Internasional yang terdapat di dalam Organization of Petroleum and Economic Cooperation OPEC.
b. perjanjian Internasional regional atau kawasan, perjanjian Internasional
yang berlakunya berdasarkan hanya terbatas pada kawasan tertentu saja dan mengikat Negara-Negara yang berada dalam satu kawasan yang
menunjukkan ciri regionalnya. Contohnya adalah Deklarasi Bangkok pada 8 Agustus 1967 tentang ASEAN.
c. perjanjian Internasional universal, perjanjian Internasional yang substansi
dan ruang lingkupnya bagi seluruh Negara. Perjanjian Internasional ini merupakan perjanjian Internasional yang bersifat law making treaty.
Misalnya adalah Konvensi hukum laut PBB tahun 1982.
B. Proses Pembentukan Perjanjian Internasional
Menurut Pasal 38 1 Piagam Mahkamah Internasional, Perjanjian Internasional merupakan salah satu sumber hukum Internasional. Perjanjian
Internasional yang diakui oleh Pasal 38 1 piagam Mahkamah Internasional hanya perjanjian-perjanjian yang dapat membuat hukum.
Pada tahun 1969, Negara-Negara telah menandatangani Konvensi Wina tentang perjanjian Internasional, yang mulai berlaku pada tahun 1980. Pasal 2
Konvensi Wina 1980 mendefinisikan perjanjian Internasional sebagai persetujuan antara dua Negara atau lebih, dengan tujuan mengadakan hubungan timbal balik
Universitas Sumatera Utara
menurut hukum Internasional. Dalam praktiknya, beberapa Negara yang membentuk perjanjian Internasional dapat dibedakan menjadi
90
Agar perjanjian tersebut mengikat bagi para pihak maka wakil-wakil tersebut mengajukan kepada pemerintah Negara masing-masing untuk disahkan
: 1. perjanjian Internasional melalui dua tahap
Kedua tersebut adalah tahap perundingan negotiation dan tahap penandatanganan signature. Dalam tahap perundingan ini, wakil-wakil para
pihak bertemu dalam suatu forum atau tempat khusus membahas dan merumuskan masalah-masalah. Perumusan tersebut kemudian menjadi hasil kata
sepakat yang akhirnya berupa naskah perjanjian. Selanjutnya naskah perjanjian tersebut ditandatangani yang berarti telah
mempunyai kekuatan mengikat bagi para pihak yang bersangkutan. Perjanjian yang dibentuk melalui dua tahap cukup sederhana dan cukup prosesnya.
Perjanjian dua tahap ini hanya sesuai untuk masalah-masalah yang pelaksanaannya segera dapat diselesaikan.
2. perjanjian Internasional melalui 3 tahap. Tahapan yang harus dilalui adalah tahap perundingan negotiation, tahap
penandatanganan signature, dan tahap pengesahan ratification. Setelah wakil-wakil mengadakan perundingan kemudian dilanjutkan
dengan penandatanganan, tetapi tindakan penandatanganan tidak merupakan pengikatan diri terhadap perjanjian.
90
I Wayan Parthiana, Op. Cit., hal. 221.
Universitas Sumatera Utara
atau diratifikasi. Umumnya perjanjian ini menyangkut hal-hal yang mengandung nilai penting atau prinsip bagi para pihak yang bersangkutan.
Proses pembentukan perjanjian Internasional, menempuh berbagai tahapan dalam pembentukan perjanjian Internasional, sebagai berikut
91
Rumusan naskah perjanjian Internasional merupakan hasil kesepakatan dalam perundingan oleh para pihak atas materi perjanjian Internasional. Dalam
perumusan suatu naskah perjanjian perlu diperhatikan, antara lain :
1. tahap Penjajagan Tahap penjajagan dirancang agar sesuai dengan kebijakan di dalam mekanisme
pembuatan dan pengesahan perjanjian Internasional. Tahap ini merupakan tahap awal yang dilakukan oleh kedua belah pihak yang berunding mengenai
kemungkinan dibuatnya suatu perjanjian Internasional. 2. tahap Perundingan
Tahap perundingan selain dimaksud sebagai upaya untuk mencapai kesepakatan atas materi yang belum dapat disetujui dalam tahap penjajagan, juga digunakan
untuk menegaskan kembali kedudukan para pihak untuk memperjelas pemahaman akan maksud dan makna yang tertuang dalam ketentuan di dalam
perjanjian Internasional. 3. tahap Perumusan Naskah
92
a. Judul
:
b. Konsideranspreambule
91
Direktorat Perjanjian Ekonomi dan Sosial Budaya Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Luar Negeri, Departemen Luar Negeri, Pedoman Teknis dan Referensi tentang
Pembuatan Perjanjian Internasional, 2006, hal. 12.
92
Ibid., hal. 15.
Universitas Sumatera Utara
c. Batang tubuh, yang terdiri dari:
1 Definisi
2 Tujuan
3 Lingkup kerjasama
4 Pengaturan kerjasama, hak dan kewajiban para pihak
5 Pelaksanaan kerjasama
d. Penyelesaian sengketaperbedaan
e. Amandemenperubahan
f. Mulai berlaku, masa berlaku, dan pengakhiran
g. Ketentuan tentang force majeur
h. Ketentuan penutup
i. Penandatanganan nama dan jabatan
j. Dalam perjanjian bilateral, diupayakan agar naskah juga dibuat dalam
bahasa Indonesia k.
Dilakukan pemarafan terhadap naskah perjanjian Internasional yang telah disetujui.
4. tahap Penerimaan Naskah Penerimaan merupakan hasil akhir yang telah disepakati para pihak yang akan
ditindaklanjuti dengan tahap penandatanganan. Pada tahap ini juga para pihak membubuhkan paraf yang dilakukan oleh Ketua Perundingan masing-masing
pihak terhadap naskah perjanjian yang telah disepakati dan siap untuk ditandatangani.
5. tahap Penandatanganan
Universitas Sumatera Utara
Merupakan tahap akhir dalam perundingan untuk melegalisasi suatu naskah perjanjian Internasional yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Hal ini
berlaku untuk perjanjian bilateral dan perjanjian multilateral.
C. Tahap Pengesahan Ratifikasi dalam Sistem Hukum Internasional dan Hukum Indonesia