Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Pre-Eklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012

(1)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU HAMIL TERHADAP PEMANFAATAN ANC UNTUK DETEKSI DINI PRE-EKLAMPSIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PANTAI CERMIN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012

TESIS

Oleh

SUDARIYATI

107032239/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF PREGNANT MOTHER’S CHARACTERISTICS ON THE UTILIZATION OF ANTENATAL CARE FOR EARLY

DETECTION OF PRE-ECLAMPSIA IN THE WORKING AREA OF PUSKESMAS PANTAI CERMIN, TANJUNG PURA

SUBDISTRICT, LANGKAT DISTRICT IN 2012

THESIS

By

SUDARIYATI 107032239/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU HAMIL TERHADAP PEMANFAATAN ANC UNTUK DETEKSI DINI PRE-EKLAMPSIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PANTAI CERMIN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh SUDARIYATI 107032239/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH KARAKTERISTIK IBU HAMIL TERHADAP PEMANFAATAN ANC UNTUK DETEKSI DINI PRE-EKLAMPSIA DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI CERMIN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012 Nama Mahasiswa : Sudariyati

Nomor Induk Mahasiswa : 107032239

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M) (dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah diuji

Pada Tanggal : 13 Juni 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M Anggota : dr. Yusniwarti Yusad, M.Si

dr. M. Rusda, Sp.OG (K)


(6)

PERNYATAAN

PENGARUH KARAKTERISTIK IBU HAMIL TERHADAP PEMANFAATAN ANC UNTUK DETEKSI DINI PRE-EKLAMPSIA DI WILAYAH KERJA

PUSKESMAS PANTAI CERMIN KECAMATAN TANJUNG PURA KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2012

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2012

SUDARIYATI 107032239/IKM


(7)

ABSTRAK

Menurut WHO, pada tahun 2008 angka kejadian preeklampsia di seluruh dunia berkisar antara 0,51%-38,4%, sedangkan data dari rumah sakit seluruh Indonesia, angka kematian maternal akibat eklampsia atau preeklampsia sebesar 44,91%. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya Preeklampsia, salah satunya adalah faktor perilaku yaitu tidak memanfaatkan pelayanan ANC untuk deteksi dini yang disebabkan oleh karakteristik psikologis ibu hamil (pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi)

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional yang bertujuan menganalisis pengaruh karakteristik ibu hamil terhadap deteksi dini preeklampsia. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini 456 orang, dan diperoleh sampel 82 orang. Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC untuk deteksi dini pre-eklampsia adalah motivasi dengan koefisien regresi= 5,091, sig.=0,000, dan nilai Exp(β)=62,500. Jika faktor motivasi tinggi (0), maka ibu hamil memanfaatkan ANC untuk deteksi dini preeklampsia sebesar 92,86%, dan jika motivasi rendah sebesar 7,41%.

Diharapkan kepala Puskesmas Pantai Cermin membuat kebijakan dengan mengintensifkan kegiatan penjaringan bumil risiko tinggi dan melakukan evaluasi terhadap kinerja bidan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin dalam pelaksanaan pelayanan antenatal care (ANC) untuk deteksi dini preeklampsia. Kata Kunci : Karakteristik, Pemanfaatan ANC, Preeklampsia


(8)

ABSTRACT

According to the WHO, the rate of pre-eclampsia incident in the world in 2008 was between 0.51% and 38.4%, while the data obtained from the hospitals all over Indonesia showed that the material mortality rate caused by eklampsia or eclampsia was 44.91%. One of the many factors causing the incident of pre-eclampsia was the behaviour hat does not utilize ANC service for early detection caused by the characteristics of pregnant mother (knowledge, perception, attitude, and motivation).

The purpose of this analytical descriptive study with cross-sectional design was to analyze the influence of pregnant mother’s characteristics on the early detection of pre-eclampsia. Conducted in the working area of Puskesmas Pantai Cermin, Tanjung Pura Subdistrict, Langkat District, the population of this study was 456 pregnant mothers and 82 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis using Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression tests.

The result of multiple logistic regression tests showed that the variable which had influence in the utilization of ANC for early detection of pre-eclampsia was motivation with regression coefficient = 5.091; sig. = 0.000, and β= 62.500. If the factor of motivation is high (0), the pregnant mother utilized the ANC for early detection of pre-eclampsia was 92.86%, and 7.41% if the factor of motivation was low.

The management of Puskesmas Pantai Cermin is expected to make a policy by intensifying the activities of gathering high-risk pregnant mothers and evaluating the performance of the midwives working in the working area of Puskesmas Pantai Cermin in implementing the Antenatal Care (ANC) service for early detection of pre-eclampsia.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala Rahmat dan KaruniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil terhadap Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Pre-Eklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012.”

Penulis menyadari penulisan ini tidak dapat terlaksana tanpa bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang tidak terhingga kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi, M.K.M, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang memberikan masukan, bimbingan, dan saran-saran perbaikan hingga selesainya tesis ini.


(10)

6. dr. Yusniwarti Yusad, M.Si, selaku Pembimbing Kedua, yang penuh perhatian, kesabaran dan ketelitian dalam memberikan bimbingan, arahan, petunjuk, hingga selesainya penulisan Tesis ini

7. Seluruh Tim Pembanding yang telah bersedia menguji guna penyempurnaan tesis ini.

8. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi, dukungan pada penulis dalam penyusunan tesis ini.

10.Seluruh rekan-rekan mahasiswa yang telah menyumbangkan masukan dan saran serta kritikan untuk kesempurnaan tesis ini.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT untuk memohon Ridho-Nya. Semoga tesis penelitian ini dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan kesehatan.

Medan, Juli 2012 Penulis


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Sudariyati dilahirkan di Desa Sei Bamban pada tanggal 02 April 1971 dan anak dari pasangan Alm. M. Tamin dan Almh. Mona.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 050694 Batang Serangan tahun 1979 dan selesai pada tahun 1984. Pada tahun 1987 penulis menamatkan Sekolah Menengah Pertama Swasta Ampera Batang Serangan dan menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan Depkes RI Medan tahun 1990. Pada tahun 1991 penulis menamatkan Program Diploma-I Kebidanan Depkes RI Medan, dan pada tahun 2001 penulis menamatkan Program Diploma-III Kebidanan Poltekkes Medan Jalur Khusus Rumah Sakit Adam Malik Medan. Pada tahun 2003, penulis menamatkan D-IV Bidan Pendidik di Universitas Sumatera Utara Medan. Pada tahun 2010-2012 penulis menempuh pendidikan di Program Studi S-2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Reproduksi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Saat ini penulis bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dengan status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Permasalahan ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Hipotesis ... 8

1.5.Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia ... 9

2.2. Landasan Teori ... 44

2.3. Kerangka Konsep ... 46

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 48

3.1. Jenis Penelitian ... 48

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 48

3.3. Populasi dan Sampel ... 49

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 50

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 51

3.6. Metode Pengukuran ... 52

3.7. Metode Analisis Data ... 55

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 57

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 57

4.2. Analisis Univariat ... 62

4.3. Analisis Bivariat ... 67


(13)

BAB 5. PEMBAHASAN ... 74

5.1. Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia ... 74

5.2. Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia ... 76

5.3. Pengaruh Persepsi terhadap Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia ... 79

5.4. Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia ... 82

5.5. Pengaruh Motivasi terhadap Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia ... 84

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

6.1. Kesimpulan ... 86

6.2. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Klasifikasi Preeklampsia ... 34 3.1. Pengukuran Variabel Bebas (Independen) ... 55 3.2. Pengukuran Variabel Terikat (Dependen) ... 55 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Identitas di Wilayah Kerja

Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten

Langkat Tahun 2012 ... 63 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Kabupaten

Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung

Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 64 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Persepsi di Kabupaten

Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung

Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 65 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap di Kabupaten Wilayah

Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura

Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 65 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Motivasi di Kabupaten

Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung

Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012 ... 66 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan ANC untuk

Deteksi Dini Preeklampsia di Kabupaten Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten

Langkat Tahun 2012 ... 66 4.8. Tabulasi Silang Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemanfaatan

ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten

Langkat Tahun 2012 ... 67 4.9. Tabulasi Silang Pengaruh Persepsi terhadap Pemanfaatan ANC


(15)

Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Tahun 2012 ... 68 4.10. Tabulasi Silang Pengaruh Sikap terhadap Pemanfaatan ANC

untuk Deteksi Dini Preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Tahun 2012 ... 69 4.11. Tabulasi Silang Pengaruh Motivasi terhadap Pemanfaatan ANC

untuk Deteksi Dini Preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat

Tahun 2012 ... 70 4.12. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda ... 72 4.13. Nilai Probabilitas Ibu Hamil Memanfaatkan ANC untuk Deteksi

Dini Preeklampsia ... 73


(16)

DAFTAR BAGAN

No Judul Halaman

2.1. Skema Alur Protap Penanganan Preeklampsia ... 14 2.2. Determinan Perilaku Manusia ... 46 2.3. Kerangka Konsep ... 46


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 92

2. Data Uji Validitas dan Reliabilitas Data ... 98

3. Output Validitas dan Reliabilitas Data ... 99

4. Master Data ... 104

5. Keluaran (Output) SPSS ... 106


(18)

ABSTRAK

Menurut WHO, pada tahun 2008 angka kejadian preeklampsia di seluruh dunia berkisar antara 0,51%-38,4%, sedangkan data dari rumah sakit seluruh Indonesia, angka kematian maternal akibat eklampsia atau preeklampsia sebesar 44,91%. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya Preeklampsia, salah satunya adalah faktor perilaku yaitu tidak memanfaatkan pelayanan ANC untuk deteksi dini yang disebabkan oleh karakteristik psikologis ibu hamil (pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi)

Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan desain cross sectional yang bertujuan menganalisis pengaruh karakteristik ibu hamil terhadap deteksi dini preeklampsia. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat. Populasi dalam penelitian ini 456 orang, dan diperoleh sampel 82 orang. Analisis data dilakukan menggunakan analisis univariat, analisis bivariat dengan uji Chi-square, dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik ganda.

Hasil penelitian dengan menggunakan uji regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap pemanfaatan ANC untuk deteksi dini pre-eklampsia adalah motivasi dengan koefisien regresi= 5,091, sig.=0,000, dan nilai Exp(β)=62,500. Jika faktor motivasi tinggi (0), maka ibu hamil memanfaatkan ANC untuk deteksi dini preeklampsia sebesar 92,86%, dan jika motivasi rendah sebesar 7,41%.

Diharapkan kepala Puskesmas Pantai Cermin membuat kebijakan dengan mengintensifkan kegiatan penjaringan bumil risiko tinggi dan melakukan evaluasi terhadap kinerja bidan di wilayah kerja Puskesmas Pantai Cermin dalam pelaksanaan pelayanan antenatal care (ANC) untuk deteksi dini preeklampsia. Kata Kunci : Karakteristik, Pemanfaatan ANC, Preeklampsia


(19)

ABSTRACT

According to the WHO, the rate of pre-eclampsia incident in the world in 2008 was between 0.51% and 38.4%, while the data obtained from the hospitals all over Indonesia showed that the material mortality rate caused by eklampsia or eclampsia was 44.91%. One of the many factors causing the incident of pre-eclampsia was the behaviour hat does not utilize ANC service for early detection caused by the characteristics of pregnant mother (knowledge, perception, attitude, and motivation).

The purpose of this analytical descriptive study with cross-sectional design was to analyze the influence of pregnant mother’s characteristics on the early detection of pre-eclampsia. Conducted in the working area of Puskesmas Pantai Cermin, Tanjung Pura Subdistrict, Langkat District, the population of this study was 456 pregnant mothers and 82 of them were selected to be the samples for this study. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis using Chi-square test, and multivariate analysis using multiple logistic regression tests.

The result of multiple logistic regression tests showed that the variable which had influence in the utilization of ANC for early detection of pre-eclampsia was motivation with regression coefficient = 5.091; sig. = 0.000, and β= 62.500. If the factor of motivation is high (0), the pregnant mother utilized the ANC for early detection of pre-eclampsia was 92.86%, and 7.41% if the factor of motivation was low.

The management of Puskesmas Pantai Cermin is expected to make a policy by intensifying the activities of gathering high-risk pregnant mothers and evaluating the performance of the midwives working in the working area of Puskesmas Pantai Cermin in implementing the Antenatal Care (ANC) service for early detection of pre-eclampsia.


(20)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan indikator kesehatan yang digunakan untuk menggambarkan status gizi dan kesehatan ibu dan bayi, kondisi kesehatan lingkungan serta tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, melahirkan dan masa nifas. Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 228/100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34/1.000 KH, sedangkan target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Kementrian Kesehatan tahun 2014, AKI sebanyak 118 / 100.000 KH, dan AKB sebanyak 24/1.000 KH (Kemenkes RI, 2011).

Menurut Sudhaberata (2006) penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor non medis atau faktor tidak langsung yaitu faktor ekonomi, sosial budaya, demografi serta faktor agama. Sebagai contoh, banyak kaum ibu yang menganggap sebagai peristiwa alamiah biasa padahal kehamilan merupakan peristiwa yang luar biasa, sehingga perhatian terhadap kesehatan ibu hamil harus diperhatikan. Rendahnya pengetahuan ibu terhadap kesehatan reproduksi dan pemeriksaan kesehatan selama kehamilan menjadi sebab tingginya kematian ibu selain pelayanan dan akses mendapatkan pelayanan kesehatan yang buruk.


(21)

Sebagian besar kematian terjadi pada masyarakat miskin dan mereka yang tinggal jauh dari rumah sakit. Penyebab kematian ibu langsung atau penyebab utama adalah perdarahan (28%), eklampsia (13%), aborsi yang tidak aman (11%), serta sepsis (10%). Preeklampsia dan eklampsia, serta infeksi dan perdarahan diperkirakan mencakup 75%-80% dari seluruh kematian maternal. Kejadian preeklampsia-eklampsia dikatakan sebagai masalah kesehatan masyarakat apabila Case Fatality Rate Preeklampsia-Eklampsia (CFR PE-E) mencapai angka 1,4%-1,8% (Zuspan dalam Roeshadi, 2006).

Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari: hipertensi, dan proteinuria. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008, angka kejadian preeklampsia di seluruh dunia berkisar antara 0,51%-38,4%. Di negara maju, angka kejadian preeklampsia berkisar antara 5-6% dan eklampsia 0,1-0,7% (Bahari, 2009). Menurut Roeshadi (2006), angka kejadian preeklampsia dan eklampsia di seluruh dunia adalah 6%-8% di antara seluruh wanita hamil.

Pada tahun 2005, Angka Kematian Maternal (AKM) di rumah sakit seluruh Indonesia akibat eklampsia atau preeklampsia sebesar 44,91%. Di Surabaya, diperkirakan kematian akibat preeklampsia-eklampsia pada ibu mencapai 20% dan kematian perinatal berkisar 28% (Bahari, 2009). Data preeklampsia dan eklampsia yang dihimpun oleh Girsang yang dikutip Roeshadi (2006) adalah sebagai berikut: penelitian Simanjuntak di RSPM tahun 1993-1997 sebesar 5,75%, penelitian Tribawono di 12 rumah sakit di Indonesia tahun 1996-1997 sebesar 0,8-14%,


(22)

penelitian Maizia di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung tahun 1995-1998 sebesar 13,0%, penelitian Girsang E. di Rumah Sakit H. Adam Malik dan Rumah Sakit Pirngadi Medan tahun 2000-2002 sebesar 7,0%, dan penelitian Priyatini di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta tahun 2002 sebesar 9,17%.

Hasil penelitian lainnya yang dilakukan Soedjonoes (1983) di 12 rumah sakit pendidikan di Indonesia, didapatkan kejadian preeklampsia-eklampsia yaitu 5,30% dengan kematian perinatal 10,83 per seribu (4,9 kali lebih besar dibanding kehamilan normal). Hasil penelitian Lukas dan Rambulangi (1994), di dua rumah sakit pendidikan di Makassar, insidensi preeklampsia berat 2,61%, eklampsia 0,84% dan angka kematian akibatnya 22,2%.

Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo ditemukan 400-500 kasus/4.000 – 5.000 persalinan per tahun. (Dharma, 2005). Hasil penelitian Bahari (2009), di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Soetomo Surabaya mendapatkan hasil bahwa kejadian preeklampsia pada ibu bersalin sebagian besar dialami oleh ibu bersalin dengan usia <20 tahun, lebih dari setengah kejadian preeklampsia pada ibu bersalin terjadi pada ibu primipara, dan ada hubungan usia dan paritas terhadap kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.

Penelitian Rozikhan (2007) yang meneliti di Rumah Sakit Dr. H Soewondo Kendal, mendapatkan hasil bahwa variabel yang mempunyai risiko terjadinya preeklampsia berat adalah riwayat preeklampsia mempunyai risiko 15,506 kali, keturunan mempunyai risiko 7,110 kali, dan paritas mempunyai risiko 4,751 kali untuk terjadi preeklampsia berat.


(23)

Sampai saat ini etiologi preeklampsia yang pasti belum diketahui. Terdapat beberapa hipotesis mengenai etiologi preeklampsia antara lain iskemik plasenta, maladaptasi imun dan factor genetik (Dharma, 2005). Risiko preeklampsia juga meningkat pada kehamilan ibu yang memang sudah pernah mengalami preeklampsia pada kehamilan sebelumnya. Jika hal ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, preeklampsia akan segera berubah menjadi eklampsia, yaitu infeksi dan pendarahan yang dapat berakibat fatal bagi ibu.

Di Sumatera Utara, dilaporkan kasus preeklampsia terjadi sebanyak 3.560 kasus dari 251.449 kehamilan selama tahun 2010, sedangkan di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dilaporkan angka kematian ibu penderita preeklampsia tahun 2007-2008 adalah 3,45%, pada tahun 2008-2009 sebanyak 2,1%, dan pada tahun 2009-2010 adalah 4,65% (Dinkes Sumut, 2011).

Angka kematian ibu (AKI) di Kabupaten Langkat pada tahun 2010 yaitu 24 orang atau 83,02/100.000 kelahiran hidup (KH) dan 7 orang diantaranya meninggal karena preeklampsia/eklampsia. Angka kematian bayi pada tahun 2010 yaitu 115 bayi atau 6,20/1.000 KH. Berdasarkan data kasus preeklampsia di Kabupaten Langkat, bahwa pada tahun 2010 tercatat sebanyak 250 kasus preeklampsia dari 21.192 ibu hamil (Dinkes Kabupaten Langkat, 2011). Data yang diperoleh di Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura bahwa pada tahun 2011 terdapat 36 kasus preeklampsia dari 972 ibu hamil (3,7%) (Puskesmas Pantai Cermin, 2012). Hal ini menunjukkan bahwa kasus preeklampsia di Kecamatan Tanjung Pura masih tinggi,


(24)

dan memerlukan penanganan yang lebih serius. Salah satu upaya penanganan kasus preeklampsia pada masa kehamilan yaitu dengan deteksi dini.

Deteksi dini dalam pelayanan atau asuhan antenatal care (ANC) merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal agar tidak menjadi abnormal. Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Ibu hamil dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal (Saifuddin, 2006).

Pemeriksaan selama masa kehamilan (ANC) dilakukan ke dokter, bidan atau puskesmas. Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 3 kali selama kehamilan. Namun idealnya sesuai standar yang ditetapkan 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada trimester ketiga, atau semakin tua kehamilan semakin sering melakukan pemeriksaan (Indiarti, 2009).

Pada pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan tekanan darah sangat penting dilakukan pada setiap kunjungan karena setiap kenaikan tekanan darah saat kehamilan perlu diwaspadai terhadap bahaya hipertensi kehamilan (preeklampsia dan eklampsia). Hipertensi kehamilan hingga sekarang belum diketahui penyebabnya, tetapi jelas diketahui bahwa pembuluh nadi yang mengaliri rahim dan ginjal mengejang. Bila kekejangan ini sangat hebat, aliran darah menuju ke uri akan terganggu sehingga bayi juga terganggu pertumbuhannya atau bahkan mati sewaktu


(25)

masih dalam kandungan. Bahaya ini dapat diperkecil dengan dilakukan deteksi dini, yaitu bila tanda-tanda hipertensi dapat diketahui sejak awal (Jones, 2005).

Aktivitas deteksi dini kehamilan merupakan bagian dari perilaku kesehatan. Notoatmodjo (2007) mengatakan bahwa perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan. Meskipun perilaku merupakan bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Karakteristik merupakan faktor internal, sedangkan faktor lain dari luar merupakan faktor eksternal. Menurut Widianingrum (1999), perilaku seseorang dipengaruhi oleh karakteristik, yang terdiri dari: pengetahuan, sikap, budaya, umur, sosial ekonomi dan sebagainya. Notoatmodjo (2007) mengatakan perilaku manusia sebenarnya merupa-kan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan (karakteristik), seperti pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, dan niat.

Studi pendahuluan yang penulis lakukan di Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa jumlah ibu hamil hingga bulan Desember 2011 sebanyak 972 orang. Data cakupan K1 (Kunjungan Pertama) pada bulan Desember 2011 sebesar 75%, sedangkan cakupan K4 (Kunjungan Keempat) hanya 58%. Tidak tercapainya target cakupan K1 dan K4 pada ibu hamil mengindikasikan masih rendahnya minat ibu hamil untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada petugas kesehatan dalam rangka deteksi dini


(26)

komplikasi kehamilan seperti preeklampsia. Hasil wawancara dengan beberapa ibu hamil menunjukkan bahwa ibu kurang paham tentang preeklampsia (hipertensi dalam kehamilan) ataupun berapa kali ibu harus melakukan pemeriksaan kehamilan selama masa kehamilan, sikap ibu juga cenderung negatif terhadap deteksi dini kehamilan. Beberapa ibu hamil mengatakan melakukan pemeriksaan kepada dukun bayi dengan frekuensi yang tidak teratur.

Beranjak dari uraian dan permasalahan di atas, maka peneliti akan meneliti pengaruh karakteristik ibu hamil terhadap deteksi dini preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat Tahun 2012, sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu di Kecamatan Tanjung Pura pada khususnya dan seluruh Indonesia pada umumnya.

1.2. Permasalahan

Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh karakteristik ibu hamil (pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi) terhadap pemanfaatan ANC untuk deteksi dini preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2012.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh karakteristik ibu hamil (pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi) terhadap pemanfaatan ANC untuk deteksi dini


(27)

preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2012.

1.4. Hipotesis

Ada pengaruh karakteristik ibu hamil (pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi) terhadap deteksi dini preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat tahun 2012.

1.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti

Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan reproduksi agar preeklampsia dan eklampsia dapat dideteksi lebih dini dan menambah pengalaman dalam penelitian kesehatan.

2. Bagi Puskesmas Pantai Cermin

Hasil penelitian ini dapat sebagai masukan untuk mengevaluasi pelaksanaan program penyuluhan tentang manfaat ANC oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya pre-eklampsia.

3. Bagi Dinkes Kabupaten Langkat

Menjadi masukan bagi Pemerintah Kabupaten Langkat khususnya Dinas Kesehatan dalam perencanaan Pembangunan guna penurunan Angka Kesakitan dan Kematian Ibu di Kabupaten Langkat.

4. Bagi peneliti selanjutnya


(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia 2.1.1. Pengertian Pemanfaatan ANC

Asuhan antenatal atau antenatal care (ANC) adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan (Wiknjosastro, 2005). Sedangkan Pusdiknakes (2003), menyatakan bahwa ANC (Ante Natal Care) adalah asuhan yang diberikan untuk ibu sebelum persalinan; prenatal care.

Tujuan ANC (antenatal care) menurut Kusmiyati (2009) yaitu:

1. Mempromosikan dan menjaga fisik dan mental ibu dan bayi dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri, dan proses kelahiran bayi.

2. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah, atau obstetri selama kehamilan.

3. Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi komplikasi 4. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan nifas

normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.

Menurut Depkes RI (2009), dalam pelayanan asuhan antenatal pada ibu hamil dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi


(29)

anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas :

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan. 2. Ukur tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas) 4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.

7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 8. Tes laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana kasus

10.Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

2.1.2. Efektivitas Asuhan Antenatal

Kusmiyati (2009) menyatakan bahwa dengan memberikan asuhan antenatal yang baik akan menjadi salah satu tiang penyangga dalam safe motherhood dalam usaha menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Untuk meningkatkan efektivitas asuhan antenatal meliputi hal-hal berikut:


(30)

1. Asuhan diberikan oleh petugas yang terampil dan berkesinambungan.

2. Persiapan menghadapi persalinan yang baik dengan memperkirakan komplikasi. 3. Mempromosikan kesehatan dan pencegahan penyakit (tetanus toksoid, suplemen

gizi, pencegahan konsumsi alkohol dan rokok, dan lain-lain).

4. Mendeteksi dini komplikasi serta perawatan penyakit yang diderita ibu hamil (preeklampsia, eklampsia, HIV/AIDS, tuberkulosis, hepatitis, hipertensi, diabetes, dan lain-lain).

2.1.3. Deteksi Dini Preeklampsia pada Ibu Hamil 2.1.3.1. Pengertian Deteksi Dini

Deteksi dini adalah suatu mekanisme berupa pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar masyarakat/individu di daerah rawan mampu mengambil tindakan menghindari atau mengurangi risiko dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini merupakan upaya memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan situasi suatu masalah (Rukiyah, 2011).

Deteksi dini terhadap tanda bahaya kehamilan dilakukan minimal 4 kali selama ibu hamil atau dilakukan pada tiap trimester yaitu: pada kunjungan pertama atau pada trimester I tanda bahaya yang harus diwaspadai adalah: adanya anemia, penyakit keturunan, infeksi dan degeneratif, perdarahan (abortus, kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa), hiperemesis gravidarum, kelainan genetik janin (jika memiliki riwayat atau risiko) dan lain-lain.


(31)

Pada kunjungan ulang atau pada trimester kedua, yang harus diwaspadai tentang kejadian/tanda bahaya: perdarahan, preeklampsia, dan eklampsia, gangguan pertumbuhan janin. Pada kunjungan ulang di trimester ketiga, tanda bahayanya adalah: adanya kehamilan ganda, ibu mengalami perdarahan (plasenta previa atau solusio plasenta) (Rukiyah, 2011).

2.1.3.2. Deteksi Dini Preeklampsia pada Ibu Hamil

Deteksi dini preeklampsia pada ibu hamil pada kegiatan antenatal care merupakan salah satu standar pelayanan kebidanan (SPK) yaitu dengan melakukan ukur tekanan darah (Depkes RI, 2009). Dalam pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan, bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsia lainnya, serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya (Meilani, 2009).

Skrining untuk deteksi dini preeklampsia pada ibu hamil dilakukan pemeriksaan dengan cara: anamnese untuk menanyakan keluhan utama atau keluhan yang dirasakan saat ini, kemudian ditanyakan seluruh riwayat kesehatan yang lalu dan sekarang termasuk pemeriksaan ginekologi dan obstetri. Pemeriksaan lengkap yakni pemeriksaan yang dilakukan untuk meninjau apakah kondisi fisik ibu hamil ada masalah atau tidak dan dilakukan secara komprehensif atau lengkap dan detail dilakukan secara head to toe (dari kepala ke kaki) serta dilakukan pemeriksaan penunjang yang diperlukan, seperti laboratorium, pemeriksaan radiologi (Rukiyah, 2011).


(32)

Tanda dan gejala preeklampsia secara umum tampak jelas pada stadium yang relatif lanjut pada kehamilan, biasanya pada trimester ketiga. Walaupun demikian, kelainan dihasilkan dari interaksi abnormal antara ibu dan adanya trofoblas endovaskuler yang lebih dini pada kehamilan. Untuk alasan tersebut, hal ini masuk akal untuk menemukan indikator yang lebih dini untuk kelainan ini; tentu saja tes-tes yang banyak telah diusulkan, khususnya selama dua dekade terakhir, dengan maksud sebagai prediksi perkembangan lebih lanjut dari penyakit (Pangemanan, 2008).

Preeklampsia merupakan salah satu penyebab kematian pada ibu hamil, disamping infeksi dan perdarahan. Oleh sebab itu, bila ibu hamil sudah ketahuan beresiko, terutama sejak awal kehamilan, dokter kebidanan dan kandungan akan memantau lebih ketat kondisi kehamilan tersebut dengan melakukan pemeriksaan secara hati-hati (Rukiyah, 2011).

Menurut Manuaba (2008), pencegahan preeklampsia yaitu bagaimana penyakit ini dapat dideteksi sedini mungkin. Deteksi dini didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Karena itu, pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan agar preeklampsia dapat terdeteksi cepat untuk meminimalisir kemungkinan komplikasi yang lebih fatal. Pemeriksaan tekanan darah harus dilakukan dengan seksama, dan usahakan dilakukan oleh orang yang sama misalnya bidan atau dokter.


(33)

Alur prosedur tetap (protap) penanganan penderita preeklampsia yaitu:

Bagan 2.1. Skema Alur Protap Penanganan Preeklampsia Sumber : Manuaba dalam Rukiyah (2011).

Preeklampsia dan Eklampsia

Pemeriksaan 1. Fisik ibu

a. Tekanan darah b. Berat badan-edema c. Proteinuria

1. Janin

a. Gerakan janin b. Jantung janin c. Air ketuban 2. Konsultasi dokter

a. Laboratorium b. Rujukan

Dasar diagnosis klinis : a. Kenaikan berat badan a. Kenaikan tekanan darah b. Proteinuria

c. Oliguria

d. Kejang atau koma e. Nyeri kepala/epigastrium f. Penglihatan kabur g. Edema paru-paru h. Gangguan kesadaran

Terapi Aktif: 1. Indikasi vital

2. Gagal pengobatan 2 x 24 jam

3. Medis teknis:

a. Induksi persalinan b. Pecahkan ketuban c. Kala II Forsep Konservatif:

1. Kamar isolasi 2. Observasi:

a. Keseimbangan cairan b. Infus 2000 cc/24 jam 3. Pengobatan:

a. StroganolPenthotal b. Diazepam

c. Litik koktif d. Magnesium sulfat 4. Evaluasi pengobatan:

a. Diuresis

b. Kesadaran membaik c. Kejang berkurang d. Nadi dan tekanan

darah turun

e. Keluhan berkurang

Seksio sesarea: 1. Gagal induksi 2. Indikasi obstetri

Pengobatan konservatif berhasil: 1. Pengawasan hamil intensif 2. Kehamilan mencapai aterm 3. Persalinan per vaginam


(34)

Menurut Rambulangi (2003), pemeriksaan baku pada antenatal care (ANC) untuk mendeteksi preeklampsia adalah sebagai berikut:

1. Tekanan darah

Gambaran klinik yang khas pada preeklampsia yaitu ditemukannya kenaikan tekanan darah yang tinggi. Perbedaan kenaikan tekanan darah mempunyai arti klinis yang lebih penting dibandingkan dengan nilai absolut tekanan darah yang tinggi. Demikian pula kenaikan tekanan diastolik mempunyai arti prognostik yang lebih bermakna dari pada perubahan sistolik. Pengukuran tekanan darah sebaiknya menggunakan tensimeter air raksa, dengan penderita posisi duduk. Pengukuran dilakukan setelah penderita beristirahat sedikitnya 10 menit dan diulang sedikitnya 2 kali pemeriksaan. Dinyatakan hipertensi bila: a. Terdapat kenaikan tekanan sistolik >30 mmHg atau tekanan sistolik mencapai

140 mmHg atau lebih.

b. Bila didapatkan kenaikan tekanan diastolik >15 mmHg atau tekanan diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih.

Mayoritas ibu hamil akan tetap normotensif selama kehamilan bila tekanan darah diastolik <75 mmHg sebelum kehamilan 20 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Sahetapy di Makassar pada tahun 1994 tidak mendapatkan hubungan yang bermakna antara nilai validitas tekanan darah diastolik dengan prevalensi hipertensi dalam kehamilan.


(35)

2. Kenaikan berat badan.

Seringkali gejala pertama yang mencurigakan adanya preeklampsia ialah terjadi kenaikan berat badan yang melonjak tinggi dan dalam waktu singkat. Kenaikan berat badan 0,5 kg setiap minggu dianggap masih dalam batas wajar, tetapi bila kenaikan berat badan mencapai 1 kg per minggu atau 3 kg perbulan maka harus diwaspadai kemungkinan timbulnya preeklampsia. Ciri khas kenaikan berat badan penderita preeklampsia ialah kenaikan yang berlebihan dalam waktu singkat, bukan kenaikan berat badan yang merata sepanjang kehamilan, karena berat badan yang berlebihan tersebut merupakan refleksi daripada edema.

2.1.4. Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil terhadap Deteksi Dini Preeklampsia Karakteristik merupakan ciri khas yang mempunyai sifat khas dengan watak tertentu seperti tabiat, watak, sifat kejiwaan, akhlak (budi pekerti) yang dimiliki seseorang dan membedakan dengan orang lain (Depdiknas, 2003).

Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa karakteristik seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, umur, pengetahuan, sikap, perilaku, etnis, jenis kelamin, pendapat dan spiritual. Menurut Sigmund Freud, “karakteristik” adalah kumpulan tata nilai yang terwujud dalam suatu system daya dorong yang melandasi pemikiran, sikap dan perilaku, yang akan ditampilkan secara mantap. Karakteristik merupakan aktualisasi diri seseorang potensi dari dalam dan internalisasi nilai-nilai yang terpatri dalam diri seseorang melalui pendidikan, percobaan, pengorbanan dan pengaruh lingkungan menjadi nilai yang intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku.


(36)

Menurut Notoatmodjo (2007), perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, dan niat.

Dalam penelitian ini, karakteristik ibu hamil yang diteliti berkaitan dengan pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi ibu hamil dalam melakukan deteksi dini preeklampsia.

2.1.4.1. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu penginderaan sampai dengan menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan penglihatan (mata) (Taufik, 2007).

Pengetahuan kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku individu yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application). Analisis (analysis), sintesis (synthesis), evaluation (evaluation) (Notoatmodjo, 2007).


(37)

Selanjutnya Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni:

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional dipakai orang untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematik dan logis. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:

1) Cara coba salah (trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan satu hingga beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil maka dicoba dengan kemungkinan yang lain, sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

2) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah ditemukannya kina sebagai obat penyembuhan penyakit malaria. Kina ditemukan sebagai obat malaria adalah secara kebetulan oleh seorang penderita malaria yang sering mengembara.

3) Cara kekuasaan atau otoritas

Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan.


(38)

4) Berdasarkan pengalaman pribadi

Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

5) Cara akal sehat (Common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran pengetahuan. Sebelum ilmu pendidikan berkembang, para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasehat orang tuanya, atau agar anak disiplin menggunakan cara hukuman. Sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran bahwa hukuman adalah merupakan metode bagi pendidikan anak (meskipun bukan yang paling baik).

6) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi.

7) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berpikir.

8) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berpikir manusia juga ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain dalam


(39)

memperoleh kebenaran pengetahuan, manusia telah menggunakan jalan pikirannya.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut Metode Penelitian Ilmiah, atau lebih populer disebut metodologi penelitian.

Pengetahuan yang baru pada ibu hamil akan membentuk perilaku baru bagi ibu hamil, apabila seorang ibu hamil memiliki pengetahuan yang lebih tentang komplikasi kehamilan seperti preeklampsia maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah, menghindari atau mengatasi masalah resiko kehamilan tersebut dengan melakukan deteksi dini. Dengan pengetahuan tersebut, ibu memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal (memeriksakan kehamilannya), sehingga apabila terjadi resiko pada masa kehamilan tersebut dapat ditangani secara dini dan tepat oleh tenaga kesehatan seperti terjadinya preeklampsia (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4.2. Persepsi

Secara etimologi bahwa persepsi berasal dari bahasa Inggris yaitu perception yang artinya tanggapan, daya untuk memahami sesuatu. Menurut Walgito (2008) persepsi merupakan suatu proses yang dialami oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris.


(40)

Menurut Nugroho J. Setiadi (2003) dalam Syafrudin (2011) persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya aktivitas (pelayanan yang diterima) yang dapat dirasakan oleh suatu objek. Mengingat bahwa persepsi setiap orang terhadap suatu objek (pelayanan) akan berbeda-beda. Oleh karena itu persepsi memiliki sifat subjektif yang merupakan suatu rasa puas atau tidak oleh adanya pelayanan.

Menurut Daryanto (2010) prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :

a. Persepsi itu relatif bukannya absolut

Manusia bukanlah instrumen ilmiah yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya. Seseorang tidak dapat menyebutkan secara persis berat suatu benda yang dilihatnya atau kecepatan sebuah mobil yang sedang lewat, tetapi ia dapat secara relatif menerka berat berbagai benda atau kecepatan mobil-mobil. Dalam hubungan dengan kerelatifan persepsi ini dampak pertama dari suatu perubahan rangsangan dirasakan lebih besar dari pada rangsangan yang datang kemudian.

b. Persepsi itu selektif

Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan saja dari banyak rangsangan yang ada di sekelilingnya pada saat-saat tertentu. Ini berarti bahwa rangsangan yang diterima akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, apa yang ada suatu saat menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu


(41)

mempunyai kecenderungan. Ini berarti bahwa ada keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan.

c. Persepsi itu mempunyai tatanan

Orang menerima rangsangan tidak dengan cara sembarangan. Ia akan menerimanya dalam bentuk hubungan-hubungan atau kelompok-kelompok. Jika rangsangan yang datang tidak lengkap, ia akan melengkapinya sendiri sehingga hubungan itu menjadi jelas.

d. Persepsi itu dipengaruhi harapan dan kesiapan (penerima rangsangan)

Harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan mana yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya bagaimana pesan yang dipilih, itu akan ditata dan demikian pula bagaimana pesan tersebut akan diinterpretasi.

e. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda dengan persepsi seseorang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama.

Di dalam proses pembentukan dan atau perubahan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri antara lain susunan saraf pusat, persepsi, motivasi, emosi, dan belajar. Susunan saraf pusat memegang peranan penting dalam perilaku manusia, karena perilaku merupakan sebuah bentuk perpindahan dari rangsang yang masuk ke rangsang yang dihasilkan. Persepsi (perception) merupakan praktik tingkat pertama berupa pengenalan dan pemilihan berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Misalnya seorang remaja berpikir untuk melakukan diet untuk membentuk tubuhnya seperti para model. Kondisi ini membuat remaja tersebut melakukan diet yang berarti membatasi dengan


(42)

cermat konsumsi kalori atau jenis makanan tertentu yang bisa membuat berat badan berkurang dan tubuh tetap sehat atau sebaliknya membahayakan diri sendiri. Demikian juga dengan ibu hamil, ibu hamil yang mempunyai persepsi baik tentang ANC dan deteksi dini kehamilan maka akan melakukan tindakan ANC dengan pergi ke petugas kesehatan untuk memeriksa kehamilannya (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4.3. Sikap

Sikap adalah suatu tingkatan afeksi baik yang bersifat positif maupun negatif dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif, yaitu afeksi senang, sedangkan afeksi negatif adalah afeksi yang tidak menyenangkan (Walgito, 2008).

Menurut Thurstone yang dikutip Ahmadi (2007) menyatakan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi di sini meliputi : simbol, kata-kata, slogan, orang, lembaga, ide dan sebagainya. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya orang yang dikatakan memiliki sikap yang negatif terhadap obyek psikologi bila ia tidak suka atau sikap unfavorable terhadap obyek psikologi.

Menurut Walgito (2008), sikap individu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1. Sikap itu tidak dibawa sejak lahir

Ini berarti bahwa manusia pada waktu dilahirkan belum membawa sikap tertentu terhadap suatu objek.


(43)

2. Sikap itu selalu berhubungan dengan objek sikap

Sikap selalu terbentuk atau dipelajari dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu, yaitu melalui proses persepsi terhadap objek tersebut.

3. Sikap dapat tertuju pada satu objek saja, tetapi juga dapat tertuju kepada sekumpulan objek-objek

Bila seseorang mempunyai sikap negara pada seseorang, maka orang tersebut akan mempunyai kecenderungan menunjukkan sikap negatif pada kelompok dimana orang tersebut bergabung.

4. Sikap itu dapat berlangsung lama atau sebentar

Jika suatu sikap telah terbentuk dalam diri seseorang, maka akan sulit berubah dan memakan waktu yang lama. Tetapi sebaliknya jika sikap itu belum mendalam dalam dirinya, maka sikap tersebut tidak bertahan lama, dan sikap tersebut mudah diubah.

5. Sikap itu mengandung faktor perasaan dan motivasi.

Sikap terhadap sesuatu objek akan diikuti oleh perasaan tertentu baik positif maupun negatif terhadap objek tersebut. Sikap juga mengandung motivasi, yang mempunyai daya dorong bagi industri untuk berperilaku secara individu terhadap objek yang dihadapinya.

Menurut Ahmadi (2007), sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu: 1. Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima,

mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.


(44)

2. Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma-norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Apabila individu memiliki sikap yang positif terhadap suatu obyek ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan obyek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap yang negatif terhadap suatu obyek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu (Ahmadi, 2007).

Menurut Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari berbagai tingkatan yaitu: 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.


(45)

2.1.4.4. Motivasi

Banyak para ahli mengemukakan pengertian motivasi dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing. Namun intinya sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu (Djamarah, 2008).

McDonald mengatakan bahwa motivation is a energy change within the person characterized by affective arousal and anticipatory goal reactions. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dari aktivitasnya, maka seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang dapat ia lakukan untuk mencapainya.

Dalam membicarakan soal macam-macam motivasi, terdiri dari dua sudut pandang, yakni motivasi yang berasal dari dalam diri pribadi seseorang yang disebut motivasi intrinsik, dan motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang disebut motivasi ekstrinsik (Djamarah, 2008).

2.1.5. Preeklampsia 2.1.5.1. Pengertian

Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga


(46)

pada kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya misalnya pada mola hidatidosa (Wiknjosastro, 2005).

Preeklampsia merupakan sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel, yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria (Cunningham et al, 2005).

Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias yaitu hipertensi, proteinuria yang kadang-kadang disertai konvulsi sampai koma, ibu tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda kelainan vascular atau hipertensi sebelumnya (Mochtar, 2008).

Kejadian preeklampsia dan eklampsia bervariasi di setiap negara bahkan pada setiap daerah. Dijumpai berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklampsia dan eklampsia diantaranya jumlah primigravida, terutama primigravida muda, distensi rahim berlebihan hidramnion, hamil kembar, mola hidatidosa, penyakit yang menyertai hamil seperti diabetes melitus, kegemukan, jumlah usia ibu lebih dari 35 tahun, preeklampsia berkisar antara 3-% dari kehamilan yang dirawat (Manuaba, 2010).

2.1.5.2. Etiologi Preeklampsia

Penyebab preeklampsia saat ini tidak dapat diketahui dengan pasti, walaupun penelitian yang dilakukan terhadap penyakit ini sudah sedemikian maju. Semuanya baru didasarkan pada teori yang dihubung-hubungkan dengan kejadian. Itulah


(47)

sebabnya preeklampsia disebut juga “disease of theory”, gangguan kesehatan yang berasumsi pada teori. Menurut Rukiyah (2011), adapun teori-teori tersebut antara lain:

1. Peran prostasiklin dan tromboksan

Pada preeklampsia dan eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin yang pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin. Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan dan serotonin, sehingga terjadi vasopasme dan kerusakan endotel.

2. Peran faktor imunologis

Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi pada kehamilan berikutnya. Hal ini dapat diterangkan bahwa pada kehamilan pertama pembentukan blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung adanya sistem imun pada penderita preeklampsia-eklampsia: beberapa wanita dengan preeklampsia-eklampsia mempunyai kompleks imun dalam serum, beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada preeklampsia-eklampsia diikuti proteinuria. Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivitas komplemen terjadi pada


(48)

preeklampsia-eklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem imunologi bisa menyebabkan preeklampsia-eklampsia.

3. Faktor genetik

Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian preeklampsia-eklampsia antara lain: (1) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia, (2) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia-eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeklampsia-eklampsia, (3) Kecende-rungan meningkatnya frekuensi pada preeklampsia-eklampsia pada anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia-eklampsia dan bukan pada ipar mereka, (4) Peran Renin-Angiotensin-Aldosteron System (RAAS).

2.1.5.3. Patofisiologi Preeklampsia

Vasokonstriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia-eklampsia. Vasokonstriksi menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriole disertai perdarahan mikro pada tempat endotel. Selain itu, Hubel (1989) mengatakan bahwa adanya vasokonstriksi arteri spiralis akan menyebabkan terjadinya penurunan perfusi uteroplasenter yang selanjutnya akan menimbulkan maladaptasi plasenta. Hipoksia/ anoksia jaringan merupakan sumber reaksi hiperoksidase lemak, sedangkan proses hiperoksidasi itu sendiri memerlukan peningkatan konsumsi oksigen, sehingga dengan demikian akan mengganggu metabolisme di dalam sel Peroksidase lemak adalah hasil proses oksidasi lemak tak jenuh yang menghasilkan hiperoksidase lemak


(49)

jenuh. Peroksidase lemak merupakan radikal bebas. Apabila keseimbangan antara peroksidase terganggu, dimana peroksidase dan oksidan lebih dominan, maka akan timbul keadaan yang disebut stress oksidatif (Rukiyah, 2011).

Pada preeklampsia-eklampsia serum anti oksidan kadarnya menurun dan plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat. Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein. Peroksidase lemak ini akan sampai ke semua komponen sel yang dilewati termasuk sel-sel endotel yang akan mengakibatkan rusaknya sel-sel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan mengakibatkan antara lain: adhesi dan agregasi trombosit, gangguan permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim lisosom, tromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit, produksi prostasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen oleh peroksidase lemak (Manuaba, 2008).

2.1.5.4. Jenis-Jenis Preeklampsia

Menurut Rukiyah (2011), jenis-jenis preeklampsia adalah sebagai berikut : 1. Preeklampsia ringan

Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah kehamilan. Gejala ini


(50)

dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu pada penyakit trofoblas. Penyakit preeklampsia ringan belum diketahui secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome” akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.

Gejala klinis preeklampsia ringan meliputi : (1) Kenaikan tekanan darah sistole 30 mHg atau lebih, diastole 15 mmHg atau lebih dari tekanan darah sebelum hamil pada kehamilan 20 minggu atau lebih atau sistolik 140 mmHg sampai kurang 160 mmHg, diastole 90 mmHg sampai kurang 110 mmHg. (2)Proteinuria: secara kualitatif lebih 0,3 gr/liter dalam 24 jam atau secara kualitatif positif 2 (+2), (3) Edema pada pretibia, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan.

Pemeriksaan dan diagnosis untuk menunjang keyakinan petugas kesehatan atas kemungkinan ibu mengalami preeklampsia ringan jika ditandai dengan kehamilan lebih 20 minggu, kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih dengan pemeriksaan 2 kali selang 6 jam dalam keadaan istirahat (untuk pemeriksaan pertama dilakukan 2 kali setelah istirahat 10 menit), edema tekan pada tungkai (pretibia), dinding perut, lumbosakral, wajah atau tangan, proteinuria lebih 0,3 gr/liter/24 jam, kualitatif +2.

Penanganan preeklampsia ringan dapat dilakukan dengan dua cara tergantung gejala yang timbul, yakni :

a. Penatalaksanaan rawat jalan pasien preeklampsia ringan, dengan cara: ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring), diet : cukup protein,


(51)

rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian sedative ringan: tablet Phenobarbital 3 x 30 mg atau diazepam 3 x 2 mg per oral selama 7 hari (atas instruksi dokter), roborantia, kunjungan ulang setiap 1 minggu,. Pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hematokrit, trombosit, urin lengkap, asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.

b. Penatalaksanaan rawat tinggal pasien preeklampsia ringan berdasarkan kriteria: setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-gejala preeklampsia, kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2 minggu), timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklampsia berat.

2. Preeklampsia berat

Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Gejala dan tanda preeklampsia berat: tekanan darah sistolik >160 mmHg, tekanan darah diastolik >110 mmHg, peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus, trombosit <100.000/mm3

Penyulit lain juga bisa terjadi, yaitu kerusakan organ-organ tubuh seperti gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan pembekuan darah, sindroma HELLP (hemolysis, elevated liver enzyme, low platelet), bahkan dapat , oliguria <400 ml/24 jam, proteinuria >3 gr/liter, nyeri epigastrium, skotoma dan gangguan visus lain atau nyeri frontal yang berat, perdarahan retina, ode pulmonum.


(52)

terjadi kematian pada janin, ibu, atau keduanya bila preeklampsia tidak segera diatasi dengan baik dan benar.

Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan maka perawatan dibagi menjadi: (1)Perawatan aktif yaitu kehamilan segera diakhiri atau determinasi ditambah pengobatan medicinal, (2) Perawatan konservatif yaitu kehamilan tetap dipertahankan ditambah pengobatan medicinal.

a. Perawatan aktif, sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada setiap penderita dilakukan pemeriksaan fetal assessment yakni pemeriksaan Non Stress Test (NST) dan Ultrasonografi (USG), dengan indikasi (salah satu atau lebih) yakni :

1) Ibu: usia kehamilan 37 minggu atau lebih, adanya tanda-tanda atau gejala impending eklampsia, kegagalan terapi konservatif yaitu setelah 6 jam pengobatan meditasi terjadi kenaikan desakan darah atau setelah 24 jam perawatan medicinal, ada gejala-gejala status quo (tidak ada perbaikan). 2) Janin: hasil fetal assessment jelek (NST & USG): adanya tanda intra

uterin growth retardation (IUGR).

3) Hasil laboratorium: adanya “HELLP Syndrome” (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar, trombositopenia).

b. Pengobatan medicinal pasien preeklampsia berat (dilakukan di rumah sakit atau atas instruksi dokter) yaitu: segera masuk rumah sakit, tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella setiap


(53)

jam, infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500cc, berikan Antasida, diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam, pemberian obat anti kejang: MgSO4

c. Anti hipertensi diberikan bila: tekanan darah sistolik lebih 180 mmHg, diastolic lebih 110 mmHg atau MAP lebih 125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta, dosis antihipertensi sama dengan dosis antihipertensi pada umumnya.

: diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/IM.

d. Bila dibutuhkan penurunan tekanan darah secepatnya, dapat diberikan obat-obat antihipertensi parenteral (tetesan kontinu), catapres injeksi. Dosis yang biasa dipakai 5 ampul dalam 500 cc cairan infus atau press disesuaikan dengan tekanan darah.

Secara ringkas, Manuaba (2010) mengklasifikasikan preeklampsia sebagai berikut:

Tabel 2.1. Klasifikasi Preeklampsia

Tipe Preeklampsia Tanda dan Gejala

Preeklampsia ringan - Tekanan darah sistolik 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.

- Tekanan darah diastolik 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.

- Kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dalam 1 minggu.

- Proteinuria 0,3 g atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urine kateter atau urine aliran pertengahan.


(54)

Preeklampsia berat - Bila salah satu di antara gejala atau tanda ditemukan pada ibu hamil, sudah dapat digolongkan preeklampsia berat.

- Tekanan darah 160/110 mmHg. - Oligouria, urine <400 cc/24 jam. - Proteinuria >3 g/liter

- Keluhan subjektif: nyeri epigastrium, gangguan penglihatan, nyeri kepala, edema paru dan sianosis.

- Gangguan kesadaran.

- Pemeriksaan kadar enzim hati meningkat disertai ikterus

- Perdarahan pada retina - Trombosit <100.000/mm.

2.1.5.5. Diagnosa Preeklampsia

Diagnosa dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas rendah bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadinya preeklampsia sukar dicegah, namun preeklampsia berat dan eklampsia biasanya dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini penyakit itu dan dengan penanganan secara sempurna (Rukiyah, 2011).

Pada umumnya diagnosis preeklampsia didasarkan atas adanya 2 dari trias tanda utama: hipertensi dan proteinuria. Hal ini memang berguna untuk kepentingan statistik, tetapi dapat merugikan penderita karena tiap tanda dapat merupakan bahaya kendatipun ditemukan tersendiri (Rukiyah, 2011).

Diagnosis diferensial antara preeklampsia dengan hipertensi menahun atau penyakit ginjal tidak jarang menimbulkan kesukaran. Pada hipertensi menahun adanya tekanan darah yang meninggi sebelum hamil, pada kehamilan


(55)

muda, atau 6 bulan postpartum akan sangat berguna untuk membuat diagnosis. Pemeriksaan funduskopi juga berguna karena perdarahan dan eksudat jarang ditemukan pada preeklampsia, kelainan tersebut biasanya menunjukkan hipertensi menahun. Untuk diagnosa penyakit ginjal saat timbulnya proteinuria banyak menolong, proteinuria pada preeklampsia jarang timbul sebelum trimester 3, sedang pada penyakit ginjal timbul lebih dahulu. Tes fungsi ginjal juga banyak berguna, pada umumnya fungsi ginjal normal pada preeklampsia ringan (Manuaba, 2008).

2.1.5.6. Faktor Risiko Preeklampsia 1. Faktor Predisposisi

Menurut Rozikhan (2007), wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia bila mempunyai faktor-faktor predisposisi sebagai berikut:

a. Nulipara

b. Kehamilan ganda (kembar) c. Usia < 20 atau > 35 tahun

d. Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya e. Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia

f. Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum ibu mengalami kehamilan


(56)

2. Status Reproduksi a) Faktor Usia

Usia 20 – 30 tahun adalah periode paling aman untuk hamil / melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal dari suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 – 7 % dan tinggi badan 1%. Dampak dari usia yang kurang, dari hasil penelitian di Nigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai angka kematian ibu 7 kali lebih besar dari wanita berusia 20 – 24 tahun. Faktor usia berpengaruh terhadap terjadinya preeklampsia/eklampsia. Usia wanita remaja pada kehamilan pertama atau nulipara umur belasan tahun (usia muda kurang dari 20 tahun).

Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita nulipara. Wanita yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis, menghadapi risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan atau superimposed pre-eklampsia. Jadi wanita yang berada pada awal atau akhir usia reproduksi, dahulu dianggap rentan.

b) Paritas

Dari kejadian delapan puluh persen semua kasus hipertensi pada kehamilan, 3-8 persen pasien terutama pada primigravida, pada kehamilan trimester kedua. Catatan statistik menunjukkan dari seluruh incidence dunia, dari 5%-8% pre-eklampsia dari semua kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan oleh primigravidae.


(57)

Faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman.

c) Kehamilan Ganda

Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal, dan sebagai faktor penyebabnya ialah dislensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa 8 (4%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin lebih dari satu.

d) Faktor Genetika

Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre-eklampsia. Atau mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga. Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena mendukung insiden hipertensi kronis yang mendasari.

3. Status Kesehatan a) Riwayat Hipertensi

Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau


(58)

hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara para wanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kira-kira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus (Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahan otak.

b) Riwayat Penderita Diabetes Melitus

Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa dalam pemeriksaan kadar gula darah sewaktu lebih dari 140 mg % terdapat 23 (14,1%) kasus preeklampsia, sedangkan pada kelompok kontrol (bukan preeklampsia) terdapat 9 (5,3%).

c) Status Gizi

Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia. d) Stres / Cemas

Meskipun di beberapa teori tidak pernah disinggung kaitannya dengan kejadian preeklampsia, namun pada teori stres yang terjadi dalam waktu panjang dapat mengakibatkan gangguan seperti tekanan darah.


(59)

2.1.5.7. Pencegahan Preeklampsia

Menurut Manuaba (2010), untuk mencegah kejadian preeklampsia dapat diberikan nasehat sebagai berikut :

1. Diet-makanan. Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak, kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema, makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna, untuk meningkatkan jumlah protein dengan tambahan satu butir telur setiap hari.

2. Cukup istirahat. Istirahat yang cukup sesuai pertambahan usia kehamilan berarti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan, lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

3. Pengawasan antenatal (hamil). Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian yaitu:

a. Uji kemungkinan preeklampsia

1) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya 2) Pemeriksaan tinggi fundus uteri.

3) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema 4) Pemeriksaan protein dalam urine

5) Jika mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum, dan pemeriksaan retina mata.


(60)

b. Penilaian kondisi janin dalam rahim 1) pemantauan tinggi fundus uteri.

2) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin, pemantauan air ketuban.

3) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi.

Kusmiyati (2009) mengatakan bahwa strategi untuk mencegah preeklampsia dan eklampsia adalah sebagai berikut:

1. Asuhan antenatal dan mengenali hipertensi

2. Identifikasi dan perawatan preeklampsia oleh penolong yang terampil. 3. Kelahiran tepat waktu.

4. Penggunaan magnesium sulfat.

2.1.5.8. Penatalaksanaan Preeklampsia

Bila tekanan darah meningkat, ibu hamil perlu istirahat sampai tekanan darah turun kembali. Hentikan makanan yang mengandung garam, makanan kemasan atau yang diawetkan. Istirahat dan lakukan relaksasi secukupnya, karena relaksasi dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Awasi tanda-tanda komplikasi kehamilan. Periksa teratur tekanan darah ibu hamil. Anjuran diet khusus dapat dilakukan bagi wanita hamil beresiko tinggi. Kurangi makanan tinggi sodium dan perbanyak minum (Indiarti, 2009).

Menurut himpunan Kedokteran Feomaternal (HKFM) tahun 2010 bahwa penatalaksanaan preeklampsia dapat secara rawat jalan dan rawat inap.


(61)

Penatalaksanaan secara rawat jalan (ambulatoir) adalah sebagai berikut:

1. Tidak mutlak harus tirah baring, dianjurkan ambulasi sesuai keinginannya. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan.

2. Diet regular: tidak perlu diet khusus. 3. Vitamin prenatal

4. Tidak perlu restriksi konsumsi garam

5. Tidak perlu pemberian diuretik, anithipertensi, dan sedativum. 6. Kunjungan ke rumah sakit tiap minggu

Penatalaksanaan secara rawat inap (hospitalisasi) yaitu : 1. Indikasi preeklampsia dirawat inap (hospitalisasi)

a. Hipertensi yang menetap selama >2 minggu. b. Proteinuria menetap selama >2 minggu c. Hasil tes laboratorium yang abnormal

d. Adanya gejala au tanda 1 (satu) atau lebih preeklamisa berat 2. Pemeriksaan dan monitoring pada ibu

a. Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam kecuali ibu tidur.

b. Pengamatan yang cermat adanya edema pada muka dan abdomen.

c. Penimbangan berat badan pada waktu ibu masuk rumah sakit dan penimbangan dilakukan setiap hari.

d. Pengamatan dengan cermat gejala preeklamsi dengan impending eklampsia: 1) Nyeri kepala frontal atau oksipital

2) Gangguan visus

3) Nyeri kuadran kanan atas perut 4) Nyeri epigastrum


(62)

3. Pemeriksaan laboratorium

a. Proteinuria pada dipstick pada waktu masuk dan sekurang-kurangnya diikuti 2 hari setelahnya.

b. Hematokrit dan trombosit: 2 x seminggu. c. Tes fungsi hepar : 2 x seminggu

d. Tes fungsi ginjal dengan pengukuran kreatinin serum, asam urat, dan BUN. e. Pengukuran produksi urine setiap 3 jam (tidak perlu dengan kateter tetap) 4. Pemeriksaan kesejahteraan janin

a. Pengamatan gerakan janin setiap hari b. NST 2 x seminggu

c. Profil biofisik janin, bila NST non reaktif.

d. Evaluasi pertumbuhan janin dengan USG, setiap 3-4 minggu. e. Ultrasound Doppler arteri umbilikus, arteri uterine.

Terapi medika mentosa adalah sebagai berikut : 1. Pada dasarnya sama dengan terapi ambulatory.

2. Bila terdapat perbaikan gejala dan tanda-tanda preeklampsia dan umur kehamilan ≥ 37 minggu, ibu masih perlu diobservasi selama 2-3 hari kemudian boleh dipulangkan.

Penatalaksanaan obstetrik tergantung usia kehamilan. Bila umur kehamilan <37 minggu dan tanda gejala tidak memburuk, kehamilan dapat dipertahankan sampai aterm. Bila umur kehamilan ≥37 minggu: 1)kehamilan dipertahankan sampai timbul onset partu, 2)Bila serviks matang pada tanggal taksiran persalinan dapat dipertimbangkan untuk dilakukan induksi persalinan.


(63)

2.2. Landasan Teori

Notoatmodjo (2007) mengatakan meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda tersebut disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya.

Menurut Widianingrum (1999) perilaku seseorang dipengaruhi oleh karakteristik, yang mana karakteristik tersebut terdiri dari: pengetahuan, sikap, budaya, umur, sosial ekonomi dan sebagainya. Green dalam Notoatmodjo (2007) mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non-behaviour causes). Salah satu faktor perilaku adalah faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Faktor predisposisi ini merupakan determinan atau faktor internal yang mempengaruhi perilaku seseorang.


(64)

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultan dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara garis besar perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk ditarik garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci, perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, persepsi, sikap, keinginan, kehendak, motivasi, dan niat. Namun demikian, pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosiobudaya masyarakat, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).

Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan berkelanjutan, oleh karena itu melalui antenatal care yang bertujuan untuk mencegah perkembangan preeklampsia, atau setidaknya dapat mendeteksi diagnosa dini sehingga dapat mengurangi kejadian kesakitan. Pada tingkat permulaan preeklampsia tidak memberikan gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care. Jika calon ibu melakukan kunjungan setiap minggu ke klinik prenatal selama 4-6 minggu terakhir kehamilannya, ada kesempatan untuk melakukan tes proteinuri, dan mengukur tekanan darah. Setelah diketahui diagnosa dini perlu segera dilakukan penanganan untuk mencegah masuk ke dalam eklampsia.


(65)

Perilaku pemanfaatan ANC untuk deteksi dini preeklampsia merupakan resultan dari karakteristik ibu (faktor internal) atau yang disebut Green sebagai faktor predisposisi (predisposing factors) yang meliputi pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi ibu hamil.

Bagan 2.2. Determinan Perilaku Manusia 2.3. Kerangka Konsep

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah alur penelitian ini digambarkan dalam rangka konsep seperti berikut.

Variabel Independen Variabel Dependen

• Pr

Bagan 2.3. Kerangka Konsep Karakteristik Psikologis :

1. Pengetahuan 2. Persepsi 3. Sikap 4. Motivasi Pemanfaatan ANC untuk Deteksi Dini Preeklampsia • Pengalaman

• Keyakinan • Fasilitas • Sosiobudaya

Perilaku • Pengetahuan

• Persepsi • Sikap • Keinginan • Kehendak • Motivasi • Niat

Karakteristik Demografi : 1. Umur

2. Pendidikan

3. Jumlah Kehamilan 4. Pendapatan


(66)

Berdasarkan kerangka konsep di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan, persepsi, sikap, dan motivasi ibu hamil berpengaruh terhadap deteksi dini preeklampsia di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten Langkat.


(1)

persepsi * pemanfaatan ANC

Crosstab

pemanfaatan ANC

Total baik tidak baik

persepsi baik Count 47 12 59

% within persepsi

79.7% 20.3% 100.0%

% of Total 57.3% 14.6% 72.0%

kurang baik Count 5 18 23

% within persepsi

21.7% 78.3% 100.0%

% of Total 6.1% 22.0% 28.0%

Total Count 52 30 82

% within persepsi

63.4% 36.6% 100.0%

% of Total 63.4% 36.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 23.931a 1 .000

Continuity Correctionb 21.499 1 .000

Likelihood Ratio 24.018 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 23.639 1 .000

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.41. b. Computed only for a 2x2 table


(2)

sikap * pemanfaatan ANC

Crosstab

pemanfaatan ANC

Total baik tidak baik

sikap positif Count 45 15 60

% within sikap 75.0% 25.0% 100.0%

% of Total 54.9% 18.3% 73.2%

negatif Count 7 15 22

% within sikap 31.8% 68.2% 100.0%

% of Total 8.5% 18.3% 26.8%

Total Count 52 30 82

% within sikap 63.4% 36.6% 100.0%

% of Total 63.4% 36.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 12.938a 1 .000

Continuity Correctionb 11.144 1 .001

Likelihood Ratio 12.699 1 .000

Fisher's Exact Test .001 .000

Linear-by-Linear Association 12.780 1 .000

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8.05. b. Computed only for a 2x2 table


(3)

motivasi * pemanfaatan ANC

Crosstab

pemanfaatan ANC

Total baik tidak baik

motivasi tinggi Count 50 4 54

% within motivasi 92.6% 7.4% 100.0%

% of Total 61.0% 4.9% 65.9%

rendah Count 2 26 28

% within motivasi 7.1% 92.9% 100.0%

% of Total 2.4% 31.7% 34.1%

Total Count 52 30 82

% within motivasi 63.4% 36.6% 100.0%

% of Total 63.4% 36.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 58.031a 1 .000

Continuity Correctionb 54.407 1 .000

Likelihood Ratio 64.773 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 57.324 1 .000

N of Valid Cases 82

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.24. b. Computed only for a 2x2 table


(4)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 82 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 82 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 82 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

baik 0

tidak baik 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted pemanfaatan ANC

Percentage Correct baik tidak baik

Step 0 pemanfaatan ANC baik 52 0 100.0

tidak baik 30 0 .0

Overall Percentage 63.4

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0 Constant -.550 .229 5.756 1 .016 .577

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0 Variables pengetahuan 18.451 1 .000

persepsi 23.931 1 .000

sikap 12.938 1 .000

motivasi 58.031 1 .000


(5)

Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig.

Step 1 Step 64.773 1 .000

Block 64.773 1 .000

Model 64.773 1 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 42.927a .546 .747

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted pemanfaatan ANC

Percentage Correct baik tidak baik

Step 1 pemanfaatan ANC baik 50 2 96.2

tidak baik 4 26 86.7

Overall Percentage 92.7

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a motivasi 5.091 .899 32.055 1 .000 62.500 27.893 246.688

Constant -2.526 .520 23.627 1 .000 .080

a. Variable(s) entered on step 1: motivasi.

Model if Term Removeda

Variable

Model Log Likelihood

Change in -2

Log Likelihood df

Sig. of the Change

Step 1 motivasi -54.553 66.179 1 .000

a. Based on conditional parameter estimates

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 1 Variables pengetahuan .504 1 .478

persepsi 1.136 1 .287

sikap .347 1 .556


(6)

Dokumen yang terkait

Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015

4 55 139

Perspektif Gender Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat

3 55 133

Pengaruh Karakteristik Ibu Hamil Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Antenatal K4 di Kelurahan Tg. Jati Wilayah Kerja Puskesmas Sambi Rejo Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat Tahun 2004

1 23 74

Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura kabupaten Langkat Tahun 2008

5 71 83

PENGARUH KELAS PRE-NATAL TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARTASURA Pengaruh Kelas Pre-Natal Terhadap Kadar Hemoglobin Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo.

0 2 16

B. Pendidikan terakhir responden : 1. Tidak sekolah Tidak tamat SD - Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015

0 0 32

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015

0 0 32

BAB I PENDAHULUAN - Determinan Pemanfaatan Pelayanan KB MKJP di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Langkat Tahun 2015

0 0 11

DETERMINAN PEMANFAATAN PELAYANAN KB MKJP DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTAI CERMIN KECAMATAN TANJUNG PURA LANGKAT TAHUN 2015

0 0 17

Perspektif Gender Terhadap Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas Pantai Cermin Kabupaten Langkat

0 1 24