1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana Determinan
Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan pemanfaatan pelayanan KB MKJP di wilayah kerja Puskesmas Pantai
Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat tahun 2015.
1.4 Hipotesis Penelitian
Adanya pengaruh faktor predisposing, faktor pendukung, faktor pendorong terhadap pemanfaatan pelayanan KB MKJP di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat mengenai determinan pemanfaatan pelayanan KB
MKJP. 2. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Bina Keluarga Berencana
dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Langkat mengenai determinan pemanfaatan pelayanan KB MKJP.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Puskesmas Pantai Cermin mengenai determinan pemanfaatan pelayanan KB MKJP.
4. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi UPTD KB dan PP Kecamatan Tanjung Pura untuk semakin menggalakkan program KB
khususnya MKJP. 5. Sebagai sumber informasi untuk referensi bagi para peneliti lainnya
yang akan dilaksanakan di masa mendatang.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keluarga Berencana KB 2.1.1 Sejarah Program Keluarga Berencana
Keluarga Berencana KB bukan merupakan hal yang baru, karena telah dipraktekkan sejak berabad
– abad yang lalu dengan cara – cara yang masih kuno dan sederhana. Menurut Mochtar 2008 yang dikutip dari Dewi
2012, pada zaman Nabi – Nabi dan pengikutnya, keluarga berencana telah
dilaksanakan untuk mengatur kehamilan dengan cara sederhana. Menurut Prawirohardjo 2006 yang dikutip dari Dewi 2012 pada
zaman Mesir Kuno, berdasarkan relief dan manuskrip berhuruf hirogrif dijumpai mengenai cara bagaimana orang Mesir Kuno menjarangkan
kelahiran. Pada zaman Yunani Kuno, Soranus dan Ephenus juga telah membuat tulisan ilmiah tentang cara menjarangkan kelahiran. Cara
– cara yang dilakukan pada waktu itu seperti untuk mengeluarkan semen cairan
mani dengan cara membersihkan vagina dengan kain dan minyak dan ada juga yang memakai alat
– alat yang dapat menghalangi masuknya sperma ke dalam rahim.
Gerakan Keluarga Berencana yang kita kenal seperti sekarang ini bermula dari adanya perjuangan yang cukup lama serta berdasarkan
kepeloporan dari beberapa tokoh-tokoh, baik di dalam maupun di luar negeri. Upaya keluarga berencana di luar negeri timbul atas prakarsa dari
sekelompok orang-orang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan
Universitas Sumatera Utara
ibu, yaitu pada awal abad ke-19 di Inggris. Di Inggris dikenal Marie Stopes 1880-1950 yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan
keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger 1883-1966 dengan progra
m “birth control” dan merupakan pelopor KB modern. Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya International Planned Parenthood
Federation IPPF dengan Margareth Sanger dan Rama Ran dari India sebagai pimpinannya. Sejak saat itu berdirilah perkumpulan - perkumpulan
keluarga berencana di seluruh dunia, termasuk juga di Indonesia. Meilani dkk, 2010
Di Indonesia pada tahun 1953 dikenal Dr. Sulianti Saroso sebagai pelopor KB yang menganjurkan para ibu
– ibu untuk membatasi kelahiran. Selanjutnya, pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah suatu perkumpulan
yang disebut Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia PKBI dan merupakan pelopor dari pergerakan keluarga berencana nasional. PKBI
hadir untuk memperjuangkan terwujudnya keluarga sejahtera melalui 3 macam usaha, yaitu mengatur atau menjarangkan kehamilan, mengobati
kemandulan, dan memberi nasehat perkawinan. Pada Februari 1967 dibentuklah Lembaga Keluarga Berencana
Nasional LKBN sebagai lembaga semi pemerintah. Sampai pada tahun 1970 pengelolaan program KB selanjutnya dikelola oleh suatu badan
independen, yaitu Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional BKKBN yang menggantikan LKBN yang bertanggung jawab langsung
kepada Presiden RI. Suratun dkk, 2008
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Defenisi Keluarga Berencana KB
Menurut World Health Organization WHO tahun 1970, keluarga berencana adalah program yang bertujuan untuk membantu pasangan suami
istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan,
mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Suratun dkk, 2008
Menurut UU RI No. 52 Tahun 2009, keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur
kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.
