BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Tax Haven Country Negara Tax haven adalah merupakan suatu istilah
yang menyatakan bahwa sebuah negara atau teritori yang menjadi tempat berlindung bagi para pembayar pajak sehingga para pembayar pajak ini
dapat menghindarkan pembayaran pajaknya. Suatu Negara atau wilayah dapat dikategorikan sebagai Tax Heaven Country, menurut Organisasi
Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Organisation for Economic Co- operation Development
atau OECD, jika memenuhi salah satu faktor:
a. Pajaknya sangat rendah, bahkan tidak ada pajak yang dikenakan,
dengan tujuan untuk menyediakan negarawilayahnya sebagai negarawilayah tempat pelarian warga asing yang akan
menghindarkan pajak. b.
Memiliki fasilitas perlindungan yang sangat ketat terhadap informasi nasabah.
c. Tidak adanya transparansi dalam operasi tax heaven tersebut.
Tax Haven merupakan Negara yang memberikan kemudahan di
bidang perpajakan dan dibidang perbankan. Sistem perpajakan yang
Universitas Sumatera Utara
diberlakukan di Negara Tax Haven tidak sama dengan Negara-negara pada umumnya karena Negara Tax Haven tidak memberlakukan pajak
sebagaimana mestinya. Tax Haven umumnya merupakan negara yang tidak mengenakan pajak atas suatu kegiatan ekonomi di negaranya, dan
kalaupun ada pajak yang dikenakan hanya pada rate yang relatif rendah dan hanya dikenakan terhadap bidang usaha atau perusahaan tertentu
saja. Hal ini justru menguntungkan orang-orang yang melakukan kegiatan ekonomi di Tax Haven seperti melakukan investasi atau
penanaman modal, mendirikan perusahaan, dan lain-lain. Selain itu banyak lagi kenudahan yang ditawarkan oleh negara Tax Haven seperti
prosedur pendirian perusahaan yang tidak berbelit-belit, keuntungan dari segi pendapatan karena pajak yang dikenakan nol atau rendah,
kerahasiaan bank yang ketat yang hampir tidak memungkinkan dibuka informasi mengenai data nasabah. Prinsip kerahasiaan bank di negara Tax
Haven sangat kuat, hal ini dilakukan guna meningkatkan kepercayaan
nasabag terhadap bank yang didirikan atau membuka cabang di Tax Haven
.
Jika dilihat dari kemudahan pajaknya, maka negara Tax Haven dapat dikategorikan dalam 5 lima bentuk yaitu :
a. Negara bebas pajak
b. Negara dengan sistem pajak teritorial
Universitas Sumatera Utara
c. Negara dengan sistem pajak rendah
d. Negara yang hanya membebankan pajak-pajak tertentu
e. Negara yang hanya membebaskan pajak untuk perusahaan tertentu
saja.
2. Dengan diberlakukannya sistem kerahasiaan bank yang sangat ketat dan
sistem perpajakan yang tidak membebankan pajak atau meringankan pajak, maka negara Tax Haven sangat rentan terhadap tindak pidana
yakni menjadi surga bagi pelaku-pelaku tindak pidana pencucian uang Money Laundering. dikatakan demikian karena negara Tax Haven
menjadi transit atau tempat penyimpanan uang-uang panas seperti uang yang berasal dari perdagangan obat-obatan terlarang, senjata illegal, uang
hasil korupsi, dan lain-lain. Karena pajak bagi sebagian kalangan masih dianggap sebagai beban investasi maka sangat wajar bila para pengusaha
berusaha untuk menghindari beban pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang efektif. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh para
pengusaha tersebut untuk menghindari pajak salah satunya adalah dengan melakukan kegiatan ekonomi di negara Tax Haven seperti Transfer
Pricing , Captive Banking, Thin Capitalization, mendirikan Holding
Companies , dan lain-lain. Dan bahkan terkadang kegiatan-kegiatan
ekonomi yang dilakukan di negara Tax Haven berindikasi adanya Tindak Pidana Money Laundering.
