Perjanjian MLA antara RI dengan Hong Kong SAR menurut UU RI No. 1 tahun 2006 dan UN

berada wajib, dengan amendemen tersebut, bergantung pada sertifikat otoritas berwenang dari Negara lainnya sebagai bukti adanya atau tidak adanya hak atau kewajiban 150 Perjanjian MLA yang dibuat antara RI dengan Hong Kong SAR di tahun 2008, merupakan perjanjian MLA RI pertama yang telah memiliki dasar hukum dan pedoman praktis pembuatannya, yang telah dituangkan dalam UU RI No. 1 tahun 2006 tentang Bantuan Timbal Balik dalam masalah Pidana. Perjanjian MLA RI sebelumnya, yaitu dengan Australia, Cina, dan Korea Selatan, didasari asas resiprositas ataupun komplementer atas perjanjian ekstradisi yang telah ada terlebih dahulu . Mengenai permasalahan konsultasi, para Pihak akan berkonsultasi segera, atas permintaan salah satu, tentang interpretasi, aplikasi atau pelaksanaan Perjanjian ini baik umum atau berhubungandalam kaitannya dengan kasus tertentu.

D. Perjanjian MLA antara RI dengan Hong Kong SAR menurut UU RI No. 1 tahun 2006 dan UN

Model Treaty of MLA 151 Dibandingkan dengan UU RI No. 1 tahun 2006, perjanjian MLA RI- HKSAR lebih luas ruang lingkupnya dalam pasal 1 nomor 3 dimana bantuan juga dapat diberikan dalam kaitan dengan kejahatan yang bertentangan dengan . 150 Beberapa negara mungkin ingin memberikan bahwa saksi yang bersaksi dalam meminta Negara tidak dapat menolak untuk bersaksi atas dasar hak istimewa yang berlaku di yang diminta Negara. 151 Pada ketentuan Peralihan UU RI No. 1 tahun 2006 yang tertuang dalam pasal 59, pada saat UU ini mulai berlaku: a semua perjanjian Bantuan yang telah diratifikasi sebelum berlakunya UU ini dinyatakan tetap berlaku; b semua permohonan bantuan yang diajukan baik berdasarkan perjanjian maupun tidak, tetap diproses sepanjang tidak bertentangan dengan UU ini. Universitas Sumatera Utara hukum di bidang perpajakan, bea cukai, pengawasan valuta asing atau masalah pendapatan lainnya, tetapi tidak dalam kaitan dengan proses persidangan non- pidana yang terkait darinya. Dalam persetujuan MLA RI-HKSAR, masalah pidana berarti penyelidikan, sedangkan pada UU RI No. 1 tahun 2006, bantuan berkenaan dengan penyidikan. Dalam UU RI No. 8 tahun 1981, penyidikan dan penyelidikan adalah dua hal yang berbeda. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya 152 . Sedangkan, penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyelidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini 153 Mengenai pejabat pemegang otoritas Central Authority, UU RI No. 1 tahun 2006 tidak mencamtumkan secara jelas dalam pasal tertentu, hal ini hanya dituangkan dalam bagian umum di Penjelasan UU bahwa UU ini memberikan dasar hukum bagi Menteri yang bertanggung jawab di bidang hukum dan hak asasi manusia sebagai pejabat pemegang otoritas, yang berperan sebagai koordinator dalam pengajuan permintaan bantuan timbal balik dalam masalah pidana kepada negara asing maupun penanganan permintaan bantuan timbal balik dalam masalah pidana dari negara asing. . 152 Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1981, pasal 1 angka 2. 153 Ibid., pasal 1 angka 5. Universitas Sumatera Utara Dalam MLA RI-HKSAR, pengaturan secara rinci mengenai Central Authority otoritas sentral ini diatur pada pasal 4, dimana otoritas sentral dari para Pihak bertugas memproses permintaan bantuan hukum timbal balik sesuai dengan ketentuan dalam Persetujuan ini. Otoritas sentral dari RI adalah Menteri Hukum dan HAM, sedangkan dari HKSAR adalah Menteri Kehakiman atau pejabat yang ditunjuknya. Setiap pihak dapat mengganti pejabat pemegang otoritasnya, dan dengan segera memberitahukan penggantian tersebut kepada pihak lainnya. Pejabat pemegang otoritas dapat langsung saling berkomunikasi, atau dapat pula, sesuai kehendak mereka, melalui Konsulat Jenderal RI di HKSAR. Dalam UN Model Treaty of MLA, setiap Pihak wajib menunjuk dan menunjukkan kepada Pihak lain otoritas sentral atau kewenangan oleh atau melalui yang meminta untuk tujuan Perjanjian ini harus dibuat atau diterima. 154 Sebagian besar struktur dan isi perjanjian MLA RI-HKSAR terdapat pada UU RI No.1 tahun 2006, meskipun terlihat bahwa UU RI No. 1 tahun 2006 terkesan lebih mendetailrinci, hal ini dikarenakan UU ini mengatur Bantuan Pada Pasal 8 MLA RI-HKSAR, diatur secara tegas mengenai pengembalian barang kepada pihak Diminta. Apabila diminta oleh Pihak Diminta, Pihak Peminta wajib mengembalikan barang yang diberikan berdasarkan Persetujuan ini apabila tidak diperlukan lagi untuk masalah pidana yang terkait. 