Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia

(1)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA

OLEH

NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(2)

ABSTRACT

NURUL MAISARAH S FATHAN. Structure, Conduct and Performance Analysis of Non-Oil and Gas Mining in Indonesia (led by ARIEF DARYANTO).

This study aims to analyze the structure, conduct and performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia and the factors that influence the performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia. The data used are secondary data, the concentration ratio data, output value, value of inputs, value added, wages, production value and export value of minerals are available in a catalog issued by Statistics Indonesia Central Bureau of Statistics, in 2003 until 2007. Descriptive method used to analyze the behavior. Quantitative methods was two approaches, the SCP approach to analyze the structure and performance of non-oil mining and to analyze the performance of non-oil mining Indonesia using fixed effect panel data models.

Market structure that occurs in non-oil mining is visible from a tight oligopoly concentration ratio of the two largest companies of each mineral that was 93.08 percent. Market entry barriers seen from the average MES each mineral was at 77.94 percent means that the barriers to entry to this sector was high. Market behavior can be seen from the pricing strategy used by companies as price takers because the prices prevailing in the mining sector is the market price (the seller and buyer agreements) of the world. Product strategy used by the business is to improve the quality of the products that can compete in world markets, while the promotion strategy, the company issued a publication through print and electronic media that shows the quality of products and companies. Performance seen from the estimates that show all the variables (X-efficiency, exports, productivity and the concentration ratio of the two largest firms) made positive effect on rates of return (PCM). Variables that have the greatest influence improve performance (PCM) is the efficiency-X (XEFF) and exports (EX).


(3)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA

Oleh

NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(4)

RINGKASAN

NURUL MAISARAH S FATHAN. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).

Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data rasio konsentrasi, nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi dan nilai ekspor barang tambang yang tersedia dalam katalog Statistik Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2003 sampai 2007. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku. Metode kuantitatif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja pertambangan non-migas dan untuk

menganalisis kinerja pertambangan non-migas Indonesia menggunakan panel data

fixed effect model.

Struktur pasar yang terjadi pada pertambangan non-migas adalah oligopoli ketat terlihat dari rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar masing-masing barang tambang yaitu 93,08 persen. Hambatan masuk pasar dilihat dari rata-rata MES masing-masing barang tambang berada pada 77,94 persen berarti bahwa hambatan masuk untuk sektor ini tinggi. Perilaku pasar dapat terlihat dari strategi harga yang digunakan perusahaan adalah sebagai price takers karena harga yang berlaku dalam sektor pertambangan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli) dunia. Strategi produk yang digunakan para pelaku usaha adalah dengan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan sehingga dapat bersaing di pasar dunia, sedangkan strategi promosi, perusahaan mengeluarkan publikasi melalui media cetak maupun elektronik yang menunjukkan kualitas produk dan

perusahaan. Kinerja sektor terlihat dari estimasi yang menunjukkan semua variabel (efisiensi-X, ekspor, produktivitas dan konsentrasi rasio dua perusahaan terbesar) berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan (PCM). Variabel yang mempunyai pengaruh terbesar meningkatkan kinerja (PCM) adalah efisiensi-X (XEFF) dan ekspor (EX).


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nurul Maisarah S Fathan Nomor Induk Mahasiswa : H14052099

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, M. Ec. NIP.19610618 198609 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim NIP.19641022 198903 1 003


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TNGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2010

Nurul Maisarah S Fathan H14052099


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Nurul Maisarah S Fathan lahir pada tanggal 11 November 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. Syamsul AL Fathan dan Tuti Supriatini. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Chandra Indah bekasi pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 259 Jakarta pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 67 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu, mengembangkan pola pikir dan

memperluas jaringan silaturrahmi. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi setelah melalui masa Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi baik di dalam maupun di luar kampus IPB. Penulis aktif sebagai anggota Koperasi

Mahasiswa IPB pada tahun 2005-2006. Pada tahun yang sama penulis menjabat sebagai staf Menteri Budaya, Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB. Sejak 2005-sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB dan menjabat sebagai badan pengurus harian yaitu sekretaris tahun 2006-2007, ketua Departemen PSDM 2007-2008 dan bidang Penelitian dan pengembangan Kebudayaan 2008-2009. Di luar kampus penulis aktif sebagai anggota komunitas Kampung Bogor dan menjabat sebagai pengurus bidang kebudayaan Daya mahasiswa Sunda (DAMAS) pada tahun 2007-2009. Penulis pernah dinobatkan sebagai Duta Budaya 2008 Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan pada tahun yang sama menerima beasiswa unggulan aktivis bidang kebudayaan dari DIKTI berupa studi banding ke Universitas Malaysia Sabah, Malaysia. Selain itu, pada tahun 2009 penulis bersama teman-teman Gentra Kaheman juga mendapat kesempatan dari Departemen Pendidikan Indonesia untuk mengadakan

pagelaran kebudayaan dengan tema “Sparkling Indonesia” di University Sains Malaysia di Penang, Malaysia.


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis, yaitu Papa H. Syamsul AL Fathan, Mama Tuti Supriatini, dan adik-adik penulis yaitu Muhammad Nurul Abdul Qadri S Fathan, Muhammad Nurul Habibi S Fathan dan Desi Dwiyanti serta keluarga besar Gunung Putri, terutama Bibi Eni S Munawar sebagai panutan hidup penulis dan keluarga besar Pondok Ranji atas do’a, semangat, keceriaan dan dorongan materi serta moral yang sangat besar artinya bagi perjalanan hidup penulis.

2. Dr. Ir. Arif Daryanto, M. Ec selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing dan memberikan saran maupun kritik dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim dan Bapak Alla Asmara, M. Sc selaku dosen penguji

yang banyak memberikan masukkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Haikal Abdurrohman Malik (ITK ‘40) atas do’a, motivasi, dukungan, semangat, pengalaman, kesabaran dan kasih sayang.

5. Informan dari Indonesian Mining Association, Bapak Fori Hardika, dkk.

6. Seluruh staf dan dosen departemen Ilmu Ekonomi yang banyak membantu penulis dalam kelancaran perkuliahan, seminar dan sidang.

7. Teman-teman sebimbingan, yaitu Yuli Widyaningsih, Dhamar Kuncoro Dan Nugradiki Asariduan atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Teman-teman organisasi Gentra Kaheman, Beasiswa Unggulan Aktivis, daya Mahasiswa Sunda, dll. Khususnya Emma Pratiwi, Ajeng Trimaharini, Desmia Tri Sujianti, Abdal Permana, Mulyadi, Teh Dita, Teh Fini, Teh Resti, Kang Badi, A’yun, Amel, Mei, Poppy, Mas Edi, Dede Rosyana, Syahrul Rifa’i, Punjung Renjani, Teh Ela, Roy Rimansyah, Asep Zanuarsyah, Agus Heriyanto, Icank, Didie, Yogi, Hadi, Nunu, K’Amal, Dayat, Febi, Vina, Didot, Mba Zikra, Mba Vita, Mba Wulan, Dion, Lilis, Putri dan teman-teman UMS, USM dan Korea yang selalu member dukungan.

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi 42 dan kostan Fricy Nien Adji Fitriadini, Dina Nikmatina Ritonga, Riri Haerina Purnamasari, Wijayanti Tanjungsari, Rina Rachmawati Ruswandi, Istiana Mustika, Meikhal Saputra, Rian Novati Sandi, Suryarisman Pratama, Sundoro Ary, ahmad Wihono, Elby Julian Putra, Hendra, Dwi Maharani Purba, Khairani Putri, Echi, Rajiv, Joger, Aji, Murti, dll. Yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis. Tak lupa juga kepada Mba Rina yang membantu penulis dalam mengolah data penelitian.

10. Teman-teman semasa SMA, Harini (Nene), Mega, IA, Dilah, Puji (Bebeh), Dede, Tika, Adisa, Iwang, Fadil, Imam dan yang lainnya yang selalu saling mendukung walaupun kita berbeda universitas dan daerah.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi yang tidak disebutkan satu per satu.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia”. Pertambangan Non-Non-Migas merupakan salah satu komoditi yang membanggakan di Indonesia. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2010

Nurul Maisarah S Fathan H14052099


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Pertambangan ... 6

2.1.2 Batubara ... 7

2.1.3 Bauksit ... 7

2.1.4 Granit ... 8

2.1.5 Emas dan Perak ... 8

2.1.6 Nikel ... 9

2.1.7 Tembaga ... 10

2.1.8 Timah ... 11

2.2 Penelitian Terdahulu ... 12

2.3 Kerangka Pemikiran ... 13

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13

2.3.1.1 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja ... 13

2.3.1.1.1 Struktur ... 14

2.3.1.1.1.1 Pangsa Pasar ... 15

2.3.1.1.1.2 Konsentrasi ... 16

2.3.1.1.1.3 Hambatan Masuk Pasar ... 16

2.3.1.1.2 Perilaku ... 16

2.3.1.1.3 Kinerja ... 17

2.3.1.1.3.1 Efisiensi ... 17

2.3.1.1.3.2 Kemajuan Teknologi ... 17

2.3.1.1.3.3 Keseimbangan Distribusi ... 18

2.4 Kerangka Pemikiran Operasional... 18

2.5 Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 21


(11)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA

OLEH

NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(12)

ABSTRACT

NURUL MAISARAH S FATHAN. Structure, Conduct and Performance Analysis of Non-Oil and Gas Mining in Indonesia (led by ARIEF DARYANTO).

This study aims to analyze the structure, conduct and performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia and the factors that influence the performance of the mining industry of non-oil and gas in Indonesia. The data used are secondary data, the concentration ratio data, output value, value of inputs, value added, wages, production value and export value of minerals are available in a catalog issued by Statistics Indonesia Central Bureau of Statistics, in 2003 until 2007. Descriptive method used to analyze the behavior. Quantitative methods was two approaches, the SCP approach to analyze the structure and performance of non-oil mining and to analyze the performance of non-oil mining Indonesia using fixed effect panel data models.

Market structure that occurs in non-oil mining is visible from a tight oligopoly concentration ratio of the two largest companies of each mineral that was 93.08 percent. Market entry barriers seen from the average MES each mineral was at 77.94 percent means that the barriers to entry to this sector was high. Market behavior can be seen from the pricing strategy used by companies as price takers because the prices prevailing in the mining sector is the market price (the seller and buyer agreements) of the world. Product strategy used by the business is to improve the quality of the products that can compete in world markets, while the promotion strategy, the company issued a publication through print and electronic media that shows the quality of products and companies. Performance seen from the estimates that show all the variables (X-efficiency, exports, productivity and the concentration ratio of the two largest firms) made positive effect on rates of return (PCM). Variables that have the greatest influence improve performance (PCM) is the efficiency-X (XEFF) and exports (EX).


(13)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

PERTAMBANGAN NON-MIGAS DI INDONESIA

Oleh

NURUL MAISARAH S FATHAN H14052099

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010


(14)

RINGKASAN

NURUL MAISARAH S FATHAN. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).

Penelitian ini bertujuan menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data rasio konsentrasi, nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi dan nilai ekspor barang tambang yang tersedia dalam katalog Statistik Indonesia yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik tahun 2003 sampai 2007. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku. Metode kuantitatif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja pertambangan non-migas dan untuk

menganalisis kinerja pertambangan non-migas Indonesia menggunakan panel data

fixed effect model.

Struktur pasar yang terjadi pada pertambangan non-migas adalah oligopoli ketat terlihat dari rasio konsentrasi dua perusahaan terbesar masing-masing barang tambang yaitu 93,08 persen. Hambatan masuk pasar dilihat dari rata-rata MES masing-masing barang tambang berada pada 77,94 persen berarti bahwa hambatan masuk untuk sektor ini tinggi. Perilaku pasar dapat terlihat dari strategi harga yang digunakan perusahaan adalah sebagai price takers karena harga yang berlaku dalam sektor pertambangan merupakan harga pasar (kesepakatan penjual dan pembeli) dunia. Strategi produk yang digunakan para pelaku usaha adalah dengan meningkatkan mutu produk yang dihasilkan sehingga dapat bersaing di pasar dunia, sedangkan strategi promosi, perusahaan mengeluarkan publikasi melalui media cetak maupun elektronik yang menunjukkan kualitas produk dan

perusahaan. Kinerja sektor terlihat dari estimasi yang menunjukkan semua variabel (efisiensi-X, ekspor, produktivitas dan konsentrasi rasio dua perusahaan terbesar) berpengaruh positif terhadap tingkat keuntungan (PCM). Variabel yang mempunyai pengaruh terbesar meningkatkan kinerja (PCM) adalah efisiensi-X (XEFF) dan ekspor (EX).


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Nurul Maisarah S Fathan Nomor Induk Mahasiswa : H14052099

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, M. Ec. NIP.19610618 198609 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim NIP.19641022 198903 1 003


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TNGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Februari 2010

Nurul Maisarah S Fathan H14052099


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis yang bernama lengkap Nurul Maisarah S Fathan lahir pada tanggal 11 November 1987 di Jakarta. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan H. Syamsul AL Fathan dan Tuti Supriatini. Jenjang pendidikan penulis dilalui tanpa hambatan, penulis menamatkan sekolah dasar di SDN Chandra Indah bekasi pada tahun 1999, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 259 Jakarta pada tahun yang sama dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Negeri 67 Jakarta dan lulus pada tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Institut Pertanian Bogor (IPB) menjadi pilihan penulis dengan harapan besar agar dapat memperoleh ilmu, mengembangkan pola pikir dan

memperluas jaringan silaturrahmi. Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Saringan Masuk IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Ekonomi setelah melalui masa Tingkat Persiapan Bersama selama satu tahun.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di Organisasi baik di dalam maupun di luar kampus IPB. Penulis aktif sebagai anggota Koperasi

Mahasiswa IPB pada tahun 2005-2006. Pada tahun yang sama penulis menjabat sebagai staf Menteri Budaya, Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa KM IPB. Sejak 2005-sekarang penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra Kaheman IPB dan menjabat sebagai badan pengurus harian yaitu sekretaris tahun 2006-2007, ketua Departemen PSDM 2007-2008 dan bidang Penelitian dan pengembangan Kebudayaan 2008-2009. Di luar kampus penulis aktif sebagai anggota komunitas Kampung Bogor dan menjabat sebagai pengurus bidang kebudayaan Daya mahasiswa Sunda (DAMAS) pada tahun 2007-2009. Penulis pernah dinobatkan sebagai Duta Budaya 2008 Fakultas Ekonomi dan Manajemen dan pada tahun yang sama menerima beasiswa unggulan aktivis bidang kebudayaan dari DIKTI berupa studi banding ke Universitas Malaysia Sabah, Malaysia. Selain itu, pada tahun 2009 penulis bersama teman-teman Gentra Kaheman juga mendapat kesempatan dari Departemen Pendidikan Indonesia untuk mengadakan

pagelaran kebudayaan dengan tema “Sparkling Indonesia” di University Sains Malaysia di Penang, Malaysia.


(18)

UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima Kasih penulis sampaikan kepada :

1. Kedua Orang Tua penulis, yaitu Papa H. Syamsul AL Fathan, Mama Tuti Supriatini, dan adik-adik penulis yaitu Muhammad Nurul Abdul Qadri S Fathan, Muhammad Nurul Habibi S Fathan dan Desi Dwiyanti serta keluarga besar Gunung Putri, terutama Bibi Eni S Munawar sebagai panutan hidup penulis dan keluarga besar Pondok Ranji atas do’a, semangat, keceriaan dan dorongan materi serta moral yang sangat besar artinya bagi perjalanan hidup penulis.

2. Dr. Ir. Arif Daryanto, M. Ec selaku dosen pembimbing skripsi, yang telah membimbing dan memberikan saran maupun kritik dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim dan Bapak Alla Asmara, M. Sc selaku dosen penguji

yang banyak memberikan masukkan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Haikal Abdurrohman Malik (ITK ‘40) atas do’a, motivasi, dukungan, semangat, pengalaman, kesabaran dan kasih sayang.

5. Informan dari Indonesian Mining Association, Bapak Fori Hardika, dkk.

6. Seluruh staf dan dosen departemen Ilmu Ekonomi yang banyak membantu penulis dalam kelancaran perkuliahan, seminar dan sidang.

7. Teman-teman sebimbingan, yaitu Yuli Widyaningsih, Dhamar Kuncoro Dan Nugradiki Asariduan atas bantuan dan kerjasamanya.

8. Teman-teman organisasi Gentra Kaheman, Beasiswa Unggulan Aktivis, daya Mahasiswa Sunda, dll. Khususnya Emma Pratiwi, Ajeng Trimaharini, Desmia Tri Sujianti, Abdal Permana, Mulyadi, Teh Dita, Teh Fini, Teh Resti, Kang Badi, A’yun, Amel, Mei, Poppy, Mas Edi, Dede Rosyana, Syahrul Rifa’i, Punjung Renjani, Teh Ela, Roy Rimansyah, Asep Zanuarsyah, Agus Heriyanto, Icank, Didie, Yogi, Hadi, Nunu, K’Amal, Dayat, Febi, Vina, Didot, Mba Zikra, Mba Vita, Mba Wulan, Dion, Lilis, Putri dan teman-teman UMS, USM dan Korea yang selalu member dukungan.

9. Teman-teman Ilmu Ekonomi 42 dan kostan Fricy Nien Adji Fitriadini, Dina Nikmatina Ritonga, Riri Haerina Purnamasari, Wijayanti Tanjungsari, Rina Rachmawati Ruswandi, Istiana Mustika, Meikhal Saputra, Rian Novati Sandi, Suryarisman Pratama, Sundoro Ary, ahmad Wihono, Elby Julian Putra, Hendra, Dwi Maharani Purba, Khairani Putri, Echi, Rajiv, Joger, Aji, Murti, dll. Yang selalu mengingatkan dan menyemangati penulis. Tak lupa juga kepada Mba Rina yang membantu penulis dalam mengolah data penelitian.

10. Teman-teman semasa SMA, Harini (Nene), Mega, IA, Dilah, Puji (Bebeh), Dede, Tika, Adisa, Iwang, Fadil, Imam dan yang lainnya yang selalu saling mendukung walaupun kita berbeda universitas dan daerah.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penulisan skripsi yang tidak disebutkan satu per satu.


(19)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia”. Pertambangan Non-Non-Migas merupakan salah satu komoditi yang membanggakan di Indonesia. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis berterimakasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Februari 2010

Nurul Maisarah S Fathan H14052099


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Tinjauan Teori ... 6

2.1.1 Pengertian Pertambangan ... 6

2.1.2 Batubara ... 7

2.1.3 Bauksit ... 7

2.1.4 Granit ... 8

2.1.5 Emas dan Perak ... 8

2.1.6 Nikel ... 9

2.1.7 Tembaga ... 10

2.1.8 Timah ... 11

2.2 Penelitian Terdahulu ... 12

2.3 Kerangka Pemikiran ... 13

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 13

2.3.1.1 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja ... 13

2.3.1.1.1 Struktur ... 14

2.3.1.1.1.1 Pangsa Pasar ... 15

2.3.1.1.1.2 Konsentrasi ... 16

2.3.1.1.1.3 Hambatan Masuk Pasar ... 16

2.3.1.1.2 Perilaku ... 16

2.3.1.1.3 Kinerja ... 17

2.3.1.1.3.1 Efisiensi ... 17

2.3.1.1.3.2 Kemajuan Teknologi ... 17

2.3.1.1.3.3 Keseimbangan Distribusi ... 18

2.4 Kerangka Pemikiran Operasional... 18

2.5 Hipotesis Penelitian ... 19

III. METODE PENELITIAN ... 21

3.1 Jenis dan Sumber Data ... 21


(21)

3.2.1 Analisis Struktur ... 22

3.2.1.1 Pangsa Pasar ... 22

3.2.1.2 Rasio Konsentrasi ... 22

3.2.1.3 Hambatan Masuk Pasar ... 23

3.2.2 Analisis Perilaku ... 23

3.2.2.1 Strategi Harga ... 24

3.2.2.2 Strategi Produk dan Promosi ... 24

3.2.3 Analisis Kinerja ... 25

3.2.4 Analisis Panel Data ... 26

3.2.4.1 Pendekatan Kuadrat Terkecil ... 28

3.2.4.2 Pendekatan Efek Tetap ... 29

3.2.4.3 Pendekatan Efek Acak ... 29

3.2.5 Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 30

3.2.5.1Chow Test ... 30

3.2.5.2Hausman Test ... 31

3.2.6 Evaluasi Model ... 32

3.2.6.1 Multikolinearitas ... 32

3.2.6.2 Autokorelasi ... 33

3.2.6.3 Heteroskedastisitas ... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

4.1 Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Pertambangan Non-Migas di Indonesia ... 35

4.1.1 Analisis Struktur Pasar Pertambangan Non-Migas ... 35

4.1.1.1Analisis rasio Konsentrasi ... 35

4.1.1.2Analisis hambatan Masuk Sektor ... 36

4.1.2 Analisis Perilaku Pertambangan Non-Migas ... 38

4.1.2.1Strategi Harga ... 38

4.1.2.2Strategi Produk dan Promosi ... 39

4.1.3 Analisis Kinerja Pertambangan Non-Migas ... 40

4.2 Analisis Panel Data ... 42

4.2.1 Indikator Kebaikan Model ... 43

4.2.2 Hasil Estimasi ... 45

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Kesimpulan... 47

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(22)

DAFTAR TABEL

Halaman 2.1 Tipe-tipe Pasar ... 15 4.1 Hasil estimasi dengan Model Efek Tetap (Fixed Effect Model) ... 43


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1.1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut

Lapangan Usaha di Indonesia tahun 2007 ... 1 1.2 Nilai Ekspor Hasil Tambang Non-Migas Indonesia ... 3 2.1 Barang Tambang Non-Migas ... 12 2.2 Keterkaitan antara Struktur, Perilaku dan Kinerja ... 14 2.3 Skema Penelitian Operasional ... 19 3.1 Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel ... 28 4.1 Konsentrasi Dua Perusahaan Terbesar Sektor Pertambangan

Non-Migas di Indonesia ... 36 4.2 Presentase Pangsa Pasar Perusahaan Terbesar Pertambangan

Non-Migas Indonesia... 37 4.3 Price Cost Margin Pertambangan Non-Migas Indonesia ... 41 4.4 Efisiensi-X Pertambangan Non-Migas Indonesia ... 42


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tabel Hasil Poduksi Barang Tambang Non-Migas Indonesia ... 53 2. PCM : Nilai Tambah menurut Harga Pasar terhadap Nilai Output ... 54 3. Tabel Volume Penjualan Barang Tambang Non-Migas per

Perusahaan per Tahun ... 55 4. Tabel Presentase Pangsa Pasar per Perusahaan per Tahun ... 57 5. Efisiensi-X : Rasio Nilai Tambah menurut Harga Pasar terhadap

Nilai Input ... 59 6. Produktivitas : Rasio Nilai Output terhadap Input Tenaga Kerja ... 60 7. Nilai Ekspor Barang Tambang Non-Migas Indonesia ... 61 8. Output Eviews Hasil Estimasi model PCM ... 62 9. Output Eviews hasil Uji Chow dan Uji Hausman ... 63


(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perekonomian dan pembangunan, pertambangan merupakan salah satu sektor yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi. Pertambangan merupakan sektor ekonomi yang telah berkembang sejak jaman kolonial dan sampai sekarang mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian Indonesia karena mampu berkontribusi terhadap Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dalam jumlah yang cukup besar. Pada Gambar 1.1 dapat dilihat bahwa kontribusi pertambangan dan penggalian pada tahun 2007 sebesar 11,14 persen yang merupakan penyumbang terbesar ke-empat dalam PDB nasional.

Sumber: BPS, 2008 (diolah)

Gambar 1.1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha di Indonesia tahun 2007 (persen).

14%

11%

27%

1% 8% 15%

6% 8%

10%

Agrobisnis

Pertambangan dan Penggalian

manufaktur

Listrik, gas dan air minum

Bangunan

jasa pariwisata

pengangkutan dan komunikasi perkantoran


(26)

Dengan situasi yang semakin kompetitif dan berubah sangat cepat, mendorong pertambangan untuk terus berproduksi dalam menyediakan barang modal, bahan baku dan bahan penolong bagi sektor-sektor lain baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini ditunjang dengan melimpahnya barang tambang di Indonesia.

Penelitian ini memfokuskan pada barang tambang non-migas. Hal ini disebabkan oleh potensi barang tambang non-migas yang merupakan barang tambang potensial dalam jumlah yang cukup besar, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor untuk menanamkan modalnya, membuka usaha hingga membuka lahan untuk menggali potensi tersebut. Hal tersebut menyebabkan barang tambang non-migas layak menjadi objek dalam penelitian ini, serta masih sedikit penelitian dan berbagai potensi yang belum teroptimalkan dalam stuktur, perilaku dan kinerja sektor pertambangan non-migas di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2005 yang berdampak pada kenaikan inflasi sebesar 17,11 persen memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan masyarakat di berbagai sektor, termasuk juga didalamnya sektor pertambangan. Penerapan kebijakan dalam sektor ini akan berdampak pada proses produksi, distribusi hingga permintaan komoditi yang dihasilkan.

Kegiatan ekspor sangat terkait erat dengan kinerja industri di dalam negeri. Dari sisi permintaan, permintaan pasar luar negeri untuk barang-barang tambang berkembang sangat pesat. Sementara dari sisi penawaran, pengadaan sarana dan prasarana pertambangan rendah serta aspek teknologi dan sumberdaya manusia


(27)

yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang hasil pertambangan yang lebih berdaya saing di pasar luar negeri sulit ditemukan.

Untuk memperkuat daya saing, perlu adanya kerjasama dan didukung oleh kebijakan di bidang investasi yang dapat mendorong produksi untuk dapat bersaing di pasar internasional, karena modal merupakan hal terpenting bagi pelaku usaha di sektor pertambangan. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian merupakan sektor penyumbang devisa terbesar kedua setelah pariwisata. Ekspor hasil barang tambang selama priode 2003 sampai 2007 mengalami pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 95,82% persen per tahun. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu mencapai 333,98 % dengan nilai ekspor mencapai 8.310 juta dolar dan pada tahun 2007 nilai ekspor pertambangan mencapai 9.092 juta dolar atau naik 0,60% dari tahun 2006.

Sumber : Dirjen ESDM, 2007.

Gambar 1.2 Nilai Ekspor Hasil Tambang Non-Migas Indonesia

Pertumbuhan nilai ekspor yang cukup tinggi ada tahun 2006 dipengaruhi oleh meningkatnya nilai hasil ekspor tambang bijih nikel sebesar 800% dan lonjakan nilai ekspor bijih tembaga sebesar 1.409%. Secara nominal, posisi nilai ekspor bijih nikel pada tahun 2007 mencapai 1,922 juta dolar dan nilai ekspor

-2,000 4,000 6,000 8,000 10,000

2003 2003.5 2004 2004.5 2005 2005.5 2006 2006.5 2007

n il a i e k sp o r (0 0 0 U S $ ) Tahun


(28)

bijih tembaga mencapai 5,793 juta dolar. Nilai ekspor bijih nikel mengalami kenaikan 60,3% sedangkan nilai ekspor bijih tembaga menurun 3,57% dari tahun sebelumnya (Charoen Pokphand Indonesia, 2007).

Berdasarkan gambaran di atas, studi tentang struktur, perilaku dan kinerja pertambangan non migas di Indonesia perlu dilakukan untuk melihat sejauh mana ketiga aspek tersebut saling mendukung dalam meningkatkan daya saing sektor pertambangan non-migas Indonesia, maka perumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana struktur pasar pertambangan non-migas di Indonesia? 2. Bagaimana perilaku perusahaan pertambangan non-migas di

Indonesia?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis struktur pasar pertambangan non-migas di Indonesia. 2. Menganalisis perilaku perusahaan pertambangan non-migas di

Indonesia.

3. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi kinerja industri pertambangan non-migas di Indonesia.

1.4 Manfaat penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah sebagai regulator dalam menetapkan kebijakan yang mendukung kinerja pertambangan


(29)

Indonesia, bagi pihak-pihak terkait seperti para pelaku usaha Industri pertambangan non-migas untuk meningkatkan kinerja Industri Indonesia di masa mendatang dan bagi pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan tambahan informasi untuk peneitian-penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian meliputi struktur, perilaku dan kinerja industri pertambangan non-migas Indonesia ini hanya menganalisis produksi pertambangan menurut jenis barang dari katalog BPS : 1401 Statistik Indonesia.


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Pengertian Pertambangan

Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan galian berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan air. Hasil kegiatan ini antara lain, minyak dan gas bumi, batubara, pasir besi, bijih timah, bijih nikel, bijih bauksit, bijih tembaga, bijih emas, perak, granit dan bijih mangaan.

Tahapan kegiatan pertambangan meliputi Prospeksi, Eksplorasi, Eksploitasi dan Pemurnian atau Pengilangan. Prospeksi adalah suatu kegiatan penyelidikan dan pencarian untuk menemukan bagian endapan bahan galian atau mineral berharga. Eksplorasi adalah suatu kegiatan lanjutan dari prospeksi yang meliputi pekerjaan-pekerjaan untuk mengetahui ukuran, bentuk, posisi, kadar rata-rata dan besarnya cadangan serta “studi kelayakan” dari endapan bahan galian atau mineral berharga yang telah diketemukan. Eksploitasi adalah suatu kegiatan pertambangan yang meliputi pekerjaan-pekerjaan pengambilan dan pengangkutan endapan bahan galian atau mineral berharga sampai ke tempat penimbunan dan pengolahan/pencucuian, kadang-kadang sampai ke tempat pemasaran. Sedangkan Pengolahan/pemurnian/pengilangan adalah suatu pekerjaan memurnikan atau meninggikan kadar bahan galian dengan jalan memisahkan mineral berharga dan yang tidak berharga, kemudian membuang mineral yang tidak berharga tersebut yang dapat dilakukan dengan cara kimia (BPS, 2004).


(31)

2.1.2 Batubara

Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification) memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda, yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.3 Bauksit

Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al2O3H2O) dan mineral gibsit (Al2O3 .3H2O). Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65%, SiO2 1 – 12%, Fe2O3 2 – 25%, TiO2 >3%, dan H2O 14 – 36%. Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa (SiO2) bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan tersebut (misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung,


(32)

lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit. Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.4 Granit

Granit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia ±70% SiO2 dan ±15% Al2O3, sedangkan mineral lainnya terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit berwarna putih keabuan, Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah merah, merah muda, coklat, abu-abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada komposisi mineralnya. Granit merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi. Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk masa yang besar dan tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan mineral yang sama dengan granit tetapi tekstur dan strukturnya berlainan. Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.5 Emas dan Perak

Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa, kekerasannya berkisar antara 2,5 – 3 (skala Mohs), serta berat jenisnya tergantung


(33)

pada jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (gangue minerals). Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu endapan primer dan endapan plaser. Emas banyak digunakan sebagai barang perhiasan, cadangan devisa dan lain-lain. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang mempunyai warna putih. Mineral-mineral yang terpenting yang mengandung perak adalah Perak alam (Ag), Argentite (Ag2S), Cerrargyrite (AgCl), Polybasite (Ag16 Sb2 S11), Proustite (Ag2 As S3) dan Pyrargyrite (Ag3 Sb S3). Kebanyakan perak di dunia berasal dari cebakan hydrothermal yang mengisi rongga-rongga. Kegunaannya adalah untuk perhiasan, cindera mata, logam campuran dan lain-lain. Potensinya selalu berasosiasi dengan logam lainnya seperti emas dan tembaga (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.6 Nikel

Nikel digunakan sebagai bahan paduan logam yang banyak digunakan di berbagai sektor logam. Nikel biasanya terbentuk bersama-sama dengan kromit dan platina dalam batuan ultrabasa seperti peridotit, baik termetamorfkan ataupun tidak. Terdapat dua jenis endapan nikel yang bersifat komersil, yaitu: sebagai hasil konsentrasi residual silika dan pada proses pelapukan batuan beku ultrabasa serta


(34)

sebagai endapan nikel-tembaga sulfida, yang biasanya berasosiasi dengan pirit, pirotit, dan kalkopirit. Potensi nikel terdapat di Pulau Sulawesi, Kalimantan bagian tenggara, Maluku, dan Papua (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.7 Tembaga

Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Unsur tembaga terdapat pada hampir 250 mineral, tetapi hanya sedikit saja yang komersial. Pada endapan sulfida primer, kalkopirit (CuFeS2) adalah yang terbesar, diikuti oleh kalkosit (Cu2S), bornit (Cu5FeS4), kovelit (CuS), dan enargit (Cu3AsS4). Mineral tembaga utama dalam bentuk deposit oksida adalah krisokola (CuSiO3.2HO), malasit (Cu2(OH)2CO3), dan azurit (Cu3(OH)2(CO3)2). Deposit tembaga dapat diklasifikasikan dalam lima tipe, yaitu: deposit porfiri, urat, dan replacement, deposit stratabound dalam batuan sedimen, deposit masif pada batuan volkanik, deposit tembaga nikel dalam intrusi/mafik, serta deposit nativ. Umumnya bijih tembaga di Indonesia terbentuk secara magmatik. Pembentukan endapan magmatik dapat berupa proses hidrotermal atau metasomatisme. Logam tembaga digunakan secara luas dalam sektor peralatan listrik. Kawat tembaga dan paduan tembaga digunakan dalam pembuatan motor listrik, generator, kabel transmisi, instalasi listrik rumah dan sektor, kendaraan bermotor, konduktor listrik, kabel dan tabung coaxial, tabung

microwave, sakelar, reaktifier transsistor, bidang telekomunikasi, dan bidang-bidang yang membutuhkan sifat konduktivitas listrik dan panas yang tinggi, seperti untuk pembuatan tabung dan klep di pabrik penyulingan. Meskipun aluminium dapat digunakan untuk tegangan tinggi pada jaringan transmisi, tetapi


(35)

tembaga masih memegang peranan penting untuk jaringan bawah tanah dan menguasai pasar kawat berukuran kecil, peralatan sektor yang berhubungan dengan larutan, sektor konstruksi, pesawat terbang dan kapal laut, atap, pipa ledeng, campuran kuningan dengan perunggu, dekorasi rumah, mesin sektor non elektris, peralatan mesin, pengatur temperatur ruangan, mesin pertanian. Potensi tembaga terbesar yang dimiliki Indonesia terdapat di Papua. Potensi lainnya menyebar di Jawa Barat, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Selatan (Dirjen ESDM, 2007).

2.1.8 Timah

Timah adalah logam berwarna putih keperakan, dengan kekerasan yang rendah, berat jenis 7,3 g/cm3, serta mempunyai sifat konduktivitas panas dan listrik yang tinggi. Dalam keadaan normal (13 – 1600C), logam ini bersifat mengkilap dan mudah dibentuk. Timah terbentuk sebagai endapan primer pada batuan granit dan pada daerah sentuhan batuan endapan metamorf yang biasanya berasosiasi dengan turmalin dan urat kuarsa timah, serta sebagai endapan sekunder, yang di dalamnya terdiri dari endapan alluvium, elluvial, dan koluvium. Mineral yang terkandung di dalam bijih timah pada umumnya mineral utama yaitu kasiterit, sedangkan pirit, kuarsa, zircon, ilmenit, plumbum, bismut, arsenik, stibnite, kalkopirit, kuprit, xenotim, dan monasit merupakan mineral ikutan. Kegunaan timah banyak sekali terutama untuk bahan baku logam pelapis, solder, cendera mata, dan lain-lain. Potensi Timah di Indonesia terdapat di Pulau Bangka, Pulau Belitung, Pulau Singkep, dan Pulau Karimun (Dirjen ESDM, 2007).


(36)

Batubara Bauksit Nikel

Emas dan Perak

Tembaga Timah Granit

Sumber : Dirjen ESDM, 2007.

Gambar 2.1 Barang tambang Non-Migas 2.2 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Safitri (2006) menunjukkan bahwa struktur pasar pada industri besi dan baja adalah oligopoli ketat namun ada perusahaan yang mendominasi pasar. Variabel X-EFF dan CR4 mempunyai pengaruh terbesar

dalam meningkatkan kinerja (PCM). Sedangkan dalam penurunan PCM variabel yang memiliki pengaruh terbesar adalah variable DUMMY, MES dan GROWTH. Berdasarkan analisis perilaku dari sektor besi baja di Indonesia diduga ada beberapa perilaku dari struktur pasar terhadap kinerja pada industri besi baja Indonesia. Perilaku yang terjadi antara adalah strategi harga, produk dan promosi dan distribusi.

Penelitian lain dilakukan oleh Winsih (2007) mengenai analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia. Hasil penelitiannya


(37)

menunjukkan bahwa faktor-faktor sektor manufaktur yang mempengaruhi kinerja sektor manufaktur dapat dilihat dari tingkat konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), tingkat rasio Efisiensi-X (X-EFF), produktivias (PROD), pertumbuhan nilai produksi (PROD), pertumbuhan nilai produksi (GROWTH), nilai ekspor (EX) dan nilai impor (IM). Untuk melihat perilaku pasar dalam sektor manufaktur melalui strategi harga, strategi produk, strategi promosi dan strategi distribusi dan perilaku pasar.

2.3 Kerangka Pemikiran

2.3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

2.3.1.1 Pendekatan Struktur, Perilaku dan Kinerja

Dasar Paradigma Stucture Conduct Performance (SCP) atau Struktur Perilaku dan Kinerja dicetuskan oleh Edward S. Mason, seorang dosen di University of Harvard tahun 1939, mengemukakan bahwa struktur (structure) suatu industri akan menentukan bagaimana para pelaku industri berperilaku (conduct) yang pada akhirnya menentukan keragaan atau kinerja (performance) industri tersebut. Struktur biasanya diukur dengan rasio konsentrasi. Perilaku antara lain dilihat dari tingkat persaingan maupun kolusi antar produsen. Keragaan atau kinerja suatu industri diukur dari antara lain dari derajat inovasi, efisiensi dan proftabilitas. Hubungan SCP dapat digambarkan sebagai berikut:


(38)

Gambar 2.3.1.1.1 Struktur

Jaya (2001) m dalam mengamati va mempengaruhi kondi demikian, pengaruh i pasar juga menunjukk Dalam struktur pasar pangsa pasar (marke

hambatan-hambatan u

bar 2.2 Keterkaitan antara Struktur, Perilaku da

mengemukakan bahwa struktur pasar menjadi variasi dan kinerja industri, karena secara disi persaingan serta tingkat harga barang da h itu akhirnya sampai pada kesejahteraan ma kkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat pro sar terdapat tiga elemen pokok yang dapat d

rket share), konsentrasi pasar (market con

n untuk masuk pasar (barrier to entry).

dan Kinerja

adi ukuran penting ra strategis dapat dan jasa. Dengan manusia. Struktur proses persaingan. t dijelaskan yaitu


(39)

2.3.1.1.1.1Pangsa Pasar

Pangsa pasar adalah pangsa dari penjualan total. Pangsa pasar merupakan indikator yang paling penting dalam menentukan derajat kekuasaan monopoli, dalam skala ordinal (dibandingkan dari pangsa pasar yang tinggi atau paling rendah dalam pasar yang sama). Semakin tinggi pangsa pasar maka kekuasaan monopoli semakin besar sedangkan jika pangsanya rendah maka kekuatan monopoli yang dimiliki akan semakin kecil atau bahkan tidak ada sama sekali (Shepherd, 1990).

Untuk lebih jelasnya, berikut ini adalah tipe-tipe pasar yang digambarkan berdasarkan pangsa pasar perusahaan yang dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: Tabel 2.1. Tipe-tipe Pasar

Tipe Pasar Kondisi Pasar Contoh

Monopoli murni Suatu pasar yang memiliki 100% pangsa pasar

PLN, TELKOM, PAM

Perusahaan yang dominan Suatu perusahaan yang yang memiliki 50-100% pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat

Surat kabar lokal atau nasional, film Kodak, batu baterai

Oligopoli ketat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60-100% kesepakatan diantara mereka untuk menetapkan harga relatif mudah

Bank-bank lokal, siaran TV, bola lampu, sabun, toko buku, rokok kretek dan semen

Oligopoli longgar Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 40% atau kurang, kesepakatan diantara mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin

Kayu, perkakas rumah tangga, mesin-mesin kecil, perangkat keras, majalah, batu baterai, obat-obatan

Persaingan monopolistic Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun yang memiliki lebih dari 10 % pangsa pasar

Pedagang eceran, penjual pakaian

Persaingan murni Lebih dari 50 pesaing yang mana tidak satupun yang memiliki pangsa pasar yang berarti

Sapi dan unggas


(40)

2.3.1.1.1.2Konsentrasi

Menurut Greer dalam Andiani (2006), konsentrasi disebabkan oleh lima faktor yaitu pertama, adanya kesempatan dan keberuntungan. Kedua, adanya penyebab teknis (berupa besar pasar yang dimasuki, skala ekonomi, kemudahan memperoleh sumberdaya dan tingkat pertumbuhan pasar). Ketiga, adanya kebijakan pemerintah (berupa peraturan, pemberian paten, lisensi, tariff dan kuota). Keempat, kebijakan usaha (berupa merger dan adanya predatory pricing/exclusive deadling). Kelima, berupa differensiasi produk.

2.3.1.1.1.3Hambatan Masuk Pasar

Menurut Shepherd (1990), ada dua jenis hambatan masuk pasar, yaitu hambatan eksogen dan hambatan endogen. Hambatan eksogen, merupakan hambatan untuk ke dalam pasar yang bersifat dari luar perusahaan. Hambatan eksogen ini terdiri dari modal (capital requirement), skala ekonomi, differensiasi produk, difesifikasi intensitas penelitian dan pengembangan, investasi yang besar dan integrasi vertikal. Sedangkan hambatan endogen dapat berupa kebijakan harga dari establish firm, strategi penguasaan produk, strategi penguasaan bahan baku, strategi pemasaran produk dan image dari loyalitas merek suatu produk itu sendiri.

2.3.1.1.2 Perilaku

Perilaku menganalisis tingkah laku serta penerapan strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Perilaku ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar juga dalam kebijakan produk. Perilaku terbagi menjadi tiga


(41)

jenis antara lain, perilaku dalam strategi harga, perilaku dalam strategi produk dan perilaku dalam strategi promosi.

2.3.1.1.3 Kinerja

Menurut Jaya (2001), kinerja adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur perilaku. Menurut para ekonom, kinerja biasanya memusatkan pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan kesinambungan dalam distribusi.

2.3.1.1.3.1Efisiensi

Efisiensi adalah menghasilkan suatu nilai output yang maksimum dengan menggunakan sejumlah input tertentu, baik secara fisik maupun nilai ekonomis (harga). Efisiensi terdiri dari dua kategori, yaitu efisiensi internal (efisiensi-X) dan efisiensi alokasi. Efisiensi internal biasanya menggambarkan perusahaan yang dikelola dengan baik, menggambarkan usaha yang maksimum dari para pekerja dan menghindari kejenuhan dalam pelaksanaan perusahaan. Sedangkan efisiensi alokasi menggambarkan sumberdaya ekonomi yang dialokasikan sedemikian rupa sehingga tidak ada lagi perbaikan dalam berproduksi yang dapat menaikkan nilai output.

2.3.1.1.3.2Kemajuan Teknologi

Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang telah ada. Kemajuan teknologi dapat berpengaruh pada produksi, biaya dan harga.


(42)

2.3.1.1.3.3Keseimbangan dalam Distribusi

Menurut istilah ekonomi, keseimbangan dalam distribusi disebut dengan keadilan (equity). Keadilan mempunyai tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan.

2.4 Kerangka Pemikiran Operasional

Pertambangan di Indonesia merupakan sektor yang strategis karena merupakan salah satu penggerak pembangunan dan tanpa sektor pertambangan, sektor lain sulit untuk berjalan. Eksistensi sektor ini harus mendapat perhatian agar pembangunan suatu negara dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan latar belakang itulah menarik untuk menganalisa struktur, perilaku dan kinerja pertambangan di Indonesia.

Pada alur kerangka operasional (Gambar 2.1) menggambarkan bentuk bagan alur yang saling berkaitan antara struktur, perilaku dan kinerja sektor pertambangan dan penggalian. Kerangka pemikiran ini mengacu pada kerangka Structure Conduct Performance (SCP), dimana suatu sektor tidak terlepas dari adanya struktur, perilaku dan kinerja sektor itu sendiri. Pada model analisis SCP dikatakan bahwa struktur pasar suatu sektor mempengaruhi perilaku perusahaan yang ada dialamnya, kemudian perilaku tersebut akan mempengaruhi kinerjanya.


(43)

Ga 2.5 Hipotesis Pen

Berdasarkan perm sebelumnya, dapat di berikut:

1. Struktur pasar y diduga berbentu lapangan usaha keuntungan yang 2. Mengenai hubun struktur pasar (C banyak perusaha diperoleh sektor.

Gambar 2.3. Skema Penelitian Operasional enelitian

ermasalahan dan kerangka pemikiran yang dirumuskan hipotesis dari kerangka analisis

yang ada pada lapangan usaha pertambanga tuk perusahaan dominan dan diduga pula a pertambangan memiliki efisiensi serta pe ng cukup tinggi.

ungan antara struktur pasar dan kinerja, d (CR2 dan MES) berpengaruh positif terhadap

ahaan maka semakin besar pula tingkat ke . Sementara tingkat konsentrasi berpengaruh n

g telah diuraikan sis adalah sebagai

ngan di Indonesia la bahwa kinerja perolehan tingkat

, diduga variabel ap PCM. Semakin keuntungan yang h negatif terhadap


(44)

persaingan, dimana ketika tingkat konsentrasi meningkat maka tingkat persaingan akan menurun dan sebaliknya.

3. Faktor lain yang mempengaruhi keuntungan (PCM) yakni efisiensi-X diduga berpengaruh positif terhadap PCM. Semakin efisien suatu perusahaan maka tingkat produksi perusahaan lebih sedikit untuk memproduksi produk karena efisiensi merupakan pengurangan biaya sehingga biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam jangka panjang lebih murah. Adanya efisiensi maka tingkat keuntungan perusahaan meningkat.

4. Produktivitas diduga memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Produktivitas merupakan perbandingan antara nilai output dengan nilai input tenaga kerja. Semakin tinggi nilai output maka akan meningkatkan nilai prodiktivitas suatu perusahaan. Produktivitas yang meningkat menunjukkan kinerja yang meningkat pula maka akan menambah penghasilan dan keuntungan bagi perusahaan.

5. Ekspor memiliki pengaruh positif terhadap PCM. Kemampuan perusahaan untuk melakukan ekspor yang tinggi dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.

6. Diduga ada perilaku-perilaku dari perusahaan dalam lapangan usaha pertambangan baik dalam strategi harga, produk, promosi dan distribusi yang menjelaskan hubungan yang terjadi antara struktur pasar dan kinerja.


(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Sumber Data

Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dalam bentuk time series dan cross section (panel data) dengan periode waktu tahunan yaitu dari tahun 2003 hingga tahun 2007. Untuk data barang tambang penulis hanya memasukkan barang tambang yang tersedia dalam katalog Statistik Indonesia yang dikeluarkan Badan pusat Statistik yang tersedia sejak tahun 2003 sampai 2007 sedangkan barang tambang yang tidak menyediakan data lengkap pada periode tersebut tidak diikutsertakan dalam estimasi secara kuantitatif, sedangkan untuk data penjualan perusahaan penulis hanya memasukkan perusahaan yang telah ikut serta dalam survey yang dilakukan Indonesian Mining Association (IMA). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data rasio konsentrasi (CR), nilai output, nilai input, nilai tambah, upah, nilai produksi dan nilai ekspor. Data tersebut berasal dari instansi-instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumberdaya Mineral dan Indonesian Mining Asociation (IMA).

3.2 Metode Analisis dan Pengolahan Data

Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan kuantitatif. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku lapangan usaha pertambangan. Metode kuantitatif dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan SCP untuk menganalisis struktur dan kinerja lapangan usaha pertambangan dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengruhi kinerja lapangan usaha pertambangan Indonesia akan menggunakan


(46)

pendekatan panel data. Penelitian ini menggunakan bantuan Software Microsoft Office Excel 2007 dan E-Views 5.

3.2.1 Analisis Struktur 3.2.1.1 Pangsa Pasar

Setiap Perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda-beda berkisar antara 0 sampai 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Menurut literatur Neo-Klasik landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya. Pangsa pasar menggambarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya.

100%

(3.1)

dimana:

MSi = pangsa pasar perusahaan i (%) Si = penjualan perusahaan i (rupiah)

Stot = penjualan total seluruh perusahaan (rupiah)

3.2.1.2 Rasio Konsentrasi

Tingkat Konsentrasi dapat dihitung melalui Consentration Ratio (CR). Tingkat Konsentrasi merupakan suatu variabel yang dapat diukur. Penggunaan CR dalam menjelaskan struktur pasar dilakukan agar konsisten dengan penjelasan hubungan struktur dan profitabilitas dimana CR menggambarkan struktur pasar pada hubungan tersebut.

Rasio konsentrasi merupakan presentase dari total output lapangan usaha atau pendapatan penjualan. Rasio sejumlah perusahaan mengukur pangsa pasar relatif dari total output lapangan usaha yang dipertanggungjawabkan oleh perusahaan-perusahaan di dalamnya. Semakin besar angka persentasenya


(47)

(mendekati 100 persen) berarti semakin besar konsentrasi dari produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Dengan demikian maka CRm dapat disimpulkan sebagai berikut:

X 100%

(3.2)

dimana:

CRm = rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan (%) MSi = pangsa pasar perusahaan terbesar ke-i (%)

3.2.1.3 Hambatan Masuk Pasar

Hambatan masuk pasar dapat dilihat dengan banyaknya pesaing yang bermunculan untuk berpacu dalam mencapai target keuntungan yang diinginkan dan merebut pangsa pasar. Segala sesuatu yang memungkinkan terjadinya penurunan kesempatan atau kecepatan masuknya pesaing baru merupakan hambatan untuk masuk. Salah satu cara yang paling efektif yang digunakan untuk melihat hambatan masuk pasar adalah dengan mengukur skala ekonomis yang didekati melalui output perusahaan. Nilai output tersebut kemudian dibagi dengan output total. Perhitungan ini disebut sebagai Minimum Efficiency Scale (MES).

(3.3)

3.2.2 Analisis Perilaku

Perilaku lapangan usaha pertambangan dianalisis secara deskriptif dengan tujuan untuk memperoleh informasi mengenai perilaku perusahaan-perusahaan. Perilaku menganalisis tingkah laku serta penerapan srategi yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Analisis ini sengaja dilakukan karena variabel yang mencerminkan


(48)

perilaku sifatnya kulitatif yang sulit dikuantitatifkan. Elemen-elemen dalam perilaku antara lain dapat dijelaskan berikut ini:

3.2.2.1 Strategi Harga

Strategi penetapan harga tergantung dari beberapa faktor produksi terutama bahan baku. Dalam hal ini dapat dilihat bagaiman astrategi penetapan harga yang dilakukan oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian serta apakah ada perilaku kesepakatan harga antar sesama pesaing yang dapat menimbulkan persaingan tidak sehat. Strategi penentuan harga penting dalam perilaku karena harga merupakan unsur yang menghasilkan pendapatan (revenue) bagi produsen. Harga juga merupakan unsur yang paling flexibel dimana unsur ini dapat berubah dengan cepat.

3.2.2.2 Strategi Produk dan Promosi

Perusahaan–perusahaan akan melakukan strategi dalam mengeluarkan produknya karena konsumen akan mempertibangkan tiga hal, yakni: nilai, biaya dan kepuasan. Dalam hal ini akan dilihat apakah terdapat strategi khusus dalam menentukan produk yang akan dijual seperti adanya diversifikasi produk ataupun kesepakatan jumlah penawaran produk.

Selain strategi harga dan produk, terdapat pula kebijakan lain seperti perilaku advertensi yang dilakukan sebagai strategi promosi dalam menarik konsumen. Promosi merupakan suatu bagian yang penting dalam menjual produk dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan diri dan mendapatkan laba.


(49)

3.2.3 Analisis Kinerja

Analisis kinerja industri dilakukan dengan menggunakan analisis Price Cost Margin (PCM). PCM ini digunakan sebagai indikator hubungan struktur pasar terhadap kinerja perusahaan. Variabel endogen yang digunakan adalah proksi dari keuntungan yaitu PCM dan variabel eksogennya adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar, nilai efisiensi-X, produktivitas, pertumbuhan nilai produksi, nilai ekspor dan nilai impor.

Berdasarkan pada penjelasan sebelumnya maka model yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

PCM$% &'( & ) ( &)* + ,--$%( &./012 ( &3 ( 4 (3.4) dimana :

PCMit = rasio keuntungan industri pada barang tambang ke-i dan tahun

ke-t (%)

CR2it = konsentrasi industri dari dua perusahaan terbesar pada barang

tambang ke-i dan tahun ke-t (%)

X-effit = efisiensi-X pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (%) Prodit = produktivitas pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t (%) Exit = nilai komoditi yang diekspor pada barang tambang ke-i dan tahun

ke-t (rupiah)

β

0 = intersep

β

n = slope masing-masing variabel bebas

εit

= simpangan/error pada barang tambang ke-i dan tahun ke-t

Penggunaan variabel PCM sebagai proxi dari keuntungan telah dilakukan oleh Winsih (2007), PCM merupakan salah satu indikator kinerja yang digunakan


(50)

sebagai perkiraan kasar dari keuntungan industri. PCM dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan proxi nilai tambah yang diperoleh, artinya semakin tinggi nilai tambah, maka efisiensi kinerja industri tersebut dalam rangka meminimumkan biaya semakin besar sehingga keuntungan industri semakin besar. PCM juga didefinisikan sebagai presentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung, PCM dapat dirumuskan sebagai berikut :

/

5 6 78

5 9

* 100%

(3.5)

Tingkat konsentrasi dalam model persamaan diukur dengan rasio konsentrasi. Rasio konsentrasi yang digunakan menunjukkan besarnya nilai kontribusi penjualan output perusahaan terbesar terhadap total nilai produksi industri. Efisiensi dan produktivitas sebagai variable independen yang mempengaruhi PCM didasarkan pada penelitian Puspasari (2006), variable-variabel yang dimasukkan karena kinerja yang tinggi dapat disebabkan oleh adanya efisiensi dan banyaknya output yang dihasilkan. Efisiensi menunjukkan perbandingan antara nilai output yang diperoleh, sedangkan produktivitas mengindikasikan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan output pada periode waktu tertentu. Efisiensi dan produktivitas dapat ditulis dalam persamaan berikut :

- : ,;: + *

5 6

5

* 100%

(3.6)

/012<=> ? >@:

5 9

5 6 A B C

* 100%

(3.7)

3.2.4.Analisis Panel Data

Dalam ekonometrika dikenal tiga bentuk data yaitu data deret waktu, (time series), data kerat lintang (cross section) dandata panel (pooled data). Data panel


(51)

merupakan gabungan antara data time series dan data cross section. Hal ini dikarenakan panel data menyediakan informasi yang cukup kaya untuk perkembangan teknik estimasi dan hasil teoritikal. Dalam bentuk praktis, peneliti telah dapat menggunakan data time series dan cross section untuk menganalisis masalah yang tidak dapat diestimasi jika hanya menggunakan salah satunya saja. Banyak keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan panel data, diantaranya adalah seabagai berikut (Baltagi, 1995) :

1. Mampu mengontrol heterogenitas individu

2. Memberikan lebih banyak informasi, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antar variable, meningkatkan degree of freedom dan lebih efisien.

3. Lebih baik untuk study of dynamic adjustment.

4. Mampu mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diperoleh dari data cross section murni atau time series murni. 5. Dapat menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks.

Dalam pengelolaan panel data ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu pooled (OLS), fixed effect model (LSDV) dan random effect model (GLS). Ketiga pendekatan ini dapat diterapkan pada dua jenis pembobotan yaitu dengan pembobot (cross section weights) atau tanpa pembobot (no weighting). Pemilihan model yang digunakan dalam sebuah penelitian perlu dilakukan berdasarkan pertimbangan statistik. Hal ini ditunjukkan untuk memperoleh dugaan yang efisien. Alur pengujian statisik untuk memilih model yang digunakan dapat diperlihatkan pada Gambar 3.1.


(52)

Gambar 3.1. Pengujian Pemilihan Model dalam Pengolahan Data Panel 3.2.4.1Pendekatan Kuadrat Terkecil (Pooled Least Square)

Model Pooled yaitu model yang didapatkan dengan mengkombinasikan atau mengumpulkan semua data cross section dan time series. Model ini kemudian diduga dengan menggunakan Ordinary Least Square (OLS), yaitu :

Y$% E ( &X$%( 4$% (3.8)

dimana :

Yit = variable endogen pada unit industry (cross section) ke-i pada tahun ke-t

Xit = peubah bebas ke-k pada unit industri

α = intersep

β = slope

i = industri ke-i, t = periode tahun t


(53)

3.2.4.2 Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect Model)

Model efek tetap yaitu model yang didapatkan dengan mempertimbangkan bahwa peubah-peubahyang dihilangkan dapat mengakibatkan perubahan dalam intersep-intersep cross section dan time series. Peubah dummy dapat ditambahkan ke dalam model untuk memungkinkan perubahan-perubahan intersep ini lalu model diduga dengan OLS yaitu :

F

E

'

( &*

G

)

E H

( 4

(3.9)

dimana :

Yit = variable endogen pada unit industri (cross-section) ke-i dan tahun ke-t

Xit = peubah bebas pada unit industri

α0 = intersep model

αi = intersep industry ke-i

Di = variable dummy

β = slope

i = industri ke-i, t = periode tahun t

ε = error/ simpangan

3.2.4.3 Pendekatan Efek Acak (Random Effect Model)

Keputusan untuk memasulkan variable dummy akan menimbulkan konsekwensi (trade off). Penambahan variable dummy ini akan mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi, hal inilah yang disebut sebagai model efek acak. Dalam model ini parameter-parameter antar daerah maupun antar waktu dimasukkan kedalam error. Oleh karena itu, model efek acak


(54)

sering disebut juaga model komponen error (error componen model). Bentuk model efek tetap dapat ditulis dalam persamaan berikut:

Y

$%

E ( ∑ &* ( 4

(3.10)

4

< ( ? ( I

(3.11)

dimana :

< ~KL0, N)O = komponen cross section error ? ~KL0, NP)O = komponen time series error

I ~KL0, NQ)O = komponen error kombinasi

Dengan mengasumsikan error industri dan error kombinasinya tidak saling berkorelasi.

3.2.5 Pemilihan model dalam Pengolahan Data Panel 3.2.5.1 Chow Test

Chow Test atau beberapa buku menyebutnya pengujian F Statistics adalah pengujian untuk memilih apakah model yang digunakan Pooled Least Square atau

Fixed Effect. Seperti kita ketahui, terkadang asumsi bahwa setiap unit cross section memiliki perilaku yang sama cenderung tidak realistis mengingat dimungkinkan setiap unit cross section memiliki perilaku berbeda. Dalam pengujian ini dilakukan dengan hipotesa berikut :

H0 : Model Pooled Least Square H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan terhadap gipotesis nol adalah dengan menggunakan F-Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow :

RST

LUVV 7UVV)O/LX7 O


(55)

dimana :

ESS1 = Residual Sum Square hasil Pendugaan model fixed effect

ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square N = Jumlah data cross section

T = Jumlah data time series K = Jumlah variabel Penjelas

Statistik Chow mengikuti distribusi F-statistik dengan derajat bebas (N-1, NT-N-K). jika nilai CHOW Statistics (Stat) hasil pengujian lebih besar dari F-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah model fixed effect, begitu juga sebaliknya. Pengujian ini disebut seagai Chow Test yang digunakan untuk menguji stabilitas dari parameter (stability test).

3.2.5.2 Hausman Test

Hausman-test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan dalam memilih apakah menggunakan fixed effect model atau random effect model. Seperti yang telah dijelaskan diatas, penggunaan fixed effect model mengadung suatu unsur trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variable dummy. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut ;

H0 : Random Effect model H1 : Fixed effect model

Sebagai dasar penolakan hipotesis nol tersebut digunakan dengan menggunakan pertimbangan Statistic Chi Square ([2) tabel. Hausman-test dapat dilakukan dengan bahasa pemprograman Eviews sebagai berikut : “jika hasil dari


(56)

hausman-test signifikan (probability dari Hausman < α) maka H0 ditolak, artinya

fixed effect digunakan” :

Statistic Hausman dirumuskan dengan persamaan sebagai berikut :

L& + \O L '7 O7 L& + \O ] *)L=O (3.12)

dimana β adalah vektor untuk statistik variable fixed effect, b adalah vektor statistik variabel random effect, M0 adalah matriks kovarian untuk dugaan random effect model dan M1 adalah matriks kovarian dugaan fixed effect model. Jika nilai

m hasil pengujian lebih besar dari [2-tabel, maka cukup bukti untuk melakukan penolakan terhadap hipotesa nol sehingga model yang digunakan adalah fixed effect model, begitu juga sebaliknya.

3.2.6 Evaluasi Model 3.2.6.1 Multikolinearitas

Indikasi mulikolinearitas tercermin dengan melihat hasil t dan F statistik hasil regresi. Jika banyak koefisien parameter dari t statistik diduga tidak signifikan sementara dari hasil F hitungnya signifikan, maka patut diduga adanya multikolinearitas. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi diantaranya adalah :

1. Meskipun penaksir OLS mungkin bisa diperoleh namun kesalahan standarnya mungkin akan cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antara peningkatan variabel.

2. Standar error dari parameter diduga sangat besar sehingga selang kepercayaan untuk parameter yang relevan cenderung lebih besar.

3. Jika multikolinearitasnya tinggi kemungkinan probabilitas untuk menerima hipotesis yang salah menjadi besar.


(57)

4. Kesalahan standar akan semakin besar dan sensitif jika ada perubahan data.

5. Tidak mungkinnya mengisolasi pengaruh individual dari variable yang menjelaskan (Gujarati, 1995).

Salah satu cara untuk mendeteksi multikolinearitas adalah melalui

correlation matrix, dimana batas terjadinya korelasi antara sesama variabel bebas adalah tidak lebih dari |0.80|, melalui correlation matrix ini dapat pula digunakan uji klien dalam mendeteksi multikolinearitas (Gujarati, 1995). Apabila terdapat nilai korelasi yang lebih dari |0.80|, maka menurut uji klien multikolinearitas dapat diabaikan selama nilai korelasi tidak lebih dari nilai Adjusted R-squared. Selain itu, Multikolinearitas dapat diatasi dengan memberi perlakuan cross section weights, sehingga baik t statistic maupun F hitung menjadi signifikan.

3.2.6.2Autokorelasi

Autokorelasi adalah gejala adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Adanya gejala autukorelasi pada suatu persamaan akan menyebabkan suatu persamaan akan memiliki selang kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat. Hal ini mengakibatkan hasil uji-t dan uji-F menjadi tidak sah dan penaksiran regresi akan menjadi sensitif terhadap fluktuasi penyampelan (Gujarati, 1995).

Uji yang sering digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak autokorelasi adalah uji Durbin Watson Statistic (W). namun, karena di dalam pengujian D-W ini terdapat kelemahan yaitu apabila nilai D-D-W jatuh pada daerah ragu-ragu


(58)

maka hasil uji tidak disimpulkan. Oleh karena itu digunakan pengujian lain, yaitu dengan menggunakan uji Breunch and Godfrey Serial Correlation LM-Test.

Akan tetapi apabila kita gunakan uji Breunch and Godfrey Serial Correlation LM-Test maka jika nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata tertentu, maka persamaan ini tidak mengalami autokorelasi. Bila nilai Obs*R-squared lebih kecil dari pada taraf nyata tertentu maka persamaan ini mengandung autokorelasi.

3.2.6.3Heteroskedastisitas

Salah satu asumsi yang penting dari model regresi linear klasik adalah varian residual bersifat homoskedastik atau bersifat konstan. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka varian residual tidak lagi bersifat konstan disebut dengan heteroskedastisitas.

Pengujian yang dapat dilakukan untuk mendeteksi apakah data yang diamati terjadi heteroskedastisitas atau tidak yaitu dengan uji White-Heteroskedasticity. Apabila nilai probability Obs*R-squared lebih kecil dari taraf nyata berarti terdapat gejala heteroskedastisitas pada model, namun bila nilai probability Obs*R-squared lebih besar dari taraf nyata berarti tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model.


(1)

nama perusahaan 2003 2004 2005 2006 2007 Freeport Indonesia 69.87% 59.94% 73.09% 73.31% 72.53% Newmont Nusa Tenggara 27.85% 37.81% 25.15% 24.53% 25.38%

Rio Tinto 2.28% 2.26% 1.76% 2.16% 2.08%

Emas dan Perak

nama perusahaan 2003 2004 2005 2006 2007

Aneka Tambang Tbk 7.17% 2.33% 2.37% 2.90% 8.25%

Avocet Bolaang

Mongodouw 0.00% 0.00% 0.08% 0.58% 0.62%

Freeport Indonesia 71.04% 64.85% 77.67% 68.62% 64.12%

Galuh Cempaka 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

Indo Muro Kencana 0.00% 0.00% 0.62% 2.90% 3.00%

Kelian Equatorial Mining 5.72% 4.44% 0.67% 0.00% 0.00%

Newmont Minahasa Raya 0.72% 0.69% 0.00% 0.00% 0.00%

Newmont Nusa Tenggara 15.06% 23.43% 15.92% 19.37% 17.70% Nusa Halmahera Minerals 0.29% 4.26% 2.66% 5.63% 6.31%

MES : Hambatan Masuk bagi Perusahaan Baru

Jenis Barang

2003

2004

2005

2006

2007

Rata-rata

Timah

60.40%

56.24%

61.45%

66.24%

90.92%

67.05%

Batubara

63.78%

46.91%

34.15%

30.48%

31.09%

41.28%

Bauksit

100.00%

100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

100.00%

bijih nikel

97.84%

98.18%

97.98%

98.36%

98.90%

98.25%

emas & perak

71.04%

64.85%

77.67%

68.62%

64.12%

69.26%

Tembaga

69.87%

59.94%

73.09%

73.31%

72.53%

69.75%

Granit

100.00%

100.00% 100.00% 100.00% 100.00%

100.00%

Rata-rata

80.42%

75.16%

77.76%

76.71%

79.65%

77.94%


(2)

X-eff : rasio Nilai tambah menurut harga pasar terhadap nilai Input

Jenis Barang

2003

2004

2005

2006

2007

Rata-rata

Timah

6.774

6.510

6.117

5.637

4.933

5.994

Batubara

1.940

3.015

3.225

2.689

2.689

2.712

Bauksit

0.783

0.972

1.655

2.617

1.327

1.471

bijih nikel

12.562

8.070

4.718

2.684

4.230

6.453

emas & perak

2.159

2.999

4.523

2.675

2.912

3.053

Tembaga

1.322

1.444

7.761

2.693

2.363

3.117

Granit

1.977

2.199

2.198

2.556

1.761

2.138

Rata-rata

3.93

3.60

4.31

3.08

2.89

3.563

Sumber: BPS, 2007 (diolah)

Nilai Tambah menurut Harga Pasar (jutaan Rupiah)

Jenis Barang 2003 2004 2005 2006 2007

Timah 2 726 421 2 885 839 3 069 595 3 045 222 2 416 852 Batubara 16 592 965 21 442 081 39 158 751 38 372 940 42 306 244

Bauksit 51 956 61 476 113 332 200 590 93 628

bijih nikel 3 878 870 3 772 434 8 717 514 7 070 147 14 442 497 emas & perak 6 029 943 10 664 343 14 440 718 9 922 550 8 698 460 Tembaga 9 406 422 8 752 776 44 394 838 38 098 645 35 775 436

Granit 114 672 136 591 145 656 159 861 56 347

Nilai Input (jutaan Rupiah)

Jenis Barang 2003 2004 2005 2006 2007

Timah 402 486 443 262 501 834 540 245 489 914

Batubara 8 555 218 7 111 035 12 141 885 14 270 839 15 733 629

Bauksit 66 395 63 253 68 466 76 660 70 539

bijih nikel 308 772 467 465 1 847 658 2 634 244 3 414 236 emas & perak 2 793 509 3 555 491 3 192 686 3 709 821 2 987 324 Tembaga 7 114 333 6 059 675 5 719 887 14 149 180 15 137 309


(3)

Produktivitas : Rasio Nilai Output terhadap Nilai Input Tenaga Kerja

Jenis Barang 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata

Timah 946 1 331 1 440 1 018 1 019 1 151

Batubara 1 640 1 862 3 375 2 402 2 402 2 336

Bauksit 90 95 632 126 126 214

bijih nikel 659 19 999 15 071 987 987 7 541 emas & perak 475 76 450 52 479 538 538 26 096 Tembaga 2 710 1 326 6 949 24 820 24 822 12 125

Granit 1 142 1 029 967 805 802 949

Rata-Rata 1 095 14 584 11 559 4 385 4 385 7 202

Sumber: BPS, 2007 (diolah).

Nilai Output (jutaan Rupiah)

Jenis Barang 2003 2004 2005 2006 2007

Timah 3 125 603 3 326 602 3 568 950 3 581 950 2 903 915 Batubara 25 132 856 28 537 789 51 285 439 52 621 868 58 015 716

Bauksit 117 053 123 432 181 511 275 074 162 520

bijih nikel 4 181 300 4 239 687 10 564 471 9 694 572 17 818 686 emas & perak 8 804 923 14 219 648 17 633 068 13 607 066 11 664 093 Tembaga 16 514 661 14 801 287 50 107 514 52 245 720 50 910 694

Granit 172 514 198 524 211 700 222 121 88 237

Nilai Input Tenaga Kerja (jutaan Rupiah)

Jenis Barang 2003 2004 2005 2006 2007

Timah 3 304 2 500 2 479 3 517 2 851

Batubara 15 327 15 327 15 197 21 911 24 157

Bauksit 1 298 1 298 287 2 176 1 286

bijih nikel 6 342 212 701 9 819 18 047

emas & perak 18 530 186 336 25 305 21 691

Tembaga 6 093 11 164 7 211 2 105 2 051


(4)

Nilai Ekspor (jutaan rupiah)

Jenis Barang 2003 2004 2005 2006 2007 Rata-rata

Timah 313 447 324 081 363 376 309 042 320 398 326 069

Batubara 2 119 2 329 3 571 4 865 5 169 3 611

Bauksit 12 089 13 708 20 670 21 744 13 917 16 426 bijih nikel 78 297 56 514 133 258 1 199 439 1 922 678 678 037 emas dan perak 372 960 395 793 491 271 956 743 1 242 538 691 861 Tembaga 555 535 971 813 383 822 5 793 616 5 576 198 2 656 197 Granit 16 029 22 263 23 695 25 376 11 131 19 699 Rata-rata 192 925 255 214 202 809 1 187 261 1 298 861 627 414


(5)

Dependent Variable: PCM?

Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Sample: 2003 2007

Included observations: 5 Cross-sections included: 7

Total pool (balanced) observations: 35

Linear estimation after one-step weighting matrix

White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

X-EFF? 3.287937 0.343184 9.580687 0.0000

PROD? 0.952141 0.163088 5.838219 0.0000

EX? 3.418840 0.727998 4.696220 0.0001

CR2? 0.244667 0.050513 4.843647 0.0001

C -8.007348 12.32099 -0.649895 0.5219

Fixed Effects (Cross)

_TIMAH--C -1.289890

_BTBR--C 20.13577

_BAUKSIT--C -2.213680

_BJHIKEL--C -4.831652

_EMSPRK--C -2.709200

_TEMBAGA--C -13.20199

_GRANIT--C 4.110648

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics

R-squared 0.964365 Mean dependent var 130.0618

Adjusted R-squared 0.949516 S.D. dependent var 75.08467 S.E. of regression 3.833554 Sum squared resid 352.7073

F-statistic 64.94861 Durbin-Watson stat 2.019599

Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.958789 Mean dependent var 73.06686

Sum squared resid 407.8942 Durbin-Watson stat 1.705350


(6)

Output Eviews hasil Uji Chow dan Uji Hausman

1. UJI CHOW

H0 : PLS

H1 : FIXED

Redundant Fixed Effects Tests

Pool: PANEL

Test cross-section fixed effects

Effects Test

Statistic

d.f.

Prob.

Cross-section F

6.996135

(6,24)

0.0002

pada output uji chow diatas nilai p < alpha 10% maka tolak H0 artinya model

yang cocok adalah FIXED.

2. Uji Hausman

H0 : Random

H1 : Fixed

Correlated Random Effects - Hausman Test

Pool: PANEL

Test cross-section random effects

Test Summary

Chi-Sq.

Statistic Chi-Sq. d.f.

Prob.

Cross-section random

0.000000

4

1.0000

* Cross-section test variance is invalid. Hausman statistic set to zero.

** Warning: robust standard errors may not be consistent with

assumptions of Hausman test variance calculation.