yang menyangkut administrasi penyidikan, penuntutan, maupun pemeriksaan di depan pengadilan
57
a. Mendapatkan bukti atau keterangan-keterangan dari setiap orang;
.
C. Model MLA UNCAC Pasal 46 UNCAC
Setiap negara wajib saling memberikan bantuan timbal balik dalam masalah pidana seluas-luasnya, dalam proses penyidikan, penuntutan, dan proses
peradilan berkaitan dengan tindak pidana yang diatur dalam konvensi ini. Bantuan timbal balik dalam masalah pidana ini, dengan tujuan sebagai berikut:
b. Melaksanakan pelayanan dokumen yudisial;
c. Melakukan penggeledahan, perampasan, pembekuan;
d. Memeriksa objek dan tempat;
e. Memberkan informasi barang-barang bukti dan penilaian ahli;
f. Menyediakan atau memberikan dokumen asli atau salinan resmi yang relevan,
dan rekaman-rekaman dari pemerintah, bank, keuangan, perusahaan, atau bisnis;
g. Mengidentifikasi atau melacak kekayaan, peralatan-peralatan, atau benda-
benda lain, yang merupakan hasil kejahatan untuk tujuan pembuktian; h.
Memfasilitasi kehadiran orang-orang di masing-masing negara secara sukarela; i.
Pemberian bantuan dalam bentuk lain, yang tidak bertentangan dengan hukum nasional Negara Diminta;
57
Siswanto Sunarso, Op. Cit., hal. 228.
Universitas Sumatera Utara
j. Mengidentifikasi, membekukan, melacak, terhadap semua barang yang
diperoleh dari hasil kejahatan sesuai konvensi; k.
Pengembalian aset-aset sesuai ketentuan dalam konvensi ini. Setiap negara tidak boleh menolak untuk memberikan bantuan timbal
balik dalam masalah pidana dengan alasan kerahasiaan bank. Permintaan bantuan timbal balik ini dengan menafsirkan tidak adanya kejahatan bersifat ganda, maka
wajib kembali memperhatikan tujuan konvensi ini dibentuk. Setiap negara dapat menolak untuk memberikan bantuan berdasarkan pasal ini, dikarenakan tidak
adanya kejahatan ganda tersebut. Demikian pula, setiap negara dapat mempertimbangkan untuk mengadopsi semua tindakan yang diperlukan yang
memungkinkan memberikan bantuan yang cakupan lebih luas, berdasarkan pasal ini, dengan tidak adanya kejahatan ganda tersebut.
Permintaan untuk bantuan timbal balik dalam masalah pidana ini, harus memuat:
a. Identitas dari otoritas yang membuat permintaan bantuan timbal balik dalam
masalah pidana; b.
Pokok masalah, bentuk investigasi, penuntutan, atau proses peradilan serta nama dan wewenang dari otoritas yang melakukan investigasi, penuntutan,
atau proses peradilan; c.
Ringkasan fakta-fakta yang relevan, kecuali yang menyangkut permintaan yang berkaitan dengan tujuan pelayanan dokumen peradilan;
d. Gambaran ringkas tentang bantuan yang akan dicari, rincian prosedur tertentu
yang dipenuhi oleh Negara Peminta;
Universitas Sumatera Utara
e. Identitas lokasi, dan kebangsaan dari setiap orang yang terkait, dan;
f. Semua tindakan yang bertujuan untuk meminta bukti-bukti, dan informasi.
Bantuan timbal balik dalam masalah pidana dapat ditolak, bila permohonan tersebut tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam pasal ini,
apabila negara yang diminta berpendapat bahwa pelaksanaan pengajuan permohonan tersebut, ada dugaan akan berpengaruh terhadap kedaulatan,
keamanan, kepentingan umum, atau kepentingan yang esensial lainnya. Demikian pula, bila pihak otoritas dari Negara Diminta, dilarang oleh hukum nasional
negaranya, untuk memberikan bantuan timbal balik yang berkenaan dengan kejahatan yang serupa, seandainya kasus tersebut juga dapat dilakukan
investigasi, penuntutan, atau proses peradilan, dibawah yurisdiksi peradilan di negaranya sendiri. Bantuan timbal balik ketika permintaan itu dikabulkan, dan hal
ini, kemungkinan bertentangan dengan sistem hukum Negara Diminta
58
58
Ibid., hal. 155-156.
.
D. Pengaturan Hukum mengenai MLA di Indonesia