d Larangan bank untuk memberikan kredit dengan persyaratan yang berbeda
kepada nasabah debitur dan atau pihak-pihak terafiliasi. e
Penyelesaian sengketa.
C. Persyaratan Pemberian Kredit
Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung resiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit atau
pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat dan
berdasarkan prinsip kehati-hatian. Untuk itu sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, bank harus melakukan penilaian yang
saksama terhadap pelbagai aspek. Ketentuan Pasal 8 ayat 1 dan 2 di atas merupakan dasar atau landasan
bagi bank dalam menyalurkan kreditnya kepada nasabah debitur. Lebih dari itu, karena pemberian kredit merupakan salah satu fungsi utama dari bank, maka
dalam ketentuan tersebut juga mengandung dan menerapkan prinsip kehati-hatian sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998. Yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah dari konsep 5C, yaitu :
1. Penilaian watak character
Penilaian watak atau kepribadian calon debitor dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitor untuk melunasi atau
mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada
hubungan yang telah terjalin antara bank dan calon debitor atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang mengetahui moral,
kepribadian dan perilaku calon debitor dalam kehidupan kesehariannya. 2.
Penilaian kemampuan capacity Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitor dalam bidang usahanya
dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon
debitornya dalam jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.
Kalau kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga jika trend bisnisnya atau kinerja
bisnisnya menurun, maka kredit juga semestinya tidak diberikan. Kecuali jika penurunan itu karena kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi
bahwa dengan tambahan biaya lewat peluncuran kredit, maka trend atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan akan semakin membaik.
3. Penilaian terhadap modal capital
Bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat
diketahui kemampuan permodalan calon debitor dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha calon debitor yang bersangkutan.
Dalam praktek selama ini bank jarang sekali memberikan kredit untuk membiayai seluruh dana yang diperlukan nasabah. Nasabah wajib
menyediakan modal sendiri, sedangkan kekurangannya itu dapat dibiayai
dengan kredit bank. Jadi bank fungsinya adalah hanya menyediakan tambahan modal, dan biasanya lebih sedikit dari pokoknya.
4. Penilaian terhadap agunan collateral
Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitor umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan
mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank
wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika calon debitor tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan
guna menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang tersisa.
5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitor condition of economy
Bank harus menganisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari
hasil proyek atau usaha calon debitor yang dibiayai bank dapat diketahui. Selain memperhatikan hal-hal di atas, bank harus pula
mengetahui mengenai tujuan penggunaan kredit dan rencana
pengembangan kreditnya serta urgensi dari kredit yang diminta. Bank dalam memberikan kredit, selain menerapkan prinsip 5C, juga
menerapkan apa yang dinamakan dengan prinsip 5P, yaitu : 1.
Para Pihak Party Para pihak merupakan titik sentral yang diperhatikan dalam setiap
pemberian kredit. Untuk itu pihak pemberi kredit harus memperoleh suatu
“kepercayaan” terhadap para pihak, dalam hal ini debitor. Bagaimana karakternya, kemampuannya, dan sebagainya.
2. Tujuan Purpose
Tujuan dari pemberian kredit juga sangat penting diketahui oleh pihak kreditor. Harus dilihat apakah kredit akan digunakan untuk hal-hal yang
positif yang benar-benar dapat menaikkan income perusahaan. Dan harus pula diawasi agar kredit tersebut benar-benar diperuntukan untuk tujuan
seperti diperjanjikan dalam suatu perjanjian kredit. 3.
Pembayaran Payment Harus pula diperhatikan apakah sumber pembayaran kredit dari calon
debitor cukup tersedia dan cukup aman, sehingga dengan demikian diharapkan bahwa kredit yang akan diluncurkan tersebut dapat dibayar
kembali oleh debitor yang bersangkutan. Jadi harus dilihat dan dianalisis apakah setelah pemberian kredit nanti, debitor punya sumber pendapatan,
dan apakah pendapatan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kreditnya.
