c. Data siswa miskin yang dibebaskan danatau dibantu biaya sekolahnya;
d. Pelaporan pelaksanaan kegiatan monitoring.
F. Realisasi Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah
Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa,
danatau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Adapun yang dimaksud penyelenggara pelayanan publik dalam konteks
ini adalah setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan
badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik. Pelayanan publik adalah layanan yang tersedia untuk masyarakat, baik
secara umum contohnya museum maupun secara khusus contohnya restoran.
42
. Mereka menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kepercayaan publik. Pelayanan publik yang dimaksud adalah pelayanan publik yang adil dan dapat
dipertanggungjawabkan, yang pada akhirnya menimbulkan suatu kepercayaan dari publik
43
42
Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006, hal. 254-255.
43 Kuntjoro Purbopranoto, Beberapa Catatan Hukum Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Bandung, Almuni, 1975, hal. 29-39.
. Sehingga dari ketiga definisi yang dikemukakan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa pelayanan publik adalah suatu bentuk layanan yang diberikan
penyelenggara pelayanan publik kepada masyarakat untuk tercapainya pemenuhan kebutuhan masyarakat secara berkualitas, adil, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Universitas Sumatera Utara
Suatu pelayanan publik dapat dikatakan berkualitas apabila memenuhi kriteria-kriteria berikut :
1. Transparan
Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2. Akuntabilitas
Pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Kondisional
Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.
6. Partisipatif
Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan
dan harapan masyarakat. 7.
Kesamaan Hak Pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun
khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain. 8.
Keseimbangan Hak dan Kewajiban Pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan
penerima pelayanan publik. Selain keenam kriteria yang disebutkan di atas, Abidin mengatakan bahwa
pelayanan publik yang berkualitasbukan semata-mata dilihat pada aspek kriteria-
Universitas Sumatera Utara
kriteria pelayanannya saja, tetapi jugadari aspek penyelenggaraan atau pendistribusian pelayanan publik tersebut ke tangan masyarakat sebagai
konsumen. Aspek-aspek seperti kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan menjadi hal-hal yang penting untuk diperhatikan oleh para penyelenggara
pelayanan publik untuk terciptanya suatu pelayanan publik yang berkualitas.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV MEKANISME PEMBERIAN DANA RINTISAN BANTUAN
OPERASIONAL SEKOLAH DI KOTA MEDAN DI TINJAU DARI ASPEK HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
D. Efektivitas Diselenggarakannya Penyaluran Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Siswa Sekolah terhadap Masyarakat.
Impian masyarakat akan datangnya pendidikan gratis yang telah ditunggu- tunggu dari sejak zaman kemerdekaan Republik Indonesia telah muncul dengan
seiring datangnya fenomena pendidikan gratis untuk Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Fenomena pendidikan gratis ini memang sangat
ditunggu-tunggu, pasalnya Pemerintah mengeluarkan dana rintisan BOS untuk menutupi harga-harga buku yang kian hari kian melambung, sumbangan ini-itu,
gaji guru yang tidak cukup dan biaya-biaya lainnya. Dilihat dari perkembanganya, fenomena ini tidak lepas dari pro dan
kontra. Bagi yang pro dengan program-program itu mengatakan bahwa itu adalah upaya pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan penurunan angka
anak putus sekolah, sekolah gratis bagi orangtua bisa mengurangi beban pikirannya untuk masalah biaya pendidikan dan tidak ada lagi anak-anak yang
tidak boleh ikut ujian hanya karena belum bayar iuran sekolah. Sedangkan yang kontra berkata pemerintah bagaikan pahlawan kesiangan, Hal ini dikarenakan
telah ada yang lebih dulu melakukan hal tersebut, yaitu LSM-LSM yang concern pada bidang pendidikan dan penanganan masyarakat tak mampu.
Adanya kurang rasa harus sekolah, kesadaran akan pendidikan sangat kurang, anak lebih mementingkan pekerjaan dari pada harus sekolah yang tidak
Universitas Sumatera Utara
mengeluarkan apa-apa. Biaya pendidikan gratis hanya sampai dengan Sekolah Menengah Pertama sedangkan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas tidak. Sedangkan
tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Ataslah yang merupakan tombak utama dan usia yang mapan untuk mencari pekerjaan serta penghasil devisa negara.
Sekolah menjadi bermutu karena ditopang oleh peserta didik yang punya semangat belajar. Mereka mau belajar kalau ada tantangan, salah satunya
tantangan biaya. Generasi muda dipupuk untuk tidak mempunyai mental serba gratisan. Sebaiknya mental gratisan dikikis habis. Kerja keras, rendah hati,
toleran, mampu beradaptasi, dan takwa, itulah yang harus ditumbuhkan agar generasi muda ini mampu bersaing di dunia internasional, mampu ambil bagian
dalam percaturan dunia, bukan hanya menjadi bangsa pengagum, bangsa yang rakus mengonsumsi produk. Paling susah adalah pemerintah menciptakan kondisi
agar setiap orangtua mendapat penghasilan yang cukup sehingga mampu membiayai pendidikan anak-anaknya.
Tidak hanya murid saja melainkan guru yang terkena imbas dari pendidikan gratis ini. Kebanyakan dari guru sekolah gratisan mengalami
keterbatasan mengembangkan diri dan akhirnya akan kesulitan memotivasi peserta didik sebab harus berpikir soal ”bertahan hidup”. Lebih celaka lagi jika
guru berpikiran : pelayanan pada peserta didik sebesar honor saja. Jika demikian situasinya, maka ”jauh panggang dari api” untuk menaikkan mutu pendidikan.
Sekolah, terutama sekolah swasta kecil, akan kesulitan menutup biaya operasional sekolah, apalagi menyejahterakan gurunya. Pembiayaan seperti listrik,
air, perawatan gedung, komputer, alat tulis kantor, transpor, uang makan, dan
Universitas Sumatera Utara
biaya lain harus dibayar. Mencari donor pun semakin sulit. Sekolah masih bertahan hanya berlandaskan semangat pengabdian pengelolanya. Tanpa iuran
dari peserta didik, bagaimana akan menutup pembiayaan itu.
E. Beberapa Masalah yang muncul dalam Pelaksanaan Program Dana