Universitas Sumatera Utara
3. Indonesia sendiri bukanlah negara Tax Haven yang dimaksud, karena
Indonesia masih membebankan pajak standar Internasional, oleh karena itu Indonesia dapat dikatakan menerima kerugian dengan hadirnya negara
Tax Haven ini, karena Indonesia juga merupakan korban dari negara Tax
Haven , yang uangnya banyak sekali dilarikan ke Tax Haven. Ini jelas
merugikan pihak negara non Tax Haven karena investasi akan berpindah ke negara Tax Haven. Tax Haven merupakan masalah yang telah menjadi
perhatian dunia sekarang ini karena mereka enggan untuk membagi informasi manakala dibutuhkan oleh negara lain guna pemeriksaan baik
di bidang perpajakan maupun diduga terjadi tindak pidana Money Laundering
.
B.
Saran
Dengan melihat kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran, sebagai berikut:
1. Pro dan kontra bermunculan seiring dengan maraknya kehadiran negara
Tax Haven ini, namun hal ini perlu disikapi secara bijak oleh pemerintah
Indonesia, karena jika mengambil langkah yang salah hanya akan menyebabkan kerugian di dalam negeri. Mengenai sistem perpajakan
yang diterapkan di Indonesia perlu di kaji ulang lagi apakah beban pajak yang dikenakan terhadap para Wajib Pajak dirasa cukup tinggi atau tidak,
karena jika Wajib Pajak khususnya kalangan pebisnis dan pengusaha merasa Indonesia mengenakan pajak yang tinggi terhadap penghasilan
Universitas Sumatera Utara
mereka, maka mereka pada akhirnya akan beralih ke negara yang pajaknya lebih rendah yang mana akan menguntungkan usaha mereka.
Hal ini tentu saja akan merugikan Indonesia karena pajak akan berpindah ke negara lain. Maka masalah ini patut menjadi perhatian pemerintah
Indonesia dengan mengerahkan aparat-aparat pajak di negara Tax Haven guna memantau.
2. Guna mengatasi banyaknya pendapatan pajak yang dilarikan oleh Wajib
Pajak ke negara Tax Haven, mungkin yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah secepatnya membuat peraturan yang mengatur
mengenai tax haven itu, seperti yang telah dilakukan beberapa negara seperti Brazil, Cina, Jepang. Dan salah satu yang dapat dilakukan adalah
mengenakan pajak khusus terhadap mereka yang mengalihkan domisilinya ke negara Tax Haven.
3. Terhadap tindak pidana money Laundering yang kerap dilakukan di
negara Tax Haven maka, pemerintah harus lebih menggalakan prinsip Know Your Customer, dan melakukan pengawasan rutin terhadap
perbankan khususnya di Indonesia guna mencegah terjadinya Money Laundering di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Ada empat faktor kunci yang digunakan untuk menentukan apakah suatu yurisdiksi atau negara merupakan Tax Haven, antara lain :
1. Yang pertama adalah bahwa yurisdiksi tidak membebankan atau hanya
menetapkan nominal pajak. Tidak cukup dengan tidak membebankan atau membebankan dalam jumlah minimal, untuk menghasilkan karakterisasi
sebagai tax haven. OECD mengakui bahwa setiap yurisdiksi memiliki hak untuk menentukan apakah akan memberlakukan pajak langsung dan, jika
demikian, maka untuk menentukan tarif pajak yang semestinya. Analisis tentang faktor-faktor kunci lain yang diperlukan untuk menetapkan suatu
yurisdiksi untuk dianggap sebagai tax haven. Tiga faktor lain yang harus
dipertimbangkan adalah:
2.
Dimana adanya kekurangan transparansi,
3. Dimana adanya undang-undang atau praktik administratif yang mencegah
pertukaran informasi yang efektif terhadap tujuan pajak dengan pemerintah lain yang menguntungkan dari pembayar pajak yang tidak
terkena pajak atau dikenakan pajak nominal.
4. Dimana tidak adanya persyaratan terhadap kegiatan substansial
13
.
Transparansi memastikan bahwa aplikasi undang-undang pajak yang terbuka dan konsisten terletak di antara pembayar pajak dan informasi yang
dibutuhkan oleh otoritas pajak untuk menentukan wajib pajak yang benar
13
Tax_haven, diperoleh dari www.wikipedia.org
, terakhir kali diakses pada tanggal 27 Februari 2009
Universitas Sumatera Utara
dengan kewajiban pajak yang tersedia misalnya, catatan akuntansi dan dokumentasi yang mendasari.