4. Perolehan Laba Profitability
Unsur perolehan laba oleh debitor tidak kurang pula pentingnya dalam suatu pemberian kredit. Untuk itu, kreditor harus berantisipasi apakah laba
yang akan diperoleh oleh perusahaan lebih besar daripada bunga pinjaman dan apakah pendapatan perusahaan dapat menutupi pembayaran kembali
kredit, cash flow, dan sebagainya.
5. Perlindungan Protection
Diperlukan suatu perlindungan terhadap kredit oleh perusahaan debitor. Untuk itu, perlindungan dari kelompok perusahaan, atau jaminan dari
holding, atau jaminan pribadi pemilik perusahaan penting diperhatikan. Terutama untuk berjaga-jaga sekiranya terjadi hal-hal di luar skenario atau
di luar prediksi semula. Untuk memperoleh kredit dari bank, maka di lakukan beberapa tahap
pengajuan aplikasi, dimana didalam pengajuan aplikasi tersebut diatur tentang persyaratannya. Untuk dapat menjadi nasabah, secara umum bank memerlukan
berbagai syarat yang standar. Mungkin saja syarat-syarat yang diminta oleh bank tersebut adalah wajar, tetapi tidak semua instansi pemberi izin mampu
mengeluarkan surat izin dengan cara yang sama dan wajar. Syarat-syarat itu antara lain
64
a. Kartu tanda penduduk dari pemerintah
:
b. Jika anda pegawai, diperlukan : rekomendasi atasan; surat kuasa
memotong gaji; surat keputusan pengangkatan pegawai; rincian gaji terakhir.
c. Jiak anda pensiunan, diperlukan: kartu identitas pensiun; rincian pensiunan
terakhir. d.
Jika anda pedagang, diperlukan: surat izin usaha perdagangan dari departemen perdagangan; surat izin tempat usaha dari pemerintah daerah.
64
H. As Mahmoeddin, 100 Keluhan Anda Dalam Kredit Bank, Jakarta, Rafflesia, 1996, hal. 107
e. Jika anda industrialis diperlukan: surat izin usaha perdagangan dari
pemerintah daerah; surat izin industri dari dinas perindustrian; surat izin tempat usaha dari pemerintah daerah.
f. Jika anda seorang pengusaha pengangkutan, diperlukan: surat izin trayek
dari dinas lalu lintas angkutan jalan raya; surat izin gangguan; surat izin tempat usaha.
g. Jika anda seorang pengusaha penebangan kayu, diperlukan: surat izin
penguasaan hutan dari departemen kehutanan; surat izin tempat usaha; surat izin industri.
Sebagai catatan, tidak semua surat tersebut mudah pengurusannya, dan tidak semua daerah pegawainya memiliki disiplin yang sama.
Ada juga beberapa syarat yang diminta bank terlalu berat dibandingkan dengan syarat-syarat yang di minta bank lain, seperti
65
a. Ada bank yang sangat menekankan syarat legalitas keberadaan usaha dari
calon nasabahnya, sedangkan syarat agunan bersifat sekunder, asalkan dalam analisis perusahaan tersebut cukup layak.
:
b. Ada bank yang sangat menekankan adanya barang agunan yang mampu
mencover nilai kredit yang diminta calon nasabahnya., dan lebih menekankan lagi barang agunan tersebut adalah milik calon nasabah
tersebut, bukan meminjam dari pihak ketiga. Biasanya bank ini sudah memperhitungkan kemungkinan terjadinya kemungkinan gagalnya
pengembalian kredit, dengan risiko disitanya barang agunan.
65
Ibid, hal. 109
c. Ada bank yang tetap meminta lengkapnya syarat-syarat legalitas, layaknya
analisis dan evaluasi, namun begitu bank tersebut lebih menekankan adanya personal garansi yang menjamin jika terjadi kegagalan usaha.
d. Ada bank yang sangat membedakan penentuan barang agunan, dengan
kata lain tidak menerima barang agunan tertentu, karena dianggap kurang memiliki nilai ekonomi yang kuat.
Adapun proses pemberian kredit oleh bank secara umum yaitu : a. Pengajuan PermohonanAplikasi Kredit
Bahwa untuk memperoleh kredit dari bank, maka tahap pertama yang dilakukan adalah mengajukan permohonanaplikasi kredit kepada bank yang
bersangkutan. Permohonanaplikasi kredit tersebut harus dilampiri dengan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan.
Dalam pengajuan permohonanaplikasi kredit oleh perusahaan sekurang- kurangnya memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Profil perusahaan beserta pengurusnya
2. Tujuan dan manfaat kredit
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit
4. Cara pengembalian kredit
5. Agunan atau jaminan kredit
Permohonanaplikasi kredit tersebut dilampirkan dengan dokumen- dokumen-dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu:
1. Akta pendirian perusahaan
2. Identitas KTP para pengurus
3. Tanda daftar perusahaan TDP
4. Nomor pokok wajib pajak NPWP
5. Neraca dan laporan rugi laba tiga tahun terakhir
6. Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan
Sedangkan untuk permohonanaplikasi kredit bagi perseorangan adalah sebagai berikut :
1. Mengisi aplikasi kredit yang telah disediakan oleh bank
2. Tujuan dan manfaat kredit
3. Besarnya kredit dan jangka waktu pelunasan kredit
4. Cara pengembalian kredit
5. Agunan atau jaminan kredit kalau diperlukan
Permohonan aplikasi kredit tersebut dilengkapi dengan melampirkan semua dokumen pendukung yang dipersyaratkan, yaitu :
1. Fotokopi identitas KTP yang bersangkutan
2. Kartu keluarga KK
3. Slip gaji yang bersangkutan
b. Penelitian Berkas Kredit Setelah permohonanaplikasi kredit tersebut diterima oleh bank, maka
bank akan melakukan penelitian secara mendalam dan mendetail terhadap berkas aplikasi kredit yang diajukan. Apabila dari hasil penelitian yang dilakukan itu,
bank berpendapat bahwa berkas aplikasi tersebut telah lengkap dan mematuhi syarat, maka bank akan melakukan tahap selanjutnya yaitu penilaian kelayakan
kredit.
Sedangkan apabila ternyata berkas aplikasi kredit yang diajukan tersebut belum lengkap dan belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka bank
akan meminta kepada pemohon kredit untuk melengkapinya. c. Penilaian Kelayakan Kredit
Dalam tahap penilaian kelayakan kredit ini, banyak aspek yang akan dinilai, yaitu :
a. Aspek Hukum
Aspek hukum adalah penilaian terhadap keaslian dan keabsahan dokumen- dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit.
b. Aspek Dasar dan Pemasaran
Dalam aspek ini yang akan dinilai adalah prospek usaha yang dijalankan oleh pemohon kredit untuk masa sekarang yang akan datang.
c. Aspek Keuangan
Dalam aspek ini yang dinilai dengan menggunakan analisis keuangan adalah aspek keuangan perusahaan yang dilihat dari laporan keuangan
yang termuat dalam neraca dan laporan laba rugi yang dilampirkan dalam aplikasi kredit.
d. Aspek TeknisOperasional
Aspek ini melihat dari aspek teknisoperasional dari perusahaan yang mengajukan aplikasi kredit, misalnya mengenai lokasi temp;at usaha,
kondisi gedung beserta sarana, dan prasarana pendukung lainnya.
e. Aspek Manajemen
Aspek ini adalah untuk melihat pengalaman dari perusahaan yang memohon kredit dalam mengelola kegiatan usahanya, termasuk sumber
daya manusia yang mendukung kegiatan usaha tersebut. f.
Aspek Sosial Ekonomi Untuk melakukan penilaian terhadap dampak dari kegiatan usaha yang
dijalankan oleh perusahaan yang memohon kredit khususnya bagi masyarakat baik secara ekonomis maupun sosial.
g. Aspek AMDAL
Penilaian terhadap aspek AMDAL ini sangat penting karena merupakan salah satu persyaratan pokok untuk dapat beroperasinya suatu perusahaan.
Oleh karena kegiatan usaha yang dijalankan oleh suatu perusahaan pasti mempunyai dampak terhadap lingkungan baik darat, air, dan udara.
D. Gambaran Umum dan Kriteria Kredit Bermasalah macet