sendiri berhubung sekolah tidak melakukan kewajiban mengumumkan APBS Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah pada papan pengumuman sekolah. Selain
itu, penyusunan APBS terutama pengelolaan dana bersumber dari BOS kurang melibatkan partisipasi orang tua murid. Akhirnya, kebocoran dana BOS di tingkat
sekolah tidak dapat dihindari. Serta dokumen SPJ Surat Pertanggungjawaban dana BOS yang kurang atau bahkan tidak dapat diakses oleh publik apabila ada
kebutuhan informasi atau kejanggalan dalam pengelolaan dana BOS
47
.
F. Sanksi Terhadap Penyalahgunaan Program Dana Rintisan Bantuan Operasional Sekolah.
Apabila berdasarkan hasil evaluasi institusi pemeriksaan Inspektorat BPKBawasda, penerima bantuan terbukti secara sah melakukan kekeliruan
kesalahankesengajaan dalam melaksanakan program dan pengelolaan keuangan yang merugikan keuangan negara, Dinas Pendidikan Provinsi member peringatan
teguran secara lisan dan tertulis kepada Kepala Sekolah dengan tembusan Dinas Pendidikan KabupatenKota.
48
Korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum ini sepertinya dapat dikategorikan ke dalam perbuatan administrasi khusus, yang termasuk ke dalam
Oknum-oknum yang terlibat tersebut antara lain adalah pejabat dan pegawai negeri sipil di dalam lingkungan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan itu sendiri seperti pejabat dan para guru serta staff sekolah.
47
Gilang. 2011. Pendidikan BOS. Tersedia [online] di http: gilangdawous.wordpress.com20110508 makalah-tentang-pendidikanbos. Diakses pada 20 Juni
2013.
48
Buku Panduan Pelaksanaan Rintisan Bantuan Operasional Sekolah Menengah, Op. Cit. hal 27
Universitas Sumatera Utara
Hukum Administrasi Negara.
49
Sanksi terhadap penyalahgunaan wewenang yang dapat merugikan negara danatau Sekolah danatau siswa akan dijatuhkan oleh aparatpejabat yang
berwenang. Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk, misalnya:
Apabila dilihat dari kacamata Hukum Administrasi Negara, kegiatan yang dilakukan oleh para oknum-oknum tersebut
sangatlah tidak pantas untuk dilakukan.
50
1 Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-
undang yang berlaku pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja.
2 Penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu pengembalian
dana BOS yang terbukti disalahgunakan kepada satuan pendidikan atau ke kas negara.
3 Penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan
dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana rintisan BOS.
4 Pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan
pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada Kabupatenkota, bilamana terbukti pelanggaran tersebut dilakukan
secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok, atau golongan.
49 Prajudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1994, hal. 80.
50
Wawancara dengan Ardi Anshari, Penanggungjawab Kegiatan Penyediaan dan Peningkatan Layanan Pendidikan SMA, Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Terkait dengan masalah buku, dalam Peraturan Mendiknas No 2 Tahun 2008 disebutkan sanksi sebagai berikut:
1 Pendidik, tenaga pendidikan, satuan pendidikan, anggota komite Sekolah,
komite Sekolah, dinas pendidikan pemerintah daerah, danatau koperasi yang beranggotakan pendidikatau tenaga kependidikan satuan pendidikan yang
terbukti melanggar ketentuan Pasal 11 dalam Peraturan Mendiknas No. 2 Tahun 2008 dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.
2 Penerbit, distributor, danatau pengecer yang melanggar ketentuan yang diatur
dalam peraturan Mendiknas No. 2 Tahun 2008 ini, dikenakan sanksi sesuai peraturan perundangundangan.
Sanksi kepada oknum yang melakukan pelanggaran dapat diberikan dalam berbagai bentuk :
51
1. Penerapan tuntutan perbendaharaan dang anti rugi;
1. Penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku, seperti penurunan pangkat, mutasi kerja dan
pemberhentian;
2. Pemblokiran dana penghentian sementara seluruh bantuan pada tahun
berikutnya kepada kabupatenkota, atau selolah bilamana terbukti melakukan pelanggaran yang dilakukan secara sengaja dan sistematik
untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok atau golongan;
51
Wawancara dengan Meliana Fauza, Staf Bidang Dikementi Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
3. Sekolah yang melakukan penyalahgunaan dana rintisan Bantuan
Operasional Sekolah SM masuk dalam daftar hitam black list sekolah yang akan bantuan dari direktorat Pembinaan SMASMK;
4. Menyampaikan penyalahgunaan dana tersebut kepada Kepala Dinas
Pendidikan KabupatenKota setempat untuk menegur sekolah. Koentjoro Purbopranoto dan S.F. Marbun, korupsi yang dilakukan oleh
oknum-oknum dalam bidang pendidikan tersebut melanggar antara lain:
52
1. asas kepercayaan dan menanggapi pengharapan yang wajar, dimana
oknum-oknum bertindak dengan tidak selayaknya yang tidak diharapkan oleh masyarakat untuk dilakukan oleh oknum-oknum tersebut yang
merupakan pejabat ataupun pegawai negeri sipil. 2.
Asas kebijaksanaan, korupsi yang dilakukan oleh oknum-oknum tersebut merupakan suatu tindakan yang tidak bijaksana dan sangat tidak populer.
3. Asas penyelenggaraan kepentingan umum, dimana korupsi yang dilakukan
oleh oknum-oknum tersebut tidak memelihara kepentingan umum yang seharusnya terselengga.
Suatu perbuatan hukum haruslah dipertanggung jawabkan oleh pelakunya, dalam hal ini oknum-oknum yang melakukan korupsi di bidang pendidikan antara
lain adalah pegawai negeri sipil sehingga kelalaiannya dalam menggunakan uang negara korupsi akan menimbulkan kerugian bagi pihak lain atau bagi negara.
53
52
Ibid, hal. 29-39
53
S.F. Marbun dan Moh. Mahfud M.D., Pokok-Pokok Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta, 2000, hal. 106-107
Pertanggung jawaban tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam beberapa macam, yakni:
Universitas Sumatera Utara
1. Pertanggung jawaban kepidanaan, yang diberikan kepada pegawai negeri
yang melakukan kesalahan serius dan sangat membahayakan negara dan masyarakat,
2. Pertanggung jawaban finansialkeuangan dan kehartaan, yang diberikan
kepada pegawai negeri sipil yang melakukan kesalahan dan harus mempertanggung jawabkan kerugian yang dideritanya dengan
menggantinya dengan uang. Seperti kita ketahui bahwa korupsi termasuk ke dalam tindak pidana, oleh
karena itu tindakan hukum yang dilakukan oleh para oknum-oknum ini dapat pula dimintai pertanggung jawaban dengan tanggung jawab pidana dimana para oknum
yang merupakan pegawai negeri sipil harus diadili dengan Hukum Acara Pidana di Pengadilan Negeri. Pada akhirnya, tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
oknum-oknum pejabat dan pegawai negeri sipil di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut termasuk ke dalam pernuatan hukum yang
termasuk ke dalam Hukum Administrasi Negara karena jabatan mereka selaku pejabat negara atau pegawai negeri sipil yang melaksanakan tugas untuk
melaksanakan pelayanan publik, dan korupsi yang dilakukkan tersebut merupakan tindak pidana sehingga hukumannya pun harus dilakukan dengan menggunakan
Hukum Acara Pidana. Salah satu upaya pemaksaan hukum itu adalah melalui pemberlakuan sanksi pidana terhadap pihak pelanggar mengingat sanksi pidana
membawa serta akibat hukum yang berpaut dengan kemerdekaan pribadi.
54
54
Gilang. 2011. Pendidikan BOS. Tersedia [online] di http:gilangdawous.wordpress.com20110508makalah-tentang-pendidikanbos. Diakses pada 20
Juni 2013. 10.00
Universitas Sumatera Utara
Suatu sanksi pidana tidak dapat dikenakan kepada pihak pelanggar dengan cara penggunaan bestuursdwang. Penegakan sanksi pidana dilaksanakan menurut
“due process of law” yang telah ditentukan di dalam kaidah hukum acara pidana dan pengenaan sanksi itu hanya dapat dinyatakan dalam suatu putusan hakim
pidana. Tak dapat disangkal bahwa pemberlakuan sanksi pidana turut berperan pada efektivitas penegakan dan pentaatan kaidah-kaidah hokum administrasi,
termasuk pada pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan. Permasalahan yang muncul dalam pengelolaan dana BOS memang sudah
banyak disinyalir di beberapa tempat, namun tentunya juga hal ini tidak bisa digeneralisasikan di semua tempat dan kondisi penyalahgunaan wewenang
tersebut terjadi, namun jika dilihat dari segi peluang atau kesempatan, banyak sekali peluang yang bisa digunakan oleh oknum untuk bisa melakukan
penyelewengan. Oleh karena itu hal yang paling penting adalah meminimalisir kesempatan dan peluang supaya tidak bisa terjadi dan tidak ada kesempatan
oknum untuk keluar dari aturan yang sudah berlaku. Menghapuskan kebijakan pendidikan yang bersubsidi jelas bukan menjadi
solusi, karena memang pada intinya pendidikan adalah kebutuhan primer yang
harus terpenuhi, dan juga Undang-Undang kita telah mengamanatkan untuk
memberikan layanan gratis untuk pendidikan dasar. Oleh karena itu, penghapusan sama sekali kebijakan BOS bukan merupakan solusi bagi kemelut pengelolaan
dana BOS.
Universitas Sumatera Utara
Namun, setidaknya ada beberapa langkah yang kemungkinan bisa diambil oleh pemerintah untuk menanggulangi permasalahan ini diantaranya :
55
Adil bukan berarti sama rata, bisa saja besaran antara yang satu dengan yang lainnya berbeda, tapi secara teknis dan hakikatnya besaran itu bisa
mencukupi serta bisa digunakan secara efektif dan efisien. Oleh karena itu dana yang berkeadilan sudah saatnya diberlakukan untuk pengelolaan subsidi
1. Peninjauan Kembali Kebijakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 menyatakan
bahwa pendidkan adalah hak bagi semua warga, terlebih pendidikan dasar untuk wajib belajar Sembilan tahun menjadi hak utama bagi warga Negara dan Negara
wajib mengusahakan pembiayaannya. Ini menjadi amanat besar dan latar belakang utama kenapa dana BOS hadir dalam proses pendidikan wajib belajar 9
tahun. Namun pada kenyataannya tidak semua sekolah dan tidak semua warga Negara membutuhkan dan harus diberi subsidi untuk pendidikan dasar ini, hal ini
terbukti dengan beberapa sekolah yang tidak menerima dana rintisan BOS, tapi tetap menjual kualitas kepada kusumennya.
Peninjauan kembali bukan berarti penghapusan program, tapi pembaharuan design program dana rintisan BOS bisa menjadi solusi. Bisa saja
pemerintah mengatur kembali pendanaan untuk sekolah yang sudah maju secara financial dan juga aturan yang khusus untuk warga negara yang sudah tidak layak
untuk mendapatkan subsidi. 2. Dana Berkeadilan
55
http:gilangdawous.wordpress.com20110508makalah-tentang-pendidikanbosdiakses tanggal 14 Desember 2013
Universitas Sumatera Utara
pendidikan. Tidak sepantasnya peserta didik yang orang tuanya mampu secara financial, tapi masuk dan bersekolah di sekolah yang mendapatkan subsidi dari
pemerintah, sehingga disini dibutuhkan peran serta dari sekolah untuk benar-benar mendata peserta didik yang layak disubsidi.
Jika dana berkeadilan ini benar-benar diterapkan dalam system pengelolaan dana subsidi pendidikan, bisa saja kedepan orang tua akan
beranggapan jika dia tergolong kedalam warga yang layak mendapatkan subsidi maka dia harus menyekolahkan anaknya pada sekolah bersubsidi, sedangkan
untuk warga yang tidak masuk kedalam kategori layak subsidi menyekolahkan anaknya ke sekolah yang tidak bersubsidi. Sehingga konsentrasi dana akan benar-
benar terarahkan untuk peningkatan kualitas pendidikan, dan tidak ada kesenjangangn kualitas antara sekolah yang bersubsidi dengan sekolah yang tidak
bersubsidi. Namun tentunya dana berkeadilan ini dibutuhkan sifat manusia Indonesia yang baik, tidak mendahulukan ego dalam bertindak dan sadar akan
kepentingan umum atau sosial. 3. Pengawasan yang Efektif dan Efisien
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen atau administrasi. Pengawasan merupakan tindakan yang berfungsi untuk memperhatikan kondisi
yang terjadi di lapangan dengan kondisi yang diharapkan dari pembuat kebijakan. Kebijakan subsidi pendidikan yang tertuang dalam program BOS sudah
seharusnya mendapatkan pengawasan yang baik dari pemerintah, karena ini merupakan program atau kebijakan pemerintah, sehingga perhatian untuk proses
pengawasan pun harus diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
Selama ini pengawasan yang terjadi pada pengelolaan dana BOS cukup pada tataran pelaporan saja, sedangkan implementasi kenyataan di lapangan masih
kurang, pihak pengawas, kantor dinas atau pemerintah, merasa cukup dengan laporan yang ada di atas kertas saja, padahal jika dilihat di lapangan, belum tentu
sesuai dengan apa yang ada dalam laporan, sehingga disini benar-benar dibutuhkan pengawasan yang efektif dan efisien untuk menanggulangi
penyalahgunaan wewenang dalam penggunaan dana BOS. Pengawasan melekat dan pengefektifan tenaga pengawasan yang ada bisa jadi menjadi solusi bagi
pengawasan yang efektif. 4. Pendampingan dari ahli yang kompeten
Tidak sedikit juga sekolah yang melakukan kesalahan dan penyelewengan tidak dengan sengaja, ada juga faktor ketidaktahuan, atau ketidaksengajaan,
sehingga oleh oknum-oknum pendidikan diperdaya dan disalahgunakan. Oleh karena itu, pendampingan dari ahli yang kompeten bisa menjadi solusi untuk
masalah ini. Ahli yang dimaksud bukan hanya professor atau dosen dari ahli keuangan, tapi minimal orang atau lembaga social yang faham pengelolaan
pendidikan, sehingga pemahaman terhadap pengelolaan pendidikan akan menjadi dasar yang kuat bagi teknis pelaksanaan pengelolaan dana rintisan BOS. Hal ini
dikarenakan di sekolah belum ada tenaga professional yang menangani manajemen sekolah, tenaga yang ada hanyalah lulusan SMA atau bahkan SMP,
sedangkan untuk mengelola dana sebesar ini dibutuhkan beberapa kompetensi yang utama, disamping tentunya kompetensi manajerial.
Universitas Sumatera Utara
P. Nicolai dan kawan-kawan, “De bestuursrechtelijke handhaving- middelen omvatten 1 het toezich dat bestuursorganen kunnen uitoefenen op de
naleving van de bij of krachtens de wet gestelde voorschriften en van de bij besluit individueel opgeledge verplichtigen; en 2 de toepassing van bestuursrechtelijke
sanctie bevoegdheden,” sarana penegakkan hukum administrasi berisi 1 pengawasan bahwa organ pemerintahan dapat melaksanakan ketaatan pada atau
berdasarkan undang-undang yang ditetapkan secara tertulis dan pengawasan terhadap keputusan yang meletakkan kewajiban kepada individu; dan 2
penerapan kewenangan sanksi pemerintah.
56
Pendapat yang dikemukakan Nicolai agaknya hampir senada dengan Ten Berge, seperti kutipan Philipus M. Hadjon, yang menyebutkan bahwa instrument
penegakkan hukum administrasi meliputi pengawasan dan penegakkan sanksi. Pengawasan merupakan langkah preventif untuk memaksakan kepatuhan,
sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan.
57
Paulus E. Lotulung mengemukakan beberapa macam pengawasan dalam hukum administrasi negara, yaitu bahwa ditinjau dari segi kedudukan dari
badanorgan yang melaksanakan kontrol itu terhadap badanorgan yang dikontrol, dapatlah dibedakan antara jenis kontrol intern dan kontrol ekstern.
58
56
P. Nocolai et al. Bestuursrecht, Amsterdam.1994. page 89
57
M. Madson, Philipus, R. Sri Soemantri dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta : Gajah Mada University Press.2005., hal 18
58
Paulus E. Lotulung, Problematika PTUN, Makalah pada Penataran Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya, 13 Januari 1995, hal. 7
Kontrol intern berarti bahwa pengawasan itu dilakukan oleh badan yang secara
organisatorstruktural masih termasuk dalam lingkungan pemerintah sendiri,
Universitas Sumatera Utara
sedangkan kontrol ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh organ atau lembaga-lembaga yang secara organisatorisstruktural berada diluar pemerinath.
Ditinjau dari segi waktu dilaksanakannya, pengawasan atau kontrol dibedakan dalam dua jenis, yaitu kontrol a-priori dan kontrol a-posteriori. Kontrol a-priori
terjadi apabila pengawasan itu dilaksanakan sebelum dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah, sedangkan kontrol a-posteriori terjadi bila pengawasan
itu baru dilaksanakan sesudah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan pemerintah. Selain itu, kontrol dapat pula ditinjau dari segi objek yang diawasi
yang terdiri dari kontrol dari segi hukum rechtmatigheid dan kontrol dari segi kemanfaatan doelmatigheid. Kontrol dari segi hukum dimaksudkan untuk
menilai segi-segi atau pertimbangan yang bersifat hukumnya saja segi legalitas, yaitu segi rechtmatigheid dari perbuatan pemerintah, sedangkan kontrol dari segi
kemanfaatan dimaksudkan untuk menilai benar tidaknya perbuatan pemerintah dari segi atau pertimbangan kemanfaatnya. Sesudah mengadakan pembagian
pengawasan tersebut Bahwa kontrol yang dilakukan oleh peradilan dalam hukum adminstrasi
mempunyai ciri-ciri: a ekstern karena dilakukan oleh suatu badan atau lembaga di luar pemerintahan; b a-posteriori karena selalu dilakukan sesudah terjadinya
perbuatan yang di kontrol; c kontrol segi hukum karena hanya menilai dari segi hukum saja.
59
Dalam suatu negara hukum, pengawasan terhadap tindakan pemerintah dimaksudkan agar pemerintah dalam menjalankan aktivitasnya sesuai dengan
59
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
norma-norma hukum, sebagai suatu upaya preventif, dan juga dimaksudkan untuk mengembalikan pada situasi sebelum terjadinya pelanggaran norma-norma
hukum, sebagai suatu upaya represif. Di samping itu, yang terpenting dalam bahwa pengawasan ini diupayakan dalam rangka memberikan perlindungan
hukum bagi rakyat. Pengawasan dari segi hukum dan segi kebijaksanaan terhadap tindakan pemerintah dalam hukum administrasi negara adalah dalam rangka
memberikan perlindungan bagi rakyat, yang terdiri dari upaya administrasi dan peradilan administrasi, telah disebutkan di ats, berikut dengan mekanisme dan
tolok ukurnya. Telah disebutkan bahwa sarana penegakkan hukum itu, di samping
pengawasan, adalah sanksi. Sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan perundang-undangan, bahkan J.B.J.M ten Berge menyebutkan bahwa
sanksi merupakan inti dari penegakkan hukum administrasi. Sanksi biasanya diletakkan pada bagian akhir setiap peraturan. In cauda venenum secara bahasa
berarti diujung terdapat racun, artinya di ujung kaidah hukum terdapat sanksi. Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakkan hukum administrasi.
60
Philipus M. Hadjon, pada umumnya tidak ada gunanya memasukan kewajiban-kewajiban dan larangan-larangan bagi para warga di dalam peraturan
perundang-undangan tata usaha negara, ketika aturan-aturan tingkah laku itu tidak dapat dipaksakan oleh tata usaha negara. Salah satu instrument untuk
60
J.B.J.M Ten Berge. Bestuuren Door de Overhed, Deventer: W.E.J Tjeenk Willink.1996, page 89
Universitas Sumatera Utara
memaksakan tingkah laku para warga ini adalah dengan sanksi. Oleh karena itu, sanksi sering merupakan bagian yang melekat pada norma hukum tertentu.
61
J.J. Oosternbrink mengatakan bahwa Dalam hukum administrasi negara, penggunaan sanksi administrasi
merupakan penerapan kewenangan pemerintah, di mana kewengangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis. Pada umumnya,
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menetapkan norma-norma hukum adminitrasi tertentu, diiringi pula dengan memberikan kewenangan untuk
menegakkan norma-norma itu melalui penerapan sanksi bagi mereka yang melanggar norma-norma hukum administrasi tersebut.
62
61
Philipus M. Hadjon R. Sri Soemantri dkk Op.Cit, hal 20
62
J.J. oosternbrink, Administratief Sancties, Uitgeverij Vuga nv, s-Gravenhage,tt.page 9
“Administratief sancties zijn dus sancties, die voortspruiten uit de relatie overhead-onderdaan en die zonder
tussenkomst van derden et met name zonder rechterlijke machtiging rechstreeks door de administratie zelf kunnen worden opgelegd” sanksi administrtif adalah
sanksi yang muncul dari hubungan antara pemerintah warga negara dan yang dilaksanakan tanpa perantara pihak ketiga, yaitu tanpa perantara kekuasaan
peradilan, tetapi dapat secara langsung dilaksanakan administrasi sendiri. “Indien een burger nalatig blijft een verplichting, voortvloeiende iut een
administratiefrechtelijke rechtsbetrekking, na te komen, kan de wederpartij dat is de administratie zonnder rechterlijke tussenkomst administratiefrechtelijke
sactiemaatregelen nemen. ketika warga negara melalaikan kewajiban yang timbul dalam hubungan hukum administrasi, pihak lawan yaitu pemerintah
dapat mengenakan sanksi tanpa perantara hakim.
Universitas Sumatera Utara
Perkataan ‘tanpa perantaraan hakim’ tersebut perlu digaris bawahi, dalam arti bahwa penerapan sanksi adminitrasi itu pada dasarnya in beginsel tanpa
perantaraan hakim, namun dalam beberapa hal ada pula sanksi administrasi yang harus melalui proses peradilan. Oleh karena itu, pada kenyataannya yang
termasuk sanksi administrasi itu “Niet alleen sanctie, die door her bestuur zelf worden toegepast, gehanteerd, maar eveneens sancties, die bijvoorbeeld door
adminstratieve beroepsins tanties worden opgeled” tidak hanya sanksi yang diterapkan oleh pemerintah sendiri, tetapi juga sanksi yang dibebankan oleh
hakim administrasi atau instansi banding administrasi.
63
Dalam edisi 1995, rumusan sanksi administrasi dari H.D. van WijkWillem Konijnenbelt tersebut ada sedikit perubahan redaksi, yaitu; “De door het
publiekrecht voorziene, belastende maatregelen die de overhead kan aanwenden Sanksi dalam Hukum Administrasi;”De publiekrechtelijke machtsmiddelen
die de overhead kan aanwenden als reactive op nie-na-leving van verplichtingen die voortvloeien uit adminstratiefrechtelijke ormen”, yaitu “alat kekuasaan yang
bersifat hukum publik yang dapat digunakan oleh pemerintah sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap kewajiban yang terdapat dalam norma hukum
administrasi negara”. Berdasarkan definisi ini tampak ada empat unsur sanksi dalam hukum
administrasi negara, yaitu alat kekuasaan machtmiddelen, bersifat hukum publik publiekrechtelijke, digunakan oleh pemerintah overhead, sebagai reaksi atas
ketidakpatuhan reactive op niet-naleving.
63
Ibid
Universitas Sumatera Utara
als reactive op niet-naveling van verplictingen die voortvloeien uit adminstratiefrechtelije normen,” dalam rangka memenuhi ketentuan hukum
publik, pemberian ketidakpatuhan pelenggaran kewajiban yang muncul dari norma hukum administrasi. H.D. van WijkWillem Konijnenbelt memberikan
alasan mengenai pergantian
“machtsmiddelen” menjadi
“belastende maatregelen”, yaitu karena mengikuti tulisan W.G.A. Hazewindus dalam buku
“Adminstratieve Sancties en Vreemdelingenrecht”. Perubahan redaksi ini tidak mengubah esensi dari pengertian sanksi dalam hukum administrasi negara.
64
Dengan kata lain, mengembalikan pada keadaan semula sebelum terjadinya pelanggaran, sedangkan sanksi punitif adalah uitsluintend de sancties
die ertoe strekken om een pesoon te ‘straffen’ sanksi yang semata-mata ditujukan untuk memberikan hukuman straffen pada seseorang. Contoh dari sanksi
reparatoir adalah paksaan pemerintah bestuursdwang dan pengenaan uang paksa Ditinjau dari segi sasarannya, dalam Hukum Administrasi dikenal dua
jenis sanksi, yaitu sanksi reparatoir reparatoire sancties dan sanksi punitif punitieve sancties. “Onder reparatoire sanctie worden dan verstaan de reacties
op normovertreding, die strekken tot het zo goed mogelijk herstellen of bewerstellingen van de legale situatie, dat wil zeggen van de toestand die zou zijn
ontstaan of was blijven bestaan, wanner de overriding niet was gepleegd” sanksi reparatoir diartikan sanksi yang diterapkan sebagai rekasi atas pelanggaran
norma, yang ditujukan untuk mengembalikan pada kondisi semula atau menempatkan pada situasi yang sesuai dengan hukum legale situatie.
64
N.E. Algra en H.C.J.G. Janssen, Rechtsingang, een Orientatie in het Recht, H.D. Tjeenk Willing, bv., Groningen, 1974, hal. 175
Universitas Sumatera Utara
dwangsom, sedangkan contoh dari sanksi punitif adalah pengenaan denda administrasi bestuursboete.
Disamping dua jenis sanksi tersebut, ada sanksi lain yang oleh J.B.J.M. ten Berge disebut sebagai sanksi regresif regressieve sancties, yaitu sanksi yang
diterapkan sebagai reaksi atas ketidakpatuhan terhadap ketentuan-ketentuan yang terdapat pada ketetapan yang diterbitkan.
65
Sanksi ini ditujukan pada keadaan hukum semula, sebelum diterbitkannya ketetapan. Contoh dari sanksi regresif
adalah penarikan, perubahan, dan penundaan suatu ketetapan de intrekking, de wijziging, of de schorsing van een beschikking.
66
Philipus M. Hadjon, penerapan sanksi secara bersama-sama antara hukum adaministasi dengan hukum lainnya dapat terjadi, yakni kumulasi internal dan
kumulasi eksternal. Kumulasi eksternal merupakan penerapan sanksi administrasi secara bersama-sama dengan sanksi lain, seperti sanksi pidana atau sanksi perdata.
Khusus untuk sanksi perdata, pemerintah dapat menggunakannya dalam kapasitasnya sebagai badan hukum untuk mempertahankan hak-hak
keperdataannya. Sanksi administrasi, artinya tidak diterapkan prinsip “ne bis in Ditinjau dari segi tujuan diterapkannya sanksi regresif ini sebenarnya tidak
begitu berbeda dengan sanksi reparatoir. Bedanya hanya terletak pada lingkup dikenakannya sanksi tersebut. Sanksi reperatoir dikemukakan terhadap
pelanggaran norma hukum administrasi. Secara umum, sedangkan sanksi regresif hanya dikenakan terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
ketetapan.
65
N.M. Spelt dan J.B.J.M. Ten Berge disunting Philipus M, Hadjon, Pengantar Hukum Administrasi, Surabaya : Yuridika, 1993, 98
66
J.B.J.M. ten Berge, Op. Cit
Universitas Sumatera Utara
idem” secara yang sama tidak boleh disidangkan untuk kedua kalinya dalam hukum administrasi karena antara sanksi administrasi dengan sanksi pidana ada
perbedaan sifat dan tujuan.
67
a. Paksaan pemerintahan bestuursdwang;
Ada tiga perbedaan antara sanksi administrasi dengan sanksi pidana. Dalam sanksi administrasi, sasaran penerapannya ditujukan pada perbuatan,
sedangkan dalam pidana ditujukan pada pelaku. Sifat sanksi administrasi adalah reparatoir-condem-natoir, yaitu pemulihan kembali pada keadaan semula dan
memberikan hukuman, sanksi pidana bersifat condemnatoir. Prosedur sanksi adminstrasi dilakukan secara langsung oleh pemerintah, tanpa melalui peradilan.
Prosedur penerapan sanksi pidana harus melalui proses peradilan. Adapun kumulasi internal merupakan penerapan dua atau lebih sanksi administrasi secara
bersama-sama, misalnya pengehentian pelayanan administrasi danatau pencabutan izin danatau pengenaan denda. Seiring dengan dinamika
perkembangan masyarakat keberadaan sanksi administratif ini semakin penting artinya, apalagi di tengah masyarakat perdagangan dan perindustrian.
Seiring dengan luasnya ruang lingkup dan keragaman bidang urusan pemerintahan yang masing-masing bidang diatur dengan peraturan tersendiri,
macam dan jenis sanksi dalam rangka penegakan peraturan itu menjadi beragam. Pada umumnya macam-macam dan jenis sanksi itu dicantumkan dan ditentukan
secara tegas dalam peraturan perundang-undangan bidang administrasi tertentu. Secara umum dikenal beberapa macam sanksi dalam hukum administrasi, yaitu:
67
Philipus M. Hadjon, et.all, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 1993, hal 19
Universitas Sumatera Utara
b. Penarikan kembali keputusan yang menguntungkan izin, subsidi,
pembayaran, dan sebagainya; c.
Pengenaan uang paksa oleh pemerintah dwangsom; d.
Pengenaan denda administrasi administratieve boete. Macam-macam sanksi tersebut tidak selalu dapat diterapkan secara
keseluruhan pada suatu bidang administrasi negara tertentu. Sanksi paksaan pemerintahan misalnya, sudah barang tentu tidak dapat diterapkan dalam bidang
kepegawaian dan ketenagakerjaan. Akan tetapi, dapat terjadi dalam suatu bidang administrasi diterapkan lebih dari keempat macam sanksi tersebut, seperti dalam
bidang lingkungan. Pemahaman terhadap berbagai sanksi tersebut di atas penting dalam kajian
hukum administrasi karena dalamnya menyangkut bukan saja tentang efektivitas penegakan hukum, bagaimana pemerintah menggunakan kewenangannya dalam
menerapkan sanksi, dan prosedur penerapan sanksi, tetapi juga untuk mengukur apakah norma-norma hukum administrasi yang didalamnya memuat sanksi telah
sesuai dibuat relevan diterapkan di tengah masyarakat. Dibawah ini akan dijelaskan tentang macam-macam sanksi dalam hukum administrasi.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
C. Kesimpulan