BAB IV KEDUDUKAN HUKUM INDONESIA DI ANTARA NEGARA
TAX HAVEN A. Kedudukan Hukum Indonesia di antara Negara-negara
Tax Haven
Telah disebutkan bahwa Indonesia memberlakukan prinsip perlindungan rahasia bank yang terbilang moderat dan tidak ada kemudahan pajak yang khusus
bagi deposito atau tabungan Offshore. Karena itu, jelas bahwa Indonesia tidak termasuk ke dalam kelompok negara-negara Tax Haven tersebut
74
Ini berarti pula bahwa pihak asing tidak akan tertarik untuk menyimpan dananya di Indonesia. Akan tetapi sebaliknya, bagi orang-orang di Indonesia yang
ingin memanfaatkan negara-negara Tax Haven untuk menyimpan dananya tentu hal ini tidak dilarang, meskipun terkadang ada persyaratan administratif yang
harus dilakukan di Indonesia .
75
Seseorang yang berada di Indonesia dapat saja membuka rekening di bank-bank negara Tax Haven, dengan ketentuan bahwa rekening itu akan berlaku
hukum dimana kegiatan itu dilakukan, yaitu hukum di negara Tax Haven yang bersangkutan. Dengan demikian, di negara tersebut dia akan mendapat fasilitas
pajak bebas atau tarif rendah. Demikian juga dia akan mendapat fasilitas penjagaan rahasia bank yang ketat. Akan tetapi, di Indonesia sendiri bunga dari
deposito di luar negeri tetap dianggap sebagai suatu bentuk penghasilan sehingga .
74
Munir Fuady., Op.Cit., hal 213.
75
Tax Haven, 28 Juli 2001., diperoleh dari www.hukumonline.com
, terakhir diakses tanggal 16 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
terkena pajak penghasilan PPh. Hanya saja, dalam praktek akan sulit diketahui apakah seseorang mempunyai rekening di bank-bank di luar negeri.
Dewasa ini banyak orang Indonesia yang mempunyai rekening di negara- negara Tax Haven. Yang paling banyak adalah di negara Singapura. Mungkin
karena kedekatan geografisnya dengan Indonesia. Disamping itu, banyak juga deposan Indonesia yang mempunyai uangnya di Hongkong, Swiss, atau bahkan di
Cayman Islands. Disamping itu untuk dapat memberikan kemudahan bagi deposan di Indonesia dan juga deposan luar negeri, bank-bank di Indonesia dapat
membuka cabangnya di luar negeri, termasuk membuka cabangnya di negara- negara Tax Haven. Untuk itu, bagi cabang-cabang yang bersangkutan, berlaku
hukum di mana cabang bank tersebut berada, disamping tunduk juga terhadap kebijakan dan hukum di negara di mana kantor pusatnya berada. Dewasa ini
banyak bank-bank di Indonesia yang mempunyai cabang di Singapore, Hongkong, atau Cayman Islands
76
Selain cabang bank, orang-orang Indonesia dapat pula membuat perusahaan di negara-negara Tax Haven seperti Cayman Island tersebut. Bahkan,
ada yang justru membentuk holding company yang berada di negara-negara Tax Haven
tersebut, sehingga setiap profit atau dividen yang diterima akan mendapat fasilitas bebas pajak atau pajak yang rate-nya sangat rendah. Biasanya,
mendirikan perusahaan di negara-negara Tax Haven sangat mudah bahkan terlewat mudah, dimana syarat permodalannya tidak ketat, prosedur pendiriannya
.
76
Tax haven, 12 Januari 2008, diperoleh dari www.wikipedia.com
, terakhir kali diakses pada tanggal 14 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
mudah dan tidak berbelit-belit, serta tidak memakan waktu yang lama dengan biaya yang rendah. Bahkan kehadiran fisik dari bank atau perusahaan tersebut di
negara yang bersangkutan sama sekali tidak diperlukan. Misalnya, perusahaan tersebut dapat menumpang alamatnya disalah satu kantor pengacara disana, atau
cukup dengan alamat PO Box kantor pos saja. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Lalu Lintas Devisa Nomor 24
Tahun 1999, terdapat kewajiban lapor ke Bank Indonesia terhadap arus dana ke luar ataupun masuk Indonesia tersebut. Akan tetapi ketentuan ini hanya
dimaksudkan agar Bank Indonesia sekedar mengetahui besarnya arus dana ke luar atau masuk tersebut, bukan untk mengontrol devisa apalagi untuk melarangnya
77
Disamping itu adanya rencana Ditjen Pajak untuk mengeluarkan daftar kawasan Tax Haven sesuai dengan kriteria sendiri dan mewaspadai investasi yang
tercatat di Offshore centre tersebut merupakan langkah positif. Langkah ini terkait dengan perkembangan global yang dipelopori negara OECD dalam Sidang G-20
Summit 3 April 2009 di London. Keputusan penting di antaranya membatasi operasional Tax Haven dan mendorong terciptanya transparansi dan pertukaran
informasi perpajakan serta penerapannya sesuai dengan standar pajak internasional
.