Menurut BkKBN dalam Haloho 2015 Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui batas usia
perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil
bahagia dan sejahtera. Menurut Fienalia 2011 yang mengutip pendapat Mochtar,
Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
2.1.3 Tujuan Keluarga Berencana
Menurut UU RI No. 52 Tahun 2009, tujuan dari keluarga berencana adalah sebagai berikut :
1. Mengatur kehamilan yang diinginkan.
Universitas Sumatera Utara
2. Menjaga kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak.
3. Meningkatkan akses dan kualitas informasi, pendidikan, konseling, dan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
4. Meningkatkan partisipasi dan kesertaan pria dalam praktek keluarga berencana.
5. Mempromosikan penyusunan bayi sebagai upaya menjarangkan jarak kehamilan.
Tujuan umum program KB nasional adalah memenuhi permintaan masyarakat terhadap pelayanan KB dan Kesehatan Reproduksi yang
berkualitas, menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk
keluarga kecil berkualitas. Yuhedi dkk, 2014
2.1.4 Sasaran 2.1.4.1 Pasangan Usia Subur
Pasangan Usia Subur PUS merupakan sasaran utama dari gerakan KB Nasional. PUS adalah pasangan suami dan istri dengan umur istrinya
antara 15-49 tahun. Untuk mendapatkan dampak pada penurunan fertilitas yang tinggi, sasaran PUS ini ditekankan pada PUS dengan paritas rendah,
khususnya PUS yang berusia muda dan paritas rendah sebagai sasaran prioritas. Sasaran ini diarahkan untuk menggunakan kontrasepsi efektif
terpilih sehingga jumlah anak yang dilahirkan dapat mendukung pelembagaan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.2 Sasaran Institusional
Sasaran institusional ini meliputi organisasi-organisasi, lembaga kemasyarakatan, instansi pemerintah serta instansi swasta. Institusi-institusi
ini akan terus dibina dan dimantapkan dalam perannya sehingga secara berangsur - angsur dapat melakukan alih peran dalam pengelolaan gerakan
nasional.
2.1.4.3 Sasaran Wilayah
Sasaran wilayah dari program KB ini diarahkan untuk dapat mencapai penggarapan program wilayah paripurna sesuai dengan kondisi
pencapaian program, kondisi potensi wilayah dan kondisi geografinya. Dengan kata lain sasaran wilayah ini diutamakan untuk peningkatan
pemerataan penggarapan program.
2.2 Kontrasepsi 2.2.1 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan” atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara
sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan
sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma Suratun dkk, 2008.
Kontasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini
Universitas Sumatera Utara
dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan. Proverawati dkk, 2010 Menurut Mochtar 1998 dalam Fienalia 2011
kontrasepsi atau anti konsepsi adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi dengan alat atau obat-obatan.
2.2.2 Macam – Macam Metode Kontrasepsi
Metode kontrasepsi terbagi menjadi : 1. Kontrasepsi dengan metode sederhana, terdiri dari :
a. Sistem kalender Pantang Berkala b. Metode suhu basal tubuh
c. Senggama terputus d. Metode menyusui tanpa haid
e. Metode pengamatan lendir Mukosa Serviks 2. Kontrasepsi dengan metode perlindungan, terdiri dari :
a. Kondom b. Spermatisida
c. Diafragma d. Pil KB
e. Suntik KB f. Susuk KB
g. Intra Uterine Device IUD atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR
3. Kontrasepsi mantap terdiri dari : a. Tubektomi
Universitas Sumatera Utara
b. Vasektomi 4. Berdasarkan lama efektivitasnya dapat dibagi menjadi :
a. Metode Kontrasepsi Jangka Panjang MKJP, yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : susukimplan, IUD, MOW, MOP.
b. Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Non MKJP, yang termasuk dalam kelompok ini yaitu : pil, suntik, kondom.
2.2.3 Metode Kontrasepsi jangka Panjang MKJP 2.2.3.1 Pengertian
Menurut BkKBN dalam Fienalia 2011 metode kontrasepsi jangka panjang MKJP adalah cara kontrasepsi berjangka panjang yang dalam
penggunaannya mempunyai
efektivitas dan
tingkat kelangsungan
pemakainnya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah. MKJP merupakan kontrasepsi yang efektif dan efisien dapat
bertahan antara satu tahun sampai seumur hidup untuk menjarangkan kelahiran. Kemenkes RI, 2012.
2.2.3.2 Penggolongan MKJP
Alat kontrasepsi yang digolongkan kedalam MKJP, yaitu Alat Kontrasepsi Dalam Rahim atau IUD, Alat Kontrasepsi Bawah Kulit
AKBK atau susukimplant, Kontrasepsi Mantap MOW dan MOP.
