Usia : Tempat Tinggal: PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PASIEN PENGGUNA JAMKESMAS

orang laki-laki 54 dan 23 orang perempuan 46. Sementara bila dilihat dari usia responden, 5 orang anak-anak usia 1 hari- 18 tahun, 29 orang dewasa usia di atas 18 tahun – 50 tahun dan 16 orang lanjut usia di atas 50 tahun. Dan juga kalau dilihat dari tempat tinggal responden, maka sebagian besar responden pasien Jamkesma adalah pasien rujukan dari daerah di luar Kota Medan yaitu sebesar 32 orang 64. Tabel 4. Karakteristik Responden Penelitian No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase 1. Jenis Kelamin : a. Laki-laki 27 54 b. Perempuan 23 46

2. Usia :

a. Anak-anak 5 10 b. Dewasa 29 58 c. Lanjut Usia 16 32

3. Tempat Tinggal:

a. Kota Medan 18 36 b. Luar Kota Medan 32 64 Sumber : Data primer, diolah Pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dapat dikatakan baik lihat Tabel 4, hal ini dengan melihat pendapat responden mengenai pelayanan kesehatan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan ini, dimana sebanyak 41 orang 82 mengatakan bahwa pelayanan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan baik, sedangkan hanya 9 orang 18 yang menyatakan kurang baik. Hal ini juga sama dengan hasil pengawasan Dinas Kesehatan Kota Medan, dimana menurut Dinas Kesehatan Kota Medan pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien pengguna Jamkesmas di R.S.U.P. Universitas Sumatera Utara H. Adam Malik Medan cukup baik, terbukti dengan tingkat keluhan pasien yang sedikit. 140 No. Tabel 5. Pelayanan Kesehatan bagi Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Jenis Instalasi Tingkat Pelayanan Jumlah n Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Frekuensi Frekuensi Frekuensi Frekuensi 1. Rawat Jalan - - 17 34 3 6 - - 20 2. Rindu A - - 9 18 1 2 - - 10 3. Rindu B - - 7 14 3 6 - - 10 4. Hemodialisa - - 5 10 - - - - 5 5. IPI - - 3 6 2 4 - - 5 Jumlah 41 82 9 18 50 Sumber : Data Primer, diolah R.S.U.P. H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tersebesar di wilayah Provinsi Sumatera Utara, maka dari itu pengunjung ataupun pasien yang berobat ke rumah sakit ini sangat banyak jumlahnya. Berdasarkan data dari Bagian Data dan Informasi R.S.U.P. H. Adam Malik Medan selama tahun 2011 tercatat jumlah pasien Jamkesmas di Instalasi Rawat Jalan sebanyak 50.808 orang sedangkan Instalasi Rawat Inap sebanyak 11.057 orang. Sistem administrasi untuk pasien Jamkesmas sama seperti pasien lainnya yaitu dengan mendaftar ke bagian pendaftaran setelah itu menuju poli penyakit sesuai dengan kebutuhan pasien. 141 140 Hasil wawancara dengan Bapak Salmon UY.SB.SKM.M.Kes selaku Bagian Kefarmasian dan Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan tanggal 9 Februari 2012. 141 Hasil wawancara dengan Bagian Hukum, Organisasi dan Humas R..S.U.P. H. Adam Malik Medan tanggal 2 April 2012. Tetapi karena banyaknya jumlah pasien setiap harinya mengakibatkan proses antrian yang cukup panjang dan memakan waktu yang lama. Menurut Dinas Universitas Sumatera Utara Kesehatan Kota Medan, yang sering menjadi permasalahan dalam pelaksanaan program Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan adalah masalah prosedur kelengkapan berkas dan juga masalah pemenuhan darah. 142 No. Berdasarkan hasil penelitian mengenai proses pelayanan kesehatan bagi pengguna Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dari awal kedatangan sampai penanganan oleh dokter yaitu: Tabel 6. Proses Pelayanan Kesehatan bagi Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Jenis Instalasi Tingkat Proses Pelayanan Jumlah n Cepat Biasa saja Sangat rumit Frekuensi Frekuensi Frekuensi 1. Rawat Jalan 1 2 10 20 9 18 20 2. Rindu A 5 10 4 8 1 2 10 3. Rindu B - - 9 18 1 2 10 4. Hemodialisa 4 8 1 2 - - 5 5. IPI 2 4 2 4 1 2 5 Jumlah 12 24 26 52 12 24 50 Sumber : Data primer, diolah Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa 26 responden 52 mengatakan bahwa proses pelayanan biasa saja. Hal ini mungkin saja disebabkan pasien tersebut bukanlah pasien baru di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan sebagaimana kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Tetapi walaupun bukanlah pasien baru, tetapi tetap saja ada beberapa pasien 12 orang yang mengatakan bahwa proses pelayanan sangat rumit. Hal ini mungkin disebabkan 142 Hasil wawancara dengan Bapak Salmon UY.SB.SKM.M.Kes selaku Bagian Kefarmasian dan Sarana Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Medan tanggal 9 Februari 2012. Universitas Sumatera Utara karena alur prosedur yang panjang sedangkan si pasien dalam keadaan kurang sehat, sehingga pasien merasa kelelahan. Selain dengan melihat tingkat kepuasan pasien secara keseluruhan, pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan juga dapat dilihat dari pemenuhan hak-hak pasien Jamkesmas tersebut. Hak-hak pasien Jamkesmas ini timbul tidak hanya dari perjanjian teraupetik yang dilakukan dengan pihak dokterrumah sakit, tetapi juga dengan melihat bagaimana pelaksanaan perjanjian kerja sama antara R.S.U.P. H. Adam Malik Medan selaku penyelenggara Jamkesmas dengan Dinas Kesehatan Kota Medan selaku pengawas pelaksanaan Jamkesmas. Pelaksanaan program Jamkesmas didasari adanya kesepakatan secara tidak langsung antara peserta Jamkesmas dengan Pemerintah yaitu dari awal penetapan peserta sampai pembagian kartu peserta Jamkesmas. Kesepakatan ini berupa persetujuan peserta untuk mematuhi segala aturan yang dibuat Pemerintah sehubungan dengan pelaksanaan program Jamkesmas tersebut. Menurut penulis secara tidak langsung dalam pelaksanaan Jamkesmas terjadi hubungan hukum yaitu antara Pemerintah c.q Pemerintah Daerah Dinas Kesehatan Kota, Peserta Jamkesmas dan Rumah Sakit. Hubungan ini dapat digambarkan seperti: Skema 2. Pola Hubungan Antara Pemerintah, Rumah Sakit dan Pasien Universitas Sumatera Utara Adanya hubungan timbal balik antara pemerintah dengan pasien, pemerintah dengan rumah sakit, dan pasien dengan rumah sakit. Hubungan antara pemerintah dengan pasien adalah hubungan antara negara dengan warga negaranya penyedia Jamkesmas dengan peserta Jamkesmas, hubungan antara pemerintah dengan rumah sakit adalah hubungan antara penyedia Jamkesmas dengan penyelenggara Jamkesmas yang diikat dalam suatu perjanjian kerja sama, sedangkan hubungan antara pasien dan rumah sakit adalah hubungan antara peserta Jamkesmas dengan penyelenggara Jamkesmas dan bisa juga karena perjanjian teraupetik. Setiap hubungan hukum yang bersifat timbal balik akan selalu mempunyai dua segi yang isinya di satu pihak adalah hak dan di pihak lain adalah kewajiban. Dengan lain perkataan bahwa hak pihak pertama merupakan kewajiban pihak kedua dan sebaliknya kewajiban pihak pertama itu merupakan hak bagi pihak kedua. 143 Kewajiban dan hak itu selalu dalam hubungan berhadapan dan berdampingan, yang berhadapan misalnya : A berkewajiban melunasi piutang B dan B berhak menagih utang A, adapun yang berdampingan misalnya : hak A menagih utang B didampingi kewajiban A untuk tidak menyalahgunakan haknya itu dan sebaliknya, kewajiban B Hak adalah peranan fakultatif, oleh karena sifatnya boleh dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Kewajiban merupakan peranan imperatif karena tidak boleh tidak dilaksanakan. Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto : 143 Husein Kerbala, Segi-Segi Etis dan Yuridis Informed Consent, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1993, hal. 42. Universitas Sumatera Utara melunasi piutang A didampingi hak B untuk “melawan” gangguan terhadap pelunasan itu. 144 1. Hak untuk mendapatkan informasi yang benar dan lengkap mengenai keadaan diri; Pertama hubungan antara pasien dengan rumah sakit. Hubungan antara pasien dengan rumah sakit juga dapat dilihat sebagai hubungan antara konsumen dengan pelaku usaha di bidang jasa kesehatan. Dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan pasien Jamkesas mempunyai hak-hak yang telah diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan sama halnya dengan pasien pada umumnya yang secara garis besar yaitu: 2. Hak mendapat pelayanan yang bermutu dan terjangkau; 3. Kerahasiaan kedokteran; dan 4. Rekam Medik. Sedangkan kewajibannya yaitu: 1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatan dirinya; 2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter; 3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit; dan 4. Membayar sesuai tarif yang ditentukan. Pengetahuan pasien Jamkesmas akan hak dan kewajibannya sangat mempengaruhi perlindungan hukum yang mereka dapatkan, semakin mereke mengetahui memahami hak dan kewajiban mereka, maka mereka lebih 144 Soerjono Soekanto, Segi-Segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien Dalam Kerangka Hukum Kesehatan , Bandung: Mandar Maju, 1990, hal. 27. Universitas Sumatera Utara memahami apakah pelayanan yang mereka dapatkan sudah sesuai dengan hak mereka atau tidak. Selain itu pengetahuan mengenai kewajiban pasien juga akan sangat membantu rumah sakit dalam memperoleh haknya dan juga dapat semakin mempelancar pelaksanaan pelayanan kesehatan. R.S.U.P. H. Adam Malik Medan telah melakukan berbagai upaya dalam mensosialisasikan mengenai hak dan kewajiban pasien ini, seperti dengan menempelkan selebaran hak dan kewajiban pasien di dinding-dinding rumah sakit dan dengan sosialisasi secara langsung ketika penyuluhan. 145 No. Tetapi berdasarkan hasil penelitian mengenai pengetahuan akan hak dan kewajiban pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan yaitu sebanyak 20 responden 40 menjawab mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pasien sedangkan 30 responden 60 menjawab tidak mengetahui hak dan kewajibannya. Pelaksanaan Jamkesmas berjalan dengan baik atau tidak dilihat dari segi pemenuhan hak pasien baik sebagai pasien pada umumnya maupun sebagai peserta Jamkesmas. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan yaitu: Tabel 7. Pemenuhan Hak Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan Jenis Hak Pemenuhan Hak N Iya Tidak 1. Informasi yang benar lengkap mengenai keadaan diri 47 94 3 6 50 2. Pelayanan yang aman, bermutu dan terjangkau 45 90 5 10 50 145 Hasil wawancara dengan Bagian Hukum, Organisasi dan Humas R.S.U.P. H. Adam Malik Medan tanggal 2 April 2012. Universitas Sumatera Utara 3. Kerahasiaan Kedokteran 50 100 - - 50 4. Rekam Medik 50 100 - - 50 Sumber : Data Primer, diolah Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hampir semua pasien menjawab mendapatkan haknya sebagai pasien, hanya sekitar 3 orang 6 yang menjawab tidak mendapatkan informasi yang benar dan lengkap mengenai dirinya. Hal ini terjadi misalnya kerana tidak adanya informasi mengenai obat- obatan yang mereka konsumsi ataupun mengenai penjelasan dari pihak dokter yang sulit untuk mereka pahami. Sedangkan untuk hak mendapatkan pelayanan yang aman, bermutu dan terjangkau ada sekitar 5 orang 10 menjawab tidak mendapatkan pelayanan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Dari hasil wawancara dengan para responden, kekurangan pelayanan dilihat dari minimnya perhatian dari pihak dokter dalam memeriksa pasien, ataupun karena banyaknya dokter atau perawat yang sedang dalam proses pendidikan, sehingga dokter atau perawat tersebut dirasakan oleh pasien sering melakukan kesalahan ketika memberikan pengobatan ataupun perawatan terhadap pasien. Hal ini dipandang kasuistis, namun tentunya dalam bidang pelayanan kesehatan yang sangat menyangkut hajat hidup orang banyak dimana negara menjadi aktor utama atau sebagai penanggung jawab utama dalam pelaksanaannya, hal sekasuistis apapun dipandang sebagai bentuk penyelenggaraan negara yang tidak baik. Terlebih lagi pemberian perlindungan bagi pasien terutama pasien Jamkesmas yang merupakan masyarakat miskin yang pada posisinya diberikan kekhususan sendiri sesuai dengan Pasal 34 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Universitas Sumatera Utara Anggota Komisi B DPRD Sumatera Utara, Richard Eddy M. Lingga, SE bahwa layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Jamkesmas RSU Adam Malik hingga saat ini masih mengecewakan warga. 146 Hal ini dengan melihat adanya beberapa pasien Jamkesmas yang sering ditelantarkan ketika berobat ke rumah sakit tersebut. Contoh kasus yang sempat terdengar seperti kasus Hasanudin 30, warga Jalan Maju Gang Bersama, Simalingkar B Medan yang tercatat sebagai pasien Jamkesmas di RSUP H Adam Malik Medan dan telah dirawat inap selama 6 minggu akhirnya meniggal dunia. Kuat dugaan, pasien pengidap sakit paru-paru itu meninggal akibat ditelantarkan pihak medis di RS pemerintah itu. 147 Kasus-kasus seperti itu seharusnya tidak boleh terjadi kepada para pasien apalagi mereka yang tergolong pasien kurang mampu. Padahal sebagai peserta Jamkesmas, mereka berhak mendapatkan pelayanan yang aman, bermutu dan terjangkau tanpa mereka harus memikirkan masalah biaya lagi. Hak pasien Jamkesmas lainnya yang sering kurang diperhatikan oleh pelaksana Jamkesmas yaitu larangan pengutipan liar. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Chandra Syafei menegaskan bahwa pihak rumah sakit provider tidak boleh memungut biaya tambahan terhadap pasien pemegang Jaminan Kesehatan Masyarakat. 148 Hak pasien Jamkesmas adalah mendapatkan pelayanan kesehatan tanpa adanya pengutipan biaya tambahan, karena sesuai dengan Pedoman 146 http:www.medansatu.comnode2717 diakses tanggal 20 April 2012. 147 http:www.sumutberita.com20111115pasien-yang-ditelantarkan-adam-malik akhirnya-tewas, diakses tanggal 20 April 2012. 148 http:waspada.co.idindex.php?option=com_contentview=articleid=219695:pasien- jamkesmas-jangan-dipalakcatid=77:fokusutamaItemid=131, diakses tanggal 20 April 2012. Universitas Sumatera Utara Jamkesmas semua biaya ditanggung oleh Pemerintah, kecuali beberapa hal yang dibatasi. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa responden, tidak dijumpai adanya pengutipan biaya secara liar baik oleh tenaga medis maupun tenaga non medis selama mereka berobat di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan. Kalaupun ada pengeluaran, hanya dalam hal pembelian obat-obatan yang tidak tersedia di Apotik rumah sakit, hal itupu n sangat jarang terjadi. R.S.U.P. H.Adam Malik Medan selalu berusaha untuk memberikan perlindungan hukum, juga sebagai bentuk pertanggungjawaban moral kepada pasien yaitu dengan tidak membeda-bedakan pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan. Misalnya ketika pasien yang datang ke rumah sakit tanpa membawa kartu jaminan kesehatan apapun maka diberikan waktu untuk menunjukkan Surat Keterangan Miskin atau yang lain. Dan sementara kartu tidak ada, maka pasien dianggap sebagai pasien Jamkesmas. 149 Hak pasien Jamkesmas juga harus melakukan kewajibannya sebagai pasien rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian terhadap 50 responden, dapat dilihat bahwa semua pasien melakukan kewajibannya sebagai pasien. Hal ini cukup logis, mengingat pasien merupakan konsumen yang mengharapkan jasa dari rumah sakit. Maka untuk pelaksanaan jasa tersebut, konsumen haruslah mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang dan juga Hal ini adalah sebagai bentuk pemenuhan bagi pasien Jamkesmas dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan. 149 Hasil wawancara dengan Bagian Hukum, Organisasi, dan Humas R.S.U.P. H. Adam Malik Medan tanggal 2 April 2012. Universitas Sumatera Utara peraturan rumah sakit. Ketika pasien tidak menjalankan kewajibannya, maka konsekuensi logisnya adalah pasien tersebut tidak dapat menuntut haknya sebagai pasien. Tabel 8. Pelaksanaan Kewajiban Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan No. Jenis Hak Pemenuhan Hak N Iya Tidak 1. Memberikan informasi yang lengkap jujur tentang masalah kesehatannya 50 100 - - 50 2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter 50 100 - - 50 3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit 50 100 - - 50 4. Membayar sesuai tariff yang ditentukan 50 100 - - 50 Sumber : Data primer, diolah. Pelaksanaan program Jamkesmas juga mengakibatkan adanya hubungan antara Rumah Sakit dengan Pemerintah Daerah c.q. Dinas Kesehatan Kota Hubungan antara rumah sakit dengan Dinas Kesehatan hanyalah hubungan perjanjian kerja sama, dimana rumah sakit berkewajiban untuk menjalankan program Jamkesmas sesuai dengan Pedoman yang teah ditetapkan Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia, dan mempunyai hak untuk mendapatkan pembayaran atas biaya pelayanan yang telah dilaksanakan. Perjanjian kerja sama tersebut tentunya melahirkan adanya hak dan kewajiban para pihak. Perjanjian kerja sama ini dibuat sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan RI Universitas Sumatera Utara Nomor 903MenkesPerV2011. Dalam perjanjian tersebut terdapat kewajiban R.S.U.P. H. Adam Malik Medan sebagai pihak penyelenggara Jamkesmas, yaitu: 150 a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada peserta sesuai dengan kebutuhan medis dan standar pelayanan kesehatan yang berlaku yang mengacu kepada Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2011. b. Menyediakan fasilitas pelayanan rawat jalan tingkat lanjutan RJTL rawat inap tingkat lanjutan RITL kelas III, pelayanan gawat darurat dan “one day care” ODC sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yang berlaku. c. Mempersiapkan sumber daya manusia yang berkompeten untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar ketenagaan yang berlaku. d. Menyerahkan klaim tagihan biaya pelayanan kesehatan kepada verifikatorTim verifiikasi untuk diverifikasi. e. Memberikan bantuan sepenuhnya kepada verifikatorTim verifikasi untuk dapat melakukan tugas sebagaimana mestinya. f. Menyampaikan laporan pelayanan Jamkesmas PKK kepada pihak pertama. Berdasarkan hasil penelitian penulis, mengenai hak dan kewaajiban pasien. Dimana hak pasien secara timbal balik menjadi kewajiban bagi rumah sakit. Dengan masih adanya beberapa kasus mengenai kekurangan dalam segi 150 Hasil wawancara dengan Bagian Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan, Bapak Salmon U.Y.S.B. SKM. M.Kes. tanggal 9 Februari 2012. Universitas Sumatera Utara pelayanan maupun informasi mengenai obat-obatan, dapat kita lihat bahwa R.S.U.P. H. Adam Malik Medan belum melakukan kewajibannya secara maksimal kepada seluruh pasien Jamkesmas. B. Tanggung Jawab Hukum Pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dalam Pelayanan Kesehatan bagi Pasien Pengguna Jamkesmas Menurut hukum, setiap pertanggungjawaban harus mempunyai dasar, yaitu hal yang menyebabkan timbulnya hak hukum seseorang untuk menuntut orang lain sekaligus berupa hal yang melahirkan kewajiban hukum orang lain untuk memberi pertanggungjawaban. Tanggung jawab hukum adalah jenis tanggung jawab yang dibebankan kepada subjek hukum baik itu manusia dan badan hukum yang melakukan perbuatan melawan hukum dalam hukum perdata atau melakukan tindak pidana. 151 Secara umum prinsip-prinsip tanggung jawab dalam hukum dibedakan sebagai berikut: 152 1 prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan liability based on fault; 2 prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab presumption of liability; 3 prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab presumption of non liability; 4 prinsip tanggung jawab mutlak strict liability; 5 prinsip tanggung jawab dengan pembatasan limitation of liability. 151 Sunarto Adi Wibowo, Hukum Kontrak Teraupetik di Indonesia, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2009, hal. 134. 152 Titik Triwulan dan Shita Febriana, Op.Cit, hal. 49 Universitas Sumatera Utara Kasus hukum dalam pelayanan medis umumnya terjadi di rumah sakit dimana tenaga kesehatan bekerja. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 722MenkesSKXII2002 tentang Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit hospital by laws, bahwa rumah sakit merupakan suatu yang pada pokoknya dapat dikelompokkan menjadi pelayanan medis dalam arti luas yang menyangkut kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatis pendidikan dan latihan tenaga medis penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran. Berdasarkan ketentuan tersebut pada dasarnya terdapat 4 empat bagian berkaitan dengan pertanggungjawaban rumah sakit selaku pelayanan medis, yaitu: a. tanggung jawab terhadap personalia; b. tanggung jawab profesional terhadap mutu; c. tanggung jawab terhadap saranaperalatan; dan d. tanggung jawab terhadap keamanan dan perawatannya. Menurut Kode Etik Rumah Sakit KODERSI, tanggung jawab rumah sakit meliputi tanggung jawab umum dan tanggung jawab khusus. Yang merupakan tanggung jawab umum rumah sakit adalah kewajiban pimpinan Rumah Sakit untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai permasalah peristiwa, kejadian dan keadaan di Rumah Sakit. Sedangkan tanggung jawab khusus muncul jika ada anggapan bahwa Rumah Sakit telah melanggar kaidah- kaidah baik dalam bidang hukum, etik, maupun tata tertib atau disiplin. Kontrak teraupetik adalah suatu perjanjianpersetujuan antara pasien dengan tenaga kesehatan, dokter atau dokter gigi dan rumah sakit dalam hal pelayanan kesehatan. Rumah sakit tidak terlepas tanggung jawabnya dari pada Universitas Sumatera Utara wanprestasi maupun perbuatan melawan hukum tenaga kesehatan yang ada dalam naungannya. 153 153 Sunarto Adi Wibowo, Op.Cit, hal. 21. Hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 1367 KUHPerdata dimana Rumah Sakit harus bertanggung jawab terhadap perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya yaitu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya baik medis maupun non medis. Hal ini juga sejalan dengan Pasal 46 Undang-Undang Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Pelaksanaan pelayanan kesehatan tidak bisa hanya dilihat dari satu pihak pelaku usaha saja. Pelaku usaha dalam bidang pelayanan kesehatan ini harus dilihat secara menyeluruh mulai dari pihak rumah sakit, dokter, perawat, pegawai rumah sakit serta tenaga non medis lainnya. Hal ini perlu diperhatikan mengingat pelayanan kesehatan mencakup semua aspek mulai pelayanan administrasi sampai pelayanan lingkungan. Rumah sakit dalam hal ini bertanggung jawab secara penuh atas apa yang dilakukan oleh tenaga kesehatan maupun tenaga non kesehatan yang dilakukan dalam lingkungan rumah sakit dan mendapat izin dari pihak rumah sakit, tetapi agar lebih jelas tanggung jawab ini juga harus tetap melihat tanggung jawab secara pribadi atau personal bukan badan hukum yang menaunginya. Pertanggungjawaban Rumah Sakit ini dapat dilihat dari berbagai aspek hukum yaitu: 1. Tanggung Jawab Perdata Universitas Sumatera Utara Tanggung jawab perdata dokter ataupun rumah sakit lahir karena adanya wanprestasi Pasal 1239 KUHPerdata dan perbuatan melanggar hukum onrechmatigdaad sesuai dengan ketentuan Pasal 1365 KUHPerdata. Wanprestasi dalam pelayanan kesehatan timbul karena tindakan seorang dokter berupa pemberian jasa perawatan yang tidak patut sesuai dengan apa yang diperjanjikan. Perawatan yang tidak patut ini dapat berupa tindakan kekurang hati-hatian, atau akibat kelalaian dari dokter yang bersangkutan sehingga menyalahi tujuan teraupetik. Wanprestasi dalam pelayanan kesehatan baru terjadi bila telah terpenuhi unsur-unsur berikut ini: 154 a. Hubungan antara dokter dengan pasien terjadi berdasarkan kontrak teraupetik. b. Dokter telah memberikan pelaayanan kesehatan yang tidak patut yang menyalahi tujuan kontrak teraupetik. c. Pasien menderita kerugian akibat tindakan dokter yang bersangkutan. Pembuktian tentang adanya kontrak teraupetik dapat dilakukan pasien dengan mengajukan rekam medik atau dengan “persetujuan tindakan medik” yang diberikan oleh pasien. Bahkan dalam kontrak teraupetik adanya kartu berobat atau dengan kedatangan pasien menemui dokter untuk meminta pertolongannya, dapat dianggap telah terjadi perjanjian teraupetik. Sedangkan untuk unsur yang kedua, harus dibuktikan dengan adanya kesalahan danatau kelalaian dokter. Untuk membuktikan hal ini pasien harus mengajukan fakta bahwa seorang dokter yanf 154 Bahder Johan Nasution, Op.Cit, hal. 63 Universitas Sumatera Utara merawatnya, tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan dalam kontrak teraupetik, atau dokter melakukan apa yang diperjanjikan akan tetapi terlambat, atau dokter yang bersangkutan melakukannya tidak sesuaai dengan yang diperjanjikan, atau dokter yang merawatnya melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Agar unsur ketiga dapat terpenuhi, semua tindakan dokter seperti di atas harus mempunyai hubungan kausal dengan kerugian yang diderita pasien. 155 a. Pasien harus mengalami kerugian Sedangkan dasar hukum untuk melakukan gugatan yang kedua adalah adanya perbuatan melawan hukum. Suatu perbuatan dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum apabila memenuhi empat syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata yaitu: b. Ada kesalahan maupun kelalaian di samping perorangan, rumah sakit juga bisa bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian pegawainya c. Ada hubungan kausal antara kesalahan dan kerugian d. Perbuatan itu melawan hukum bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku, asas kepatutan serta melanggar hak orang lain ataupun tata susila Pertanggungjawaban secara perdata rumah sakit ini adalah berupa penggantian biaya, kerugian maupun bunga Pasal 1239 KUHPerdata, baik akibat yang ditimbulkan karena tindakan rumah sakit maupun tindakan tenaga 155 Ibid, hal. 64 Universitas Sumatera Utara kesehatandokter yang berada dalam tanggung jawabnya. Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga terdapat pertanggungjawaban perdata pihak rumah sakit yaitu terdapat dalam Pasal 19 dimana ganti rugi dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertanggung jawaban perdata dalam bentuk penggantian kerugian juga terdapat dalam ketentuan Pasal 58 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Dimana setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang, tenaga kesehatan, danatau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang diterimanya. Tuntutan ganti rugi tidak berlaku bagi tenaga kesehatan yang melakukan tindakan penyelamatan nyawa atau pencegahan kecacatan seseorang dalam keadaan darurat. 2. Tanggung Jawab Pidana Pertanggungjawaban pidana lahir karena adanya kesalahan baik berupa kesengajaan maupun kealpaan. Seorang doktertenaga kesehatan maupun rumah sakit yang melakukan kesalahantindak pidana terhadap pasien maka dapat dimintakan pertanggungjawabannya secara pidana. Untuk R.S.U.P. H. Adam Malik Medan yang dikelola oleh pemerintah, tanggung jawab dilaksanakan oleh pimpinan unit pelaksana teknis UPT yaitu Direktur Utama. Pimpinan UPT dalam hal ini adalah kepala rumah sakit atau sebutan lainnya merupakan Universitas Sumatera Utara penanggung jawab organisasi dan penentu kebijakan organisasi rumah sakit. 156 Begitu juga dengan pertanggungjawaban pidana, dimana rumah sakit juga bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang dilakukannya. Tetapi berbeda dengan halnya kesalahan yang dilakukan oleh seorang tenaga kesehatandokter, dalam pertanggungjawaban pidana seorang dokter atau tenaga kesehatan harus bertanggung jawab atas kesalahan atau kelalaian yang telah dilakukannya. Beberapa perbuatan yang dapat dikategorikan dalam tindak pidana adalah menipu pasien Pasal 378 KUHP, tindak pelanggaran kesopanan Pasal 290, 294, 285, dan 286 KUHP, sengaja membiarkan pasien tidak tertolong Pasal 304 KUHP, pengguguran kandungan tanpa indikasi medis Pasal 299, 384, dan 349 KUHP, membocorkan rahasia medis Pasal 322 KUHP, lalai sehingga menyebabkan kematian dan luka-luka Pasal 359, 360, dan 361 KUHP, memberikan atau menjual obat palsu Pasal 386 KUHP, membuat surat keterangan palsu Pasal 263 dan 267 KUHP, melakukan euthanasia Pasal 344 KUHP, dan membocorkan rahasia medis Pasal 322 KUHP. Sebagai contoh penolakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit terhadap pasien Jamkesmas dengan alasan kapasitas rumah sakit sudah penuh atau karena di luar jam kerja pegawai. Penolakan kepada pasien ini dapat juga dituntut secara pidana oleh pasien maupun keluarganya yaitu Pasal 304 KUHP yang mengatakan bahwa: 156 http:www.jamsosindonesia.comcetakprintout85, diakses tanggal 24 April 2012. Universitas Sumatera Utara Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Setiap perbuatan yang melalaikan kewajiban sehingga menyebabkan atau membiarkan orang dalam keadaan sengsara atau dalam keadaan tidak berdaya merupakan perbuatan yang dapat dihukum. Menyebabkan dalam keadaan tidak berdaya diartikan dalam keadaaan bahaya bagi orang yang memerlukan pertolongan, yang dalam hal ini adalah pasien. 157 Dokter atau pihak rumah sakit adalah seseorang atau badan hukum yang mempunyai kewajiban untuk merawat seseorang yang sakit pasien. Sehingga ketika kewajibannya seperti yang tercantum dalam “Sumpah Hipocrates” yang dituangkan dalam SK Menkes RI. No. 434MenkesSKX1983 yang salah satunya berbunyi “Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien” dan juga “Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya tidak akan terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kesukaan, perbedaan kelamin, politik, kepartaian, atau kedudukan sosial dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien”. 