Berkenaan dengan pertukaran informasi dalam masalah perpajakan, mendorong negara-negara OECD untuk mengadopsi pertukaran informasi
pada dasar atas permintaan. Pertukaran informasi atas permintaan menggambarkan suatu situasi di mana pejabat yang berwenang dari satu
negara meminta pejabat yang berwenang dari negara lain untuk meminta informasi spesifik sehubungan dengan penyelidikan pajak tertentu, umumnya
di bawah otoritas pengaturan pertukaran bilateral antara kedua negara. Elemen penting dari pertukaran informasi adalah pelaksanaan perlindungan yang tepat
untuk menjamin perlindungan yang memadai terhadap hak-hak wajib pajak dan kerahasiaan urusan pajak mereka
14
Bukan kriteria aktivitas yang substansial, yang termasuk dalam laporan tahun 1998 sebagai kriteria untuk mengidentifikasi tax haven karena
kurangnya kegiatan-kegiatan tersebut menunjukkan bahwa yurisdiksi mungkin akan berusaha untuk menarik investasi dan transaksi yang semata-
mata didorong pajak. Pada tahun 2001, OECD Komite Urusan Fiskal sepakat bahwa kriteria ini tidak akan digunakan untuk menentukan apakah tax haven
itu kooperatif atau tidak kooperatif .
15
14
Hoyt L.Barber, Tax Haven Today, Hoboken, New Jersey : Penerbit John Wiley and Sons Corporation, 2006, hal 3.
15
Antony Sanfield Ginsberg, Tax Haven, New York: Penerbit New York Institute of Finance, 1991, hal. 4.
.
Universitas Sumatera Utara
Pada bulan Desember 2008, dalam laporan penggunaan Tax Haven oleh perusahaan-perusahaan di Amerika, The US Government Accountability
Office tidak dapat menemukan definisi yang memuaskan tentang Tax Haven tetapi dianggap karakteristik sebagai berikut dapat menunjukkan karakteristik
atau indikasi dari suatu negara Tax Haven antara lain: 1.
nil atau nominal pajak; 2.
kurang efektif pertukaran informasi pajak dengan otoritas pajak luar negeri
3. kurangnya transparansi dalam pelaksanaan legislatif, hukum, atau
ketentuan administratif; 4.
tidak ada persyaratan substantif kehadiran lokal 5.
promosi diri sebagai pusat keuangan lepas pantai offshore financial centre
16
Saat ini, pertumbuhan Tax Haven terutama disebabkan oleh pertumbuhan perbankan yang cukup besar di luar negeri. Perluasan ini juga
disebabkan oleh .
globalisasi dunia bisnis
.
Memang, mereka mencari pasar baru dan tenaga kerja murah. Pertengahan abad kedua puluh, ketika sebagian besar
dunia koloni mencapai emansipasi dan kemerdekaan mereka, untuk sebagian besar, mereka mengembangkan pajak mereka sendiri dan rezim perdagangan
sehingga menciptakan kesenjangan ekonomi tertentu di seluruh dunia.
16
Tax Havens, 12 Juli 2005, diperoleh dari www.wikipedia.com
, terakhir kali diakses pada tanggal 14 Februari 2010.
Universitas Sumatera Utara
Kesenjangan semacam itu, bagaimanapun, tidak cukup untuk sebuah bangsa untuk memenuhi syarat itu sendiri sebagai tax haven. Singkatnya,
yang baik, secara keseluruhan lingkungan nasional diperlukan untuk memacu suatu definisi sebagai tax haven. Secara umum, elemen-elemen penting seperti
politik dan ekonomi stabil pemerintah, serta jaringan yang kuat diperlukan sarana komunikasi untuk suatu bangsa untuk mengidentifikasi dirinya sebagai
tax haven . Kebijakan adalah penarik utama bebas pajak. Oleh karena itu
sangat peka untuk negara-negara otoritas pajak untuk mengukur atau membandingkan penghindaran pajak. Namun demikian, beberapa negara
seperti AS dan statistik laporan yang dipublikasikan menunjukkan dampak ekonomi dan perluasan bebas pajak. Fenomena penghindaran pajak ini
memiliki dampak dalam hal hilangnya pajak pendapatan, tetapi juga pada negara.
Penggunaan bebas pajak modern telah melewati beberapa tahap pembangunan berikutnya pada periode antar-perang. Dari tahun 1920 ke
tahun 1950-an, Tax Haven biasanya direferensikan sebagai penghindaran pajak pribadi. Istilah ini sering digunakan dengan merujuk kepada negara-
negara di mana seseorang yang pensiun dan pasca pensiun, mereka dapat mengurangi posisi pajak. Namun, dari tahun 1950 dan seterusnya, ada
pertumbuhan yang signifikan dalam penggunaan bebas pajak oleh kelompok perusahaan untuk mengurangi
beban pajak global mereka. Strategi ini umumnya mengandalkan pada ada tidaknya yang menjadi perjanjian pajak
Universitas Sumatera Utara
ganda antara yurisdiksi besar dengan beban pajak yang tinggi bahwa perusahaan akan menjadi subyek lain, dan yurisdiksi yang lebih kecil dengan
beban pajak yang rendah. Dengan demikian, korporasi dengan struktur kepemilikan kelompok melalui yurisdiksi yang lebih kecil, bisa mengambil
keuntungan dari perjanjian pajak ganda, sehingga membayar pajak pada tingkat yang lebih rendah. Meskipun beberapa dari perjanjian pajak ganda ini
bertahan hidup di tahun 1970-an, sebagian besar negara-negara besar mulai mencabut perjanjian pajak berganda mereka dengan mikro-negara untuk
mencegah kebocoran pajak perusahaan dengan cara ini. Pada awal hingga pertengahan tahun 1980-an, sebagian besar Tax
Haven s mengubah fokus undang-undang mereka untuk menciptakan
kendaraan perusahaan yang cincin-berpagar dan dibebaskan dari pajak daerah walaupun mereka biasanya tidak bisa perdagangan baik lokal.
Kendaraan ini biasanya disebut membebaskan perusahaan atau Perusahaan Bisnis Internasional. Namun, pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an,
OECD memulai serangkaian inisiatif yang ditujukan untuk mengekang penyalahgunaan bebas pajak yang mana bagi OECD disebut sebagai Tax
Haven . The Cato Institute berpendapat bahwa bebas pajak yang
menguntungkan karena membantu tekanan negara maju untuk mengurangi tarif pajak dan fiskal menjadi lebih bertanggung jawab dan efisien
17
17
Tax Havens., 12 juli 2005., diperoleh dari
.
www.wikipedia.com , terakhir kali akses pada
tanggal 14 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
Dalam teori soverenitas menyatakan bahwa kewenangan untuk melakukan pemungutan pajak suatu negara melekat pada kedaulatan suatu
negara dan merupakan atribut dari kedaulatan itu sendiri. Kewenangan yang dimaksud bersumber dari teori bahwa keberadaan suatu pemerintah
merupakan keharusan untuk dapat memberikan perlindungan dan jasa publik lainnya kepada warganya. Untuk terlaksannya keharusan tersebut diperlukan
pembiayaan yang harus disumbang secara bersamaoleh warga. Di Indonesia sendiri dalam penjelasan Undang-Undang tentang
Ketentuan Umum Tata Cara Perpajakan UU KUP telah dinyatakan bahwa pajak merupakan salah satu sarana dan hak tiap wajib pajak untuk
berpartisipasi dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Namun terkadang bagi para pelaku bisnis dan investor, pajak merupakan beban
investasi. Oleh karena itu, adalah wajar bila pengusaha berusaha untuk menghindari beban pajak dengan melakukan perencanaan pajak yang efektif.
Salah satu cara untuk melakukan penghindaran pajak adalah dengan melakukan investasi di negara-negara Tax Haven tadi, agar pajak yang
merupakan beban investasi tadi dapat diminimalkan
18
Sebenarnya negara Tax Haven sendiri sudah sangat terkenal bagi para kalangan yang berkecimpung di bidang bisnis, keuangan dan investasi, salah
satu yang membuatnya sebagai tempat yang paling tepat untuk melakukan investasi adalah kemudahannya dalam bidang perpajakan dan kerahasiaan
.
18
Gunadi, Op.Cit., hal 275-276.
Universitas Sumatera Utara
banknya yang sangat ketat, selain itu masih ada beberapa pertimbangan lain mengapa banyak orang yang suka mengunakan negara Tax Haven sebagai
tempat sentral finansialnya. Pertimbangan-pertimbangan tersebut antara lain : 1.
Ketentuan tentang warisan yang menguntungkan 2.
Melakukan kontrak kerja dinegara Tax Haven, sebab pendapatan yang akan mereka peroleh akan cukup besar dikarenakan adanya keringanan
perpajakan. 3.
Situasi politik di negara-negara tertentu tidak menguntungkan bagi kepentingan bisnis dan finansial. Karena itu, orang berpaling ke negara-
negara Tax Haven untuk sentral finansialnya. 4.
Untuk menghindari pembagian harta milik seperti dalam warisan atau perceraian suami-istri.
5. Sebagai tempat pengembangan ideproduk baru dari bisnis. Sebab di
negara-negara Tax Haven, tempatnya terpencil dan jauh dari jamahan para pesaingnya.
Pada risiko penyederhanaan bruto, dapat dikatakan bahwa keuntungan bebas pajak dipandang dalam empat konteks utama
19
1. Residensi Pribadi. Sejak awal abad ke-20, orang-orang kaya dari
yurisdiksi pajak tinggi telah berusaha untuk merelokasi diri mereka dalam yurisdiksi pajak rendah. Di sebagian besar negara di dunia, tempat tinggal
:
19
Tax Havens., 2 Juni 2003., diperoleh dari www.hukumonline.com
, terakhir kali diakses pada tanggal 12 januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
merupakan dasar utama perpajakan. Dalam beberapa kasus yurisdiksi pajak rendah, retribusi, dan pajak penghasilan tidak ada, atau hanya sangat
rendah,. Tapi hampir tidak ada pajak singgahnya menilai setiap jenis pajak capital gain, atau pajak warisan. Individu yang tidak dapat kembali ke
negara pajak tinggi di mana mereka digunakan untuk tinggal selama lebih dari beberapa hari setahun kadang-kadang disebut sebagai orang buangan
pajak. 2.
Aset Tertahan. Aset tertahan melibatkan penggunaan kepercayaan perusahaan, atau memiliki kepercayaan perusahaan. Perusahaan akan
dibentuk dalam satu pajak singgahnya, dan biasanya akan diberikan dan penduduk yang lain. Fungsinya adalah untuk menahan aset, yang dapat
terdiri dari portofolio investasi yang dikelola, perusahaan dagang atau kelompok, aset fisik seperti real estat atau berharga barang bergerak. Inti
dari pengaturan tersebut adalah bahwa dengan mengubah kepemilikan aset menjadi sebuah entitas yang tidak tinggal di dalam yurisdiksi pajak tinggi,
mereka tidak lagi dikenakan pajak dalam yurisdiksi. Seringkali mekanisme ini digunakan untuk menghindari pajak tertentu. Sebagai
contoh, seorang pewaris kaya rumahnya bisa transfer ke perusahaan luar negeri, ia dapat menyelesaikan saham perusahaan pada kepercayaan
dengan dirinya sendiri menjadi wali dengan wali lain, sementara memegang hidup bermanfaat estat untuk dirinya sendiri untuk hidup, dan
kemudian putrinya. Pada kematiannya, saham akan secara otomatis rompi
Universitas Sumatera Utara
di putri, yang dengan demikian memperoleh rumah, rumah tanpa harus melalui surat pengesahan hakim dan yang sedang dinilai dengan pajak
warisan. Kebanyakan negara menilai pajak warisan dan semua pajak lainnya di real estat dalam yurisdiksi mereka, tanpa melihat
kewarganegaraan dari pemilik, jadi ini tidak akan bekerja dengan sebuah rumah di sebagian besar negara. Hal ini lebih cenderung dilakukan dengan
aset tidak berwujud. 3.
Perdagangan dan aktivitas bisnis lainnya. Banyak bisnis yang tidak memerlukan lokasi geografis tertentu atau tenaga kerja yang luas didirikan
di tax haven, untuk meminimalkan ekspor pajak. Barangkali ilustrasi terbaik ini adalah jumlah reasuransi perusahaan yang bermigrasi ke
Bermuda selama bertahun-tahun. Contoh lain meliputi layanan berbasis internet dan grup perusahaan keuangan. Pada 1970-an dan 1980-an
dikenal kelompok perusahaan untuk membentuk badan luar negeri untuk tujuan reinvoicing. Reinvoicing ini perusahaan hanya membuat margin
tanpa melakukan apapun fungsi ekonomi, tetapi sebagai margin muncul dalam yurisdiksi bebas pajak, ini memungkinkan kelompok untuk skim
keuntungan dari yurisdiksi pajak tinggi. Kode pajak yang paling canggih sekarang mencegah Transfer Pricing penipuan alam ini.