78
77
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1999, tentang Lalu Lintas Devisa.
.
78
Tax Haven Countries,10 Maret 2009, diperoleh dari www.ortax.com
diakses tanggal 17 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
Hal itu akan ikut mereformasi sistem moneter dan keuangan global yang telah mengalami kekacauan dan berpuncak pada munculnya krisis finansial global
sejak 2007 sampai saat ini. Pada evaluasi April 2009 Financial Action Task Force FATF menentukan empat negara Filipina, Malaysia Labuan, Uruguay dan
Kostarika yang masuk dalam kelompok negara yang tidak kooperatif black list. Keputusan ini mengakhiri hampir setengah abad era kejayaan Offshore centre dari
yang klasik di Swiss sampai yang modern di puluhan negara eks persemakmuran Inggis atau Prancis Mauritius, British Virgin Island atau Cayman Island
79
Sebagai tindak lanjut dari UU Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar, tepatnya 7 tahun lalu yaitu 12 April 2002 terbit
UU No. 15 tahun 2002 yang disahkan 12 April 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Bersamaan dengan ini maka dibentuklah lembaga independen
.
Keputusan ini telah mengusik ketenangan mereka yang selama ini menjadi tempat aman untuk berteduh atau surga bagi pemilik uang haram yang ingin
menghindari pajak. Sanksi black list ini ikut mendorong otoritas moneter dan hukum Indonesia untuk mempercepat implementasi kebijakan rezim anti
pencucian uang sesuai dengan norma global FATF. Implementasi kebijakan ini sudah dimulai pascareformasi di antaranya melalui PBI 28 Oktober 1999 tentang
Pemantauan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank.
79
Jesse Schmidt.,Op. Cit., hal. 26.
Universitas Sumatera Utara
PPATK. Sebelum resmi beroperasi 18 Oktober 2003 badan ini melanjutkan tugas Unit Khusus Investigasi Keuangan Bank Indonesia UKIP-BI
80
Kehadiran PPATK terus dilengkapi dengan seperangkat hukum dan peraturan terkait. Yakni Surat Edaran Bank SEBI Nomor 3 Tanggal 13 Juni
2001 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa oleh Bank. SEBI ini menetapkan bahwa bank wajib melaporkan transaksi keuangan oleh nasabah
secara bulanan. Transaksi di atas US 10.000 ekuivalen harus dilaporkan secara individu yang berisi perincian tentang kategori, jenis rekening, pelaku dan
hubungan keuangan antarpelaku transaksi, jenis valuta, dan tujuan transaksi. Batasan transaksi US 10.000 ini setidaknya sama dengan batasan yang
diterapkan oleh AS sejak tahun 1970 yang mewajibkan bank harus melaporkan penerimaan di atas US 10.000 dan menggolongkannya sebagai transaksi
mencurigakan suspicious transaction .
81
Dilanjutkan Peraturan Bank Indonesia PBI Nomor 3 Tanggal 18 Juni 2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah know your customer
principles. Dua hari kemudian Indonesia bergabung dalam kelompok regional anti pencucian uang Asia Pasifik Asia Pacific Group on Money Laundering,
.
80
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3 tahun 2001 tentang Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa.
81
Offshore Tax_Havens, diperoleh dari www.escapeartist.com
, terakhir kali diakses pada tanggal 17 Januari 2010.
Universitas Sumatera Utara
APGML. Dengan berbagai langkah teknis dan kebijakan hukum ini maka 7 tahun setelah PPATK berdiri maka Indonesia tetap lolos dari black list
82
82
Internal Revenue Service., Tax Haven Information Book USA : Penerbit Books Of Business, hal. 13.
.
FATF akan terus memonitor perkembangan dengan mengacuh pada 40 prinsip dan komitmen globalnya. OECD menetapkan 40 komitmen yang harus
diterapkan guna menentukan keluar masuknya sebuah negara ke dalam daftar NCCT, dan ini bergantung pada kemauan negara tersebut. Sebanyak 40 buah
rekomendasi antipencucian uang ini dimonitor oleh FATF satgasnya OECD untuk anti pencucian uang.
Ka-subdit Ditjen Pajak mengungkapkan bahwa Indonesia menggolongkan negara Tax Haven sebagai negara yang tidak mengenakan pajak penghasilan,
mengenakan tarif pajak lebih rendah 20 dari Indonesia dan negara yang tidak memiliki tax treaty dengan Indonesia.
Berakhirnya Tax Haven berdampak positif bagi pemasukan pajak Indonesia khususnya dari golongan nasabah kaya high net worth individual,
HNWI. sehingga kontribusinya bagi penerimaan pajak akan naik. Meski ada pendapat sebaliknya. Jika seluruh negara telah menerapkan globalisasi standar
pajak internasional dan membuka kerahasiaan nasabah maka hal ini positif, meski perlu waktu.
Universitas Sumatera Utara
Keputusan G-20 Summit ini perlu dicermati oleh pemerintah agar bisa menarik manfaat dari globalisasi standar pajak internasional dan dibukanya
rahasia nasabah bank secrecy di Tax Haven kawasan Offshore centre. Terdapat potensi untuk mengenakan pajak bagi nasabah yang hengkang dari Tax Haven
dan tentu saja ini membutuhkan peningkatan kualitas dan kuantitas aparat pajak.
Selain nasabah kaya juga masih ada potensi lain yaitu perusahaan- perusahaan asal Indonesia yang juga mendirikan perusahaan di Tax Haven untuk
berbagai tujuan bisnis. Tidak heran jika saat ini terdapat ratusan perusahaan usia balita tetapi punya aset puluhan triliun rupiah dan berdomisili di Tax Haven.
Perusahaan itu laksana bayi bongsor yang perlu diperhatikan eksistensinya secara positif demi kemaslahatan negara tanpa merugikan dunia
usaha. Akhir-akhir ini fokus pengambil kebijakan dan pelaku pasar tertuju pada Organization for Economic Cooperation and Development OECD yang
merupakan organisasi internasional beranggotakan 30 negara maju yang bertugas membantu negara anggotanya dalam menghadapi tantangan ekonomi, sosial, dan
tata pemerintahan dalam ekonomi global
83
Yang menjadi salah satu tantangan OECD adalah masalah Tax Havens. Menurut Sekretaris Jenderal OECD Jose Angel Gurria, jumlah uang yang
disembunyikan oleh perseorangan dan korporasi di negara atau wilayah Tax Haven
s untuk menghindari pajak atau menghindar dari ketidakstabilan politik .
83
Ken H.Finkelstein., Op.Cit. hal. 14.
Universitas Sumatera Utara
berkisar antara USD5-7 triliun. Pada awal April 2009 ini OECD mengadakan pertemuan dan mengumumkan laporan perkembangan negara-negara surga
perpajakan atau Tax Havens.Tulisan ini menguraikan seputar masalah Tax Haven
s Countries and territories.
Laporan OECD ini menjelaskan perkembangan implementasi International Agreed Standard on Exchange of Information for Tax Purposes.
Salah satu ukuran yang dipergunakan untuk menyusun daftar tersebut adalah banyaknya perjanjian yang dibuat mengenai pertukaran informasi mengenai
masalah perpajakan.
Sudah tentu implementasi perjanjian tersebut juga dilihat. Cayman Island walaupun sudah membuat delapan perjanjian, Antigua and Barbuda serta
Nederland Antilles tujuh perjanjian masih dimasukkan ke dalam wilayah yang belum menerapkan standar secara substansial. Dalam laporannya, OECD
mengelompokkan negara-negara ke dalam empat kelompok
84
Pertama, negara yang sudah menerapkan standar itu secara substansial 40 negara. Kedua, Tax Havens Countries yang sudah sepakat untuk menerapkan
standar internasional, tetapi secara substansial belum menerapkannya 34 negara. Ketiga, financial center lain yang sepakat untuk menerapkan standar internasional
tersebut, tetapi belum menerapkannya secara substansial 8 negara. Keempat, .
84
Lucio Velo, Op.Cit., hal. 12.
Universitas Sumatera Utara
negara-negara yang belum memberikan komitmen untuk menerapkan standar tersebut 4 negara
85
Ada empat negara tetangga yang masuk dalam watchlist OECD tersebut. Singapura dan Brunei termasuk negara kelompok ketiga bersama Swiss,
Luksemburg, Guatemala, dll, sementara Malaysia Labuan dan Filipina termasuk kelompok keempat bersama Kosta Rika dan Uruguay. Indonesia tidak termasuk
dalam daftar mana pun. .