158 157 H.A.K. Moch. Anwar, Hukum Pidana Bagian Khusus KUHP Buku II Jilid I, Bandung: Alumni, 1982, hal. 113. 158 Jusuf Hanafiah dan Amri Amir, Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC, 2008, hal. 10. Maka dari itu unsur membiarkan seseorang dalam keadaan sengsara dan unsur tidak dilaksanakannya kewajiban dokter sudah terpenuhi, untuk itu Pasal ini dapat dikenakan terhadap para dokter atau pihak rumah sakit yang menelantarkan ataupun membiarkan pasiennya khususnya pasien Jamkesmas. Universitas Sumatera Utara 3. Tanggung Jawab Administrasi Kesalahan yang terjadi dalam melakukan perawatan kesalahan yang kemudian menimbulkan kerugian bagi pasien, maka tindakan tersebut juga menimbulkan adanya pertanggungjawaban di bidang hukum administrasi. Sanksi administrasi yang biasa diberikan kepada tenaga kesehatandokter yang melakukan kesalahan misalnya berupa pencabutan izin ataupun tindakan disiplin. R.S.U.P. H. Adam Malik Medan selain bertanggungjawab kepada pasien, juga memiliki pertanggungjawaban kepada Kementerian Kesehatan c.q. Dinas Kesehatan Kota Medan. Hal ini karena berdasarkan adanya perjanjian kerjasama diantara mereka. Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan perpanjangan tangan dari Kementerian Kesehatan. Jadi apabila pihak R.S.U.P. H. Adam Malik tidak melakukan kewajiban sebagai penyelenggara Jamkesmas, maka sebagai badan hukum publik R.S.U.P. H. Adam Malik Medan bertanggung jawab secara langsung kepada Kementerian Kesehatan RI termasuk juga Dinas Kesehatan Kota Medan akibat adanya otonomi daerah. R.S.U.P. H. Adam Malik Medan secara administrasi finansial bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Dinas Kesehatan Provinsi. 159 159 repository.usu.ac.idbitsteram12345678915621admnegara_marwanarhas3.pdf, diakses tanggal 19 April 2012 Pada awalnya R.S.U.P. H. Adam Malik Medan berada di bawah pengawasan Dinas Kesehatan Provinsi, tetapi kemudian dengan adanya otonomi daerah, maka Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara memberikan pelimpahan kewenangan dalam rangka pengawasan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan. Universitas Sumatera Utara Perjanjian kerja sama tersebut juga memuat sanksi Pasal 10 yang diberikan kepada pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan apabila pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan secara nyata terbukti melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Tidak melayani pasien peserta Jamkesmas Tahun 2011 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b. Tidak memberikan fasilitas dan pelayanan kesehatan sesuai yang berlaku. c. Memungut biaya tambahan biaya pelayanan kesehatan kepada masyarakat peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2011 atau kelurganya. d. Tidak melakukan prosedur pelayanan sesuai Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas Tahun 2011. Dinas Kesehatan Kota Medan berhak untuk menangguhkan pembayaran atas tagihan biaya pelayanan kesehatan yang diajukan oleh pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan apabila perbuatan di atas dilakukan oleh pihak rumah sakit. Dan apabila pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan membatalkan secara sepihak perjanjian kerja sama, maka pihak Dinas Kesehatan Kota Medan berhak mengusulkan kepada Tim Pengelola Jaminan Kesehatan Masyarakat Tingkat PusatDepartemen Kesehatan untuk mengenakan denda sebesar nilai tagihan biaya pelayanan kesehattan 3 tiga bulan terakhir yang sudah dibayarkan oleh Tim Pengelola Jaminan Kesehatan Masyarakat Tingkat PusatDepartemen Kesehatan kepada pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara

C. Upaya Hukum Yang Dapat Dilakukan Oleh Pasien Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan

Penyimpangan yang terjadi dalam ketentuan pelayanan kesehatan mengakibatkan pasien atau penerima jasa pelayanan kesehatan dapat menuntut atau mempertanyakan haknya yang dilanggar oleh penyedia jasa pelayanan kesehatan dalam hal ini rumah sakit dan doktertenaga kesehatan. Penyelesaian sengketa ini dapat dilakukan baik di dalam wilayah rumah sakit maupun di luar wilayah rumah sakit. 1. Di dalam wilayah rumah sakit 160 R.S.U.P. H. Adam Malik Medan sejak 1 November 2011 telah membentuk Instalasi Pengaduan PasienMasyarakat untuk menyelesaikan keluhan pasien. Tugas dari Intalasi Pengaduan PasienMasyarakat ini yaitu: a. Menyediakan informasi tentang kebijakan dan sistem pelayanan kesehatan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan. b. Melakukan verifikasi dan validasi masalahkeluhan. c. Melaksanakan proses penangan keluhan secara transparan, akuntabel, dan berjenjang. d. Melakukan koordinasiklasifikasi pengaduan. Adapun prosedur pengaduan ke Isntalasi Pengaduan Pasien yaitu: a. Menerima saran, kritik, pengaduankeluhan pasienmasyarakat melalui tatap muka. b. Mengidentifikasi dan mengklasifikasi keluhan. 160 Hasil wawancara dengan Instalasi Pengaduan Pasien R.S.U.P. H. Adam Malik Medan, Ibu Deni Roslina S.Psi, M.Psi tanggal 4 April 2012. Universitas Sumatera Utara c. Menindaklanjutimerespon keluhan secara langsung, kkeluhan diteruskan kepada unit yang dituju untuk segera menindaklanjutimerespon. d. Meminta tanggapan dari unit yang dituju. e. Tindak lanjt dikirimfeedback ke pasienpelanggan. f. Kalau pasien sudah pusa, penangan keluhan selesai. g. Kalau pasien belumtidak puas, kembali diidentifikasi dan seterusnya. Selama periode 1 November 2011 sampai dengan akhir Desember 2011, jumlah pengaduan pasien Jamkesmas ± sebanyak 3 orang. Pengaduan lebih banyak pada pengguna Jamkesda dan Askes. Pengaduan ini biasanya terkait dengan pelayanan kesehatan yang diberikan dan rencana tindakan medis. Dalam menanggapi setiap keluhan, Instalasi Pengaduan PasienMasyarakat melakukan koordinasi dengan unit kerja yang dikeluhkan hingga pasien menemukan solusi yang diperlukan oleh pasien. Sampai saat ini keluhan pasien di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dapat diselesaikan dengan baik. Berdasarkan hasil penelitian penulis, dari 50 responden yang diwawancarai, sebanyak 4 orang 8 menjawab pernah mengadukan keluhanketidakpuasannya, tetapi pengaduan tersebut hanya kepada pihak administrasi ataupun dokter di rumah sakit, bukan ke Instalasi Unit Pengaduan Pasien R.S.U.P. H. Adam Malik Medan. 2. Di luar wilayah rumah sakit Apabila upaya hukum yang dilakukan di dalam rumah sakit yaitu melalui Instalasi Pengaduan Pasien tidak mendapatkan hasil, maka pasienmasyarakat Universitas Sumatera Utara dapat menempuh upaya hukum di luar rumah sakit, misalnya melalui Dinas Kesehatan Kota. Dinas Kesehatan Kota Medan merupakan penanggung jawab pelaksanaan Jamkemsas untuk wilayah Kota Medan. Dalam melakukan tugas pengawasan pelaksanaan Jamkesmas, Dinas Kesehatan Kota Medan dapat dijadikan tempat pengaduan pasien apabila pelaksanaan pelayanan tidak di dapat sebagaimana mestinya. Selain pengaduan ke Dinas Kesehatan Kota Medan, pasien Jamkesmas dapat melakukan upaya hukum yaitu: a. Melalui Nonlitigasi Upaya hukum melalui non litigasi, selain dapat dilakukan di dalam lingkungan rumah sakit, yaitu melalui Instalasi Pengaduan PasienMasyarakat, juga dapat dilakukan di luar wilayah rumah sakit, seperti MKDKI, Lembaga Pemerhati Konsumen, Ombudsman, dan lain-lain. Profesi kedokteran memang banyak berkaitan dengan problem etik yang dapat berpotensi menimbulkan sengketa medik antara pemberi jasa pelayanan kesehatan dengan penerima jasa pelayanan kesehatan. Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran, dibentuklah Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia MKDKI. MKDKI merupakan lembaga otonom dari Konsil Kedokteran Indonesia. MKDKI bertugas. 161 161 Lihat Pasal 64 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran Universitas Sumatera Utara 1 Menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus penyelenggaraan disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan; dan 2 Menyusun pedoman dan tata cara penangan kasus pelanggaran disiplin dokter atau dokter gigi. Seorang pasien yang mengetahui kepentingannya dirugikan atas tindakan dokter atau dokter gigi dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua MKDKI. Pengaduan ke MKDKI tersebut, tidak menghilangkan hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak yang berwenang danatau menggugat kerugian perdata ke Pengadilan. 162 Pengaduan juga dapat dilakukan melalui lembaga Ombudsman. Hal ini karena R.S.U.P. H. Adam Malik Medan juga merupakan pelayyanan publik. Tetapi lembaga Ombudsman secara yurisdiksi tugasnya hanya mengupayakan perbaikan pelayanan kepada pihak yang diadukanpelaku usaha. Keputusan Ombudsman terbatas pada rekomendasi yang berupa langkah-langkah tertentu yang perlu diambil untuk memperbaiki perilaku pelaku usaha. Selain MKDKI, seorang pasien juga dapat membuat pengaduan ke Badan Pengawas Rumah Sakit Provinsi. 163 162 Lihat Pasal 66 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran 163 Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Op. Cit, hal. 65 Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga memberikan jalan alternatif dengan menyediakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Pasal 45 ayat 4 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyebutkan: Jika telah dipilih upaya penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan, gugatan melalui pengadilan hanya dapat ditempuh jika upaya itu dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu pihak atau oleh para pihak yang bersengketa. Tafsir lebih jauh dari ketentuan pasal tersebut, bahwa penyelesaian di luar pengadilan merupakan upaya perdamaian di antara para pihak yang bersengketa dan penyelesaian di luar pengadilan dapat dilakukan melalui suatu badan independen 164 Menurut YLKI Kota Medan sampai sekarang untuk di Kota Medan belum ada yang melakukan pengaduan atas pelanggaran hak konsumen kesehatan ke YLKI. seperti BPSK Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen, Badan Perlindungan Konsumen Nasional BPKN, dalam hal ini konsumen bisa meminta bantuan kepada Lembaga Perlindungan Konsumen seperti Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia YLKI. 165 Tetapi Untuk YLKI se-Indonesia tercatat sebanyak 3 pengaduan 0,7 dalam masalah layanan medik. 166 164 Ibid , hal. 69 165 Hasil wawancara dengan Bapak Abu Bakar Shiddik selaku Ketua YLKI Kota Medan tanggal 9 Maret 2012. 166 Warta Konsumen, Edisi 12XXXV2009 Dalam hal penyelesaian sengketa konsumen, YLKI hanyalah Universitas Sumatera Utara sebagai mediator di antara para pihak dan berusaha untuk menyelidiki dan mencari bukti-bukti untuk kemudian mengundang pelaku usaha. 167 Penyelesaian yang sering dilakukan melalui mediasi di luar pengadilan dengan sistem Alternative Dispute Resolution ADR. Di Yayasan Pemberdayaan Konsumen Kesehatan Indonesia YPKKI 90 persen kasus diselesaikan lewat ADR. 168 b. Melalui Litigasi Pasal 45 ayat 1 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyatakan “Setiap konsumen yang dirugikan dapat menggugat pelaku usaha melalui lembaga yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan umum.” Pilihan berperkara di pengadiilan atau di luar pengadilan adalah pilihan sukarela para pihak. Untuk kasus perdata di Pengadilan Negeri, pihak konsumen yang diberi hak mengajukan gugatan menurut Pasal 46 Undang-Undang Perlindungan Konsumen. 1 seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan; 2 sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama; 167 Hasil wawancara dengan Bapak Abu Bakar Shiddik selaku Ketua YLKI Kota Medan tanggal 9 Maret 2012. 