Sejarah Terbentuknya Jaminan Sosial Bagi Pekerja
mengakibatkan perundangan kemiskinan itu dituntut pula agar berlaku bagi mereka. Dengan berlakunya peraturan perundangan kemiskinan tersebut, bagi
para kaum buruh di Eropa Barat, maka dimuailah suatu momentum baru yang mendasari prinsip-prinsip jaminan sosial bagi buruh yang peraturan
perundangannya baru bisa dibentuk beberapa tahun kemudian. Secara bertahap sampai dengan tahun 1880 terdapat tiga metode yang
dipergunakan untuk memberikan perlindungan jaminan social bagi buruh dari ketelantaran, yaitu :
• Tabungan Kecil
Dengan metode ini prinsip jaminan sosial tidak mencapai sasarannya. Upah buruhtenaga kerja yang sudah sedemikian kecilnya tidak mungkin akan
disisihkandisisakan lagi untuk tabungan. Untuk memenuhi kebutuhan mereka sudah dapat dikatakan tidak mencukupi apalagi untuk ditabung
• Tanggung Jawab Pengusaha
Maksud dari metode ini adalah membebankan tanggung jawab untuk menanggung buruh yang terkena risiko kerja, sepenuhnya pada pengusaha
employers liability. Metode ini didasarkan atas prinsip, bahwa siapa yang mempekerjakan buruh tentu harus bertanggung jawab atas buruh itu, termasuk
pula atas kemungkinan keselamatan kerja yang bisa saja dialami oleh buruh berlangsungnya hubungan kerja tersebut.
Di Indonesia metode ini pernah dipergunakan, baik semasa Pemerintahan Hindia Belanda berdasarkan KUH Perdata, maupun setelah kemerdekaan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947. Namun karena tetap dianggap mempunyai kelemahan, maka metode ini pun ditinggalkan. Suatu
contoh dapat dikemukakan dari KUH Perdata pasal 1602w. Dari ketentuan pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa buruh yang
tertimpa kecelakaan kerja dapat menuntut majikanyang tentu saja lewat pengadilan untuk memberikan ganti kerugian. Tuntutan ini dapat dilakukan
dengan alasan, bahwa majikan telah melalaikan kewajibannya untuk memelihara alat-alat sehingga buruh tertimpa kecelakaan.
Namun seperti yang telah dikemukakan di atas, meskipun metode tanggung jawab pengusaha ini mempunyai beberapa kelemahan namun Negara kita pernah
mempergunakan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1947. • Metode Asuransi Komersial
Untuk meringankan beban tanggung jawab pengusaha dalam menanggung ganti rugi kecelakaa kerja, pada akhir abad ke-19 digunakan metode asuransi.
Mula-mula metode ini hanyalah berupa metode yang biasa saja atau bisa dikatakan primitif karena anggota masyarakat buruh secara periodik dan teratur
mengumpulkan uang untuk memberikan batuan pemeliharaan medis atau penguburan bagi para anggota yang menderita risiko.
Pada awalnya, metode ini membawa hasil. Tetapi lama kelamaan sering jaminan yang dijanjikan tidak terpenuhi karena faktor manajemen yang tidak
teratur. Karena itu maka pemerintah turun tangan dengan memberi pengaturan, pengawasan dan pembatasan kegiatan usaha-usaha yang dapat dilakukannya
secara efisien. Pengelolaan bidang usaha tersebut akhirnya dikelola secara komersial sehingga mirip dengan perusahaan asuransi yang kita kenal sekarang
ini. Karena sudah bersifat komersial maka sulit diharapkan metode ini akan
mencapai sasaran dalam memberikan jaminan sosial secara kolektif yang menyangkut risiko sosial dan ekonomis, seperti pertanggungan sakit, hamil dan
bersalin misalnya. Apabila dipaksakan, kemungkinan risiko yang hanya bisa dicakup oleh perusahaan komersial hanyalah asuransi jiwa saja.
Karena alasan-alasan tersebut di atas maka di negara-negara yang sedang berkembang tidak ada yang mempergunakan metode asuransi komersial ini.
• Metode Asuransi Sosial
Program asuransi sakit. Kemudia dalam tahap berikutnya tahun 1884 ditambah dengan program asuransi kecelakaan kerja. Dan pada tahun 1889
dilengkapi dengan Program Asuransi Pensiun hari tua dan cacat. Penemuan asuransi sosial memberikan teknik yang mantap dan baik dalam
penyelenggaraan jaminan sosial bagi pekerja.
Asuransi sosial ini dikatakan mantap dan baik karena mengandung sifat- sifat sebagai berikut :
• Dibiayai dari iuran pekerja, pengusaha dan mungkin saja pemerintah; • Jaminan dibayarkan dari iuran tersebut;
• Hak buruh didasarkan atas iurannya; • Tidak diperlukan adanya tes kebutuhan; semua pekerja berdasarkan
peraturan perundang-undangan diwajibkan menjadi peserta tanpa memandang kesehatan dan besar kecilnya risiko kerja.
Menyadari akan baiknya sistem asuransi sosial ini maka pemerintah mempergunakan sistemmetode ini melaluiberdasarkan: Peratuaran Menteri
Perburuhan Nomor 3 Tahun 1964 dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977.
Dari uraian tersebut mengenai sejarah terbentuknya jaminan social bagi pekerja ini, maka dapat disimpulkan bahwa Republik Indonesia dalam sejarah
jaminan social bagi pekerja-pekerjanya pernah memakai metode-metode tanggung jawab pengusaha dan metode asuransi sosial berdasarkan Undang-Undang Nomor
33 Tahun 1947 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1951, Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 3 Tahun 1964 jo Peraturan Menteri Perburuhan Nomor 3
Tahun 1967, dan yang terakhir yang sedang hangat-hangatnya diberlakukan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977.
28
28
Ibid., hal. 102