Salah satu tantangan yang dihadapi OECD adalah banyaknya Tax Havens Countries
atau territories yang dapat mengganggu negara lain. Pada Tax Havens country
atau territory biasanya undang-undang dan kebijakannya dapat dipergunakan untuk menghindari atau mengelabui ketentuan pajak dari negara
lain. Pada Desember 2008 The United States Government Accountability Office menggunakan beberapa kriteria untuk menentukan Tax Havens, yaitu tidak ada
pajak atau pajak hanya nominal saja, tidak adanya pertukaran informasi perpajakan dengan negara lain, tidak ada transparansi dalam pelaksanaan undang-
undang dan peraturan pelaksanaannya, tidak ada kewajiban bagi badan usaha asing untuk berada secara fisik pada negara itu, mempromosikan negara atau
wilayahnya sebagai Offshore financial center.
Tax Haven s merupakan kenyataan yang sudah berlangsung berabad-abad.
Fenomena Tax Havens timbul sebagai reaksi manusia sebagai homo ekonomikus
85
Antony Sanfield Ginsberg., Op.Cit., hal.29.
Universitas Sumatera Utara
terhadap ketentuan pajak di negara tempatnya tinggal yang lebih tinggi dibandingkan dengan tarif pajak di negara Tax Havens. Oleh karena itu, mereka
memindahkan uangnya ke negara Tax Havens. Negara atau wilayah Tax Havens banyak yang merupakan negara kecil yang keadaan politik dan ekonominya stabil
serta didukung oleh prasarana yang baik. Misalnya Swiss, Singapura,dan Hong Kong.
Sebagian negara Tax Havens merupakan atau memiliki suatu Offshore financial center
seperti yang dimiliki Malaysia di Labuan. Banyak negara Tax Haven
s ini yang kurang transparan dan ketentuan rahasia banknya ketat sehingga mempersulit kerja sama internasional dalam bentuk pertukaran informasi. Oleh
karena itulah pada 2004 OECD dengan dukungan negara G-20 dan United Nations Committee of Experts on International Cooperation in Tax Matters
menyepakati Internationally Agreed Tax Standard
86
Ini standar internasional yang mensyaratkan adanya pertukaran informasi atas dasar permintaan mengenai segala masalah yang terkait dengan perpajakan
untuk kepentingan administrasi dan penegakan hukum perpajakan. Kesepakatan ini mengabaikan kepentingan perpajakan domestik dan ketentuan rahasia bank
dari negara yang diminta. Kesepakatan itu juga memberikan perlindungan yang ketat terhadap informasi yang dipertukarkan.
.
86
Jesse Schmidt, Op.Cit., hal. 24
Universitas Sumatera Utara
Indonesia tidak termasuk di dalam daftar OECD tersebut. Ada beberapa hal yang menjadi penyebabnya. Pertama, Indonesia bukanlah Tax Havens.
Sebaliknya Indonesia merupakan korban yang uangnya banyak dilarikan ke negara Tax Havens. Misalnya berdasarkan penelitian dari perusahaan Merril
Lynch dan Capgemini beberapa tahun yang lalu dapat diketahui bahwa sepertiga dari orang kaya high networth individual yang ada di Singapura berasal dari
Indonesia.
Kekayaan yang ditanamkan di Singapura diperkirakan sekitar USD 70 miliar. Untuk mengejar uang yang ditanam di luar negeri seperti di Singapura
bukanlah perkara mudah karena negara yang menerima penempatan dana tersebut sering tidak kooperatif. Di samping itu, Indonesia juga tidak memiliki Offshore
financial center atau Offshore bank karena dalam sistem perbankan di Indonesia
tidak dikenal adanya Offshore bank
87
Offshore bank adalah bank yang hanya boleh menghimpun dana dari luar
negeri, kemudian menyalurkannya ke luar negeri saja out-out Offshore bank atau di wilayah tertentu diperbolehkan juga menyalurkan dananya ke dalam
negeri tempat bank itu berada. Di samping itu, tindak pidana perpajakan merupakan salah satu tindak pidana asal dari tindak pidana pencucian uang.
.
Inilah yang harus dicari solusinya agar Indonesia tak selalu menjadi korban dari skema adanya Tax Haven dalam sistem keuangan internasional.
87
Ibid., hal 45.
Universitas Sumatera Utara
B. Keuntungan dan Kerugian yang diterima Negara Tax Haven dan Negara