2.1.2 Batubara
Batubara merupakan batuan hidrokarbon padat yang terbentuk dari tumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen, serta terkena pengaruh tekanan dan
panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan coalification memerlukan jutaan tahun, mulai dari awal pembentukan yang menghasilkan
gambut, lignit, subbituminus, bituminous, dan akhirnya terbentuk antrasit. Di Indonesia, endapan batubara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan, pada umumnya endapan batubara tersebut tergolong usia muda,
yang dapat dikelompokkan sebagai batubara berumur Tersier Bawah dan Tersier Atas. Potensi batubara di Indonesia sangat melimpah, terutama di Pulau
Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah,
Papua, dan Sulawesi Dirjen ESDM, 2007.
2.1.3 Bauksit
Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mempunyai mineral dengan susunan terutama dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit
Al2O3H2O dan mineral gibsit Al2O3 .3H2O. Secara umum bauksit mengandung Al2O3 sebanyak 45 – 65, SiO2 1 – 12, Fe2O3 2 – 25, TiO2
3, dan H2O 14 – 36. Bijih bauksit terjadi di daerah tropika dan subtropika dengan memungkinkan pelapukan sangat kuat. Bauksit terbentuk dari batuan
sedimen yang mempunyai kadar Al nisbi tinggi, kadar Fe rendah dan kadar kuarsa SiO2 bebasnya sedikit atau bahkan tidak mengandung sama sekali. Batuan
tersebut misalnya sienit dan nefelin yang berasal dari batuan beku, batu lempung,
lempung dan serpih. Batuan-batuan tersebut akan mengalami proses lateritisasi, yang kemudian oleh proses dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
Bauksit dapat ditemukan dalam lapisan mendatar tetapi kedudukannya di kedalaman tertentu. Potensi dan cadangan endapan bauksit terdapat di Pulau
Bintan, Kepulauan Riau, Pulau Bangka, dan Pulau Kalimantan Dirjen ESDM, 2007.
2.1.4 Granit
Granit merupakan salah satu batuan beku, yang bertekstur granitik dan struktur holokristalin, serta mempunyai komposisi kimia ±70 SiO2 dan ±15
Al2O3, sedangkan mineral lainnya terdapat dalam jumlah kecil, seperti biotit, muskovit, hornblende, dan piroksen. Umumnya granit berwarna putih keabuan,
Sebagai batu hias warna granit lainnya adalah merah, merah muda, coklat, abu- abu, biru, hijau, dan hitam, hal ini tergantung pada komposisi mineralnya. Granit
merupakan batuan beku asam plutonik atau terbentuk dan membeku dalam kerak bumi. Bentuk cebakan yang terjadi dapat berupa dike, sill, atau dalam bentuk
masa yang besar dan tidak beraturan. Batuan lelehan dari granit disebut rhiolit, yang mempunyai susunan kimia dan mineral yang sama dengan granit tetapi
tekstur dan strukturnya berlainan. Granit mempunyai sumber cadangan yang potensial, namun sampai saai ini belum banyak yang ditambang. Potensi tersebut
terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan Dirjen ESDM, 2007.
2.1.5 Emas dan Perak