168 Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Op.Cit, hal. 64 Universitas Sumatera Utara 3 lembaga perlindungan konsumen swadaya masayarakat yang memenuhi syarat; danatau 4 pemerintah danatau instansi terkait jika barang danatau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar danatau korban yang tidak sedikit. Adanya tindak pidana yang dilakukan oleh pelaku usaha Rumah Sakit juga dapat dijadikan sebagai dasar dakwaan yang dapat diajukan ke persidangan. Dalam kasus pidana, konsumen yang dirugikan haknya, tidak hanya diwakilkan oleh jaksa dalam penuntutan di peradilan umum, tetapi ia sendiri dapat juga menggugat pihak lain di lingkungan peradilan tata usaha negara jika terdapat sengketa administratif di dalamnya. Apabila konsumen diartikan secara luas, yakni mencakup juga penerima jasa layanan publik, tentu Peradilan Tata Usaha Negara PTUN patut juga melayani gugatan tersebut. Dan dengan syarat sengketa tersebut berawal dari adanya penetapan tertulis, bersifat konkret, individual, dan final. 169 169 Ibid, hal. 69 Sementara itu menurut A.M. Donner, pengertian pejabat atau badan tata usaha negara antara lain, dapat diperluas ke bentuk perusahaan yang melayani jasa-jasa untuk kepentingan umum. Dengan demikian, badan-badan usaha milik negara BUMN atau Universitas Sumatera Utara milik daerah BUMD dapat dikategorikan sebagai kepanjangan tangan Pemerintah dalam berurusan dengan masyarakat. 170

A. Kesimpulan BAB V

PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pelayanan kesehatan di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan dikategorikan baik, hal ini berdasarkan hasil jawaban 41 orang responden 82 dan juga menurut hasil pengawasan Dinas Kesehatan Kota Medan. Meskipun dikategorikan baik, tetapi ada beberapa kasus mengenai kekurangan dalam hal pelayanan yang dirasakan oleh pasien pengguna Jamkesmas, dimana 3 responden menyatakan tidak mendapatkan haknya untuk memperoleh informasi medis dan 5 responden menyatakan tidak mendapatkan pelayanan yang aman, bermutu dan terjangkau. Kekurangan dalam hal pelayanan 170 Shidarta, Op.Cit, hal. 141 Universitas Sumatera Utara kesehatan ini misalnya dalam hal pemberitahuan manfaat obat, kurangnya perhatian dokter dan tenaga kesehatan lain, dan lain-lain. Selain itu pengetahuan pasien akan hak-haknya ternyata masih sangat kurang, dari 50 responden hanya 20 responden 40 menjawab mengetahui hak dan kewajibannya sebagai pasien sedangkan 30 responden 60 menjawab tidak mengetahui hak dan kewajibannya. 2. R.S.U.P. H. Adam Malik Medan sebagai rumah sakit pemerintah dan juga sebagai penyelenggara Jamkesmas mempunyai tanggung jawab baik kepada pasien maupun kepada pemerintah. Tanggung jawab kepada pasien timbul akibat adanya kesalahan maupun kelalaian dari pihak rumah sakit maupun tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit tersebut. Pertanggungjawaban ini dapat dilihat baik dari aspek hukum perdata, pidana maupun administrasi. Dalam aspek perdata, menurut Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit dan juga KUHPerdata, rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Rumah Sakit. Sedangkan untuk pertanggungjawaban secara pidana, sebagai rumah sakit pemerintah, maka yang bertanggung jawab adalah Pimpinan Unit Pelaksana Teknis Kepala Rumah Sakit yaitu Direktur Utama. Pertanggungjawaban administrasi berupa pencabutan izin dokter ataupun hal lainnya. Selain pertanggungjawaban ke pasien, pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan juga bertanggung jawab kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Universitas Sumatera Utara Kesehatan Kota Medan. Dalam perjanjian kerja sama antara pihak R.S.U.P. H. Adam Malik dengan Dinas Kesehatan Kota Medan berdasarkan Pedoman Menteri Kesehatan, terdapat adanya sanksi berupa penangguhan pembayaran tagihan maupun denda apabila pihak R.S.U.P. H. Adam Malik Medan melakukan pelanggaran maupun membatalkan secara sepihak perjanjian kerja sama tersebut. 3. Upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pasien pengguna Jamkesmas di R.S.U.P. H. Adam Malik Medan yaitu upaya hukum di dalam wilayah rumah sakit melalui Instalasi Pengaduan PasienMasyarakat maupun di luar rumah sakit melalui litigasi maupun non litigasi. Berdasarkan hasil penelitian, hanya 4 orang 8 responden yang melakukan pengaduan, tetapi bukan ke Instalasi Pengaduan Pasien, melainkan ke pegawai administrasi. Menurut Instalasi Pengaduan PasienMasyarakat selama periode 1 November 2011 sampai dengan akhir Desember 2011, jumlah pengaduan pasien Jamkesmas ± sebanyak 3 orang. Sedangkan upaya hukum di luar rumah sakit melalui non litigasi yaitu melalui YLKI tidak pernah terjadi.

B. Saran

1. Perlu adanya sosialisasi dari Dinas Kesehatan Kota Medan mengenai program Jamkesmas serta hak-hak pasien Jamkesmas kepada seluruh pasien pengguna Jamkesmas di Kota Medan dan juga dari lembaga pemerhati konsumen agar pasien lebih mengetahui hak dan Universitas Sumatera Utara kewajibannya serta upaya hukum yang bisan mereka lakukan apabila terjadi pelanggaran hak maupun malpraktik medis. 2. R.S.U.P. H. Adam Malik Medan sebagai pelaksana Jamkesmas harus lebih meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada masyarakat miskin pengguna Jamkesmas dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat miskin terutama dalam hal kesehatan. 3. Perlu adanya pembahasan khusus oleh ahli hukum dan ahli kesehatan mengenai perlindungan hukum bagi pasien pengguna Jamkesmas ini. DAFTAR PUSTAKA BUKU Abidin, Zaenal, 2009, Bayar dulu, baru dirawat: Menelusuri Fungsi Sosial Rumah Sakit Swasta, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta. Anwar, H.A.K. Moch, 1982, Hukum Pidana Bagian Khusus KUHP Buku II Jilid I, Alumni, Bandung. Arrasyid, Chainur, 2006, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta. Asshiddiqie, Jimly, 2008, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta. Universitas Sumatera Utara

BAB II. TINJAUAN YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN