Metode Operatif Pria MOP atau Vasektomi

kurang kompeten secara kejiwaan. Apabila calon akseptor buta huruf, maka dapat memberikan cap jempolnya disertai seorang saksi yang tetap harus ikut menandatanganin dokumen tersebut yang menyatakan bahwa calon akseptor tersebut telah diberi penjelasan lisan mengenai kontrasepi. Menurut Mulyani dkk dalam Haloho 2015 beberapa hal yang harus diperhatikan setelah tindakan tubektomi antara lain, yaitu : 1. Pada minggu pertama segeralah kembali jika ada demam tinggi, ada nanah atau luka berdarah, nyeri, panas, bengkak, luka kemerahan, diare, pingsan atau sangat pusing. 2. Jagalah luka operasi agar tetap kering hingga pembalut dilepas. 3. Memulai aktivitas normal secara bertahap. 4. Hindari hubungan seks hingga merasa cukup. 5. Hhindari mengangkat benda-benda berat dan bekerja keras selama 1 minggu. 6. Jika sakit, minum analgesik untnuk mengurangi nyerinya. 7. Jadwal kunjungan ulang secara rutin antara 7 dan 14 hari setelah pembedahan. 8. Segera kembali jika merasa hamil, nyeri pada perut atau sering pingsan atau merasa ada keluhan.

B. Metode Operatif Pria MOP atau Vasektomi

Menurut Saifuddin dkk dalam Pinem 2009, Metode Operatif Pria MOP atau Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan Universitas Sumatera Utara kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa defrensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi penyatuan ovum dengan sperma tidak terjadi. MOP atau Vasektomi adalah salah satu cara KB yang permanen bagi pria yang sudah memutuskan tidak ingin mempunyai anak lagi. Calon akseptor harus mempertimbangkan secara matang sebelum mengambil keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi ini. Beberapa keuntungan dari MOP atau Vasektomi antara lain sebagai berikut : sangat efektif, aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas, sederhana dan cepat. Hanya memerlukan waktu 5-10 menit, efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan, hanya memerlukan anestesi lokal dan biaya rendah. Beberapa kerugian dari MOP atau Vasektomi, yaitu : 1. Diperlukan tindakan operatif, 2. Kadang-kadang terjadi komplikasi seperti perdarahan atau infeksi, 3. Tidak langsung memberikan perlindungan total sampai semua spermatozoa yang sudah ada didalam sistem reproduksi distal dari tempat oklusivas defrensia dikeluarkan, 4. Problem psikologis yang berhubungan dengan prilaku seksual mungkin bertambah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem reproduktif. Universitas Sumatera Utara Bebrapa hal yang harus dilakukan sebelum tindakan operasi vasektomi adalah : 1. Konseling : calon akseptor harus diberi informasi mengenai vasektomi, bahwa prosedur vasektomi tidak menggangu hormon pria atau menyebabkan perubahan kemampuan atau kepuasan seksual. 2. Informed consent persetujuan tindakan medis harus dilakukan sama seperti pada tubektomi. 3. Setelah prosedur vasektomi, gunakan salah satu kontrasepsi terpilih sampai spermatozoa yang tersisa dalam esikula seminalis telah keluar seluruhnya yaitu setelah 15-20 kali ejakulasi. Hal-hal yang harus diperhatikan setelah melakukan operasi vasektomi antara lain : 1. Istirahat selama 1-2 jam di tempat melakukan operasi, 2. Pertahankan band aid selama 3 hari, 3. Menghindari pekerjaan berat selama 2-3 hari, 4. Kompres dengan air dingin atau es pada skrotum, 5. Luka yang sedang dalam penyembuhan jangan digaruk-garuk atau ditarik-tarik, 6. Jika ada rasa nyeri, minum 1-2 tablet analgesik seperti parasetamol atau ibuprofen setiap 4-5 jam, Universitas Sumatera Utara 7. Boleh bersenggama setelah hari ke 2 -3. Untuk mencegah kehamilan selama 3 bulan atau sampai ejakulasi 15-20 kali gunakan juga kondom atau cara kontrasepsi lain, 8. Periksa semen sesudah 3 bulan atau sesudah 15-20 kali ejakulasi, 9. Jangan lupa memeriksa ulang ke dokter dalam jangka waktu 1 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan 1 tahun setelah operasi. 2.3 Teori Pemanfaatan 2.3.1 Teori Lawrence Green 1980 Green dalam Notoatmodjo 2012 mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yaitu faktor perilaku behavior causes dan faktor diluar perilaku non behavior causes selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari sektor : 1. Faktor-faktor predisposisi predisposing factors yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pendukung enabling factors yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara 3. Faktor-faktor pendorong reinforcing factors yag terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Model ini dapat digambarkan sebagai berikut : Dimana : B = Behavior PF = Prediposing Factors EF = Enabling Factors RF = Reinforcing Factors f = fungsi Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Notoatmodjo, 2012

2.3.2 Teori Andersen 1968

Andersen dalam Notoatmodjo 2012 mendeskripsikan model kesehatan merupakan suatu model kepercayaan kesehatan yang disebut dengan model perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan behavioral model Universitas Sumatera Utara of health service utilization. Andersen mengelompokkan perilaku orang yang ingin memanfaatkan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi predisposing factors, faktor pemungkin enabling factors, dan faktor kebutuhan need factors.

1. Faktor Predisposisi

Predisposing Factors Faktor predisposisi adalah faktor yang mempermudah dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu. Faktor – faktor tersebut mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai. Faktor Predisposing juga memiliki kaitan erat dengan karakteristik – karakteristik individu yang mencakup umur, jenis kelamin, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Faktor Pemungkin

Enabling Factors Faktor pemungkin atau Enabling Factors adalah faktor yang memungkin untuk seseorang yang sedang sakit memanfaatkan pelayanan kesehatan. Faktor – faktor yang termasuk dalam faktor ini yaitu status ekonomi keluarga, akses terhadap sarana pelayanan kesehatan yang ada dan penanggung biaya berobat.

3. Faktor Kebutuhan

Need Factors Faktor kebutuhan adalah kondisi individu yang mencakup keluhan sakit. Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan bila faktor predisposisi dan pendukungnya ada. Komponen dari kebutuhan dapat dibagi menjadi 2, yaitu percepted persepsi seseorang Universitas Sumatera Utara terhadap kesehatannya dan evaluated gejala dan diagnosis penyakit. 2.4 Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP 2.4.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi dengan melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata penglihatan dan telinga pendengaran. Tingkat pengetahuan termasuk didalam Domain Kognitif. Pengetahuan mempunyai enam tingkatan yang tercakup didalam domain kognitif, yaitu sebagai berikut : 1. Tahu Know Tahu diartikan dengan mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali recall sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. 2. Memahami comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan Universitas Sumatera Utara dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham tersebut harus dapat menjelaskan, menyebut contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain. 4. Analisis analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, dan dapat menggambarkan, memisahkan, membedakan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5. Sintesis synthesis Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian – bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah Universitas Sumatera Utara kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasi – formulasi yang sudah ada. 6. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau suatu objek. Notoatmodjo, 2012

2.4.2 Status Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti didalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau berubah kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Muklas dalam Haloho, 2015 Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer dari setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena pendidikan akan meningkatkan harkat dan martabat manusia itu sendiri.

2.4.3 Persepsi

Persepsi adalah interpretasi tentang apa yang direncanakan atau dirasakan. Berdasarkan uraian tersebut persepsi merupakan proses penilaian suatu objek, melalui proses pengindraan dan dipengaruhi pengalaman dan kondisi saat ini. Persepsi bersifat subjektif karena tergantung pada kemampuan masing – masing individu. Persepsi tersebut akan mempengaruhi apa yang akan dimunculkan dalam suatu bentuk perilaku. Persepsi ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. Tetapi ada faktor lain yang lebih berpengaruh yaitu perhatian. Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Keyakinan

Keyakinan merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. keyakinan diri adalah perasaan individu mengenai kemampuan dirinya untuk membentuk perilaku yang relevan dalam situasi – situasi khusus yang mungkin tidak dapat diramalkan dan mungkin menimbulkan stres. Menurut Bandura dalam Haloho 2015 mengemukakan bahwa keyakinan individu dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu : tingkat, keluasan, dan kekuatan. Sumber – sumber keyakinan didasarkan pada empat hal, yaitu : pengalaman akan kesuksesan, pengalaman individu lain, persuasi verbal, dan keadaan fisiologis.

2.4.5 Jarak Tempat Pelayanan

Jarak adalah ruang sela yang menunjukkan panjang luasnya antara satu titik ke titik yang lain. Menurut Depkes 2007 dalam Fienalia 2011, pemanfaatan pelayanan kesehatan berhubungan dengan akses geografi, yang dimaksudkan dalam hal ini adalah tempat memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari klien yang dapat diukur dengan jarak, waktu tempuh atau biaya tempuh. Fasilitas – fasilitas kesehatan yang ada belum digunakan dengan efisien oleh masyarakat karena lokasi pusat – pusat pelayanan tidak berada dalam radius masyarakat banyak dan lebih banyak berpusat di kota – kota dan lokasi sarana yang tidak terjangkau dari segi perhubungan. Universitas Sumatera Utara

2.4.6 Biaya Pemasangan Alat Kontrasepsi

Menurut BkKBN dalam Kemala 2002 dalam Fienalia 2011, dalam pemasaran sosial KB dikaitkan dengan penggunaan jasa pelayanan dan penggunaan alat kontrasepsi. Terdapat dua aspek penting dari harga atau biaya, yaitu : aspek finansial dan non finansial. Aspek finansial yaitu jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh pelayanan kontrasepsi serta alat kontrasepsi. Aspek non finasial yaitu usaha, waktu dan ketidaknyamanan yang dialami oleh akseptor. Pada sisi lain, biaya dengan aspek finansial mempunyai aksesbilitas, dimana biaya dapat mempengaruhi jangkauan terhadap calon akseptor. Semakin mahal harga semakin terbatas akses calon akseptor untuk mendatangi sarana pelayanan tersebut dan alat kontrasepsi tertentu.

2.4.7 Dukungan Suami

Menurut Hartanto 2006 dalam Purba 2009 yang dikutip oleh Fienalia 2011 mengatakan bahwa kontrasepsi tidak dapat dipakai oleh istri tanpa kerjasama dengan suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa suami istri harus bersama memilih metode kontrasepsi yang terbaik, saling bekerjasama dalam pemakaian, membayar biaya pengeluaran untuk kontrasepsi dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.

2.4.8 Sikap Tenaga Kesehatan

Sikap adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan. Menurut Notoatmodjo 2007, Sikap merupakan kesiapan Universitas Sumatera Utara atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu : kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap objek, kehidupan emosional dan evaluasi orang terhadap objek, kecenderungan untuk bertindak. Berdasarkan intensitasnya, sikap memiliki tingkatan sebagai berikut : 1. Menerima Menerima diartikan bahwa seseorang mau menerima stimulus yang telah diberikan. 2. Menanggapi Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan yang diberikan dan dihadapi. 3. Menghargai Menghargai diartikan bahwa seseorang memberikan nilai positif terhadap objek, dalam arti mendiskusikannya dengan orang lain dan bahkan mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk merespon. 4. Bertanggung jawab Bertanggung jawab atas apa yang diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap yang diyakininya, maka dia harus berani mengambil resiko. Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, determinan yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan KB MKJP di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura. Maka kerangka konsep penelitian ini adalah : Variabel independen Variabel dependen Faktor Predisposisi :  Pendidikan  Pengetahuan  Persepsi  Keyakinan Faktor Pendukung :  Jarak tempat pelayanan  Biaya pemasangan alat kontrasepsi Faktor Pendorong :  Dukungan Suami  Sikap tenaga kesehatan Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan Explanatory Research penelitian penjelasan, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong terhadap pemanfaatan pelayanan KB MKJP di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Singarimbun, 1995. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015. Adapun alasan pemilihan lokasi ini adalah berdasarkan hasil laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat tahun 2014 bahwa pencapaian Peserta KB aktif MKJP di Kecamatan Tanjung Pura rendah yaitu 16,28, yang masih jauh dari target CPR yaitu 65.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilakukan dimulai pada bulan Februari – Selesai tahun 2015. Universitas Sumatera Utara 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wanita peserta KB yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura yang berjumlah 8032 orang dengan rincian wanita peserta KB MKJP sebesar 1130 dan Non MKJP sebesar 6092. 3.3.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah wanita peserta KB di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura. Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan besar sampel dalam penelitian ini, yaitu : Keterangan : N = Besar Populasi n = Besar Sampel d = Tingkat Kepercayaan ketepatan yang diinginkan 0.1 Maka besar sampel untuk penelitian ini adalah : n = 98,77 responden = 100 responden Universitas Sumatera Utara Maka berdasarkan perhitungan diatas diperoleh sampel sebanyak 100 responden diwilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat. Sampel ini diambil secara proporsional pada seluruh wanita peserta KB dengan teknik pengambilan sampel dengan cara Simple Random Sampling. Sugiyono, 2008 Tabel 3.1 Proporsi Sampel per DesaKelurahan No. DesaKelurahan Peserta KB Proporsi Sampel per DesaKelurahan 1. Serapuh Asli 156 1568032 x 100 = 2 2. Pematang Tengah 339 3398032 x 100 = 4 3. Paya Kerupuk 383 3838032 x 100 = 5 4. Pekan Tanjung Pura 1524 15248032 x 100 = 19 5. Lalang 227 2278032 x 100 = 3 6. Pantai Cermin 647 6478032 x 100 = 8 7. Pekubuan 489 4898032 x 100 = 6 8. Teluk Bakung 519 5198032 x 100 = 7 9. Pematang Serai 363 3638032 x 100 = 5 10. Baja Kuning 270 2708032 x 100 = 3 11. Pulau Banyak 315 3158032 x 100 = 4 12. Pematang Cengal 969 9698032 x 100 = 12 13. Kwala Serapuh 177 1778032 x 100 = 2 14. Kwala Langkat 183 1838032 x 100 = 2 15. Bubun 377 3778032 x 100 = 5 16. Tapak Kuda 231 2318032 x 100 = 3 17. Suka Maju 337 3378032 x 100 = 4 18. Karya Maju 280 2808032 x 100 = 3 19. Pematang Cengal Barat 246 2468032 x 100 = 3 Total 8032 100

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penilitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengumpulan data primer dan pengumpulan data sekunder. Universitas Sumatera Utara 1. Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan untuk memperoleh informasi sehubungan dengan tujuan penelitian. 2. Data Sekunder Data diperoleh dengan cara mengumpulkan laporan pencapaian peserta KB untuk bulan Januari dan Februari 2015 di Puskesmas Pantai Cermin, laporan dari unit pelaksana teknis Bina KB dan PP kecamatan Tanjung Pura tentang pencapaian peserta KB MKJP dan Non – MKJP di Kecamatan Tanjung Pura.

3.5 Variabel dan Definisi Operasional

Definisi variabel bebas yang terdiri dari faktor predisposisi meliputi : status pendidikan, pengetahuan, persepsi, dan keyakinan, dan faktor pendukung meliputi : jarak tempat pelayanan dan biaya serta faktor pendorong meliputi : dukungan suami dan sikap tenaga kesehatan adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah dijalani oleh responden, yaitu : tidak sekolah, tidak tamat SD, tamat SDMD, tamat SLTPMTs dan tamat SLTAMA. 2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang responden ketahui tentang KB MKJP yang mencakup pemgertian dan manfaat KB MKJP. Universitas Sumatera Utara 3. Persepsi adalah penilaian atau pendapat responden mengenai pelayanan KB MKJP. 4. Keyakinan adalah sikap dan pandangan responden terhadap KB MKJP dari segi sosio-psikologis. 5. Jarak tempuh pelayanan adalah jarak yang ditempuh oleh responden dari tempat tinggalnya ke tempat pelayanan KB MKJP. 6. Biaya pemasangan alat kontrasepsi adalah semua pengeluaran yang dikeluarkan untuk memasang kontrasepsi. 7. Dukungan suami adalah pernyataan responden tentang suami yang mendukung atau tidak mendukung untuk memakai alat kontrasepsi MKJP. 8. Sikap tenaga kesehatan adalah penilaian atau pendapat peserta KB terhadap tanggaan atau respon yang ditunjukkan tenaga kesehatan dalam pelayanan KB MKJP. 9. Pemanfaatan pelayanan KB MKJP adalah penggunaan pelayanan KB MKJP di wilayah kerja puskesmas. 3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Metode Pengukuran Variabel Terikat Pengukuran variabel dependen terikat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Tabel 3.2 Metode Pengukuran Variabel Terikat No. Variabel Jumlah Indikator Kategori Jawaban Bobot Kriteria Skor Skala Ukur 1. Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP 2 Ya Tidak 2 1 1. Memanfaatkan 2. Tidak memanfaatkan 2-4 2 Ordinal

3.6.2 Metode Pengukuran Variabel Bebas

Pengukuran variabel independen bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.3 Metode Pengukuran Variabel Bebas No. Variabel Jumlah pertanya an Kategori Jawaban Bobot Kriteria Skor Skala Ukur 1. Pendidikan 1 1. Tinggi tamat SLTASMA, tamat AkademiPT 2. Rendah tidak sekolah, tidaktamat SD, tamat SLTPSMP Ordinal 2. Pengetahuan 12 Ya Tidak 2 1 1. Baik, Jika jawaban tahu ≥75 2. Tidak Baik, Jika jawaban tidak tahu 75 19-24 18 Ordinal 3. Persepsi 4 Ya Tidak 2 1 1. Baik 2. Tidak Baik 6-8 6 Ordinal 4. Keyakinan 1 Ya Tidak 2 1 1. Baik 2. Tidak Baik 2 2 Ordinal 5. Jarak Tempat Pelayanan 2 Ya Tidak 2 1 1. Mudah 2. sulit 3-4 2 Ordinal 6. Biaya Pemasangan Alat Kontrasepsi 1 Ya Tidak 2 1 1. Jika ≤ median 10000 2. Jika median 10000 2 2 Ordinal 7. Dukungan Suami 3 Ya Tidak 2 1 1. Mendukung 2. Tidak Mendukung 4-6 4 Ordinal Universitas Sumatera Utara 8. Sikap Tenaga Kesehatan 5 Ya Tidak 2 1 1. Baik 2. Tidak Baik 8-10 8 Ordinal

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui 2 tahap, yaitu : 1. Analisis Univariat Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran karakteristik responden dengan menggunakan distribusi frekunsi masing-masing variabel bebas dan variabel terikat. 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan dari masing – masing variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan uji Chi Square dengan tingkat kemaknaan , dengan kriteria : a. Ho ditolak jika p maka terdapat hubungan antara variabel independent bebas dengan variabel dependen terikat. b. Ho diterima jika p maka tidak terdapat hubungan antara variabel independen bebas dengan variabel dependen terikat. Universitas Sumatera Utara

3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel – variabel bebas dan variabel terikat dengan menggunakan analisis regresi logistik ganda pada . Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak Geografis Puskesmas Pantai Cermin Terletak di Jl. Terusan No. 106 desa Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura. Kecamatan Tanjung Pura merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Langkat dengan luas wilayah 165,78 km 2 . Kecamatan Tanjung Pura memiliki 19 DesaKelurahan. Batas – Batas wilayah Kecamatan Tanjung Pura adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Selat Malaka b. Sebelah Selatan : Kecamatan Hinai c. Sebelah Barat : Kecamatan Gebang d. Sebelah Timur : Kecamatan Secanggang

4.1.2 Demografis

Puskesmas Pantai Cermin memiliki wilayah kerja 19 DesaKelurahan, yaitu : Pekan Tanjung Pura, Serapuh Asli, Pematang Tengah, Paya Perupuk, Lalang, Pantai Cermin, Pekubuan, Teluk Bakung, Pematang Serai, Baja Kuning, Pulau Banyak, Pematang Cengal, Kwala Serapuh, Kwala Langkat, Bubun, Tapak Kuda, Karya Maju, Suka Maju, dan Pematang Cengal Barat. Berdasarkan Profil Puskesmas Pantai Cermin, jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin mencapai 66.733 jiwa, terdiri dari 33.255 laki – laki dan 33.477 perempuan. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Data Sarana Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat No. Sarana Kesehatan Jumlah 1. Rumah Sakit Umum 1 2. Puskesmas Pembantu 9 3. Poskesdes 15 4. Posyandu 89 Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Pantai Cermin Tahun 2014 4.2 Analisis Univariat

4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Sosiodemografi

Distribusi responden berdasarkan sosiodemografi meliputi umur, agama, suku, jumlah anak, dan alat kontrasepsi yang digunakan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin, diperoleh distribusi responden yang terbanyak adalah berumur 26 – 35 tahun, yaitu sebanyak 45 jiwa 45. Berdasarkan agama yang dianut responden yang terbanyak adalah agama Islam sebanyak 95 jiwa 95. Mayoritas suku adalah Melayu sebanyak 47 jiwa 47. Jumlah anak paling banyak yaitu 3 – 4 anak sebanyak 54 jiwa 54. Dan alat kontrasepsi yang digunakan yang paling banyak adalah pil sebanyak 42 jiwa 42. Secara rinci hasil distribusi responden dapat dilihat pada tabel 4.2 Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Sosiodemografi No. Variabel Jumlah

1. Umur :

a. 19 - 25 b. 26 - 35 c. 36 - 45 d. ≥ 46 12 45 34 9 12,0 45,0 34,0 9,0

2. Agama :

a. Islam b. Kristen 95 5 95,0 5,0

3. Suku :

a. Melayu b. Jawa 47 40 47,0 40,0 Universitas Sumatera Utara c. Batak d. Lainnya 7 6 7,0 6,0 4. Jumlah Anak : a. 1 – 2 b. 3 – 4 c. ≥ 5 32 54 14 32,0 54,0 14,0

5. Alat Kontrasepsi :

a. Pil b. Suntik c. Kondom d. IUD e. Implan f. MOW 42 39 5 3 6 5 42,0 39,0 5,0 3,0 6,0 5,0 Jumlah 100 100,0 4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Predisposisi

4.2.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Pre-Eklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

1 102 133

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan, Sikap dan Pelayanan KB Dengan Keikutsertaan Pria Dalam Program KB DI Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Pantai Cermin Tahun 2008

5 191 93

Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Dan Pola Asuh Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahunb 2008

0 43 71

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

Determinan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Pada Akseptor KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014

4 39 171

Hubungan antara Penggunaan KB Suntik Dengan Tekanan Darah pada Akseptor di Wilayah Kerja Puskesmas Desa Lalang Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

0 1 9

B. Pendidikan terakhir responden : 1. Tidak sekolah Tidak tamat SD - Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN - Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015

0 0 11

DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN KB MKJP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI CERMIN KECAMATAN TANJUNG PURA LANGKAT TAHUN 2015

0 0 17