4.
Perantara keuangan. Sebagian besar kegiatan ekonomi di tax haven hari
ini terdiri dari profesional jasa keuangan seperti reksa dana, perbankan, asuransi jiwa dan pensiun. Umumnya dana didepositkan dengan perantara
Universitas Sumatera Utara
dalam yurisdiksi pajak rendah, dan kemudian perantara meminjamkan atau menginvestasikan uang sering kembali menjadi yurisdiksi pajak
tinggi. Meskipun sistem seperti ini biasanya tidak menghindari pajak dalam yurisdiksi pelanggan utama, memungkinkan penyedia jasa
keuangan untuk menyediakan produk multi-yurisdiksi tanpa menambahkan lapisan tambahan pajak. Hal ini telah terbukti sukses di
bidang dana lepas pantai
20
.
Jadi secara umum, ada beberapa kemudahan hukum yang dapat diperoleh di negara-negara Tax Haven, antara lain sebagai berikut:
1. Kemudahan di bidang hukum pajak;
2. Kemudahan di bidang hukum perbankan khususnya prinsip kerahasiaan
bank yang sangat kuat dan dipegang teguh; 3.
Kemudahan di bidang pendirian perusahaan atau pendirian bank. Jika dilihat dari kemudahan perpajakannya, maka negara-negara Tax Haven
dapat dibagi dalam 5 lima kategori, antara lain
21
1. Negara bebas pajak No-Tax Haven
:
20
Tax Havens, 12 Juli 2005, diperoleh dari www.wikipedia.com
, terakhir kali diakses pada tanggal 14 Januari 2010.
21
Munir Fuady, Op.Cit., hal 224-227
Universitas Sumatera Utara
Di negara-negara yang disebut negara bebas pajak ini, pajak disana dibebaskan untuk siapa saja, yang ada hanya semacam bea materai stamp
duties . Disana tidak dikenal misalnya pajak-pajak sebagai berikut :
a. Pajak pendapatan perorangan
b. Pajak badanperusahaan
c. Pajak kerja employment tax
d. Pajak hadiah
e. Pajak undian
f. Pajak Bumi dan Bangunan PBB
g. Pajak warisan
h. Pajak penjualanpertambahan nilai
i. Pajak kekayaan property
Dalam kelompok negara bebas pajak ini termasuk negara-negara Cayman Islands, Bahama, Bermuda, Anquilla, Nauru, Turks Caicos
Islands, Bahrain, Cook Islands, Djibouti. 2.
Negara sistem pajak teritorial Terrtorial System of Tax Haven Di negara-negara dengan sistem pajak teritorial ini terdapat
diskriminasi pajak, yaitu pemberlakuan pajak yang berbeda terhadap pendapatan dari sumber luar negeri dengan pendapatan dari sumber
pendapatan dalam negeri. Terhadap pendapatan dari sumber luar negeri, pajak dibebaskan. Akan tetapi, terhadap pendapatan dalam negeri,
dikenakan juga pajak seperti biasanya.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu negara dengan sistem pajak diskriminatif atau teritorial adalah Singapore. Hanya saja, menurut hukum pajak yang berlaku di
Singapore, pendapatan dari sumber luar negeri memang tidak dikenakan pajak, tetapi jika pendapatan dari luar negeri tersebut di repatriasikan ke
Singapore, maka kewajiban pajak tetap dikenakan. Selain Singapore, negara-negara lain yang tergolong ke dalam negara
dengan sistem pajak teritorial, antara lain Hongkong, Costa Rica, Panama, Jibraltar, Liberia, Filipina, Venezuela.
3. Negara dengan pajak yang rendah Low-Tax Haven
Negara-negara dalam kelompok ketiga ini memberlakukan pajak pada rate yang sangat rendah. Jadi, rate pajak yang diberlakukan bukan rate normal
yang berlaku di kebanyakan negara lain. Negara-negara yang termasuk ke dalam golongan negara pajak yang rendah ini, antara lain adalah :
a. Barbados dengan pajak badanperusahaan maksimum sebesar 0-
1. b.
Antilles Belanda dengan pajak badanperusahaan sebesar 0-1. 4.
Negara yang hanya membebankan pajak tertentu 5.
Negara yang membebankan pajak untuk perusahaan tertentu saja.
B. PRINSIP KERAHASIAAN BANK DI NEGARA TAX HAVEN