serikat Pekerja Serikat Buruh di Perusahaan B membolehkan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan kebebasan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan Undang-Undang dan Amandemen UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28E Ayat 3 yang menjami hak setiap orang atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Munculnya banyak Serikat Pekerja Serikat Buruh SPSB otomatis mengubah konfigurasi dan sistem Indonesia. Di tingkat perusahaan para pengusaha harus melakukan perubahan mendasar dalam menyikapi banyaknya Serikat Pekerja Serikat Buruh SPSB Multi Serikat Buruh . Serikat Pekerja, dimana sebelumnya single union menjadi multion. Perubahan sikap mutlak harus dilakukan oleh pengusaha, karena keberadaan serikat pekerja serikat buruhsudah jelas dan benar-benar dilindungi oleh Undang-Undang. Pengusaha yang dalam hal ini diwakili oleh pengelola Sumber Daya Manusia SDM tidak lagi bersikap skeptis terhadap pekerja buruh. Paradigma diubah, pekerja buruh yang dianggap sebagai pihak yang bersebrangan bertentangan dengan pengusaha dijadikan sebagai anitra dalam memimpin dan mengelola para pekerja buruh bahkan perlu diberdayakan Union Empowerment untuk menjadi suatu sinergis dalam meraih sukses usaha kedepan. Guna mendukung upaya tersebut, para pengurus pekerja buruh harus mampu menunjukkan fungsi dan peranannya secara proporsional dalam memperjuangkan hak dan kewajiban anggota, dengan tetap memperhatika kondisi dan kelangsungan tempat mereka bekerja. Tegasnya keberadaan pekerja buruh harus mampu menjaga keseimbangan, bukan sebaliknya justru menciptakan ketimpangan yang berakibat terganggunya kelancaran operasional perusahaan. Prinsip kebebasan berserikat memang menjadi dasar pijakan setiap organisasi pekerja buruh. Namun kemudian, kesemuanya harus dilakukan sesuai dengan rambu-rambu dan koridor hukum secara betanggung jawab. Koordinasi dan komunikasi antar serikat pekerja serikat buruh dengan pengusaha dan pemerintah perlu dilembagakan dan dikembangkan, sehingga keberadaan multi serikat pekerja serikat buruh dapat mendorong perusahaan dalam mencapai peningkatan produksi dan kesejahteraan pekerja buruh. 47 47 Abdul Khakim, op. cit., hlm. 135 BAB IV PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV UNIT KEBUN BAH JAMBI

A. Gambaran Umum PT Perkebunan Nusantara IV Persero Unit Kebun

Bah Jambi Unit kebun Bah Jambi adalah salah satu Unit Usaha dari PT Perkebunan Nusantara- IV Persero berada di Kabupaten Simalungun Sumatera Utara dan berkantor Pusat di Jl. Letjend Suprapto Medan. Bergerak dibidang Usaha Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit yang menghaslkan Minyak CPO dan Inti PK. Pada mulanya Unit Kebun Bah Jambi adalah milik Swasta Asing NV, HVA Handle Veroniging Amsterdam dari Negeri Belada, komoditinya Budidaya Sisal Agave Sisalana. Tanggal 02 Mei 1959 diambil alih oleh Pemerintah berdasarkan Peraturan Nomor 19 dalam lembaran Negara Nomor 31 Tahun 1959 dengan peralihan status menjadi PPN Baru dengan Tahun 1963. Pada tahun 1963 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1963, Perusahaan Perkebunan Negara dibagi menurut wilayah dari PPN Aneka 68 Tanaman Antan I sd XIII dan Kebun Bah Jambi nasuk dalam PPN Sumut yang selajutnya berubah nama menjadi PPN Antan III sampai dengan tahun 1968. Tahun 1968 sebagaimana Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1968, dalam regrouping perkebunan dari PPN Aneka Tanaman III, IV, PPN Karet VI dan PPN serat Sumut menjadi Perusahaan Negara Perkebunan VII PN. Perkebunan VII. Tanggal 14 Januari 1985, PN. Perkebunan VII diperserokan menjadi Perusahaan Perseroan PT. Perkebunan VII PTPN VII. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1996, PT. Perkebunan VII dilebur, selanjutnya dilaksanakan penggabungan Merger PTP di wilayah Sumatera Utara dan PT. Perkebunan VI, PT. Perkebunan VII, PT. Perkebunan VIII dilebur menjadi satu Badan Usaha PT. Perkebunan Nusantara IV Persero dengan Akte Notaris Harun Kamil, SH Nomor 37 tanggal 11 Maret 1996 dan Keputusan Menteri Kehakiman Nomor C2.8335 HT.01.01 Tahun 1996 tanggal 08 Agustus 1996 yang dicantumkan dalam Lembara Berita Negara Nomor 81 tanggal 08 Oktober 1996. Lokasi Unit Kebun Bah Jambi berada di Kecamatan Jawa Maraja Bah Jambi dan Kecamatan Tanah Jawa Kabupaten Simalungun. Jarak dengan Kota Medan sebagai Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara berkisar 147 km dan dari Pematang Siantar 19 km.

Dokumen yang terkait

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

8 99 104

Analisis Kinerja Mutu Teh Hitam di PTPN IV Kebun Bah Butong

16 129 72

Studi Pemeliharaan Mesin Genset PTPN III Kebun Rambutan

4 47 64

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 10

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 1

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 26

Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja di PTPN-IV (Studi Kasus di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 2

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Hukum Terhadap Pelaksanaan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Atas Kecelakaan Kerja Di PTPN – IV (Studi Kasus Di PTPN – IV Unit Kebun Bah Jambi, Pematang Siantar)

0 0 24

TINJAUAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA ATAS KECELAKAAN KERJA DI PTPN – IV (STUDI KASUS DI PTPN – IV UNIT KEBUN BAH JAMBI, PEMATANG SIANTAR) SKRIPSI

0 0 10