154 Negara mungkin ingin mempertimbangkan untuk komunikasi langsung antara pusat berwenang dan bagi pemerintah pusat untuk memainkan peran aktif dalam memastikan cepat pelaksanaan permintaan, pengendalian kualitas dan menetapkan prioritas. Negara juga mungkin ingin setuju bahwa pemerintah pusat tidak saluran eksklusif untuk bantuan antara para Pihak dan bahwa pertukaran langsung informasi harus mendorong sejauh yang diijinkan oleh hukum nasional atau pengaturan. Universitas Sumatera Utara Timbal Balik dalam Masalah Pidana Indonesia dengan negara lain secara umum yang mana beberapa ketentuannya tidak tercantum dalam perjanjian MLA antara RI dan Hong Kong SAR, seperti masalah transit 155 a. bantuan untuk mencari atau mengidentifikasi orang pasal 11; . Pada UU RI No. 1 tahun 2006, pengaturan secara rinci tertuang dalam proses permintaan bantuan. Permintaan bantuan dari pemerintah RI yaitu: b. bantuan untuk mendapatkan alat bukti pasal 12-13; c. bantuan untuk mengupayakan kehadiran orang di Indonesia pasal 14-18; d. bantuan untuk permintaan dikeluarkannya surat perintah di negara asing dalam mendapatkan alat bukti 19-20; e. bantuan untuk penyampaian surat pasal 21; dan f. bantuan untuk menindaklanjuti putusan pengadilan pasal 22-23. Sedangkan permintaan bantuan negara lain kepada Pemerintah RI yaitu: a. bantuan untuk mencari atau mengidentifikasi orang pasal 31; b. bantuan untuk mendapatkan pernyataan, dokumen, dan alat bukti lainnya secara sukarela pasal 32-34; c. bantuan untuk mengupayakan kehadiran orang di negara Peminta pasal 35- 39; d. bantuan untuk penggeledahan dan penyitaan barang, benda, atau harta kekayaan pasal 41-47; e. bantuan penyampaian surat pasal 48-50; dan 155 Izin transit diperuntukkan bagi saksi yang berstatus sebagai tahanan atau narapidana paling lama 12 dua belas jam. Universitas Sumatera Utara f. bantuan untuk menindaklanjuti putusan pengadilan negara peminta pasal 51- 54. Dilihat dari struktur perjanjian MLA RI-HKSAR, perjanjian ini lebih didominasi bentuk UN Model Treaty of MLA. Perjanjian MLA RI-HKSAR tidak mencantumkan perlindungan kerahasiaan, hakkewajiban untuk menolakmemberikan barang bukti, serta konsultasi didalam isi perjanjiannya sebagaimana yang tercantum dalam UN Model Treaty of MLA. Namun, dalam beberapa hal, perjanjian MLA RI-HKSAR lebih merinci apa-apa yang disebutkan secara umum di UN Model Treaty of MLA. Pada pasal 17 nomor 6 persetujuan MLA RI-HKSAR, dirinci bahwa hasil kejahatan meliputi: a. Harta senilai jumlah harta dan keuntungan lain yang berasal dari kejahatan; b. Harta yang berasal atau terbentuk secara langsung atau tidak langsung dari kejahatan; c. Harta yang digunakan atau dimaksud untuk digunakan berkaitan dengan kejahatan atau nilai dari harta tersebut. Pengaturan mengenai biaya 156 156 Ketentuan lebih rinci dapat dimasukkan. Sebagai contoh, Negara Diminta akan mengeluarkan biaya memenuhi permintaan bantuan kecuali bahwa Negara Peminta akan menanggung a biaya luar biasa yang diperlukan untuk memenuhi permintaan tersebut, dimana diperlukan oleh negara Diminta dan tunduk pada konsultasi sebelumnya, b biaya yang berhubungan dengan transfer orang ke atau dari wilayah Negara Diminta, dan setiap biaya, tunjangan atau biaya yang dibayar kepada orang itu sedangkan dalam Negara Peminta berdasarkan permintaan berdasarkan Pasal 11, 13 atau 14; c biaya yang berhubungan dengan petugas yang menyampaikan kustodian atau mengawal, dan d beban yang terlibat dalam memperoleh laporan ahli. pada Pasal 20 UN Model Treaty of MLA adalah bahwa biaya melaksanakan permintaan harus ditanggung oleh Negara yang diminta, kecuali ditentukan lain oleh Para Pihak. Jika biaya dari sebuah Universitas Sumatera Utara substansial atau alam luar biasa akan diperlukan untuk mengeksekusi melaksanakan permintaan tersebut, para Pihak akan berkonsultasi terlebih dahulu untuk menentukan persyaratan dan kondisi di mana permintaan akan dijalankan harus dilaksanakan serta cara dimana biaya akan ditanggung. Mengenai biaya, di persetujuan MLA RI-HKSAR Pihak Meminta mendapatkan tanggung jawab untuk menanggung: a. Biaya perjalanan dan akomodasi serta uang saku orang yang menyediakan bantuan sesuai dengan permintaan yang dibuat berdasarkan Pasal 11, 12, atau 13 persetujuan ini; b. Biaya pejabat pengawas atau pengawal; dan c. Bayaran dan biaya untuk ahli dan mereka yang terlibat dalam penerjemahan dokumen. Persetujuan MLA RI-HKSAR saat ini dalam tahap ratifikasi kedalam UU RI, meskipun hanya berbentuk persetujuan yang dapat berlaku setelah exchange of notes, namun sesuai pasal 10 UU RI tentang Perjanjian Internasional, hal-hal yang berkaitan dengan keamanan diratifikasi dalam bentuk undang-undang, dalam hal ini yaitu bantuan timbal balik dalam masalah pidana. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan