Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia

(1)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA

OLEH SUNENGCIH

H14052889

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(2)

RINGKASAN

SUNENGCIH. NRP H14052889. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia (dibimbing oleh SRI MULATSIH)

Sektor industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada tahun 2008, sektor ini berkontribusi sebesar 557,8 miliar rupiah atau 27,9 persen dari seluruh nilai PDB, dimana 139,9 miliar rupiah dari nilai industri pengolahan disumbangkan oleh industri makanan, minuman, dan tembakau (BPS, 2009). Besarnya nilai sumbangan industri makanan, minuman dan tembakau terhadap PDB tersebut dikarenakan makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

Berkaitan dengan kondisi tersebut, industri minuman ringan adalah salah satu sektor usaha yang akan terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2005, jumlah minuman ringan yang dikonsumsi adalah sebanyak 13.088 juta liter, jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2008 jumlah minuman ringan yang dikonsumsi adalah sebanyak 17.410 juta liter.

Meningkatnya konsumsi minuman ringan berdampak pada bermunculannya berbagai jenis dan merek minuman ringan yang bersaing ketat. Industri minuman ringan pun semakin banyak diminati oleh para pengembang usaha yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah perusahaan serupa yang masuk pasar sehingga persaingan antar industri minuman ringan, baik produsen lokal maupun perusahaan multinasional semakin meningkat.

Perlu dianalisis apakah dalam struktur persaingan industri minuman ringan terdapat praktek monopoli yang tergolong pada persaingan tidak sehat, mengingat dua dari seluruh produsen minuman ringan di Indonesia yakni PT Coca-Cola Bottling Indonesia dan PT Sinar Sosro termasuk dalam sepuluh besar perusahaan minuman untuk segmen teh kemasan di dunia. PT Sinar Sosro bahkan mampu menjadi salah satu yang terbaik hanya dengan mengandalkan pasaran domestik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur, perilaku dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia serta hubungan antara struktur pasar dan faktor-faktor lain dengan kinerjanya.

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPS, ASRIM (Asosiasi Industri Minuman Ringan), Departemen Perindustrian (Depperin), Perpustakaan IPB, serta berbagai media masa dan media elektronik yang berkaitan. Data yang digunakan merupakan data time seriesdari tahun 1980 sampai dengan tahun 2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar yang dimiliki oleh industri minuman ringan di Indonesia adalah struktur persaingan oligopoli sedang


(3)

dengan nilai rata-rata konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) adalah 44,08

persen.

Penetapan harga oleh suatu perusahaan dalam industri minuman ringan dipengaruhi oleh penetapan harga pesaingnya. Mengingat industri minuman ringan berada pada struktur persaingan oligopoli sedang bahkan cenderung bersifat longgar, maka perilaku konsumen masih diperhitungkan dalam menentukan harga. Hal ini terbukti dengan adanya produksi second brand product yaitu produk yang serupa dengan produk utama namun lebih murah dari segi harganya.

Tren fluktuasi nilai price cost margin(PCM) dan efisiensi internal (X-eff) cenderung meningkat dari tahun 1980 sampai tahun 2005. Fluktuasi PCM tergolong stabil dengan peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu tajam, peningkatan mulai terlihat dari tahun 1984 sampai tahun 2000 dan cederung stabil pada tahun berikutnya hingga tahun 2005. Nilai X-eff pada awal 80-an cenderung menurun dan mulai meningkat sekitar tahun 1988. Pada tahun 1999, nilai X-eff melonjak tajam hingga menyentuh angka 132,51 persen untuk kemudian menurun kembali di tahun-tahun berikutnya. Sementara itu, fluktuasi nilai Growth sangat tajam sehingga variabel Growth tidak memiliki tren tertentu. Peningkatan dan penurunan terjadi secara tajam dari tahun ke tahun.

Dua dari empat variabel independen yang dirumuskan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya yaitu PCM. Kedua variabel tersebut adalah X-eff

dan Usaha dengan nilai koefisien masingmasing sebesar 0,320905 dan -0,087169. Sementara nilai CR4dan Growthtidak berpengaruh signifikan terhadap


(4)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA

OLEH SUNENGCIH

H14052889

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(5)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Sunengcih

Nomor Registrasi Pokok : H14052889 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr.Ir. Sri Mulatsih, M.Sc NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002


(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Sunengcih H14052889


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sunengcih lahir pada tanggal 2 Maret 1987 di Indramayu, yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Sukardi dan Wartinah. Jenjang pendidikan penulis dimulai dari TK Ayu Pertiwi, lalu studi dilanjutkan ke sekolah dasar pada SDN Tukdana 1, lulus pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bangodua hingga lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke SMU Negeri 2 Cirebon, lulus tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia”. Topik ini dipilih karena perlu dianalisis apakah dalam struktur persaingan industri minuman ringan terdapat praktek monopoli yang tergolong pada persaingan tidak sehat, mengingat dua dari seluruh produsen minuman ringan di Indonesia yakni PT Coca-Cola Bottling Indonesia dan PT Sinar Sosro termasuk dalam sepuluh besar perusahaan minuman untuk segmen teh kemasan di dunia. PT Sinar Sosro bahkan mampu menjadi salah satu yang terbaik hanya dengan mengandalkan pasaran domestik. Oleh karena itu skripsi ini akan menggunakan metode Structure-Conduct-Performance (SCP) untuk melihat struktur, perilaku, dan kinerja industri minuman ringan dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua, ketiga kakak beserta ketiga kakak ipar, serta kedua keponakan (Leo dan Alden) atas kasih sayang, doa serta dorongan motivasi yang sangat besar bagi penulis.

2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc yang telah banyak membantu dalam membimbing penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.

3. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku penguji utama atas saran dan kritiknya demi perbaikan skripsi ini.

4. Tony Irawan, M.App.Ec selaku Komisi Pendidikan Departemen Ilmu Ekonomi atas saran dan kritiknya demi perbaikan skripsi ini.

5. Pak Ari Nugraha dan Pak Saman yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di BPS.


(9)

6. Aji atas kebersamaan, bantuan, serta dorongan motivasi yang sangat besar bagi penulis.

7. Luri, A130 (Iq, QQ, Ocha) dan The Gajah’ers (Penghuni Wisma gajah) atas motivasi, doa, keceriaan dan persahabatan.

8. Teman-teman IE 42 atas kebersamaan selama di IPB serta orang-orang terdekat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan pada kata-kata yang penulis gunakan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Sunengcih H14052889


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Teori Ekonomi Industri... 8

2.2. Teori Structure-Conduct-Performance(SCP) ... 9

2.2.1. Struktur (Structure)... 11

2.2.2. Perilaku (Conduct)... 14

2.2.2.1. Strategi Produk ... 15

2.2.2.2. Strategi Harga ... 16

2.2.2.3. Stretegi Promosi ... 17

2.2.3. Kinerja (Performance)... 17

2.3. Hubungan Struktur dan Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja ... 18

2.4. Penelitian Terdahulu ... 19

2.5. Kerangka Pemikiran ... 20

2.6. Hipotesis Penelitian ... 23

III. METODE PENELITIAN... 24

3.1. Jenis dan Sumber Data... 24

3.2. Metode Analisis Data... 24


(11)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA

OLEH SUNENGCIH

H14052889

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(12)

RINGKASAN

SUNENGCIH. NRP H14052889. Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia (dibimbing oleh SRI MULATSIH)

Sektor industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar pada nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Pada tahun 2008, sektor ini berkontribusi sebesar 557,8 miliar rupiah atau 27,9 persen dari seluruh nilai PDB, dimana 139,9 miliar rupiah dari nilai industri pengolahan disumbangkan oleh industri makanan, minuman, dan tembakau (BPS, 2009). Besarnya nilai sumbangan industri makanan, minuman dan tembakau terhadap PDB tersebut dikarenakan makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok dalam hidup manusia. Volume kebutuhan terhadap makanan dan minuman akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

Berkaitan dengan kondisi tersebut, industri minuman ringan adalah salah satu sektor usaha yang akan terus mengalami pertumbuhan. Pada tahun 2005, jumlah minuman ringan yang dikonsumsi adalah sebanyak 13.088 juta liter, jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2008 jumlah minuman ringan yang dikonsumsi adalah sebanyak 17.410 juta liter.

Meningkatnya konsumsi minuman ringan berdampak pada bermunculannya berbagai jenis dan merek minuman ringan yang bersaing ketat. Industri minuman ringan pun semakin banyak diminati oleh para pengembang usaha yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah perusahaan serupa yang masuk pasar sehingga persaingan antar industri minuman ringan, baik produsen lokal maupun perusahaan multinasional semakin meningkat.

Perlu dianalisis apakah dalam struktur persaingan industri minuman ringan terdapat praktek monopoli yang tergolong pada persaingan tidak sehat, mengingat dua dari seluruh produsen minuman ringan di Indonesia yakni PT Coca-Cola Bottling Indonesia dan PT Sinar Sosro termasuk dalam sepuluh besar perusahaan minuman untuk segmen teh kemasan di dunia. PT Sinar Sosro bahkan mampu menjadi salah satu yang terbaik hanya dengan mengandalkan pasaran domestik.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur, perilaku dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia serta hubungan antara struktur pasar dan faktor-faktor lain dengan kinerjanya.

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPS, ASRIM (Asosiasi Industri Minuman Ringan), Departemen Perindustrian (Depperin), Perpustakaan IPB, serta berbagai media masa dan media elektronik yang berkaitan. Data yang digunakan merupakan data time seriesdari tahun 1980 sampai dengan tahun 2005.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar yang dimiliki oleh industri minuman ringan di Indonesia adalah struktur persaingan oligopoli sedang


(13)

dengan nilai rata-rata konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) adalah 44,08

persen.

Penetapan harga oleh suatu perusahaan dalam industri minuman ringan dipengaruhi oleh penetapan harga pesaingnya. Mengingat industri minuman ringan berada pada struktur persaingan oligopoli sedang bahkan cenderung bersifat longgar, maka perilaku konsumen masih diperhitungkan dalam menentukan harga. Hal ini terbukti dengan adanya produksi second brand product yaitu produk yang serupa dengan produk utama namun lebih murah dari segi harganya.

Tren fluktuasi nilai price cost margin(PCM) dan efisiensi internal (X-eff) cenderung meningkat dari tahun 1980 sampai tahun 2005. Fluktuasi PCM tergolong stabil dengan peningkatan dan penurunan yang tidak terlalu tajam, peningkatan mulai terlihat dari tahun 1984 sampai tahun 2000 dan cederung stabil pada tahun berikutnya hingga tahun 2005. Nilai X-eff pada awal 80-an cenderung menurun dan mulai meningkat sekitar tahun 1988. Pada tahun 1999, nilai X-eff melonjak tajam hingga menyentuh angka 132,51 persen untuk kemudian menurun kembali di tahun-tahun berikutnya. Sementara itu, fluktuasi nilai Growth sangat tajam sehingga variabel Growth tidak memiliki tren tertentu. Peningkatan dan penurunan terjadi secara tajam dari tahun ke tahun.

Dua dari empat variabel independen yang dirumuskan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependennya yaitu PCM. Kedua variabel tersebut adalah X-eff

dan Usaha dengan nilai koefisien masingmasing sebesar 0,320905 dan -0,087169. Sementara nilai CR4dan Growthtidak berpengaruh signifikan terhadap


(14)

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA

OLEH SUNENGCIH

H14052889

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009


(15)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Sunengcih

Nomor Registrasi Pokok : H14052889 Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr.Ir. Sri Mulatsih, M.Sc NIP. 19640529 198903 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D NIP. 19641023 198903 2 002


(16)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Agustus 2009

Sunengcih H14052889


(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sunengcih lahir pada tanggal 2 Maret 1987 di Indramayu, yang berada di Provinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak terakhir dari empat bersaudara, dari pasangan Sukardi dan Wartinah. Jenjang pendidikan penulis dimulai dari TK Ayu Pertiwi, lalu studi dilanjutkan ke sekolah dasar pada SDN Tukdana 1, lulus pada tahun 1999. Kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 1 Bangodua hingga lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi ke SMU Negeri 2 Cirebon, lulus tahun 2005.

Pada tahun 2005 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan.


(18)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia”. Topik ini dipilih karena perlu dianalisis apakah dalam struktur persaingan industri minuman ringan terdapat praktek monopoli yang tergolong pada persaingan tidak sehat, mengingat dua dari seluruh produsen minuman ringan di Indonesia yakni PT Coca-Cola Bottling Indonesia dan PT Sinar Sosro termasuk dalam sepuluh besar perusahaan minuman untuk segmen teh kemasan di dunia. PT Sinar Sosro bahkan mampu menjadi salah satu yang terbaik hanya dengan mengandalkan pasaran domestik. Oleh karena itu skripsi ini akan menggunakan metode Structure-Conduct-Performance (SCP) untuk melihat struktur, perilaku, dan kinerja industri minuman ringan dalam menjalankan kegiatan ekonominya. Disamping hal tersebut, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua, ketiga kakak beserta ketiga kakak ipar, serta kedua keponakan (Leo dan Alden) atas kasih sayang, doa serta dorongan motivasi yang sangat besar bagi penulis.

2. Dr. Ir. Sri Mulatsih, MSc yang telah banyak membantu dalam membimbing penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan.

3. Ir. Idqan Fahmi, M.Ec selaku penguji utama atas saran dan kritiknya demi perbaikan skripsi ini.

4. Tony Irawan, M.App.Ec selaku Komisi Pendidikan Departemen Ilmu Ekonomi atas saran dan kritiknya demi perbaikan skripsi ini.

5. Pak Ari Nugraha dan Pak Saman yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di BPS.


(19)

6. Aji atas kebersamaan, bantuan, serta dorongan motivasi yang sangat besar bagi penulis.

7. Luri, A130 (Iq, QQ, Ocha) dan The Gajah’ers (Penghuni Wisma gajah) atas motivasi, doa, keceriaan dan persahabatan.

8. Teman-teman IE 42 atas kebersamaan selama di IPB serta orang-orang terdekat yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan pada kata-kata yang penulis gunakan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2009

Sunengcih H14052889


(20)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR LAMPIRAN... vi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 8

2.1. Teori Ekonomi Industri... 8

2.2. Teori Structure-Conduct-Performance(SCP) ... 9

2.2.1. Struktur (Structure)... 11

2.2.2. Perilaku (Conduct)... 14

2.2.2.1. Strategi Produk ... 15

2.2.2.2. Strategi Harga ... 16

2.2.2.3. Stretegi Promosi ... 17

2.2.3. Kinerja (Performance)... 17

2.3. Hubungan Struktur dan Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja ... 18

2.4. Penelitian Terdahulu ... 19

2.5. Kerangka Pemikiran ... 20

2.6. Hipotesis Penelitian ... 23

III. METODE PENELITIAN... 24

3.1. Jenis dan Sumber Data... 24

3.2. Metode Analisis Data... 24


(21)

3.3.1. Pangsa Pasar ... 25

3.3.2. Konsentrasi Pasar... 25

3.4. Analisis Perilaku Pasar ... 26

3.5. Analisis Kinerja Pasar... 26

3.6. Hubungan Struktur dan Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja ... 27

3.7. Uji Statistika dan Ekonometrika ... 28

3.7.1. Uji R-Squared (R2) ... 29

3.7.2. Uji F ... 30

3.7.3. Uji t ... 30

3.7.4. Uji Normalitas ... 31

3.7.5. Uji Multikolinearitas... 31

3.7.6. Uji Autokorelasi... 32

3.7.7. Uji Heteroskedastisitas ... 32

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MINUMAN RINGAN ... 34

4.1. Definisi Minuman Ringan ... 34

4.2. Perkembangan Industri Minuman Ringan ... 37

4.3. Profil Beberapa Perusahaan dalam Indusrtri Minuman Ringan ... 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... 43

5.1. Analisis Struktur Industri Minuman Ringan... 43

5.2. Analisis Perilaku Industri Minuman Ringan ... 45

5.2.1. Strategi Produk ... 45

5.2.2. Strategi Harga ... 48

5.2.3. Strategi Promosi... 50

5.3. Analisis Kinerja Industri Minuman Ringan... 53

5.4. Hasil Analisis Hubungan Struktur dan Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja ... 56

5.4.1. Uji R-Squared (R2) ... 57

5.4.2. Uji F ... 57

5.4.3. Uji t ... 57

5.4.4. Uji Normalitas ... 58


(22)

5.4.6. Uji Autokorelasi... 59 5.4.7. Uji Heteroskedastisitas ... 60 5.4.8. Hubungan Struktur dan Faktor Lain yang Mempengaruhi

Kinerja... 60 VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 63 6.1. Kesimpulan ... 63 6.2. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN... 67


(23)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar

Harga Konstan 2000 Tahun 2004 sampai 2008... 2 1.2. Indikator Gaya Hidup ... 3 2.1. Tipe-tipe Pasar Berdasarkan Kondisi Utama ... 12 2.2. Tipe Pasar mulai dari Monopoli Murni sampai Persaingan Murni... 13 2.3. Karakteristik pada Daur Hidup suatu Produk ... 16 5.1. Hasil Regresi Model... 56 5.2. Matriks Korelasi antar Variabel Independen ... 59 5.3. Hasil Uji Autokorelasi ... 59 5.4. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 60


(24)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Hubungan Struktur, Perilaku, dan Kinerja... 10 2.2. Bagan Kerangka Pemikiran ... 22 5.1. Fluktuasi Nilai CR4... 44

5.2. Fluktuasi PCM, Growth, dan X-eff...53 5.3. Grafik Hasil Uji Normalitas... 58


(25)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Output dan Jumlah Perusahaan dalam Industri Minuman

Ringan Indonesia Tahun 1980 – 2005 ... 68 2. CR4Industri Minuman Ringan Tahun 1980 – 2005 ... 69

3. PCM, Growth, dan X-Eff Industri Minuman Ringan

di Indonesia Tahun 1980 – 2005... 70 4. Hasil Output Komputer... 71 5. Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan 2000

Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2004 sampai 2008... 72 6. Indikator Gaya Hidup ... 73


(26)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari nilai pendapatan nasional negara tersebut yang dipengaruhi oleh berbagai sektor usaha ada didalamnya. Salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi suatu sektor usaha terhadap pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Kondisi perekonomian Indonesia pada tahun 2008 mengalami pertumbuhan sebesar 6,1 persen dibandingkan tahun 2007. Nilai PDB pada tahun 2008 mencapai 2.082,1 triliun rupiah, sedangkan pada tahun 2007 nilai PDB adalah sebesar 1.963,1 triliun rupiah (BPS, 2009).

Industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan sumbangan cukup besar pada PDB Indonesia. Pada tahun 2008, sektor industri pengolahan menyumbang sebesar 557.765,6 miliar rupiah atau sebesar 27,9 persen terhadap PDB (Tabel 1.1).

Industri pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu industri pengolahan minyak dan gas (migas) serta industri pengolahan non minyak dan gas (non migas). Pada tahun 2008, sumbangan terbesar bagi industri pengolahan berasal dari subsektor industri pengolahan non migas, yaitu sebesar 510.101,7 miliar rupiah atau sebesar 91,45 persen dari seluruh pendapatan industri pengolahan. Subsektor non migas sendiri dikelompokkan menjadi beberapa industri tertentu dimana pada tahun 2008 industri makanan, minuman dan


(27)

tembakau memberikan sumbangan terbesar yaitu 139.921,9 miliar rupiah atau setara 6,7 persen dari nilai PDB (Tabel 1.1).

Tabel 1.1. Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2008

Lapangan Usaha PDB (Miliar Rupiah) 2008

Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 284.337,8

Pertambangan dan penggalian 172.300,0

Industri pengolahan 557.765,6

a.Industri pengolahan minyak dan gas 47.663,9 b.Industri pengolahan non minyak dan gas 510.101,7

Listrik, gas dan air minum 14.993,7

Bangunan 130.815,7

Perdagangan, hotel dan restoran 363.314,0

Transportasi dan komunikasi 166.076,8

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaaan 198.799,6

Jasa-jasa 193.700,5

Total 2.082.103,7

Sumber: Lampiran 5

Volume kebutuhan makanan dan minuman di Indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan kenaikan ini disebabkan oleh faktor demografi dan perkembangan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dan pertumbuhannya pun cukup signifikan. Kebutuhan masyarakat akan makanan dan minuman pun turut meningkat seiring dengan pertambahan penduduk sehingga industri ini masih dapat terus dikembangkan.

Perkembangan jaman, teknologi, dan perekonomian membuat pola hidup masyarakat dalam berkonsumsi turut berubah. Kepraktisan merupakan hal penting yang menjadi pertimbangan dalam berkonsumsi. Produk-produk yang bersifat siap saji mulai diminati di pasar, salah satunya adalah minuman ringan.

Tabel 1.2 tentang indikator gaya hidup dapat menunjukkan besarnya pengeluaran masyarakat untuk mengkonsumsi minuman ringan baik berdasarkan


(28)

jumlah liter minuman ringan yang dikonsumsi maupun dalam jumlah dana yang dikeluarkan konsumen untuk mengkonsumsi minuman ringan. Pada tahun 2005, jumlah minuman ringan yang dikonsumsi adalah sebanyak 13.088 juta liter, jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya hingga pada tahun 2008 jumlah minuman ringan yang dikonsumsi adalah sebanyak 17.410 juta liter.

Sementara jika dilihat dari jumlah dana yang dikeluarkan masyarakat untuk mengkonsumsi minuman ringan pada tahun 2005 sebesar 19.898 miliar rupiah dan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun hingga mencapai 24.797 miliar rupiah pada tahun 2008. Angka indikator pada tahun 2009 merupakan angka perkiraan mengingat data tahun 2009 tersebut belum tersedia karena 2009 merupakan tahun berjalan saat perhitungan dilakukan.

Tabel 1.2. Indikator Gaya Hidup

Variabel Tahun

2005 2006 2007 2008 2009*

Minuman ringan

(juta liter) 13.088 14.491 15.844 17.410 19.289 Minuman ringan

(Miliar rupiah) 19.898 21.558 23.080 24.797 26.665 Sumber : Lampiran 6

Catatan: (*: perkiraan)

Berbagai jenis dan merek minuman ringan mulai bermunculan dan bersaing ketat sebagai dampak dari terus meningkatnya konsumsi minuman ringan seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Industri minuman ringan pun semakin banyak diminati oleh para pengembang usaha yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah perusahaan serupa yang masuk pasar sehingga persaingan antar industri minuman ringan, baik produsen lokal maupun perusahaan multinasional semakin meningkat. Setiap perusahaan akan


(29)

menetapkan strategi tertentu seperti strategi produk, strategi harga, strategi promosi, dan sebagainya dalam memasarkan produknya. Inovasi produk pun bermunculan dalam menghadapi persaingan antar produsen minuman ringan, diantaranya inovasi dalam rasa dan kemasan.

Persaingan antar perusahaan tersebut dapat berpengaruh pada kinerja industri minuman ringan. Tingkat keefisienan suatu industri pada teorinya akan meningkat seiring dengan terjadinya peningkatan dalam persaingan antar perusahaan dalam industri tersebut. Variabel keuntungan perusahaan merupakan salah satu indikator dari tingkat keefisienan suatu usaha, dimana setiap perusahaan akan berusaha meningkatkan keuntungannya agar dapat bertahan dalam industri tersebut.

Jika dilihat dari potensinya, Indonesia seharusnya bisa mengembangkan industri minuman ringan dengan menggunakan kekuatan lokal. Namun sampai saat ini, pangsa pasar minuman ringan masih dikuasai oleh perusahaan multinasional yaitu PT Coca-Cola Bottling Indonesia yang memproduksi minuman ringan berkarbonasi serta minuman ringan tanpa karbon seperti teh siap saji dan minuman sari buah. Perlu ditelusuri mengapa perusahaan multinasional tersebut dapat memimpin pangsa pasar dalam industri minuman ringan. Oleh karena itulah skripsi ini akan menggunakan metode Structure-Conduct-Performance (SCP) untuk melihat bagaimanakah struktur, perilaku, dan kinerja industri minuman ringan dalam menjalankan kegiatan ekonominya.


(30)

1.2. Perumusan Masalah

Industri minuman ringan sedang berkembang pesat serta menimbulkan ketatnya persaingan antar perusahaan dalam industri. Persaingan tersebut dapat berbentuk persaingan sehat ataupun kurang sehat yang bersifat menjatuhkan dan mengintimidasi pihak lawan. Persaingan yang tidak sehat dapat berupa praktek monopoli, adanya hambatan untuk masuk pasar (barrier to entry), dan sebagainya.

PT Coca-Cola Bottling Indonesia dan PT Sinar Sosro adalah penguasa pasar minuman ringan di Indonesia. Menurut data Beverage Market Development Tetra Pack, kedua perusahaan tersebut termasuk sepuluh besar perusahaan dalam industri minuman teh kemasan di dunia pada tahun 2005. Berikut adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk sepuluh besar yaitu Unilever Group, Kirin Brewery Co, Nestle SA, Suntory Ltd, Ito En Ltd, Asahi Breweries, Coca Cola Co, Uni-President, Ting Hsin Intl, dan terakhir PT Sinar Sosro. Pernyataan tersebut sangat menarik mengingat pada posisi kesepuluh adalah PT Sinar Sosro. Walaupun berada di posisi paling akhir dalam top ten produsen minuman teh kemasan, PT Sinar Sosro cukup menonjol mengingat perusahaan-perusahaan lain memasarkan produknya di pasaran internasional sementara PT Sinar Sosro hanya menjual produknya di Indonesia.

Perlu dianalisis apakah dalam struktur persaingan industri minuman ringan terdapat praktek monopoli yang tergolong pada persaingan tidak sehat, mengingat dua dari seluruh produsen minuman ringan di Indonesia termasuk dalam sepuluh besar perusahaan minuman untuk segmen teh kemasan di dunia. Salah satu


(31)

diantaranya bahkan mampu menjadi yang terbaik hanya dengan mengandalkan pasaran domestik.

Dari penjelasan di atas dapat diambil beberapa perumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Bagaimana struktur pasar industri minuman ringan di Indonesia?

2. Bagaimana perilaku perusahaan yang ada dalam industri minuman ringan di Indonesia?

3. Bagaimana kinerja industri minuman ringan di Indonesia?

4. Bagaimana hubungan antara struktur pasar dan faktor-faktor lain dengan kinerja minuman ringan di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi yang terjadi pada industri minuman ringan di Indonesia. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan spesifik dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Struktur pasar industri minuman ringan di Indonesia. 2. Perilaku industri minuman ringan di Indonesia. 3. Kinerja industri minuman ringan di Indonesia.

4. Hubungan antara struktur pasar dan faktor-faktor lain dengan kinerja industri minuman ringan di Indonesia.


(32)

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini adalah agar dapat memberikan informasi mengenai kondisi pada industri minuman ringan di Indonesia. Manfaat penelitian ini secara lebih khusus adalah sebagai berikut :

1. Bagi para pelaku pasar, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu literatur atau rujukan dalam menganalisis industri minuman ringan di Indonesia.

2. Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai proses belajar dalam menganalisis suatu masalah dan tentunya memberi tambahan ilmu pengetahuan serta membuka pemahaman untuk mencari jawaban atas perumusan masalah.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan dibatasi mengenai produk minuman ringan berdasarkan kode ISIC 5 dijit dengan nomor 31340 yang berubah menjadi kode ISIC nomor 15540 sejak revisi tahun 1998. Data yang digunakan adalah data yang berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS) periode tahun 1980 sampai tahun 2005 serta data yang berasal dari sumber-sumber terkait lainnya. Selain itu, penelitian ini hanya terbatas pada kondisi usaha domestik.


(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Teori Ekonomi Industri

Ekonomi Industri merupakan suatu keahlian khusus dalam ilmu ekonomi yang menjelaskan tentang perlunya pengorganisasian pasar dan bagaimana pengorganisasian pasar ini dapat mempengaruhi cara kerja pasar industri. Ekonomi industri menelaah struktur pasar dan perusahaan yang secara relatif lebih menekankan kepada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur, perilaku, dan kinerja pasar (Jaya, 2001).

Menurut Hasibuan (1993), pengertian industri dibagi menjadi dua. Pertama, pengertian industri dalam lingkup mikro yaitu kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen atau barang-barang bersifat saling menggantikan. Kedua, pengertian industri dalam lingkup makro adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah.

Organisasi industri adalah suatu ilmu yang khusus dalam ekonomi, yang dapat membantu dalam menjelaskan mengapa sebuah pasar tersusun dan terorganisir, serta apa dampak dari organisasi yang demikian terhadap perilaku perusahaan yang muncul dalam pasar (Clarkson dan Le Roy 1983 dalam Lestari 2006).

Menurut Dumairy (2000), industri mempunyai dua pengertian. Pertama, industri merupakan gabungan dari beberapa perusahaan sejenis. Dalam konteks penelitian ini, industri minuman ringan adalah sekelompok perusahaan yang


(34)

menghasilkan produk sejenis yaitu minuman ringan. Kedua, industri diartikan sebagai sebuah sektor ekonomi dengan kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dengan pengolahan yang bersifat mesinal, elektrikal, ataupun manual.

2.2. Teori Structure-Conduct-Performance(SCP)

Untuk lebih memahami organisasi industri minuman ringan diperlukan pengetahuan tentang teori dalam ekonomi industri. Teori-teori yang terdapat dalam ekonomi industri menekankan pada studi empiris dari faktor-faktor yang mempengaruhi struktur pasar (structure), perilaku (conduct), dan kinerja (performance) sehingga tercapai tingkat efisiensi bagi perusahaan, industri, serta perekonomian nasional secara keseluruhan (Jaya, 2001). Konsep dan teori yang diuraikan ini dikenal dengan teori Structure-Conduct-Performance (SCP).

Menurut Mason (1939) dan Bain (1956) dalam Alistair (2004), ajaran dasar pendekatan SCP adalah kinerja ekonomi suatu industri yaitu suatu fungsi dari perilaku pembeli dan penjual yang selanjutnya menyangkut fungsi struktur industri. Kinerja ekonomi diukur dengan derajat maksimalisasi kesejahteraan. Perilaku mengacu pada aktivitas penjual dan pembeli dalam industri. Aktivitas penjual meliputi pemanfaatan dan instalasi kapasitas, kebijakan promosi dan harga, riset dan pengembangan, dan berkompetisi atau kerjasama antar perusahaan. Struktur industri meliputi variabel jumlah dan ukuran pembeli dan penjual, teknologi, derajat diferensiasi, integrasi vertikal dan hambatan keluar masuk pasar (Scherer, 1974).


(35)

Gambar 2.1. Hubungan Struktur, Perilaku, dan Kinerja Sumber : Diolah dari Hasibuan (1993) dan Jaya (2001)

Struktur (Structure)

Jumlah pembeli Kondisi penjual Diferensiasi produk Struktur biaya Hambatan masuk Integrasi vertikal Diversifikasi Skala ekonomi

Perilaku (Conduct)

Strategi harga Tingkat kerjasama Strategi produk Advertensi

Strategi promosi Riset dan inovasi

Kinerja (Performance) Efisiensi Pemerataan Pertumbuhan Keuntungan Kemajuan teknologi Kesempatan kerja


(36)

2.2.1. Struktur (Structure)

Struktur pasar didefinisikan sebagai jumlah penjual dan pembeli serta besarnya pangsa pasar (market share) yang ditentukan oleh adanya diferensiasi produk, serta dipengaruhi oleh keluar masuknya pendatang atau pesaing (Greer, 1992). Sementara menurut Jaya (2001), struktur pasar menunjukkan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan.

Struktur industri biasanya dijelaskan oleh ukuran distribusi perusahaan dalam pasar. Terdapat ukuran-ukuran utama yang biasa diperhatikan dalam struktur pasar yaitu pangsa pasar (market share), konsentrasi pasar, dan hambatan masuk pasar. Struktur pasar penting karena akan menentukan perilaku perusahaan yang kemudian akan menentukan kinerja perusahaan.

a. Pangsa Pasar

Pangsa pasar adalah ukuran relatif dari sebuah perusahaan melalui perbandingan antara hasil penjualan dengan total penjualan industri keseluruhan. Konsep pangsa pasar adalah persentase pangsa dari suatu perusahaan terhadap total industri dalam pasar yang berkisar antara 0 sampai 100 persen (Jaya, 2001). Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator untuk melihat adanya kekuatan pasar yang menjadi indikator seberapa pentingnya perusahaan tersebut dalam pasar.

Pangsa pasar merupakan salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan oleh suatu perusahaan karena secara umum terdapat korelasi yang positif antara pangsa pasar dengan profitabilitas atau keuntungan. Perusahaan dengan pangsa


(37)

pasar lebih baik akan mendapatkan keuntungan dari penjualan produk atau kenaikan harga sahamnya sehingga dapat dikatakan bahwa pangsa pasar merupakan tujuan atau motivasi suatu perusahaan.

Tabel 2.1. Tipe-tipe Pasar Berdasarkan Kondisi Utama

Ciri-ciri Monopoli Perusahaan

Dominan Oligopoli Persaingan Monopolistik Persaingan Murni Kondisi Utama Memiliki 100% pangsa pasar Menguasai 50-100% pangsa pasar tanpa pesaing ketat

Gabungan beberapa perusahaan terkemuka yang pangsa

pasarnya 60-100%

Banyak pesaing yang efektif, tidak satupun memiliki lebih dari 10% pangsa pasar

Lebih dari 50 pesaing yang tidak satupun memiliki pangsa pasar yang berarti Indeks Hirschman-Herfindahl (IHH)

IHH = 1 0.25<IHH<1 0.01<IHH<0.18 0.01<IHH<0.1 IHH<0.01

Jumlah

Produsen Satu Banyak Sedikit Banyak

Sangat banyak Entry/Exit

Barrier

Sangat

tinggi Tinggi Tinggi Rendah

Sangat rendah Tipe Produk Heterogen Heterogen Homogen atau

Heterogen Heterogen Homogen Kekuasaan

Menentukan

Sangat

besar Relatif Relatif Sedikit Tidak ada

Persaingan

selain Harga Tidak ada Besar Besar Besar Tidak ada

Informasi Sangat terbatas

Cukup

terbuka Terbatas Cukup terbuka Terbuka Profit Berlebih Berlebih Agak berlebih Normal Normal Efisiensi Kurang

baik Kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik

Sumber : Diolah dari Hasibuan (1993) dan Jaya (2001)

Perusahaan dengan pangsa pasar 100 persen memiliki kekuatan monopoli yang artinya perusahaan tersebut dapat menentukan harga produk yang dijual serta memiliki keleluasaan untuk mengatur pemasaran produknya karena tidak ada pesaing lain dalam industri tersebut. Perusahaan dengan pangsa pasar 50 sampai 100 persen dikatakan sebagai perusahaan dominan dimana terdapat beberapa pesaing namun jumlahnya tidak terlalu banyak.


(38)

Persaingan monopolistik dan persaingan murni adalah jenis-jenis persaingan yang banyak terjadi di pasar dimana setiap perusahaan memiliki tak lebih dari 10 persen pangsa pasar dan terdapat banyak pesaing sehingga tidak ada suatu perusahaan dominan dan mereka tidak bisa menentukan harga pasar, posisinya hanya sebagai price taker(penerima harga).

b. Konsentrasi Pasar

Konsentrasi (pemusatan) merupakan tingkat oligopoli dimana kombinasi pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan oligopoli tersebut membentuk suatu tingkatan pemusatan dalam pasar. Penerimaan rata-rata industri yang terkonsentrasi akan lebih tinggi daripada penghasilan dari jenis industri yang kurang terkonsentrasi.

Tabel 2.2. Tipe Pasar mulai dari Monopoli Murni sampai Persaingan Murni

Tipe Pasar Kondisi Utama

Monopoli Murni Perusahaan menguasai 100 persen pangsa pasar. Perusahaan yang

Dominan

Perusahaan minimal menguasai 50 persen sampai dengan 100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing kuat.

Oligopoli Ketat Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 60 persen sampai dengan 100 persen.

Oligopoli Sedang Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar 40 persen sampai dengan 60 persen.

Oligopoli Longgar Penggabungan empat perusahaan terkemuka yang memiliki pangsa pasar dibawah 40 persen.

Persaingan Monopolistik

Banyak pesaing yang efektif dan tidak ada satupun yang memiliki pangsa pasar lebih dari 10 persen.

Persaingan Murni Terdapat lebih dari 50 pesaing dan tidak ada satupun yang memiliki pangsa pasar berarti.


(39)

Pengertian konsentrasi sangat erat hubungannya dengan pangsa pasar dari perusahaan-perusahaan yang ada dalam suatu industri. Hal ini dapat dimaklumi karena konsentrasi adalah besarnya pangsa pasar yang dikuasai oleh perusahaan relatif terhadap pangsa pasar total yang biasanya diambil dari pangsa pasar perusahaan terbesar di dalam industri dimana perusahaan-perusahaan tersebut berada. Semakin besar pangsa pasar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan tersebut relatif terhadap pasar total, maka dapat dikatakan bahwa industri tersebut mempunyai tingkat konsentrasi yang tinggi.

2.2.2. Perilaku (Conduct)

Perilaku pasar yang dimaksud adalah pola tanggapan dan penyesuaian yang dilakukan suatu perusahaan di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Perilaku pasar terkait dengan tindakan apa yang harus dilakukan suatu perusahaan dalam menghadapi pesaingnya terhadap harga, tingkat produksi, kualitas produk, tindakan promosi, dan hal penting lainnya yang berkaitan dengan kegiatan operasional perusahaan (Greer, 1992).

Sedangkan menurut Hasibuan (1993), perilaku adalah tanggapan dan penyesuaian suatu industri didalam pasar dalam mencapai tujuannya. Dari kedua pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa conduct adalah perilaku suatu perusahaan dalam menghadapi persaingan dalam harga, tingkat produksi, kualitas produk, dan promosi. Untuk menunjukkan perilaku dapat juga dilihat dari penentuan harga, apakah secara mandiri atau dengan melakukan kolusi dengan


(40)

perusahaan lainnya. Promosi dalam hal ini berupa iklan yaitu salah satu upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan pangsa pasar.

2.2.2.1. Strategi Produk

Strategi produk harus mengikuti perkembangan produk tersebut mengingat adanya siklus produk yang menempatkan perkembangan produk pada fase-fase tertentu. Siklus produk diawali dengan perkenalan dimana suatu produk belum mempunyai jati diri dan belum dikenal konsumen. Strategi yang patut dilakukan pada tahap perkenalan adalah dengan melakukan penelitian dan riset untuk mengetahui reaksi konsumen serta mengembangkan produk sesuai kondisi pasar.

Tahapan berikutnya adalah pertumbuhan yang ditandai dengan mulai stabilnya produk sehingga perusahaan perlu melakukan penentuan kapasitas produksi di masa yang akan datang, selain itu perusahaan juga harus siap mengantisipasi kenaikan perminntaan barang dari pasar dengan cara menambah kapasitas produksi.

Produk pada tahap kedewasaan berpotensi memunculkan hadirnya produk serupa dari pesaing-pesaing. Perusahaan harus mampu mempertahankan kapasitas produksi dengan cara melakukan inovasi agar tidak kehilangan pasar serta peningkatan pengawasan terhadap produk dan proses produksinya.

Tahap terakhir dalam siklus produk adalah terjadinya penurunan penjualan. Pengambilan keputusan yang tegas dari perusahaan penting dilakukan karena jika kondisi penurunan terus berlanjut maka akan berdampak pada keberlangsungan hidup perusahaan.


(41)

Tabel 2.3. Karakteristik pada Daur Hidup suatu Produk Siklus

Kategori

Pengenalan Pertumbuhan Kedewasaan Penurunan Penjualan Rendah Naik cepat Naik perlahan Menurun

Laba Kecil Tinggi Menurun Rendah atau nol

Arus Kas Negatif Sedang Tinggi Cenderung

rendah

Pelanggan Coba-coba Masal Masal Mulai berkurang

Pesaing Sedikit Bertumbuh Banyak

Pesaing

Berkurang Biaya

pemasaran

Tinggi Tinggi mulai menurun

Merosot Rendah

Harga Tinggi Rendah Paling Rendah Mulai naik

Desain produk

Dasar Disempurnakan Differensiasi Rasionalisasi Sumber : Jaya (2001)

2.2.2.2. Strategi Harga

Kemungkinan penentuan harga oleh perusahaan menurut Burgess dalam Hasibuan (1993) ada tiga macam :

 Menyepakati harga jual yang sama dengan pesaingnya, menguntungkan bagi perusahaan karena kondisi persaingan cenderung aman namun merugikan konsumen karena harga yang ditetapkan mungkin telalu tinggi.

 Menentukan harga yang terendah agar dapat menghancurkan pesaingnya

 Memperlambat laju pemunculan produk baru jika terdapat derajat diferensiasi, hal ini dilakukan untuk mengurangi resiko.


(42)

2.2.2.3. Strategi Promosi

Strategi promosi dilakukan untuk meningkatkan jumlah penjualan dari suatu perusahaan. Beberapa strategi yang biasa digunakan oleh perusahaan dalam mempromosikan produknya adalah dengan memberikan diskon atau potongan harga, mengadakan obral, dan yang cukup berperan penting adalah iklan.

Diskon atau potongan harga dilakukan untuk menarik minat beli masyarakat dan biasanya dilakukan saat menjelang adanya perayaan khusus, misalnya hari raya. Obral lebih bertujuan untuk menghabiskan stok barang lama yang ada di gudang, oleh karena itu obral biasa dilakukan pada akhir tahun atau akhir periode tertentu. Iklan adalah strategi yang cukup berperan dalam proses penjualan produk. iklan memiliki dua sifat yaitu informasional dan persuasif. Dengan kata lain iklan memberikan informasi tentang suatu produk kepada konsumen sekaligus mengajak atau mempengaruhi konsumen untuk membeli produk tersebut.

2.2.3. Kinerja (Performance)

Kinerja pasar dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang disesuaikan dengan struktur dan perilaku pasar dengan tujuan akhir memperoleh keuntungan. Selain itu,tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dalam hal kinerja adalah efisiensi, inovasi, atau kualitas produk yang lebih baik karena berkembangnya teknologi, serta distribusi yang merata (Shepherd, 1990).

Menurut Jaya (2001), tujuan kinerja ada 4, yaitu:  Efisiensi dalam pengalokasian sumberdaya


(43)

 Kemajuan teknologi dan penggunaanya  Keseimbangan dalam distribusi

 Dimensi lain berupa kebebasan individu dalam memilih, keamanan dari bahaya yang mengancam dan keanekaragaman budaya yang ada

2.3. Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja.

Keterkaitan antara struktur, perilaku, dan kinerja yang saling berinteraksi mempengaruhi proses alokasi hasil produksi kepada masyarakat secara efektif dan efisien. Hubungan antara struktur, perilaku, dan kinerja ini bukan hanya bersifat searah, tetapi dapat berhubungan timbal balik. Keterangannya adalah sebagai berikut :

 Struktur mempengaruhi perilaku (semakin rendah konsentrasi, semakin tinggi tingkat persaingan di pasar)

 Perilaku mempengaruhi kinerja (semakin tinggi tingkat kompetisi, semakin rendah market power atau semakin rendah keuntungan perusahaan)

 Struktur mempengaruhi kinerja (semakin rendah tingkat konsentrasi pasar, semakin rendah pula tingkat kolusi atau semakin tinggi tingkat kompetisi, dan market power pun semakin rendah)

Hubungan antara struktur pasar dan kinerja industri dapat dijelaskan dengan tiga macam hipotesis. Pertama, traditional hypothesis yang menjelaskan bahwa adanya hubungan yang positif antara konsentrasi industri dengan


(44)

profitabilitas. Kedua, efficient structure hypothesis yang menyatakan bahwa konsentrasi industri tidak terjadi secara acak, melainkan lebih merupakan hasil dari efisiensi perusahaan. Ketiga, product differentiation yang menyebutkan bahwa besarnya pangsa pasar disebabkan oleh adanya diferensiasi produk.

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang ekonomi industri dengan menggunakan kerangka analisis SCP sudah umum digunakan. Menurut pendekatan SCP, struktur pasar akan menentukan perilaku perusahaan yang selanjutnya akan menentukan kinerja pasar baik industri ataupun perusahaan.

Andiani (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Susu Indonesia. Metode yang digunakan adalah pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) dan Metode Kuadrat Terkecil (OLS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industri susu memiliki struktur oligopoli ketat.

Winsih (2007) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia. Metode yang digunakan dalam penelitiannya adalah pendekatan Structure Conduct Performance (SCP) untuk menganalisis struktur, perilaku, dan kinerja industri manufaktur dan pendekatan panel data untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja industri manufaktur Indonesia. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa industri manufaktur Indonesia mempunyai struktur pasar oligopoli yang tingkatannya bervariasi, dan hasil analisis panel data menunjukkan bahwa variabel


(45)

yang berpengaruh terbesar pada PCM adalah produktifitas dan efisiensi X, sedangkan variabel CR4, growth, ekspor, dan impor tidak signifikan pada

peningkatan keuntungan.

Sarifah (2007) melakukan penelitian pada Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dengan judul Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) di Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa struktur pasar pada industri AMDK sampai saat ini cenderung mengarah pada struktur oligopoli longgar. Perilaku industri AMDK pada strategi harga menciptakan second brand yaitu produk lapis kedua yang harganya lebih murah dibanding produk pertama. Kinerja industri AMDK dapat dilihat dari nilai X-eff yang mencerminkan kemampuan industri untuk meminimumkan jumlah biaya input yang digunakan untuk proses produksi dikelola dengan baik.

2.5. Kerangka Pemikiran

Skripsi ini akan membahas tentang industri minuman ringan di Indonesia yang sedang berkembang saat ini. Pertumbuhan industri minuman ringan ini dipengaruhi oleh tiga faktor. Pertama, faktor pola konsumsi dan permintaan minuman ringan dimana masyarakat modern yang cenderung menghargai waktu mulai mementingkan kepraktisan dalam mengkonsumsi makanan dan minuman sehingga permintaan akan minuman ringan yang merupakan produk siap saji semakin meningkat.


(46)

Kedua, pertumbuhan jumlah penduduk. Setiap tahunnya jumlah penduduk akan terus bertambah sehingga kebutuhan masyarakat akan makanan dan minuman sebagai bahan konsumsi pokok dalam hidup pun turut bertambah dan pada akhirnya mendorong tumbuhnya produsen-produsen minuman baru untuk memenuhi peningkatan kebutuhan tersebut.

Ketiga, faktor globalisasi, pasar bebas, dan kemajuan teknologi yang menyangkut terciptanya kondisi persaingan tanpa adanya hambatan berarti dalam memasuki suatu industri serta pengembangan teknologi-teknologi baru yang dapat mempermudah proses produksi. Hal tersebut tentunya mendorong tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru dalam industri minuman ringan.

Perkembangan industri minuman tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan teori SCP yang akan menganalisis struktur, perilaku, dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia. Struktur dapat dianalisis melalui pangsa pasar dan konsentrasi. Perilaku dianalisis secara deskriptif melalui strategi harga, produk, dan promosi. Sementara kinerja dianalisis melalui price cost margin (PCM), efisiensi internal, dan Growth.

Struktur akan berdampak pada perilaku dan perilaku akan turut mempengaruhi kinerja. Oleh karena itulah kinerja akan dianalisis secara lebih mendalam dengan melihat hubungan dari struktur serta faktor-faktor lainnya yang dapat mempengaruhi kinerja. PCM yang mencerminkan keuntungan dari suatu industri dipilih sebagai variabel yang mewakili kinerja. Variabel konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) dipilih untuk mewakili struktur, sementara


(47)

(X-eff), pertumbuhan output (Growth), dan jumlah perusahaan dalam industri minuman ringan di Indonesia (Usaha).

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pemikiran Pola Konsumsi

Dan Pemintaan

Minuman Ringan

Globalisasi, Pasar Bebas, dan

Kemajuan Teknologi Pertumbuhan

Jumlah Penduduk

Industri Minuman

Ringan

Kinerja: a.PCM b.Efisiensi c.Growth Struktur:

a.Pangsa Pasar b.Konsentrasi

Perilaku: a.Harga b.Produk c.Promosi


(48)

2.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Struktur industri minuman ringan di Indonesia merupakan struktur pasar oligopoli.

2. Konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) berpengaruh positif

terhadap PCM

3. Efisiensi internal (X-eff) berpengaruh positif pada PCM

4. Pertumbuhan output (Growth) berpengaruh positif terhadap PCM 5. Jumlah perusahaan (Usaha) berpengaruh positif terhadap PCM


(49)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari BPS, ASRIM (Asosiasi Industri Minuman Ringan), Departemen Perindustrian (Depperin), Perpustakaan IPB, serta berbagai media masa dan media elektronik yang berkaitan. Data yang digunakan merupakan data time seriesdari tahun 1980 sampai dengan tahun 2005.

3.2. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan memberikan gambaran dari hasil penelitian maupun secara kuantitatif dengan melihat pengaruh variabel-variabel yang saling berhubungan. Metode deskriptif digunakan untuk menganalisis perilaku industri minuman ringan di Indonesia. Sementara metode kuantitatif adalah dengan menggunakan pendekatan SCP, serta pendekatan Ordinary Least Lquare (OLS) untuk menganalisis hubungan antara struktur dan kinerja industri minuman ringan.

3.3. Analisis Struktur Pasar

Struktur industri yang digunakan untuk menganalisis seberapa jauh konsentrasi perusahaan terbesar dalam industri minuman ringan di Indonesia.


(50)

3.3.1. Pangsa Pasar

Pangsa pasar perusahaan berkisar antara 0 sampai 100 persen dari total penjualan seluruh pasar.

msi =ࡿ ࢚ ࢕ ࢚ࡿ ࢏ x 100%

Dimana:

msi : pangsa pasar perusahaan i (persen)

Si : penjualan perusahaan i (juta rupiah)

Stot : Penjualan total seluruh perusahaan (juta rupiah)

3.3.2. Konsentrasi Pasar

Rasio konsentrasi yang umum digunakan adalah CR4, yang menunjukkan pangsa pasar empat perusahaan terbesar dalam industri yang dirumuskan sebagai berikut :

CR4= ෍msi ସ ୧ ୀ ଵ

Dimana :

CR4 : rasio konsentrasi sebanyak m perusahaan (%)

msi : pangsa pasar perusahaan i (persen)

Berdasarkan analisis struktur dalam ekonomi industri, struktur industri dikatakan berbentuk oligopoli bila empat perusahaan terbesar menguasai minimal 40 persen pangsa pasar penjualan dari industri yang bersangkutan (Kuncoro, 2002).


(51)

3.4. Analisis Perilaku Pasar

Perilaku industri minuman ringan di Indonesia dianalisis secara mendalam dan obyektif dengan menggunakan analisis deskriptif yang berdasarkan observasi atas data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui survei dan penelitian kepustakaan.

Observasi dilakukan dengan mengamati tiga komponen dalam perilaku industri minuman ringan di Indonesia, yaitu:

1. Persaingan harga jual antar perusahaan dalam industri minuman ringan.

2. Jenis produk yang ditawarkan. 3. Promosi penjualan barang.

3.5. Analisis Kinerja Pasar

Analisis kinerja industri pada penelitian ini dilakukan menggunakan analisis price cost margin (PCM), efisiensi internal (X-eff) dan pertumbuhan output (Growth).

PCM dinyatakan sebagai indikator kemampuan perusahaan untuk meningkatkan harga di atas biaya produksi. PCM juga dapat diidentifikasikan sebagai persentase keuntungan dari kelebihan penerimaan atas biaya langsung. Tingkat PCM yang tinggi pada umumnya dapat tercipta jika terdapat rasio konsentrasi pasar yang tinggi.

PCM = Nilai tambah-upah


(52)

Efisiensi internal menunjukkan kemampuan perusahaan dalam suatu industri untuk menekan biaya produksi. Semakin efisien suatu perusahaan maka semakin besar pula keuntungan yang dapat diperoleh. Untuk mengukur tingkat efisiensi internal adalah dengan membagi nilai tambah dan nilai input industri tersebut.

X-eff= Nilai tambah industri

Nilai input × 100%

Variabel pertumbuhan output (Growth) juga dapat mempengaruhi kinerja industri karena dapat menunjukkan permintaan pasar. Growth dapat ditentukan dengan cara membagi selisih antara output pada tahun ke-i dan output tahun sebelumnya dengan output tahun sebelumnya.

Growth= Nilai barang dihasilkan tahun t – nilai barang dihasilkant-1

Nilai barang dihasilkan tahunt-1 × 100%

3.6. Hubungan Struktur dan Faktor-Faktor Lain yang Mempengaruhi Kinerja

Metode analisis regresi linier berganda atau Ordinary Least Square(OLS) digunakan untuk menganalisis hubungan antara struktur pasar dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja. Metode ini digunakan karena dianggap lebih sederhana dibanding metode lainnya serta adanya kemudahan dalam penggunaan serta pendeskripsian hasil regresi.

PCM yang mencerminkan keuntungan dari suatu industri dipilih sebagai variabel yang mewakili kinerja dan dijadikan sebagai variabel tak bebas (dependen). Variabel independen yang digunakan dalam model terdiri dari tiga


(53)

variabel yaitu konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4), efisiensi internal

(X-eff), pertumbuhan output (Growth), dan jumlah perusahaan (Usaha). Berikut adalah model dalam penelitian ini:

PCMt = β0 + β1CR4t+ β2Growtht+ β3X-efft+ β4Usaha + Ut Dimana :

t : tahun ke-t

PCM : proksi keuntungan perusahaan (%)

CR4 : rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar (%) Growth : pertumbuhan output (%)

X-eff : efisiensi internal (%) Usaha : jumlah perusahaan

U : galat

β0 : intersep (β0 > 0)

β1, β2, β3,β4 : koefisienkemiringan parsial ( β1, β2, β3, β4> 0)

3.7. Uji Statistika dan Ekonometrika

Setelah mendapatkan parameter estimasi kemudian dilakukan pengujian-pengujian agar suatu model tersebut dapat dikatakan baik. Pengujian-pengujian-pengujian tersebut dilakukan dengan menggunakan uji statistik terhadap model penduga melalui uji F dan pengujian untuk parameter regresi melalui uji t serta melihat berapa persen variabel independen dapat dijelaskan oleh variabel-variabel dependennya melalui koefisien determinasi (R-Squared). Sementara pengujian


(54)

ekonometrika yang dilakukan antara lain uji autokorelasi, uji multikolinearitas, heteroskedastisitas serta uji normalitas

3.7.1. Uji R-Squared (R2)

Uji koefisien determinasi (R-Squared) digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan model regresi yang digunakan dalam memprediksi nilai keragaman yang dapat dijelaskan oleh variabel independen terhadap variabel tak bebas. Nilai R2akan bertambah besar sesuai dengan bertambahnya jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model. Menurut Gujarati (1995) nilai R2 mempunyai dua sifat sebagai berikut :

1. R2merupakan besaran yang nilainya selalu positif 2. Besar nilai R2adalah 0 ≤ R2 ≤ 1

Jika nilai R2 sebesar nol maka hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antar variabel dependen dengan variabel independen sedangkan jika nilai R2 sebesar satu maka terdapat kecocokan yang sempurna antar variabel dependen dengan variabel independen. Selain nilai R2terdapat juga nilai adjusted-R2. Nilai ini merupakan penalti atau hukuman terhadap setiap penambahan variabel yang tidak memberikan pengaruh. Nilai adj R2 bahkan dapat turun jika ditambahkan variabel independen yang tidak perlu. Untuk model yang memiliki kecocokan rendah, nilai adj R2dapat memilki nilai yang negatif.


(55)

3.7.2. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah model penduga sudah layak digunakan untuk menduga parameter yang ada dalam model. Selain itu, uji F juga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependennya.

Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = … = bi = 0 yang artinya tidak ada variabel independen yang

berpengaruh terhadap variabel dependennya.

H1 : minimal ada salah satu bi ≠ 0 yang artinya ada variabel independen yang

berpengaruh terhadap variabel dependennya. Kriteria uji:

Probability F-Statistic < taraf nyata (α), maka tolak H0 dan simpulkan minimal

ada variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya.

Probability F-Statistic > taraf nyata (α), maka terima H0 dan simpulkan tidak ada

variabel independen yang mempengaruhi variabel dependennya.

3.7.3. Uji t

Uji t digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan variabel independen atau untuk menguji apakah regresi dari masing-masing variabel independen yang dipakai terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependennya. Hipotesis :

H0 : b1 = b2 = … = bi = 0 yang artinya variabel independen-i tidak


(56)

H1 : bi ≠ 0 atau bi < 0 atau bi > 0 yang artinya variabel independen-i

mempengaruhi variabel dependennya. Kriteria uji :

Probability t-Statistic < (α), maka tolak H0 dan simpulkan variabel independen-i

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependennya.

Probability t-Statistic > (α), maka terima H0dan simpulkan variabel independen-i

tidak mempengaruhi variabel dependennya secara signifikan.

3.7.4. Uji Normalitas

Jika jumlah sampel data yang digunakan kurang dari 30, maka perlu dilakukan uji normalitas karena jika sampel lebih dari 30 maka error term akan terdistribusi normal. Uji ini disebut Jarque-Bera Test.

Hipotesis

H0= error termterdistribusi normal

H1= error termtidak terdistribusi normal

Kriteria :

Jika nilai probabilitasnya > taraf nyata maka terima H0dan kesimpulannya error

termterdistribusi normal.

3.7.5. Uji Multikolinearitas

Suatu model dapat dikatakan baik jika telah memenuhi asumsi bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas di dalamnya. Multikolinearitas adalah adanya korelasi yang kuat pada sesama variabel independennya. Uji multikolinearitas


(57)

dilakukan dengan menganalisis koefisien korelasi antar variabel independennya yang terdapat pada matriks korelasi. Jika ada nilai koefisien korelasi lebih besar

│0.8│maka terdapat gejala multikolinearitas.

3.7.6. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk menguji apakah hasil estimasi model tidak mengandung korelasi serial diantara disturbance term.

Hipotesis : H0: ρ = 0

H1: ρ ≠ 0

Kriteria uji :

Probability Obs*R-Squared < α, maka tolak H0 yang artinya terjadi autokorelasi

(positif ataupun negatif) dalam model

Probability Obs*R-Squared> α, maka terima H0tidak ada autokorelasi

3.7.7. Uji Heteroskedastisitas

Adanya gejala heteroskesastisitas menunjukkan bahwa model tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai model yang baik. Model yang baik harus memenuhi kriteria homoskedastisitas atau memenuhi ragam error yang sama. Gejala adanya heteroskedatisitas dapat ditunjukkan oleh probability Obs*R-Squaredpada uji White heteroskedastisitas.


(58)

Hipotesis : H0 : µ = 0 H1 : µ ≠ 0 Kriteria uji :

Probability Obs*R-Squared < α, maka tolak H0 yang artinya terjadi

heteroskedastisitas


(59)

IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MINUMAN RINGAN

4.1. Definisi Minuman Ringan

Minuman ringan adalah minuman yang tidak mengandung alkohol, merupakan minuman olahan dalam bentuk bubuk atau bentuk cair yang mengandung bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya baik menggunakan bahan alami maupun sintetik yang dikemas dalam kemasan sehingga dapat langsung dikonsumsi (Ditjen Bea Cukai, 2002). Bahan makanan dan atau bahan tambahan lainnya yang disebutkan dalam pengertian minuman ringan di atas dapat diperjelas sebagai berikut:

a. Bahan makanan alami meliputi buah-buahan dan atau produk dari buah-buahan, daun-daunan dan atau produk dari daun, akar-akaran, batang atau kayu tumbuhan, rumput laut, susu dan atau produk dari susu.

b. Bahan makanan sintetik meliputi sari kelapa, vitamin, stimulan.

c. Tambahan lainnya meliputi: pemberi rasa, pemberi asam, pemberi aroma, pewarna dan pengawet, garam.

Minuman ringan terdiri dari dua jenis yaitu minuman ringan berkarbonasi dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi dibuat dengan cara mengabsorpsikan karbondioksida ke dalam air minum, salah satu contohnya adalah Coca Cola. Sementara minuman ringan tanpa karbonasi adalah minuman ringan selain minuman ringan dengan karbonasi. Teh, air mineral dan sari buah merupakan beberapa contoh minuman ringan tanpa karbonasi.


(60)

Berikut ini disampaikan penjelasan-penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan minuman ringan.

1. Air berkarbonasi merupakan kandungan terbesar di dalam carbonated soft drink. Air yang digunakan harus mempunyai kualitas tinggi, yaitu: jernih, tidak berbau, tidak berwarna, bebas dari organisme yang hidup dalam air, alkalinitasnya <50 ppm, total padatan terlarut <500 ppm, dan kandungan logam besi dan mangan <0,1 ppm. Sederet proses diperlukan untuk mendapatkan kualitas air yang diinginkan, antara lain: klorinasi, penambahan kapur, koagulasi, sedimentasi, filtrasi pasir, penyaringan dengan karbon aktif, dan demineralisasi dengan ion exchanger. Karbondioksida yang digunakan juga harus semurni mungkin dan tidak berbau. Air berkarbonasi dibuat dengan cara melewatkan es kering (dry ice) ke dalam air es.

2. Bahan pemanis yang digunakan dalam minuman ringan terbagi dalam dua kategori:

a. Natural (nutritive), antara lain gula pasir, gula cair, gula invert cair, sirup jagung,dengan kadar fruktosa tinggi, dan dekstrosa

b. Sintetik (non nutritive), satu-satunya yang direkomendasikan oleh Food & Drugs Administration Standard(FDA) Amerika Serikat adalah sakarin. 3. Pemberi asam (acidulants) ditambahkan dalam minuman dengan tujuan

untuk memberikan rasa asam, memodifikasi manisnya gula, berlaku sebagai pengawet, dan dapat mempercepat inversi gula dalam sirup/minuman. Acidulantyang digunakan dalam minuman harus dari jenis asam yang dapat


(61)

dimakan (edible or food grade) antara lain asam sitrat, asam phosphate, asam malat, asam tartarat, asam fumarat, asam adipat, dan lain-lain.

4. Pemberi aroma disiapkan oleh industri yang berkaitan dengan industri minuman dengan formula khusus, kadang-kadang telah ditambah dengan asam dan pewarna, dalam bentuk:

a. Ekstrak alkoholik (menyaring bahan kering dengan larutan alkoholik), misalnya: jahe, anggur, lemon-limedan lain-lain

b. Larutan alkoholik (melarutkan bahan dalam larutan air-alkohol), misalnya: strawberry, cherry, cream soda dan lain-lain.

c. Emulsi (mencampur essential oil dengan bahan pengemulsi, misalnya: vegetable gum), misalnya untuk citrus flavor, rootbeerdan kola.

d. Fruit juices, misalnya: orange, grapefruit, lemon, lime dan grape. e. Caffeine, sebagai pemberi rasa pahit (bukan sebagai stimulan) f. Ekstrak biji kola.

g. Sintetik flavor, misalnya: ethyl acetate or amyl butyrate yang memberikan aroma grape.

5. Pewarna untuk meningkatkan daya tarik minuman:

a. Natural, misalnya dari grape, strawberry, cherrydan lain-lain. b. Semi sintetik, misalnya: caramel color

c. Sintetik, dari 8 jenis pewarna yang dapat dimakan (food grade), hanya 5 yang diperkenankan oleh FDA untuk digunakan sebagai pewarna dalam minuman ringan.


(62)

6. Pengawet, misalnya asam sitrat untuk mencegah fermentasi dan sodium benzoate.

7. Proses pembuatan

Proses produksi dimulai dengan pembuatan sirup, yaitu mencampur gula dengan air dingin, kemudian dijernihkan dengan penambahan karbon aktif dan bahan penyaring yang dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan alat berupa plat atau frame filter. Larutan sirup kemudian dapat disterilisasi dengan penyinaran ultra violet. Sirup, bahan tambahan, air, dan karbondioksida diaduk dengan temperatur dan tekanan diatur pada kondisi tertentu, kemudian produk akhir berupa minuman ringan dikemas dalam kemasan tertentu.

8. Pengemasan, minuman berkarbonat umumnya dikemas dalam botol (gelas atau plastik) atau kaleng, sedangkan minuman tanpa karbonat dapat juga dikemas dalam kotak kardus dengan persyaratan umum sebagai berikut: a. Mempunyai kekuatan mekanis sehingga dapat menjaga mutu,

penampilan dan kandungan produk. b. Mempunyai penampilan yang menarik. c. Steril pada setiap pemakaian.

d. Mudah dalam pengisian maupun penyegelan

4.2. Perkembangan Industri Minuman Ringan

Industri minuman merupakan salah satu segmen industri pangan yang cepat melakukan inovasi dan perubahan dibandingkan segmen industri lainnya.


(63)

Industri minuman yang awalnya menghasilkan produk minuman penghilang rasa haus kemudian berkembang dan muncul dengan berbagai inovasi dan konsep baru tentang minuman. Konsep awal minuman dimodifikasi bukan hanya sebagai penghilang rasa haus namun juga menawarkan fitur fungsi lainnya seperti penambahan rasa dan warna, penambahan kandungan minuman seperti vitamin, mineral dan sejenisnya, minuman yang mengandung karbon, minuman sari buah, dan lain-lain.

Perkembangan konsep tersebut berdampak pada berkembangnya minuman ringan yang memadukan fungsi dasar minuman sebagai penghilang rasa haus dengan penambahan fungsi-fungsi lain seperti yang dijelaskan pada paragraph sebelumnya. Industri minuman ringan juga menambahkan fungsi kepraktisan dalam berkonsumsi dengan cara mengemas berbagai produk minuman tersebut kedalam kemasan-kemasan yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Euromonitor melaporkan bahwa dari 2003 sampai 2008, penjualan global industri minuman ringan meningkat mencapai 37 persen. Pada tahun 2006 penjualan minuman fungsional di AS mencapai angka US$21,3 miliar dan di pasar Eropa mencapai US$8 miliar. Sementara di Indonesia, The Nielsen Indonesia menyebutkan bahwa pertumbuhan minuman ringan di Indonesia sangat tinggi, yakni mencapai 33,8 persen.

Survei yang dilakukan oleh sebuah lembaga independen (LPEM Universitas Indonesia) dan sebuah perusahaan riset pemasaran DEKA menunjukkan bahwa :


(64)

 Pada tahun 1999, 85 persen dari konsumen bulanan minuman ringan mempunyai pendapatan rumah tangga rata-rata di bawah Rp 1 juta per bulan, 46 persen diantara mereka berpenghasilan kurang dari Rp 500.000  72 persen konsumen mingguan mempunyai penghasilan rata-rata kurang

dari Rp 1 juta perbulan lebih dari 40 persen diantara mereka adalah pelajar karyawan paruh waktu dan para pensiunan.

 Diantara konsumen mingguan, minuman ringan dikonsumsi sama seringnya dengan minuman sirup dan makanan ringan, dan jauh lebih sering dikonsumsi dibandingkan dengan es krim.

Survei tersebut menunjukkan bahwa konsumen utama dari minuman ringan adalah golongan pendapatan rendah yang merupakan golongan mayoritas yang ada pada penduduk Indonesia yang jumlahnya lebih dari 200 juta jiwa. Dapat disimpulkan pula bahwa pangsa pasar industri minuman tergolong besar sehingga output dari industri tersebut termasuk tinggi.

Perkembangan industri minuman ringan di Indonesia juga dapat dianalisis dengan pertumbuhan jumlah outputnya. Output industri minuman ringan dari tahun 1980 sampai 2005 cenderung mengalami peningkatan dari 23.799.584 ribu rupiah pada tahun 1980 menjadi 5.810.032.207 ribu rupiah pada tahun 2005 (Lampiran 1). Peningkatan tersebut mengindikasikan bahwa permintaan pasar akan minuman ringan terus meningkat setiap tahunnya.

Tingginya nilai permintaan berujung pada bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi minuman ringan. Pada Lampiran 1 dapat dilihat


(65)

bahwa jumlah perusahaan juga cenderung mengalami peningkatan dari sebanyak 77 perusahaan pada tahun 1980 menjadi 263 perusahaan pada tahun 2005.

Industri minuman ringan juga termasuk salah satu industri yang tidak terlalu terganggu oleh krisis multisektor yang terjadi pada tahun 1997/1998. Hal ini terbukti dengan tetap meningkatnya jumlah output serta jumlah perusahaan yang bergerak di indusri minuman ringan pada tahun 1999. Kondisi setelahnya juga tampak tidak terlalu terpengaruh mengingat nilai penurunan dan peningkatannya termasuk dalam batas normal.

Beberapa tahun belakangan industri minuman ringan sedang mengalami pertumbuhan cukup signifikan yang ditandai dengan merebaknya berbagai jenis dan merek minuman ringan yang beredar di pasaran. Hal tersebut menjadi salah satu indikator bahwa konsumen menyukai produk-produk minuman ringan sehingga permintaannya meningkat dan merangsang munculnya pesaing-pesaing baru dengan strategi penjualan masing-masing.

4.3. Profil Beberapa Perusahaan dalam Industri Minuman Ringan

Industri minuman ringan terdiri dari beberapa perusahaan yang memproduksi berbagai jenis dan merek minuman ringan. Dua diantara perusahaan produsen minuman ringan adalah PT Coca-Cola Bottling Indonesia yang menguasai pangsa pasar minuman ringan dengan spesifikasi minuman berkarbon dan PT Sinar Sosro yang menguasai pangsa pasar minuman ringan berjenis teh kemasan.


(66)

a. PT Coca-Cola Bottling Indonesia

PT Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh pengusaha-pengusaha independen Indonesia dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah satu produsen dan distributor terbesar produk-produk Coca-Cola di dunia. Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992.

Produksi pertama Coca-Cola di Indonesia dimulai pada tahun 1932 dengan jumlah produksi tahunan sekitar 10.000 krat dan mempekerjakan karyawan sebanyak 25 orang. Sejak saat itu hingga tahun 1980-an, berdiri 11 perusahaan independen di seluruh Indonesia guna memproduksi dan mendistribusikan produk-produk The Coca-Cola Company. Pada awal tahun 1990-an, beberapa diantara perusahaan-perusahaan tersebut mulai bergabung menjadi satu. Tepat pada tanggal 1 Januari 2000, sepuluh dari perusahaan-perusahaan tersebut bergabung menjadi satu di bawah nama PT Coca-Cola Bottling Indonesia. Saat ini, jumlah karyawan yang dipekerjakan sekitar 10.000 orang dengan jumlah produksi yang mencapai angka jutaan krat dan didistribusikan melalui lebih dari 400.000 gerai eceran yang tersebar di seluruh Indonesia.

Coca-Cola Bottling Indonesia memproduksi minuman ringan baik yang berkarbonasi maupun tanpa karbonasi. Produk minuman yang berkarbonasi adalah Coca-Cola, Fanta, Sprite, Diet Coke, Schweppes. Sementara produk minuman yang tanpa karbonasi adalah Frestea, Frestea Frutcy, Frestea Green.


(67)

Untuk kategori lainnya, PT Coca-Cola Bottling Indonesia mempunyai produk air mineral dengan merk Ades, A&W yang merupakan produk root beer, serta Powerade Isotonik dan ExtraJoss Strike sebagai produk minuman penambah energi.

b. PT Sinar Sosro

PT Sinar Sosro berdiri pada tahun 1974 di kawasan Ujung Menteng dengan produk awal yang diproduksi adalah Teh Botol Sosro yang merupakan produk teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di Indonesia dan di dunia. Pada tahun 1975, produksi mulai menggunakan sistem semi otomatis yang kemudian terus berkembang hingga saat ini. PT Sinar Sosro dalam perkembangannya mulai mendirikan pabrik di berbagai kota penting di Indonesia dengan tujuan menghemat biaya distribusi dan meningkatkan efisiensi. Pada tahun 1978 didirikan pabrik di Gresik, tahun 1991 di Ungaran, tahun 1994 di Medan, Pandeglang tahun 1996, Gianyar tahun 2000, dan Cibitung tahun 2002.

Output dari PT Sinar Sosro sebagian besar adalah produk minuman ringan tanpa karbonasi yang berbahan dasar dari teh, diantaranya adalah Teh Botol Sosro, Frut Tea, Joy Tea Green, dan S-Tee. Selain itu, Sosro juga memproduksi minuman teh berkarbonasi yang bermerek Tebs, minuman sari buah dengan nama Happy Jus dan Country Choice, serta air mineral dengan nama Prim-A.


(68)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis Struktur Industri Minuman Ringan

Minuman ringan sering diidentikkan dengan minuman bersoda atau berkarbonasi oleh konsumen. Berangkat dari hal tersebut, masyarakat tentunya mengenal PT Coca-Cola Bottling salah satu produsen minuman ringan. Dalam pengertian sesungguhnya, konteks minuman ringan tidak hanya mengacu pada minuman bersoda, melainkan berbagai jenis minuman ringan lainnya seperti minuman teh dan minuman sari buah. Definisi lengkap mengenai minuman ringan yang diteliti dalam skripsi ini telah dijelaskan pada bab gambaran umum sebelumnya. Selain PT Coca-Cola Bottling, PT Sinar Sosro dengan produk minuman teh kemasannya juga sangat dikenal konsumen minuman ringan. Kondisi tersebut memungkinkan untuk terjadinya praktek persaingan tidak sehat dalam industri minuman mengingat pangsa pasar kedua perusahaan sangat besar.

Kondisi struktur persaingan pasar dalam industri minuman dapat dianalisis dengan menggunakan pangsa pasar masing-masing perusahaan dalam industri minuman, namun karena adanya keterbatasan data masing-masing perusahaan maka struktur pasar dalam penelitian ini dianalisis melalui konsentrasi empat perusahaan terbesar (CR4) dalam industri minuman. Data CR4 dalam industri

minuman ringan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tren nilai CR4dari industri minuman ringan dari tahun 1980 sampai 2005


(1)

Lampiran 1. Output (dalam ribuan rupiah) dan Jumlah Perusahaan dalam Industri Minuman Ringan Indonesia Tahun 1980 – 2005

Tahun Jumlah Output Jumlah Perusahaan

1980 23.799.584 77

1981 29.805.630 72

1982 43.084.202 77

1983 55.602.782 81

1984 69.699.666 84

1985 128.881.611 109

1986 126.347.030 105

1987 162.243.348 115

1988 241.058.316 145

1989 285.844.305 142

1990 248.225.179 119

1991 320.246.985 117

1992 456.683.106 148

1993 620.162.232 169

1994 985.494.946 180

1995 1.103.637.776 213

1996 1.380.685.576 236

1997 1.581.802.563 242

1998 1.841.213.456 227

1999 1.885.283.242 241

2000 2.609.409.315 223

2001 2.974.895.275 218

2002 3.388.939.875 222

2003 3.645.000.556 212

2004 4.062.850.790 240

2005 5.810.032.207 263


(2)

Lampiran 2. CR4Industri Minuman Ringan Tahun 1980 – 2005 (persen)

Tahun Nilai CR4

1980 56,45

1981 58,73

1982 65,39

1983 70,32

1984 73,12

1985 54,41

1986 44,62

1987 43,78

1988 39,55

1989 42,08

1990 42,46

1991 44,37

1992 40,01

1993 39,51

1994 41,65

1995 35,07

1996 36,92

1997 35,47

1998 35,46

1999 32,23

2000 40,03

2001 40,15

2002 42,73

2003 31,23

2004 30,21

2005 30,23

Rata-rata 44,08


(3)

Lampiran 3. PCM, Growth, dan X-eff Industri Minuman Ringan di Indonesia Tahun 1980 - 2005

Tahun Jumlah

Perusahaan PCM

Growth

Output X-eff

1980 77 16,32 23,05 65,21

1981 72 8,93 25,24 43,19

1982 77 18,72 44,55 57,02

1983 81 17,82 29,06 55,24

1984 84 9,84 25,35 34,36

1985 109 10,82 84,91 36,95

1986 105 9,97 -1,97 45,03

1987 115 9,31 28,41 38,35

1988 145 10,02 48,58 35,95

1989 142 15,04 18,58 42,44

1990 119 19,35 -13,16 49,06

1991 117 16,82 29,01 57,70

1992 148 14,82 42,60 51,45

1993 169 18,03 35,80 55,56

1994 180 28,89 58,91 69,18

1995 213 23,13 11,99 55,49

1996 236 33,34 25,10 75,63

1997 242 31,24 14,57 71,05

1998 227 30,26 16,40 54,66

1999 241 49,28 2,39 132,51

2000 223 46,22 38,41 107,90

2001 218 43,44 14,01 92,98

2002 222 47,50 13,92 112,55

2003 212 48,24 7,56 120,57

2004 240 43,98 11,46 100,05

2005 263 44,43 43,00 101,13

Rata-rata 25,61 26,07 67,74


(4)

Lampiran 4. Hasil Output Komputer Dependent Variable: PCM

Method: Least Squares Date: 08/06/09 Time: 11:31 Sample: 1980 2005

Included observations: 26

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 18.44871 5.113584 3.607784 0.0017

CR4 0.007416 0.068731 0.107902 0.9151

GROWTH -0.021781 0.031045 -0.701600 0.4906

X_EFF 0.320905 0.036235 8.856330 0.0000

USAHA -0.087169 0.018432 -4.729257 0.0001

R-squared 0.965018 Mean dependent var 25.60631

Adjusted R-squared 0.958355 S.D. dependent var 14.43943 S.E. of regression 2.946661 Akaike info criterion 5.170264 Sum squared resid 182.3391 Schwarz criterion 5.412206

Log likelihood -62.21343 F-statistic 144.8290


(5)

Lampiran 5. Produk Domestik Bruto (PDB) atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun 2004 sampai 2008

Lapangan Usaha PDB (Miliar Rupiah)

2004 2005 2006 2007 2008

Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan

247.163,6 253.881,7 262.402,8 271.401,2 284.337,8

Pertambangan

dan penggalian 160.100,5 165.222,6 168.031,7 171.422,1 172.300,0

Industri

pengolahan 469.952,4 491.561,4 514.100,3 538.084,6 557.765,6

a.Industri pengolahan minyak dan gas

51.583,9 48.658,8 47.851,2 47.823,0 47.663,9

b.Industri pengolahan non minyak dan gas

418.368,5 442.902,6 466.249,1 490.261,6 510.101,7

Listrik, gas dan

air minum 10.897,6 11.584,1 12.251,0 13.517,1 14.993,7

Bangunan 96.334,4 103.598,4 112.233,6 121.901,0 130.815,7

Perdagangan, hotel dan restoran

271.142,2 293.654,0 312.518,7 338.807,2 363.314,0

Transportasi dan

komunikasi 96.896,7 109.261,5 124.808,9 142.327,2 166.076,8

Keuangan, persewaan dan jasa perusahaaan

151.123,3 161.252,2 170.074,3 183.659,3 198.799,6

Jasa-jasa 152.906,1 160.799,3 170.705,4 181.972,1 193.700,5

Total 1.656.516,8 1.750.815,2 1.847.126,7 1.963.091,8 2.082.103,7


(6)

Lampiran 6. Indikator Gaya Hidup

Variabel Tahun

2005 2006 2007 2008 2009*

Pengeluaran makanan

(juta dollar AS) 78.632 100.430 117.472 129.608 133.375

Penggunaan internet

(ribu) 16.000 21.284 27.100 33.277 39.342

Registrasi mobil penumpang baru (ribu)

364 222 200 162 nn

Belanja produk elektronik

(miliar rupiah) 18.885 19.528 20.064 21.785 nn

Makanan anjing dan kucing

(miliar rupiah) 92 99 106 114 123

Minuman ringan

(juta liter) 13.088 14.491 15.844 17.410 19.289

Minuman ringan

(Miliar rupiah) 19.898 21.558 23.080 24.797 26.665

Rokok

(miliar rupiah) 47.091 49.210 50.686 51.700 53.251

Kosmetik dan alat kecantikan

(miliar rupiah)

11.541 12.104 12.690 13.301 13.924

Devisa dari pariwisata

(miliar dollar AS) 4.522 4.448 4.386 4.325 nn

PDB berdasarkan paritas

daya beli (juta dollar AS) 705.162 767.988 838.479 909.061 962.252 Pengeluaran konsumen

(juta dollar AS) 181.977 225.888 271.374 309.617 326.117

Pendapatan kotor tahunan

(juta dollar AS) 227.076 285.721 347.355 388.701 415.455

Pendapatan yang bisa dibelanjakan (juta dollar AS)

188.900 237.006 287.012 320.446 341.741