2.2.3.3 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim AKDR atau IUD
Richter dari Polandia 1909 merupakan orang yang pertama kali membuat tulisan ilmiah tentang alat kontrasepsi dalam rahim AKDR.
Richter membuat AKDR dari bahan benang sutra tebal yang dimasukkan ke
Universitas Sumatera Utara
dalam rahim. Selanjutnya pada tahun 1930, seseorang dari Jerman yang bernama Grafenberg membuat cincin yang terbuat dari benang sutra dan
perak dengan tujuan sebagai alat untuk menghindari kehamilan dengan hasil yang memuaskan. Proverawati dkk, 2010
AKDR atau IUD adalah suatu alat kontrasepsi yang terdiri dari berbagai macam bentuk yang terbuat dari plastik. Ada yang dililit tembaga
dan ada pula yang tidak, serta terdapat benang monofilamen dibawahnya. AKDR memiliki efektivitas sangat tinggi, yaitu antara 0,6 - 0,8 kehamilan
per 100 perempuan dalam 1 tahun pertama 1 kegagalan dalam 125 – 170
kehamilan. AKDR atau IUD dimasukkan melalui serviks dan dipasang di
dalam uterus. Cara kerja AKDR, yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi, mempengaruhi fertilitas sebelum ovum
mencapai kavum uteri, mencegahsperma dan ovum bertemu, serta memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
Jenis – jenis alat kontrasepsi AKDR yang sering digunakan di
Indonesia antara lain sebagai berikut : a.
Copper-T AKDR berbentuk T, yang terbuat dari bahan polyethelen di
mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan kawat tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi yang cukup baik.
Universitas Sumatera Utara
b. Copper-7
AKDR ini berbentuk angka 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran
diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan kawat tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan tembaga
halus pada jenis Copper-T c.
Multi Load AKDR ini terbuat dari plastik polyethelene dengan dua tangan
kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Multi load memiliki 3 ukuran, yaitu standar, small, dan mini.
d. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelene yang berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang
benang pada ekornya. Lippes loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A ukuran
25 mm benang biru, tipe B ukuran 27,5 mm benang hitam, tipe C ukuran 30 mm benang kuning, dan tipe D ukuran 30
mm tebal, benang putih. Keuntungan menggunakan alat kontrasepsi AKDR adalah
efektifitasnya tinggi, dapat efektif segera setelah selesai pemasangan, merupakan metode jangka panjang, sangat efektif karena tidak perlu lagi
mengingat - ingat, tidak mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil, tidak ada efek
Universitas Sumatera Utara
samping hormonal dengan Cu AKDR, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
apabila tidak terjadi infeksi, dapat digunakan sampai menopause 1 tahun lebih setelah haid terakhir, tidak ada interaksi dengan obat-obat, serta
membantuh mencegah kehamilan ektopik. Efek samping pada penggunaan AKDR yang umum terjadi adalah
sebagai berikut : perubahan dari siklus haid umumnya pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan, haid lebih lama dan banyak,
perdarahan antarmenstruasi, saat haid lebih sakit, merasa sakit dan kejang selama 3-5 hari setelah pemasangan, preforasi dinding uterus sangat jarang
apabila pemasangannya benar, tidak mencegah IMS termasuk HIVAIDS, peserta KB tidak dapat melepas AKDR sendiri, perempuan harus
memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu. AKDR dapat digunakan oleh wanita pada usia produktif,
menginginkan untuk menggunakan kontrasepsi jangka panjang, sedang menyusui, wanita perokok, gemuk ataupun kurus, penderita tumor jinak
payudara, tekanan darah tinggi, pernah menderita stroke, resiko rendah dari IMS, penderita diabetes dan penderita penyakit hati atau empedu. AKDR
tidak diperkenankan untuk digunakan oleh wanita yang sedang hamil, memiliki penyakit kelamin, perdarahan dari vagina yang tidak diketahui
penyebabnya, kelainan bawaan rahim, belum pernah melahirkan, dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm. Pinem, 2009
Universitas Sumatera Utara
Waktu pemasangan AKDR dapat dilaksanakan pada : 1. Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai ke-7
siklus haid. 2. Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu pascapersalinan. Setelah 6 bulan bila menggunakan metode amenorea laktasi MAL.
3. Setelah mengalami abortus segera atau dalam waktu 7 hari bila tidak di temukan gejala infeksi.
4. Selama 1-5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. Kelemahan dari penggunaan AKDR adalah perlunya kontrol
kembali untuk memeriksa posisi benang dari waktu ke waktu. Waktu kontrol yang harus diperhatikan adalah setiap 1 bulan pasca pemasangan, 3
bulan kemudian, setiap 6 bulan berikutnya, dan apabila terlambat haid 1 minggu.
2.2.3.4 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit AKBK Susuk Implant
Alat Kontrasepsi Bawah Kulit AKBK atau implant atau lebih dikenal susuk KB adalah alat kontrasepsi yang pemakaiannya dengan cara
memasukkan sebuah tabung kecil di bawah kulit pada bagian tangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Tabung tersebut berisi hormon yang akan
terlepas sendiri sedikit demi sedikit, sehingga dapat mencegah kehamilan. AKBK atau implan terdiri dari 3 jenis, yaitu :
1. Norplant, terdiri dari enam batang silastik yang lembut dan berongga dengan panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm
Universitas Sumatera Utara
dan berisi 36 mg levonogestrel dengan lama kerja lima tahun.
2. Jadena dan Imdoplant, terdiri dari dua batang silastik yang lembut dan berongga dengan panjang 4,3 cm dengan
diameter 2,5 mm dan berisi 75 mg levonogestrel dengan lama kerja tiga tahun.
3. Implanon, terdiri dari satu batang silastik yang lembut dan berongga dengan panjang kira-kira 4,0 cm dengan diameter
2 mm dan berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dengan lama kerja tiga tahun.
Cara kerja dari implan adalah dengan cara disusupkannya sebuah kapsul silastik implan dibawah kulit, maka setiap hari akan dilepaskan
sejumlah levonorgestrel ke dalam darah melalui proses difusi dari kapsul - kapsul yang terbuat dari bahan silastik tersebut. Implan tersebut membuat
lendir serviks mengental sehingga menghambat pergerakan spermatozoa, mencegah ovulasi, menghambat perkembangan siklus dari endometrium.
Implan memliki efektifitas sangat tinggi 0,2-1 kehamilan per 100 wanita, kegagalan teoritis 0,2 dan dalam praktek 1-3.
Keuntungan dari penggunaan implan adalah daya guna tinggi, cepat bekerja 24 jam setelah pemasangan, memberikan perlindungan jangka
panjang bisa sampai 5 tahun untuk jenis norplant, pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah dilakukan pencabutan, tidak memerlukan
periksa dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu proses
Universitas Sumatera Utara
senggama, tidak mempengaruhi ASI, akseptor hanya perlu kembali ke tempat pelayanan KB bila ada keluhan, dapat dicabut setiap saat sesuai
kebutuhan, mengurangi nyeri dan jumlah darah haid, melindungi terjadinya kanker endometrium, serta melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit
radang panggul. Kerugian dari penggunaan implan adalah keluhan nyeri kepala,
peningkatan atau penurunan berat badan, nyeri payudara, perasaan mual, pusing atau sakit kepala, perubahan perasaan atau kegelisahan,
membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan, tidak memberikan efek protektif terhadap IMS termasuk AIDS, akseptor
tidak dapat menghentikan atau mancabut sendiri pemakaian implant, efektivitas menurun apabila menggunakan obat-obat TBC atau epilepsi.
Implan dapat digunakan oleh wanita pada usia produktif, telah memiliki anak ataupun belum, menghendaki kontrasepsi yang memiliki
efektifitas tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang, sedang menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, paska persalinan dan tidak
menyusui, paska keguguran, tidak menginginkan anak lagi tetapi menolak sterilisasi, memiliki riwayat kehamilan ektopik, tekanan darah 180110
mmHg, tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen, sering lupa minum pil. Sedangkan yang tidak boleh menggunakan
implan adalah wanita yang sedang hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, benjolan atau kanker payudara
atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola haid
Universitas Sumatera Utara
yang terjadi, mioma uterus, dan gangguan toleransi glukosa. Meilani dkk, 2010
Waktu insersi implant antara lain sebagai berikut : 1. Yang terbaik pada saat siklus haid hari ke-2 sampai hari ke-
7. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. 2. Setiap saat diluar siklus haid asal dapat dipastikan bahwa
ibu tidak hamil. 3. Paska persalinan antara 6 minggu sampai 6 bulan, sedang
menyusui, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh tidak perlu penggunaan kontrasepsi lain.
4. Apabila setelah 6 minggu persalinan kemudian terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat tetapi jangan
melakukan senggama
selama 7
hari atau
dapat menggunakan kontrasepsi lain selama 7 hari saja.
5. Apabila menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin mengganti dengan implant, insersi dapat dilakukan setiap
saat tetapi diyakini tidak hamil. 6. Pasca keguguran dapat segera diinsersikan.
2.2.3.5 Kontrasepsi Mantap
Kontrasepsi mantap adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan atau pemotonganpengikatan kedua saluran telur
wanita Tubektomi atau kedua saluran sperma laki-laki Vasektomi.
Universitas Sumatera Utara
Persyaratan secara umum yang harus dilakukan agar bisa menjadi akseptor kontrasepsi mantap, yaitu :
a. Sukarela Calon peserta dan pasangan yang akan mengikuti kontrasepsi
mantap harus secara sukarela dan mengikuti pelayanan kontrasepsi mantap atas keinginan sendiri.
b. Bahagia Setiap calon peserta harus terikat dalam perkawinan yang sah
dan telah dianugerahi sekurang-kurangnya 2 orang anak. c. Kesehatan
Setiap calon peserta tidak ditemukan kontraindikasi kesehatan pada dirinya.
Kontrasepsi mantap terdiri dari 2 jenis metode kontrasepsi, yaitu : Metode Operasi Wanita MOW, Metode Operasi Pria MOP.
A. Metode Operasi Wanita MOW Tubektomi
Menurut BKKBN, Metode Operasi Wanita MOW Tubektomi atau dapat juga disebut dengan sterilisasi. MOW merupakan tindakan
penutupan terhadap kedua saluran telur kanan dan kiri yang menyebabkan sel telur tidak dapat melewati saluran telur sehingga sel telur tidak dapat
bertemu dengan sperma sehingga tidak terjadi kehamilan. MOW atau sterilisasi pada wanita adalah suatu cara kontrasepsi
permanen yang dilakukan dengan cara melakukan tindakan dengan cara mengikat dan atau memotong pada kedua saluran telur sehingga
Universitas Sumatera Utara
menghalangi pertemuan sel telur ovum dengan sperma. Mochtar, 1998 dalam Fienalia, 2011
MOW dapat dilakukan pada ibu – ibu pada usia lebih dari 26 tahun
dengan jumlah anak lebih dari 2 orang, yakin telah mempunyai jumlah keluarga yang sudah sesuai dengan kehendaknya, kehamilannya akan
menimbulkan resiko yang serius, pascapersalinan dan pascakeguguran, sudah memahai prosedur, sukarela serta setuju menjalaninya. Pinem, 2009
Menurut Pinem 2009 ada beberapa keuntungan dari MOW antara lain, yaitu :
1. Sangat efektif 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan.
2. Permanen. 3. Tidak mempengaruhi produksi ASI dan proses menyusui.
4. Tidak dipengaruhi faktor senggama. 5. Baik bagi klien dimana kehamilan menjadi resiko yang
serius. 6. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi
lokal. 7. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.
8. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual tidak ada efek pada produksi hormon ovarium.
Beberapa kerugian dalam penggunaan MOW, yakni : pasangan harus mempertimbangkan sifat permanen dari metode kontrasepsi ini,
Universitas Sumatera Utara
pasien dapat menyesal dikemudian hari, resiko komplikasi kecil meningkat apabia digunakan anastesi umum, rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam
jangka pendek setelah tindakan, tidak melindungi diri dari IMS dan HIVAIDS. Meilani dkk, 2010
Pelaksanaan MOW dapat dilaksanakan pada : 1. Setiap waktu selama siklus haid, bila diyakini akseptor tidak
hamil. 2. Hari ke-6 hingga hari ke-13 siklus haid fase proliferasi.
3. Pascapersalinan : minilap, dalam 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12 minggu. Sedanglan laparoskopi, tidak tepat
untuk akseptor pascapersalinan. 4. Pascakeguguran : triwulan pertama dalam waktu 7 hari
sepanjang tidak ditemukan infeksi pelvis untuk minilap dan laparoskopi, triwulan kedua dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi pelvis untuk minilap saja. Menurut Proverawati dkk 2010 mekanise dari MOW atau
Tubektomi dapat dibagi berdasarkan atas : 1. Saat operasi :
a. Paska keguguran Paska persalinan atau masa interval, dimana dianjurkan 24
jam atau selambat-lambatnya dalam 48 jam setelah bersalin.
Universitas Sumatera Utara
2. Cara mencapai tuba : Laparatomi, Laparatomi mini, dan laparoskopi.
3. Cara penutupan tuba : a. Pomeroy : tuba dijepit pada pertengahannya, kemudian
diangkat sampai melipat. Dasar lipatan diikat dengan sehelai catgut biasa no. 0 atau no. 1. Lipatan tuba
kemudian dipotong di atas ikatan catgut tadi. b. Kroener : fimbria dijepit dengan sebuah klem. Bagian tuba
proksimal dari jepitan diikat dengan sehelai benang sutera, atau dengan catgut yanng tidak mudah direabsorbsi.
Bagian tuba
distal dari
dari jepitan
dipotong fimbriektomi.
c. Irving : tuba dipotong pada pertengahan panjangnya setelah kedua ujung potongan diikat dengan catgut kromik
no. 0 atau 00. Ujung potongan proksimal ditanamkan didalam miometrium dinding depan uterus. Ujung
potongan distal ditanamkan di dalam ligamentum latum. d. Pemasangan cincin falope : dengan aplikator, bagian
isthmus tuba ditarik dan cincin dipasang pada bagian tuba tersebut. Sesudah terpasang lipatan tuba tampak keputih-
putihan oleh karena tidak mendapat suplai darah lagi dan akan menjadi fibrotik.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa hal yang harus dilakukan sebelum tindakan operasi tubektomi antara lain :
1. Konseling perihal kontrasepsi dan menjelaskan kepada klien bahwa ia mempunyai hak unutk berubah pikiran setiap waktu
sebelum prosedur dilakukan. 2. Menanyakan riwayat medis yang mempengaruhi keputusan
pelaksanaan operasi atau anestesi antara lain : penyakit- penyakit pelvis, pernah mengalami operasi abdominalpelvis,
riwayat diabetes mellitus, riwayat penyakit paru-paru contohnya asthma, pernah mengalami problem dengan
anestesi, penyakit-penyakit perdarahan, alergi, dan pengobatan yang dijalani saat ini.
3. Pemeriksaan fisik : kondisi-kondisi yang memungkinkan dapat mempengaruhi keputusan pelaksanaan operasi atau anestesi.
4. Pemeriksaan laboratorium sperti pemeriksaan darah lengkap, pemeriksaan urine dan pap smear.
5. Informed consent harus diperoleh. Standard consent form harus ditandatangani oleh suami atau isteri dari calon akseptor
sebelum prosedur dilakukan. Umumnya penandatanganan dokemen Informed consent dilakukan setelah calon akseptor
dan pasangannya mendapatkan konseling. Dokumen juga dapat ditandatanganin oleh saudara atau pihak yang
bertanggungjawab atas klien apabila klien kurang paham atau
Universitas Sumatera Utara
kurang kompeten secara kejiwaan. Apabila calon akseptor buta huruf, maka dapat memberikan cap jempolnya disertai seorang
saksi yang tetap harus ikut menandatanganin dokumen tersebut yang menyatakan bahwa calon akseptor tersebut telah diberi
penjelasan lisan mengenai kontrasepi. Menurut Mulyani dkk dalam Haloho 2015 beberapa hal yang
harus diperhatikan setelah tindakan tubektomi antara lain, yaitu : 1. Pada minggu pertama segeralah kembali jika ada demam
tinggi, ada nanah atau luka berdarah, nyeri, panas, bengkak, luka kemerahan, diare, pingsan atau sangat pusing.
2. Jagalah luka operasi agar tetap kering hingga pembalut dilepas. 3. Memulai aktivitas normal secara bertahap.
4. Hindari hubungan seks hingga merasa cukup. 5. Hhindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras
selama 1 minggu. 6. Jika sakit, minum analgesik untnuk mengurangi nyerinya.
7. Jadwal kunjungan ulang secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan.
8. Segera kembali jika merasa hamil, nyeri pada perut atau sering pingsan atau merasa ada keluhan.
B. Metode Operatif Pria MOP atau Vasektomi
Menurut Saifuddin dkk dalam Pinem 2009, Metode Operatif Pria MOP atau Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan
Universitas Sumatera Utara
kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi
penyatuan ovum dengan sperma tidak terjadi. MOP atau Vasektomi adalah salah satu cara KB yang permanen
bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Calon akseptor harus mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil
keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi ini. Beberapa keuntungan dari MOP atau Vasektomi antara lain
sebagai berikut : sangat efektif, aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas, sederhana dan cepat. Hanya memerlukan waktu 5-10 menit,
efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan, hanya memerlukan anestesi lokal dan biaya rendah.
Beberapa kerugian dari MOP atau Vasektomi, yaitu : 1.
Diperlukan tindakan operatif, 2.
Kadang-kadang terjadi komplikasi seperti perdarahan atau infeksi,
3. Tidak langsung memberikan perlindungan total sampai
semua spermatozoa yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusivas defrensia
dikeluarkan, 4.
Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin bertambah setelah tindakan operatif
yang menyangkut sistem reproduktif.
Universitas Sumatera Utara
Bebrapa hal yang harus dilakukan sebelum tindakan operasi vasektomi adalah :
1. Konseling : calon akseptor harus diberi informasi mengenai
vasektomi, bahwa prosedur vasektomi tidak menggangu hormon pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau
kepuasan seksual. 2.
Informed consent persetujuan tindakan medis harus dilakukan sama seperti pada tubektomi.
3. Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi
terpilih sampai spermatozoa yang tersisa dalam esikula seminalis telah keluar seluruhnya yaitu setelah 15-20 kali
ejakulasi. Hal-hal yang harus diperhatikan setelah melakukan operasi
vasektomi antara lain : 1.
Istirahat selama 1-2 jam di tempat melakukan operasi, 2.
Pertahankan band aid selama 3 hari, 3.
Menghindari pekerjaan berat selama 2-3 hari, 4.
Kompres dengan air dingin atau es pada skrotum, 5.
Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan digaruk-garuk atau ditarik-tarik,
6. Jika ada rasa nyeri, minum 1-2 tablet analgesik seperti
parasetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam,
Universitas Sumatera Utara
7. Boleh bersenggama setelah hari ke 2 -3. Untuk mencegah
kehamilan selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali gunakan juga kondom atau cara kontrasepsi lain,
8. Periksa semen sesudah 3 bulan atau sesudah 15-20 kali
ejakulasi, 9.
Jangan lupa memeriksa ulang ke dokter dalam jangka waktu 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun setelah operasi.
2.3 Teori Pemanfaatan 2.3.1 Teori Lawrence Green 1980
Green dalam Notoatmodjo 2012 mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat
dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku behavior causes dan faktor diluar perilaku non behavior causes selanjutnya perilaku itu sendiri
ditentukan atau terbentuk dari sektor : 1.
Faktor-faktor predisposisi predisposing factors yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya. 2.
Faktor-faktor pendukung enabling factors yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors yag terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Model ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Dimana : B
= Behavior PF
= Prediposing Factors EF
= Enabling Factors RF
= Reinforcing Factors f
= fungsi Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu,
ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Notoatmodjo, 2012
2.3.2 Teori Andersen 1968
Andersen dalam Notoatmodjo 2012 mendeskripsikan model kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut
dengan model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan behavioral model
Universitas Sumatera Utara
of health service utilization. Andersen mengelompokkan perilaku orang yang ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor
predisposisi predisposing factors, faktor pemungkin enabling factors, dan faktor kebutuhan need factors.
1. Faktor Predisposisi
Predisposing Factors
Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor
– faktor tersebut mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,
nilai – nilai. Faktor Predisposing juga memiliki kaitan erat
dengan karakteristik – karakteristik individu yang mencakup
umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Faktor Pemungkin
Enabling Factors
Faktor pemungkin atau Enabling Factors adalah faktor yang memungkin untuk seseorang yang sedang sakit memanfaatkan
pelayanan kesehatan. Faktor – faktor yang termasuk dalam
faktor ini yaitu status ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan penanggung biaya berobat.
3. Faktor Kebutuhan
Need Factors
Faktor kebutuhan adalah kondisi individu yang mencakup keluhan sakit. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus
langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor predisposisi dan pendukungnya ada. Komponen dari kebutuhan
dapat dibagi menjadi 2, yaitu percepted persepsi seseorang
Universitas Sumatera Utara
terhadap kesehatannya dan evaluated gejala dan diagnosis penyakit.
2.4 Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP 2.4.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi dengan melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata penglihatan dan telinga pendengaran. Tingkat pengetahuan termasuk didalam Domain Kognitif.
Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yang tercakup didalam domain kognitif, yaitu sebagai berikut :
1. Tahu Know
Tahu diartikan dengan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali recall sesuatu yang
spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini. Oleh
sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami comprehension
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan
Universitas Sumatera Utara
dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tersebut harus dapat menjelaskan, menyebut
contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi aplication
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi
sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum
– hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain.
4. Analisis analysis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen
– komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu
sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat dilihat dari penggunaan
kata kerja,
dan dapat
menggambarkan, memisahkan,
membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5.
Sintesis synthesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah
Universitas Sumatera Utara
kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi
– formulasi yang sudah ada. 6.
Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek. Notoatmodjo, 2012
2.4.2 Status Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah
kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Muklas dalam Haloho, 2015
Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer dari setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena
pendidikan akan meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri.
2.4.3 Persepsi
Persepsi adalah interpretasi tentang apa yang direncanakan atau dirasakan. Berdasarkan uraian tersebut persepsi merupakan proses penilaian
suatu objek, melalui proses pengindraan dan dipengaruhi pengalaman dan kondisi saat ini. Persepsi bersifat subjektif karena tergantung pada
kemampuan masing – masing individu. Persepsi tersebut akan
mempengaruhi apa yang akan dimunculkan dalam suatu bentuk perilaku. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Tetapi ada
faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu perhatian.
Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Keyakinan
Keyakinan merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. keyakinan diri adalah perasaan individu mengenai kemampuan
dirinya untuk membentuk perilaku yang relevan dalam situasi – situasi
khusus yang mungkin tidak dapat diramalkan dan mungkin menimbulkan stres.
Menurut Bandura dalam Haloho 2015 mengemukakan bahwa keyakinan individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu : tingkat, keluasan,
dan kekuatan. Sumber – sumber keyakinan didasarkan pada empat hal, yaitu
: pengalaman akan kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi verbal, dan keadaan fisiologis.
2.4.5 Jarak Tempat Pelayanan
Jarak adalah ruang sela yang menunjukkan panjang luasnya antara satu titik ke titik yang lain. Menurut Depkes 2007 dalam Fienalia 2011,
pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan akses geografi, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat memfasilitasi atau menghambat
pemanfaatan adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh.
Fasilitas – fasilitas kesehatan yang ada belum digunakan dengan
efisien oleh masyarakat karena lokasi pusat – pusat pelayanan tidak berada
dalam radius masyarakat banyak dan lebih banyak berpusat di kota – kota
dan lokasi sarana yang tidak terjangkau dari segi perhubungan.
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Biaya Pemasangan Alat Kontrasepsi
Menurut BkKBN dalam Kemala 2002 dalam Fienalia 2011, dalam pemasaran sosial KB dikaitkan dengan penggunaan jasa pelayanan
dan penggunaan alat kontrasepsi. Terdapat dua aspek penting dari harga atau biaya, yaitu : aspek finansial dan non finansial. Aspek finansial yaitu
jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kontrasepsi serta alat kontrasepsi. Aspek non finasial yaitu usaha, waktu dan
ketidaknyamanan yang dialami oleh akseptor. Pada sisi lain, biaya dengan aspek finansial mempunyai aksesbilitas, dimana biaya dapat mempengaruhi
jangkauan terhadap calon akseptor. Semakin mahal harga semakin terbatas akses calon akseptor untuk mendatangi sarana pelayanan tersebut dan alat
kontrasepsi tertentu.
2.4.7 Dukungan Suami
Menurut Hartanto 2006 dalam Purba 2009 yang dikutip oleh Fienalia 2011 mengatakan bahwa kontrasepsi tidak dapat dipakai oleh istri
tanpa kerjasama dengan suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling
bekerjasama dalam pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.
2.4.8 Sikap Tenaga Kesehatan
Sikap adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan. Menurut Notoatmodjo 2007, Sikap merupakan kesiapan
Universitas Sumatera Utara
atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu : kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, kehidupan emosional dan
evaluasi orang terhadap objek, kecenderungan untuk bertindak. Berdasarkan intensitasnya, sikap memiliki tingkatan sebagai berikut :
1. Menerima
Menerima diartikan bahwa seseorang mau menerima stimulus yang telah diberikan.
2. Menanggapi
Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan dan dihadapi.
3. Menghargai
Menghargai diartikan bahwa seseorang memberikan nilai positif terhadap objek, dalam arti mendiskusikannya dengan orang lain
dan bahkan mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk merespon.
4. Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas apa yang diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap yang diyakininya, maka dia harus berani
mengambil resiko.
Universitas Sumatera Utara
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, determinan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan KB MKJP di wilayah kerja
Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura. Maka kerangka konsep penelitian ini adalah :
Variabel independen Variabel dependen
Faktor Predisposisi :
Pendidikan Pengetahuan
Persepsi Keyakinan
Faktor Pendukung :
Jarak tempat pelayanan Biaya pemasangan alat
kontrasepsi
Faktor Pendorong :
Dukungan Suami Sikap tenaga kesehatan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pemanfaatan
Pelayanan KB MKJP
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian