Pengaruh Anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa SMP Di Kota Medan

(1)

PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL

SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI

BELAJAR SISWA SMP DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

SYAFRIDA

107018031/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL

SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI

BELAJAR SISWA SMP DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

SYAFRIDA

107018031/EP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP DI KOTA MEDAN

Nama Mahasiswa : Syafrida Nomor Pokok : 107018031

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, MEc)

Ketua Anggota

(Dr. Parapat Gultom)

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, SE, MEc) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 15 Februari 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, M.Ec Anggota : 1. Dr. Parapat Gultom

2. Prof. Dr. Lic. Reg.Sirojuzilam 2. Dr.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si 3. Dr. Rujiman, MA


(5)

PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

DI KOTA MEDAN

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan keefektifitasan dana BOS dalam peningkatan prestasi belajar siswa SMP di Kota Medan. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005 bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dengan memberikan bantuan dana guna menunjang pencapaian wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Meskipun pemerintah telah menyalurkan dana BOS, masih banyak anak-anak Indonesia yang miskin putus sekolah dan masih ada sekolah yang melakukan kutipan-kutipan lain dengan berbagai dalih.

Jenispenelitian yang digunakanbersifatkausal, untukmelihathubungan

variable independen yaitu alokasi dana BOS terhadap variabel dependen yaitu mutu guru dan mutu siswa. Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 17 SMP Negeri dan 14 SMP Swasta di kota Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling.

Dari penelitian yang dilakukan, jenis anggaran dana BOS yang berpengaruh positif terhadap mutu siswa adalah anggaran pembelian buku teks yang rusak, anggaran kegiatan ekstrakurikuler dan anggaran pengembangan profesi guru. Mutu guru dari segi profesionalisme mengajar juga mempengaruhi mutu siswa. Anggaran pembelian komputer dan printer, pembayaran honor guru honorer dan biaya pengembangan profesi guru mempengaruhi mutu siswa melalui variabel intervening mutu guru dengan besar pengaruhnya 41,17%. Sedangkan dana BOS untuk anggaran biaya transportasi, seragam, sepatu dan alat tulis, anggaran biaya ulangan dan ujian, serta dana penerimaan siswa baru tidak mempengaruhi mutu siswa.


(6)

THE INFLUENCE OF BUDGET FOR BOS (SCHOOL OPERATIONAL ASSISTATYCE) ON THE IMPROVEMENT OF SMP STIIDENTS'

LEARNING ACHIEVEMENT IN MEDAN

Abstract

The objective of the research was to find out the correlation and the effectiveness of BOS (School Operation Assistance) fund with the improvement of SMP students' learning achievement in Medan. BOS program has started since July, 2005 which is aimed to ease people's burden in education cost by giving financial aid for supporting qualified nine-year learning compulsory. Although the government has distributed BOS fund to schools, there are still many poor children who drop out of school, and there are still many schools which collect money under certain conditions.

The research was a causal type which was aimed to find out the correlation between independent variable (the allocation of BOS fund) and dependent variable (the quality of teachers and students). The population was 17 SMP Negeri and 14 SMP Swasta in Medan. The samples were taken by using purposive sampling technique.

The result of the research showed that the types of budget for BOS fund which had positive influence on the quality of students were the purchase of books for changing the discarded ones, budget for extracurricular activities, and budget for developing teachers' profession which could influence the quality of students. Budget for purchasing computers and printers, fees for temporary teachers, and budget for developing teachers' profession also influenced the quality of students through the quality of teachers as an intervening variable at 4l.I7ok, while BOS fund for transportation, uniforms, shoes and stationery, budget for examinations, and budget for recruiting new students did not have any influence on the quality of students.

Keywords : BOS (Budget for School Operational Assistance), Quality of Students, Quality of Teachers


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul :“Pengaruh Anggaran

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa SMP Di Kota Medan”.

Penyusunan tesis ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan, terutama kepada ayahanda dan ibunda tercinta yang telah mendidik dan membesarkan penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang, dan yang tersayang ananda Muhammad Rasyid Ridho dan Muthi’ah Syafitri, serta seluruh keluarga tercinta. Dengan dukungan dan kasih sayang mereka penelitian ini dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof.Dr.dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SpA (K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah


(8)

3. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, Prof. Dr. Alvi Syahrin, S.H., M.S selaku Wakil Direktur I dan II Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E., M. Ec, selaku Ketua Program Studi

Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. Ramli M.S, selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi

Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin S, S.E., M. Ec, selaku Ketua Pembimbing

dan Bapak Dr. Parapat Gultom, selaku Anggota Pembimbing yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan petunjuk bagi penulis.

7. Bapak Prof. Dr. Lic. Reg.Sirojuzilam, Bapak Dr.Ir. Rahmanta Ginting, M.Si,

dan Bapak Dr. Rujiman, MA selaku Pembanding atas masukan dan arahan yang diberikan.

8. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

9. Teman-teman seperjuangan Angkatan XX (Yulia Nurjanah, Shanty Khalista,

Muhammad Muhajir, M.Si, Jonathan Sitompul, Sherly Chairita, M. Aldi Budianto, Salomo Barus, Gunter Winteniro dan Andrew Moses).

10. Seluruh rekan kerja Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara, Kepala

Sekolah jenjang Sekolah Menengah Pertama tempat penulis melakukan pengambilan data, dan BPS Provinsi Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya dan masih perlu disempurnakan. Untuk itu kritik


(9)

dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna menyempurnakan penelitian ini.

Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal kepada semua pihak, dan tesis ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 2013 Hormat Saya,


(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : SYAFRIDA

Agama : Islam

Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Balai, 7 September 1967

Jenis Kelamin : Perempuan

Warga Negara : Indonesia

Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Alamat : Jl. Amal Luhur No. 81-C, Kelurahan Dwikora

Medan

Nama Orang Tua Laki-laki : H. Trimo Power

Nama Orang Tua Perempuan : Nurhayati (Alm.)

Sekolah Dasar : SD Negeri 11 Tanjung Balai

Riwayat Pendidikan Formal

Sekolah Menengah Pertama : SMP Negeri 1 Tanjung Balai

Sekolah Menengah Atas : SMA Negeri 4 Medan

Sarjana (S1) : Ekonomi Studi Pembangunan

Universitas Darma Agung


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 15

1.3. Tujuan Penelitian ... 16

1.4. Manfaat Penelitian ... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ... 19

2.1.1. Pengertian BOS ... 22

2.1.2. Gerakan Nasional Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun ... 24

2.1.3. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Yang Bermutu ... 31

2.1.4. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ... 40

2.1.5. Profesionalisme dan Kompetensi Guru ... 40

2.2. Landasan Penelitian Terdahulu ... 42

2.3. Kerangka Konseptual ... 43

2.4. Hipotesis ... 48

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian ... 50

3.2. Jenis Penelitian ... 50

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 51

3.2.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 51


(12)

3.3. Defenisi Operasional ... 51

3.4. Model Analisis ... 52

3.5. Metode Analisis ... 53

3.5.1. Uji Normalitas ... 53

3.5.2. Multikolinearitas ... 53

3.5.3. Heterokedastisitas ... 53

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis ... 55

4.2 Uji Normalitas ... 59

4.3. Uji Multikoliniaritas ... 61

4.4. Uji Heterokedasitas ... 62

4.5. Pembahasan Hasil Hipotesis ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 93

5.2. Saran ... 94

DAFTAR PUSTAKA ... 96


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi

di Indonesia Tahun 2007-2010 ... 5

1.2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007-2010 ... 7

4.1. Data Nilai Penggunaan Dana BOS yang diterima Sekolah Penerima ... 56

4.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorof Smirnov Test ... 60

4.3. Uji Multikolinearitas untuk Dependent Variabel Mutu Guru (Y1) ... 61

4.4. Uji Multikolinearitas untuk Dependent Variabel Peningkatan Mutu Siswa (Y2) ... 62

4.5. Uji Heterokedasitas Mutu Guru ... 63

4.6. Uji Heterokedasitas Mutu Siswa ... 65

4.7. Pengujian Goodness of Fit ... 65

4.8. Hasil Perhitungan Uji t ... 66

4.9. Pengujian Goodness of Fit ... 67

4.10. Hasil Perhitungan Uji t ... 68

4.11. Pengujian Goodness of Fit ... 69

4.12. Hasil Perhitungan Uji t ... 70

4.13. Pengujian Goodness of Fit ... 71

4.14. Hasil Perhitungan Uji t ... 72

4.15. Pengujian Goodness of Fit ... 73

4.16. Hasil Perhitungan Uji t ... 74

4.17. Pengujian Goodness of Fit (X6) ... 75


(14)

4.19. Pengujian Goodness of Fit (X7) ... 77

4.20. Hasil Perhitungan Uji t (Y1) ... 78

4.21. Pengujian Goodness of Fit (X8) ... 79

4.22. Hasil Perhitungan Uji t (Y1) ... 80

4.23. Hasil Pengujian Goodness of Fit (X8,X7,X6) ... 82

4.24. Hubungan Linier Antara Variabel X8, X7, X6 Terhadap Mutu Guru ... 83

4.25. Hubungan Linier Antara Variabel Biaya Pembelian Komputer dan Printer Terhadap Mutu Guru ... 84

4.26. Hasil Pengujian Goodness of Fit ... 87

4.27. Hasil Pengujian Hubungan Kelinieran Antar Variabel ... 88


(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Kerangka Konseptual ... 47

4.1. Grafik Uji Normalitas Mutu Guru ... 59

4.2. Grafik Uji Normalitas Mutu Siswa ... 59

4.3 Grafik Uji Heterokedastisitas Mutu Guru ... 63

4.4 Grafik Uji Heterokedastisitas Mutu Siswa ... 64

4.5 Diagram Analisis Jalur dan Persamaan Struktural ... 81

4.6 Diagram Analisis Jalur Persamaan Struktural Pertama ... 86


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman


(17)

PENGARUH ANGGARAN BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH (BOS) TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

DI KOTA MEDAN

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterkaitan dan keefektifitasan dana BOS dalam peningkatan prestasi belajar siswa SMP di Kota Medan. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005 bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dengan memberikan bantuan dana guna menunjang pencapaian wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Meskipun pemerintah telah menyalurkan dana BOS, masih banyak anak-anak Indonesia yang miskin putus sekolah dan masih ada sekolah yang melakukan kutipan-kutipan lain dengan berbagai dalih.

Jenispenelitian yang digunakanbersifatkausal, untukmelihathubungan

variable independen yaitu alokasi dana BOS terhadap variabel dependen yaitu mutu guru dan mutu siswa. Populasi dari penelitian ini adalah sebanyak 17 SMP Negeri dan 14 SMP Swasta di kota Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode Purposive Sampling.

Dari penelitian yang dilakukan, jenis anggaran dana BOS yang berpengaruh positif terhadap mutu siswa adalah anggaran pembelian buku teks yang rusak, anggaran kegiatan ekstrakurikuler dan anggaran pengembangan profesi guru. Mutu guru dari segi profesionalisme mengajar juga mempengaruhi mutu siswa. Anggaran pembelian komputer dan printer, pembayaran honor guru honorer dan biaya pengembangan profesi guru mempengaruhi mutu siswa melalui variabel intervening mutu guru dengan besar pengaruhnya 41,17%. Sedangkan dana BOS untuk anggaran biaya transportasi, seragam, sepatu dan alat tulis, anggaran biaya ulangan dan ujian, serta dana penerimaan siswa baru tidak mempengaruhi mutu siswa.


(18)

THE INFLUENCE OF BUDGET FOR BOS (SCHOOL OPERATIONAL ASSISTATYCE) ON THE IMPROVEMENT OF SMP STIIDENTS'

LEARNING ACHIEVEMENT IN MEDAN

Abstract

The objective of the research was to find out the correlation and the effectiveness of BOS (School Operation Assistance) fund with the improvement of SMP students' learning achievement in Medan. BOS program has started since July, 2005 which is aimed to ease people's burden in education cost by giving financial aid for supporting qualified nine-year learning compulsory. Although the government has distributed BOS fund to schools, there are still many poor children who drop out of school, and there are still many schools which collect money under certain conditions.

The research was a causal type which was aimed to find out the correlation between independent variable (the allocation of BOS fund) and dependent variable (the quality of teachers and students). The population was 17 SMP Negeri and 14 SMP Swasta in Medan. The samples were taken by using purposive sampling technique.

The result of the research showed that the types of budget for BOS fund which had positive influence on the quality of students were the purchase of books for changing the discarded ones, budget for extracurricular activities, and budget for developing teachers' profession which could influence the quality of students. Budget for purchasing computers and printers, fees for temporary teachers, and budget for developing teachers' profession also influenced the quality of students through the quality of teachers as an intervening variable at 4l.I7ok, while BOS fund for transportation, uniforms, shoes and stationery, budget for examinations, and budget for recruiting new students did not have any influence on the quality of students.

Keywords : BOS (Budget for School Operational Assistance), Quality of Students, Quality of Teachers


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan bangsa secara keseluruhan. Dalam proses pembangunan tersebut peranan pendidikan amatlah strategis. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam upaya menciptakan sumber daya manusia berkualitas. Pendidikanmerupakan suatu faktor kebutuhan dasar untuk setiap manusia sehingga upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, karena melalui pendidikan upaya peningkatan kesejahteraan rakyat dapat diujudkan. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu negara (daerah). Pendidikan juga merupakan satu modal dasar yang diharapkan dapat meningkatkan harkat dan martabat manusia serta peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.

Pendidikan merupakan sarana pewarisan budaya ke generasi berikutnya. Bagaimanapun tingkat kemajuan yang telah dapat dicapai, pendidikan tidak dapat dilupakan, sebab pendidikan bukan suatu alternatif melainkan suatu keharusan yang merealisasikan potensi kemanusiaan dengan segala prestasinya.

Pendidikan untuk semua merupakan upaya pemenuhan akan kebutuhan pendidikan sebagai hak azasi manusia minimal pada tingkat pendidikan dasar.


(20)

Pemenuhan atas hak untuk mendapatkan pendidikan dasar yang bermutu merupakan ukuran keadilan dan pemerataan atas hasil pembangunan dan sekaligus menjadi investasi sumber daya manusia yang diperlukan untuk mendukung pembangunan bangsa.

Pembangunan merupakan realisasi dari aspirasi dan tujuan suatu bangsa untuk melakukan perubahan secara struktural melalui upaya yang sistematis. Pembangunan Nasional Indonesia sesungguhnya menurut GBHN adalah pembangunan yang menganut konsep pembangunan manusia seutuhnya. Konsep ini menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental, maupun spiritual.

Pendidikan merupakan modal sumber daya manusia (human capital), dan untuk mendapat sumber daya manusia yang berkualitas peran pendidikan sangat berpengaruh.

Modal manusia (human capital) merupakan salah satu faktor penting dalam

proses pertumbuhan ekonomi (teori Cobb-Douglas). Dengan modal manusia yang berkualitas kinerja ekonomi diyakini akan lebih baik. Kualitas modal manusia ini dapat diamati dari aspek tingkat pendidikan, kesehatan, dan tingkat kemiskinan. Demi memacu pertumbuhan ekonomi perlu pula dilakukan pembangunan manusia. Dibutuhkan kebijakan pemerintah yang mendorong kualitas Sumber Daya Manusia, karena SDM dapat menciptakan tenaga kerja yang merupakan faktor produksi dalam perekonomian.

Nilai Modal Manusia (Human Capital) suatu bangsa tidak hanya ditentukan oleh populasi jumlah penduduk, atau tenaga kerja kasar (labour intensif) tetapi


(21)

sangat ditentukan oleh tenaga kerja intelektual (Brain Intensif). Tenaga kerja intelektual tersebut terlahir dengan adanya pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dikembangkan oleh The United Nations Development Programme (UNDP). Dalam komposisi IPM aspek pendidikan diukur dengan menggunakan dua indikator yaitu : angka melek huruf (AMH) penduduk usia 15 tahun keatas, rata-rata lama sekolah (RLS). Melek huruf diukur dari kemampuan membaca dan menulis, sedangkan rata-rata lama sekolah dihitung dengan menggunakan tiga variabel, yaitu partisipasi sekolah, tingkat/kelas yang pernah dijalani, dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari Harapan Hidup (Life Expectacy), Indeks Pendidikan yang dihitung dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy rate) dan rata-rata Lama Sekolah (Years of Scooling), dan Indeks daya Beli ( Adjusted Real percapita). Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ini merupakan suatu parameter untuk dapat melihat capaian kinerja pembangunan suatu negara/daerah.

Menurut pandangan The United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 secara jelas menekankan bahwa pembangunan manusia (human capital) yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan bukan sebagai alat pembangunan. Konsep pembangunan manusia UNDP mengandung empat unsur yaitu : produktifitas (productivity), pemerataan (equity), kesinambungan (sustainability) dan pemberdayaan (emplowerment).


(22)

Indeks Pembangunan Manusia merupakan alat ukur yang peka untuk dapat memberikan gambaran perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli yang dalam kasus Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997.Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada tingkat pendapatan yang akibatnya banyak PHK dan menurunnya kesempatan kerja yang kemudian dipengaruhi tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-1998. Menurunnya tingkat kesempatan kerja dalam konteks pembangunan manusia merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi dengan upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.

Dampak dari krisis ekonomi pada pembangunan manusia adalah dengan menurunnya daya beli dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan kapasitas fisik dan kapasitas intelektual penduduk. Penurunan beberapa komponen IPM sebagai akibat kepekaan IPM sebagai alat ukur yang dapat menangkap perubahan nyata yang dialami penduduk dalam jangka pendek.

Dalam salah satu publikasi Bank Dunia, yakni World Development Report, yang terbit pada tahun 1991, Bank Dunia melontarkan pernyataan tegas bahwasanya : Tantangan utama pembangunan... adalah memperbaiki kualitas kehidupan. Terutama dinegara-negara paling miskin, kualitas hidup yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang lebih tinggi,-namun yang dibutuhkan bukan hanya itu. Pendapatan yang lebih tinggi hanya merupakan salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Banyak hal lain yang juga harus diperjuangkan yakni pendidikan yang lebih baik, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan


(23)

hidup, pemerataan kesempatan, peningkatan kebebasan individual dan pelestarian ragam kehidupan budaya (Mudrajad Kuncoro, 2010).

Salah satu tujuan inti pembangunan di semua masyarakat adalah peningkatan standar hidup yang tidak hanya berupa peningkatan pendapatan, tetapi juga meliputi penambahan penyediaan lapangan kerja, perbaikan kualitas pendidikan, serta peningkatan atas nilai-nilai kultural, dan kemanusiaan yang kesemuanya itu tidak hanya untuk memperbaiki kesejahteraan materil, namun juga membutuhkan harga diri pada pribadi dan bangsa yang bersangkutan. Pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik.

Tabel 1.1 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Di Indonesia Tahun 2007 - 2010

No. Provinsi

2007 2008 2009 2010

IPM Ranking IPM Ranking IPM Ranking IPM Ranking

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Nanggroe Aceh

Darussalam 70.35 17 70.76 17 71.31 17 71.70 17

2 Sumatera Utara 72.78 8 73.29 8 73.80 8 74.19 8

3 Sumatera Barat 72.23 9 72.96 9 73.44 9 73.78 9

4 Riau 74.63 3 75.09 3 75.60 3 76.07 3

5 Jambi 71.46 12 71.99 13 72.45 13 72.74 13

6 Sumatera Selatan 71.40 13 72.05 12 72.61 10 72.95 10

7 Bengkulu 71.57 11 72.14 11 72.55 12 72.92 11

8 Lampung 69.78 20 70.30 20 70.93 21 71.42 21

9 Bangka Belitung 71.62 10 72.19 10 72.55 11 72.86 12

10 Kepulauan Riau 73.68 6 74.18 6 74.54 6 75.07 6

11 DKI Jakarta 76.59 1 77.03 1 77.36 1 77.60 1

12 Jawa Barat 70.71 15 71.12 15 71.64 15 72.29 15

13 Jawa Tengah 70.92 14 71.60 14 72.10 14 72.49 14

14 Yogyakarta 74.15 4 74.88 4 75.23 4 75.77 4

15 Jawa Timur 69.78 19 70.38 18 71.06 18 71.62 18

16 Banten 69.29 23 69.70 23 70.06 23 70.48 23

17 Bali 70.53 16 70.98 16 71.52 16 72.28 16


(24)

No. Provinsi

2007 2008 2009 2010

IPM Ranking IPM Ranking IPM Ranking IPM Ranking

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Barat

19 Nusa Tenggara

Timur 65.36 31 66.15 31 66.60 31 67.26 31

20 Kalimantan Barat 67.53 29 68.17 29 68.79 28 69.15 28

21 Kalimantan Tengah 73.49 7 73.88 7 74.36 7 74.64 7

22 Kalimantan Selatan 68.01 26 68.72 26 69.30 26 69.92 26

23 Kalimantan Timur 73.77 5 74.52 5 75.11 5 75.56 5

24 Sulawesi Utara 74.68 2 75.16 2 75.68 2 76.09 2

25 Sulawesi Tengah 69.34 22 70.09 22 70.70 22 71.14 22

26 Sulawesi Selatan 69.62 21 70.22 21 70.94 20 71.62 19

27 Sulawesi Tenggara 68.32 25 69.00 25 69.52 25 70.00 25

28 Gorontalo 68.83 24 69.29 24 69.79 24 70.28 24

29 Sulawesi Barat 67.72 28 68.55 27 69.18 27 69.64 27

30 Maluku 69.96 18 70.38 19 70.96 19 71.42 20

31 Maluku Utara 67.82 27 68.18 28 68.63 29 69.03 30

32 Irian Jaya Barat 67.28 30 67.95 30 68.58 30 69.15 29

33 Papua 63.41 33 64.00 33 64.53 33 64.94 33

Indonesia (BPS) 70.59 71.17 71.76 72.27 Sumber : Badan Pusat Statistik

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk Sumatera Utara meningkat dari tahun 2007 sampai dengan 2010 dan tetap pada posisi ranking kedelapan. Hal ini menunjukkan bahwa komponen yang mendukung Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) yaitu Harapan Hidup (Life Expectacy), Indeks Pendidikan yang dihitung dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy rate) dan rata-rata Lama Sekolah (Years of Scooling), dan Indeks daya Beli ( Adjusted Real percapita) di Sumatera Utara dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2010 semakin membaik.

Sementara itu Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(25)

Tabel 1.2 : Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten/Kota Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2007 - 2010

Sumber : Badan Pusat Statistik NO KABUPATEN

/KOTA

IPM PERINGKAT IPM 2007 2008 2009 2010 2007 2008 2009 2010 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Medan 76,22 76,7 76,99 77,36 2 2 2 2

2 Binjai 75,51 75,88 76,09 76,41 3 3 5 5

3 Pematang Siantar 76,52 76,95 77,18 77,51 1 1 1 1

4 Tebing Tinggi 75,27 75,69 76,1 76,49 5 5 4 4

5 Deli Serdang 73,76 74,36 74,67 75,28 9 8 9 7

6 Simalungun 72,13 72,49 73,13 73,5 16 18 16 16

7 Tanjung Balai 72,8 73,26 73,64 74,14 13 12 12 11

8 Asahan 71,16 71,57 72,16 72,54 19 22 21 21

9 Serdang Bedagai 72,2 72,59 72,94 73,25 15 17 18 18

10 Langkat 71,83 72,24 72,82 73,18 17 19 19 19

11 Nias 67,07 67,55 68,26 68,66 25 29 30 30

12 Mandailing Natal 69,51 69,92 70,27 70,6 23 28 29 29

13 Tapanuli Selatan 72,96 73,33 73,64 74,02 11 11 11 13

14 Tapanuli Tengah 70,01 70,48 70,91 71,21 22 26 27 27

15 Tapanuli Utara 72,99 73,53 73,85 74,31 10 10 10 10

16 Toba Samosir 75,33 75,75 76,22 76,55 4 4 3 3

17 Labuhan Batu 72,54 73,08 73,61 74,03 14 15 13 12

18 Dairi 71,49 72,01 72,38 72,86 18 20 20 20

19 Karo 74,01 74,43 74,84 75,34 6 6 6 6

20 Nias Selatan 65,06 65,59 66,27 67,15 26 30 32 32

21 Humbang Hasundutan 70,79 71,24 71,64 71,94 20 23 24 24

22 Pakpak Barat 69,47 69,95 70,36 70,8 24 27 28 28

23 Samosir 72,87 73,24 73,42 73,7 12 13 15 15

24 Batu Bara 70,55 70,98 71,25 71,62 21 25 26 26

25 Padang Lawas Utara - 71,85 72,11 72,52 27 21 22 22

26 Padang Lawas - 71,15 71,68 71,98 28 24 23 23

27 Labuhan Batu Selatan - 73,16 73,52 73,84 29 14 14 14

28 Labuhan Batu Utara - 72,8 73,1 73,45 30 16 17 17

29 Nias Utara - - 67,36 67,75 31 - 31 31

30 Nias Barat - - 65,96 66,46 32 33 33 33

31 Sibolga 73,93 74,39 74,82 75,08 7 7 7 9

32 Padang Sidempuan 73,79 74,26 74,77 75,21 8 9 8 8

33 Gunung Sitoli - - 71,33 71,67 33 - 25 25


(26)

Dari tabel diatas terlihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia (IPM) untuk Kota Medan dari tahun 2007 sampai dengan 2010 mengalami kenaikan dan berada pada peringkat kedua dari tiga puluh tiga Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara. Hal ini juga dapat dikatakan bahwa komponen yang mendukung Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/Human Development Index (HDI) yaitu Harapan Hidup (Life Expectacy), Indeks Pendidikan yang dihitung dari Angka Melek Huruf (Adult Literacy rate) dan Rata-rata Lama Sekolah (Years of Scooling), dan Indeks Daya Beli ( Adjusted Real Percapita) di Kota Medan dalam kurun waktu tahun 2007 sampai dengan 2010 semakin membaik.

Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, baik aspek ekonomi, politik, sosial, maupun budaya.

Pendidikan bukan hanya akan berpengaruh pada tingkat produktivitas, tetapi juga akan berpengaruh pada fertilitas masyarakat. Pendidikan dapat menjadi sumber daya manusia yang lebih cepat mengerti dan siap dalam menghadapi perubahan dan pembangunan suatu negara.

Pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga. Pendidikan juga memainkan peranan utama dalam membentuk kemampuan sebuah negara berkembang untuk menyerap tekhnologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan.

Dalam butir kedua dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) dinyatakan bahwa untuk mencapai pendidikan dasar secara universal, ditargetkan pada tahun 2015 dipastikan bahwa setiap anak laki-laki dan


(27)

perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Pengukuran pencapaian target ini di Indonesia dengan menggunakan indikator sebagai berikut :

1. Angka partisipasi murni (APM) sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah (7-12

tahun).

2. Angka partisipasi murni (APM) sekolah menengah pertama/madrasah

tsanawiyah (13-15 tahun).

3. Angka melek huruf usia 15-24 tahun.

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pada Pasal 34 ayat 1 menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang Pendidikan Dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 2 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggungjawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan besar dalam percepatan pencapaian program Wajar 9 tahun tersebut.

Perbedaan geografis bangsa Indonesia yang begitu majemuk, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat atau daerah tidak dapat berkembang secara pesat dan merata. Faktor perbedaan sosial ekonomi sebagai salah satu kendala utama selain faktor-faktor lain dalam penuntasan wajib belajar 9 tahun. Sebagai upaya menjembatani perbedaan itu dan ditambah dengan jumlah masyarakat miskin yang tidak sedikit, pemerintah melalui Kementerian


(28)

Pendidikan Nasional (Kemendiknas) memberikan program BOS guna pemenuhan kebutuhan belajar mengajar siswa yang diterimakan langsung ke semua sekolah tingkat dasar (SD/SMP) untuk membantu mengurangi beban biaya pendidikan yang harus ditanggung oleh orangtua siswa. Ini berarti bahwa program BOS mendorong agar semua warga negara Indonesia mengenyam pendidikan sekurang-kurangnya tingkat dasar.

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah salah satu program pemerintah dalam bidang pendidikan yang direalokasikan dalam rangka mengatasi dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Secara umum program BOS ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.

Sesuai yang tercantum pada pasal 31 ayat 4 menyatakan bahwa negara memperioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen (20%) dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. Dengan adanya program BOS diharapkan siswa dapat memperoleh layanan pendidikan dasar yang bermutu dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.Sementara itu sasaran pemberian BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk Sekolah Menengah Terbuka (SMPT) dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun swasta di seluruh Indonesia.


(29)

Seiring dengan adanya BOS ini maka seluruh siswa miskin dapat mendapatkan layanan pendidikan dasar secara gratis, dengan demikian angka buta aksara dapat diperkecil atau bahkan tidak ada sama sekali.

Pengaturan mengenai pendanaan pendidikan dalam Pasal 46, Pasal47, Pasal 48, dan Pasal 49, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem Pendidikan Nasional disusun berdasarkan semangat desentralisasi danotonomi satuan pendidikan dalam perimbangan pendanaan pendidikan antara pusat dan daerah. Dengan demikian pendanaan pendidikan menjaditanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah, danmasyarakat.

Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah untukmenyediakan anggaran pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,dan keberlanjutan. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab pendanaan tersebut, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dikelola berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut di atas perlu ditetapkanPeraturan Pemerintah tentang Pendanaan Pendidikan.Pendanaan pendidikan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pengaturan lebih lanjut mengenai tanggung jawab pendanaan, sumber pendanaan, pengelolaan dana, dan pengalokasian dana.

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan dalam percepatan pencapaian Wajib Belajar 9 tahun.Oleh karena itu, mulai tahun 2009, pemerintah melakukan perubahan tujuan,


(30)

pendekatan, dan orientasi BOS. Program BOS ke depannya bukan hanya berperan untuk mempertahankan APK, namun juga harus berkonstribusi penting untuk peningkatan mutu pendidikan dasar. Selain itu, dengan biaya satuan BOS yang telah dinaikkan secara signifikan, program ini akan menjadi pilar utama untuk mewujudkan pendidikan gratis di pendidikan dasar.

Bantuan Operasional (BOS) adalah merupakan program pemerintah dalam bidang pendidikan. Program tersebut diaplikasikan secara riil dengan memberikan bantuan dana guna menunjang pencapaian wajib belajar sembilan tahun.

Tantangan utama pembangunan pendidikan di Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Tingkat pendidikan penduduk Indonesia relatif masih rendah;

b. Dinamika perubahan struktur penduduk belum sepenuhnya dapat diatasi dalampembangunan pendidikan;

c. Masih terdapat kesenjangan tingkat pendidikan yang cukup lebar antar kelompok masyarakat, seperti antara penduduk kaya dan penduduk miskin, antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan, antara penduduk di perkotaan dan penduduk di pedesaan,dan antar daerah; d. Fasilitas pelayanan pendidikan belum tersedia secara merata, terutama

di daerah pedesaan, terpencil, dan kepulauan, sehingga menyebabkan sulitnya anak-anak mengakses layanan pendidikan;

e. Kualitas pendidikan relatif masih rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan kompetensi peserta didik;

f. Manajemen pendidikan belum berjalan secara efektif dan efisien, terutama karena desentralisasi pendidikan belum sepenuhnya dapat


(31)

dilaksanakan dengan baik. Hal ini ditandai oleh, antara lain, belum mantapnya pembagian peran dan tanggung jawab masing-masing tingkat pemerintahan, termasuk kontribusinya dalam penyediaan anggaran pendidikan.

Berdasarkan kondisi dan masalah yang dihadapi, ditempuh langkah-langkah kebijakan pendidikan dasar sebagai berikut:

a. Meningkatkan akses dan perluasan kesempatan belajar bagi semua anak usia pendidikandasar, dengan target utama daerah dan masyarakat miskin, terpencil, dan terisolasi. Mulaitahun ajaran 2005/2006 pemerintah menyediakan biaya operasional sekolah (BOS) dalamjumlah yang cukup besar sebagai langkah awal pelaksanaan pendidikan dasar gratis.

b. Meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan dengan menerapkan standar nasional pendidikan sebagai acuan dan rambu-rambu hukum untuk meningkatkan mutu berbagai aspek pendidikan nasional termasuk mutu pendidik dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, kompetensi lulusan, pembiayaan pendidikan dan penilaian pendidikan,

c. Meningkatkan anggaran pendidikan untuk dapat mencapai 20 persen dari APBN danAPBD sesuai amanat UUD 1945 dan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Untuk mencapai angka 20 persen itu, pemerintah telah member komitmen meningkatkan anggaran pendidikan secara bertahap. Bahkan selama lima tahun terakhir, alokasi anggaran pendidikan yang disediakan melalui APBN paling tinggi di antara sektor-sektor pembangunan yang lain.


(32)

d. Mendorong pelaksanaan otonomi dan desentralisasi pengelolaan pendidikan sampaidengan satuan pendidikan dalam menyelenggaraan pendidikan.

e. Memperkuat manajemen pelayanan pendidikan dalam rangka membangun pelayanan pendidikan yang amanah, efisien, produktif dan akuntabel melalui

upaya peningkatan tatakelola yang baik (good govermance) kelembagaan

pendidikan.

f. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan pendidikan

termasuk meningkatkan peran dan fungsi komite sekolah dan dewan pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan berbasis sekolah dan masyarakat yang mencakup proses perencanaan, pengawasan, dan evaluasi pelaksanaan pembangunan pendidikan.

Sedangkan program yang dilaksanakan adalah menyelenggarakan layanan pendidikan dasar yang berkualitas dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Program layanan pendidikan dasar ini difokuskan pada (i) peningkatan partisipasi anak yang belum mendapat layanan pendidikan dasar, (ii) mempertahankan kinerja pendidikan yang telah dicapai terutama dengan menurunkan angka putus sekolah dan angka mengulang kelas, dan (iii) penyediaan tambahan layanan pendidikan bagi anak-anak yang tidak dapat melanjutkan kejenjang pendidikan menengah.

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan dalam percepatan pencapaian Wajib Belajar 9 tahun. Selain itu dengan biaya satuan BOS yang telah dinaikkan secara signifikan. Program ini akan menjadi pilar utama untuk mewujudkan pendidikan gratis di pendidikan dasar.


(33)

Bantuan Operasional (BOS) adalah merupakan program pemerintah dalam bidang pendidikan. Program tersebut diaplikasikan secara riil dengan memberikan bantuan dana guna menunjang pencapaian wajib belajar sembilan tahun.

Meskipun pemerintah telah menyalurkan dana BOS dalam rangka penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, namun masih banyak anak-anak Indonesia yang miskin putus sekolah dan masih ada sekolah yang melakukan kutipan-kutipan lain dengan berbagai dalih.

Untuk mengetahui keterkaitan dan keefektifitasan dana BOS dalam peningkatan prestasi belajar siswa SMP di Kota Medan, peneliti mengambil judul “Pengaruh Anggaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Terhadap

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa SMP di Kota Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang dan uraian diatas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah anggaran untuk pembelian buku teks pelajaran yang rusak

berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu siswa;

2. Apakah anggaran untuk penerimaan siswa baru berpengaruh postif

terhadap peningkatan mutu siswa;

3. Apakah anggaran untuk kegiatan ekstrakurikuler berpengaruh positif

terhadap peningkatan mutu siswa;

4. Apakah anggaran untuk biaya ulangan dan ujian berpengaruh positif

terhadap peningkatan mutu siswa;

5. Apakah anggaran untuk bantuan biayatransportasi,seragam,sepatu dan alat


(34)

6. Apakah anggaran untuk pembelian komputer dan printer berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu guru;

7. Apakah anggaran untuk pembayaran honor guru honorer berpengaruh

positif terhadap peningkatan mutu guru;

8. Apakah anggaran untuk pengembangan profesi guru berpengaruh positif

terhadap peningkatan mutu guru.

9. Apakah anggaran untuk biaya pembelian komputer dan printer, biaya

pembayaran honor guru dan biaya pengembangan profesi guru berpengaruh terhadap mutu siswa melalui variabel intervening mutu guru.

1.3. Tujuan Penelitian :

Secara umum adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah anggaran dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang disalurkan oleh pemerintah digunakan sesuai dengan petunjuk yang ditetapkan, sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk

pembelian buku teks pelajaran yang rusak terhadap peningkatan mutu siswa;

b. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk

penerimaan siswa baru peningkatan mutu siswa;

c. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk

kegiatan ekstrakurikulerterhadap peningkatan mutu siswa;

d. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk


(35)

e. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk bantuan biaya transportasi, seragam, sepatu dan alat tulis siswa miskin terhadap peningkatan mutu siswa;

f. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh untuk pembelian

komputer dan printer berpengaruh positif terhadap peningkatan mutu guru;

g. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran

pembayaran honor guru honorer terhadap peningkatan mutu guru;

h. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa besar pengaruh anggaran untuk

pengembangan profesi guru terhadap peningkatan mutu guru.

i. Untuk mengetahui dan menganalisis berapa anggaran untuk biaya pembelian

komputer dan printer, biaya pembayaran honor guru dan biaya pengembangan profesi guru berpengaruh terhadap mutu siswa.

1.4 Manfaat Penelitian :

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah : Manfaat Praktis :

Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi kepada PemerintahKota Medan maupun pihak-pihak terkait dalam melakukan perbaikan pelaksanaan program BOS tahun berikutnya. Dan dengan mengetahui pengaruh pemberian dana BOS terhadap prestasi belajar siswa SMP di Kota Medan, maka diharapkan penentu kebijakan (Stakeholder) khususnya di bidang pendidikan dapat melakukan perbaikan-perbaikan dalam peningkatan mutu pendidikan di Sumatera Utara umumnya dan di Kota Medan khususnya.


(36)

Manfaat Teoritis :

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam merumuskan Kebijakan Publik pada organisasi public, untuk menambah wawasan, baik penulis sendiri, maupun pemerhati pendidikan lainnya terutama di dalam menganalisa variabel-variabel yang

mempengaruhinya, baik variabel bebas (Independent variable) maupun variabel

antara (Intervening variable) serta sebagai bahan referensi bagi penulis selanjutnya.


(37)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa setiap warga Indonesia berhak mendapatkan pendidikan tanpa harus memandang status sosial, suku, ras, dan agama. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung pelaksanaan pendidikan yang bermutu pemerintah meningkatkan mutu pendidikan melalui regulasi yang memberikan jaminan tentang pembiayaan pendidikan.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa Pemerintah Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut mencerdaskan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, wajib belajar merupakan tanggungjawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang tertuang dalam pasal 49 ayat 1 menyatakan bahwa : “Dana

pendidikan selain dana pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan 20% pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)”.


(38)

Bantuan Operasional Sekolah adalah bantuan yang diberikan pemerintah untuk menjamin terlaksananya program wajib belajar. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dilaksanakan sekarang ini merupakan program tersendiri yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Program BOS meskipun ditujukan terutama dalam rangka perluasan akses dan pemerataan pendidikan, diharapkan dapat mendukung peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, serta peningkatan tata kelola dan pencitraan pendidikan yang positif di hadapan publik dalam rangka wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi dan wilayah geografis Indonesia yang sangat luas, dengan latar belakang sosial,

budaya, dan ekonomi penduduk yang heterogen. Kebijakan dan

program-program dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun mengacu pada tiga pilar pembangunan pendidikan nasional yang meliputi perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan, peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik.

Pilar pertama perluasan dan pemerataan akses pendidikan adalah upaya perluasan dan pemerataan akses pendidikan yang ditujukan sebagai upaya perluasan daya tampung satuan pendidikan serta memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang beraneka ragam baik secara sosial, ekonomi, gender, geografis, maupun tingkat kemampuan intelektual dan kondisi fisik. Perluasan dan pemerataan akses memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siapa saja untuk dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa di era global, serta meningkatkan peringkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia.


(39)

Pilar kedua peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing adalah arah kebijakan peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing pendidikan diarahkan pada peningkatan mutu pendidikan sehingga memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP meliputi berbagai komponen terkait dengan mutu pendidikan yaitu mencakup standar isi, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, satndar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Pilar ketiga peningkatan tata kelola, akuntabilitas, dan pencitraan publik yaitu kebijakan pembangunan pendidikan memberikan arah terhadap reformasi pendidikan secara efektif, efisien dan akuntabel.

Kebijakan tata kelola diarahkan pada pembenahan perencanaan jangka menengah dengan menetapkan kebijakan strategis serta program-program yang didasarkan pada skala prioritas. Disamping itu, kebijakan tata kelola mencakup pula pengembangan sistem penganggaran bagi keseluruhan program berdasarkan prioritas, baik dari sumber pemerintah, pihak swasta, stakeholders lainnya disetiap tingkat pemerintah. Pengelolaan pendidikan menggunakan pendekatan menyeluruh yang bercirikan ; a) program kerja disusun secara kolaboratif dan sinergi untuk menguatkan implementasi kebijakan mulai dari level birokrasi pendidikan pusat dan daerah hingga level satuan pendidikan, b) pelaksanaan reformasi institusi secara berkelanjutan, c) perbaikan program dilakukan secara berkelanjutan dan didasarkan pada evaluasi kinerja tahunan yang dilaksanakan secara sistematis dan memfungsikan peran-peran stakeholders yang lebih luas.


(40)

2.1.1.Pengertian BOS

BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah (Dedi Supriyadi, 2004). Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya, proses pendidikan di sekolah tidak akan berjalan. Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga (yang dapat dihargakan dengan uang). Bagaimana biaya-biaya itu direncanakan, diperoleh, dialokasikan, dan dikelola merupakan persoalan pembiayaan atau pendanaan pendidikan (educational finance).

Dana pendidikan adalah sumberdaya keuangan yang disediakan untuk menyelenggarakan dan mengelola pendidikan. Pendanaan pendidikan adalah penyediaan sumber daya keuangan yang diperlukan untuk penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan (PP Nomor 48 Tahun 2008; pasal 1).

Menurut PP No. 48 Tahun 2008 ada 3 jenis biaya pendidikan, yaitu:

1. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan

2. Biaya Penyelenggaraan dan/atau Pengelolaan Pendidikan adalah biaya


(41)

Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota, atau penyelenggara/satuan pendidikan yang didirikan masyarakat

3. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Biaya Satuan Pendidikan menurut PP No. 48 Tahun 2008 terdiri dari :

1. Biaya investasi, adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana,

pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap

2. Biaya operasi terdiri dari biaya personalia dan biaya non personalia

3. Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada

peserta didik yang orang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya

4. Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta

didik berprestasi.

Biaya Personalia dan non personalia menurut PP No. 48 Tahun 2008 yaitu:

1. Biaya Personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta

tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji.

2. Biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan

habis pakai. Dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain-lain.

Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan invsestasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.


(42)

2.1.2.Gerakan Nasional Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun

Pembangunan pendidikan nasional diarahkan untuk meningkatkan pemerataan kesempatan pendidikan, mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan. Sebagai wujud komitmen pemerintah terhadap pembangunan pendidikan, pada tahun 1994 pemerintah telah mencanangkan program wajib belajar 9 tahun (compulsory basic education).

Menurut PP No. 47 Tahun 2008 pasal 1 dan pasal 2 disebutkan bahwa : Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara Indonesia.Wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Kebijakan pelaksanaan program wajib belajar minimal untuk tingkat pendidikan dasar, selain untuk memenuhi tuntutan konstitusi juga untuk

memenuhi komitmen global, Millennium Development Goals (MDGs) yang

menargetkan pada tahun 2015 semua negara telah mencapai APK pendidikan dasar 100%. Wajar dikdas 9 tahun adalah prasyarat yang harus dipenuhi agar semua manusia Indonesia bisa menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Berdasarkan target dari MDGs dalam hal pendidikan, yaitu menjamin pada 2015 semua anak-anak, laki-laki maupun perempuan di manapun dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun ditargetkan selesai pada tahun 2008/2009. Indikator utama penuntasan


(43)

Wajir Dikdas adalah pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP secara nasional mencapai 95% pada tahun 2008/2009. Dari sisi jumlah siswa, pemerintah bersama masyarakat harus mampu menyediakan layanan pendidikan terhadap sekitar1,9 juta anak usia 13-15 tahun yang selama ini belum memperoleh kesempatan belajar di SMP/MTs/sederajat.

Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun harus merupakan program bersama antara pemerintah, swasta, dan lembaga-lembaga sosial serta masyarakat. Upaya-upaya untuk menggerakkan semua komponen bangsa melalui gerakan nasional dengan pendekatan budaya, sosial, agama, birokrasi, legal formal perlu dilakukan untuk menyadarkan mereka yang belum memahami arti pentingnya pendidikan dan menggalang partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program nasional tersebut.

Penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun memperhatikan pelayanan yang adil dan merata bagi penduduk yang menghadapi hambatan ekonomi dan sosial budaya (yaitu penduduk miskin, memiliki hambatan geografis, daerah perbatasan, dan daerah terpencil), maupun hambatan atau kelainan fisik, emosi, mental serta intelektual peserta didik. Untuk itu, diperlukan strategi yang lebih efektif antara lain dengan membantu dan mempermudah mereka yang belum sekolah, putus sekolah, serta lulusan SD/MI/SDLB yang tidak melanjutkan ke SMP/MTs/SMPLB yang masih besar jumlahnya, untuk memperoleh layanan pendidikan.

Disamping itu, akan dilakukan strategi yang tepat untuk meningkatkan aspirasi masyarakat terhadap pendidikan, khususnya pada masyarakat yang menghadapi hambatan tersebut.


(44)

Penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun akan menambah jumlah lulusan SMP/MTs/SMPLB setiap tahunnya, sehingga juga akan mendorong perluasan pendidikan menengah.

Tujuan utama dilaksanakannya gerakan nasional penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun ini adalah :

 Mendorong anak-anak usia 13-15 tahun agar masuk sekolah baik di

SMP/MTs maupun pendidikan lainnya yang sederajat.

 Meningkatkan angka partisipasi anak untuk masuk sekolah SMP/MTs

terutama di daerah yang jumlah anak tidak bersekolah SMP/MTs masih tinggi.

 Menurunkan angka putus sekolah SMP/MTs atau sederajat.

 Meningkatkan peran serta masyarakat dalam mensukseskan penuntasan

Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

 Meningkatkan peran serta organisasi kemasyarakatan dalam mensukseskan

gerakan nasional penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun.

 Meningkatkan peran, fungsi, dan kapasitas pemerintah pusat, pemerintah

propinsi, kabupaten/kota dan kecamatan dalam penuntasan wajib belajar di daerah masing-masing.

Adapun sasaran gerakan penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah untuk :

 Anak usia SMP/MTs atau yang sederajat (13-15 tahun) yang belum belajar

di SMP/MTs atau sederajat.

 Anak kelas VI SD yang karena alasan ekonomi dikhawatirkan tidak dapat

melanjutkan ke SMP/MTs atau yang sederajat.


(45)

Untuk belajar di SMP/MTs atau yang sederajat, anak-anak usia SMP dapat memilih sekolah yang sesuai dengan pilihan dan kesempatan yang dimiliki, seperti :

 SMP Negeri atau SMP Swasta biasa.

 SD-SMP Satu Atap.

 SMP Terbuka.

 MTs Negeri atau MTs Swasta atau sekolah lainnya yang sederajat.

 Pondok Pesantren Salafiyah yang menyelenggarakan program Wajib

Belajar.

Anak usia 13-15 tahun yang sekolah dapat memperoleh bantuan keuangan untuk mengikuti pendidikan sebagai berikut:

 Semua anak SMP/MTs atau sederajat dapat memperoleh Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) dengan prioritas kepada siswa yang tidak mampu sebesar Rp. 324.500,-/siswa/tahun. BOS diserahkan pengelolaannya kepada sekolah.

 Beasiswa retrieval, sebesar Rp. 1.000.000,-/siswa/tahun untuk tahun

pertama dan Rp. 500.000,-/siswa/tahun bagi anak putus sekolah SMP/MTs.

 Beasiswa transisi bagi siswa kelas VI SD/Mi atau sederajat karena alasan

ekonomi terancam tidak dapat melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs. Besar beasiswa transisi adalah Rp. 1.000.000,-/siswa/tahun.

 Beasiswa untuk siswa SMP Terbuka sebesar Rp. 240.000,-/siswa/tahun.

Penuntasan Wajib Belajar 9 Tahun adalah program nasional. Oleh karena itu untuk mensukseskan program ini perlu kerjasama yang menyeluruh antara :


(46)

 Dinas Pendidikan Propinsi

 Dinas Pendidikan Kabupaten/kota

 Dinas Pendidikan Kecamatan

 Kelurahan

Disamping itu masyarakat dan organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan, seperti Dharma Wanita, PKK, Bhayangkari, Dharma Pertiwi, dan lainnya diharapkan tetap meningkatkan partisipasinya dalam penuntasan Wajar Dikdas 9 tahun.

Sesuai dengan Rencana Strategis Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 – 2014, program wajib belajar 9 tahun bertujuan untuk meningkatkan pemerataan dan perluasan pelayanan pendidikan dasar yang bermutu dan terjangkau baik melalui jalur formal maupun non formal yang mencakup Sekolah Dasar dan Madrasyah Ibtidaiyah serta PNF kesetaraan Sekolah Dasar, SMP, dan Pendidikan Non Formal kesetaraan SMP sehingga anak usia 7 -15 tahun dapat memperoleh pendidikan setidak-tidaknya sampai sekolah menengah pertama atau sederajat. Sementara sasaran yang ingin dicapai dari pelaksanaan program wajib belajar 9 tahun ini adalah terlaksananya pemerataan, perluasan dan wajib belajar 9 tahun dan dengan program tersebut diharapkan dapat meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) setiap jenjang pendidikan, berkurangnya angka putus sekolah, meningkatnya angka melanjut ke jenjang yang lebih tinggi serta tuntasnya wajib belajar 9 tahun.

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan mampu mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi Pendidikan Dasar, sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Pendidikan Dasar yang dimaksudkan,


(47)

mengacu pada kompetensi yang termuat dalam Pasal 13 UU No. 2/1989 yaitu kemampuan atau pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi (pendidikan menengah).

Dalam melaksanakan wajib belajar sembilan tahun, ada beberapa pendekatan yang dilakukan sebagai strategi pelaksanaannya, antara lain:

(a) Pendekatan Budaya

Sosialisasi wajib belajar dilakukan dengan memanfaatkan budaya yang berkembang di daerah tersebut; misalnya daerah yang masyarakatnya senang dengan seni, maka pesan-pesan wajib belajar dapat disisipkan pada gelar seni. Masyarakat yang sangat menghormati adat, maka tokoh adat dilibatkan dalam pemikiran dan pelaksanaan sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu. Sanksi adat biasanya lebih disegani dari pada sanksi hukum.

(b) Pendekatan Sosial

Sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu perlu memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Bila dalam masyarakat ada tokoh yang disegani dan bisa menjadi panutan, maka tokoh ini perlu dilibatkan dalam sosialisasi. Tokoh masyarakat ini bisa berasal dari tokoh formal, maupun tokoh non formal. Pada masyarakat ekonomi lemah, sosialisasi dilakukan dengan memberikan informasi tentang pelayanan pemerintah untuk pendidikan, misalnya BOS ataupun beasiswa. Bila anak sibuk membantu kerja orangtua, anak tidak harus berhenti bekerja, tetapi disampaikan jenis pendidikan alternatif yang bisa diikuti oleh anak yang bersangkutan, misalnya SMP Terbuka atau program Paket B.


(48)

(c) Pendekatan Agama

Pada daerah tertentu ada yang masyarakatnya sangat agamis dan sangat mentaati ayat-ayat suci. Untuk daerah seperti ini peran para tokoh agama sangat sesuai. Dengan mengutip ayat-ayat suci, maka konsep wajib belajar lebih mudah diikuti. Untuk ini motto “belajar adalah ibadah” yang didasarkan atas kajian yang sangat mendalam oleh para tokoh agama dapat diangkat menjadi motto dalam sosialisasi Wajar Dikdas sembilan tahun yang bermutu.

(d) Pendekatan Birokrasi

Pendekatan birokrasi ialah upaya memanfaatkan sistem pemerintahan, baik di tingkat pusat maupun daerah. Pembentukan tim koordinasi di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan kecamatan merupakan salah satu bentuk pendekatan birokrasi. Birokrasi ditempuh karena dengan pendekatan ini lebih mudah diperoleh berbagai faktor penunjang baik tenaga, sarana, maupun dana. Namun demikian pendekatan ini akan lebih berhasil bila digabung dengan pendekatan yang lain.

(e) Pendekatan Hukum

Pendekatan hukum ialah pendekatan yang hanya digunakan untuk daerah yang masyarakatnya memiliki kesadaran terhadap pendidikan sangat rendah dan tingkat resistensinya tinggi. Program Wajib Belajar Sembilan Tahun

sampai saat ini masih memberlakukan konsep “universal basic education

dan belum menerapkan konsep “compulsary education”. Artinya, program

wajib belajar baru sebatas himbauan tanpa diikuti sanksi hukum. Namun jika diperlukan, UU Nomor 20 tahun 2003, memberi kemungkinan kepada


(49)

berkonsekuensi adanya sanksi hukum bagi yang tidak mau melaksanakan tanggung jawabnya terhadap program wajib belajar, baik pemerintah, pemerintah daerah, orangtua, maupun peserta didik.

Untuk mempercepat akselerasi penuntasan wajib belajar, pada tahun 2006 pemerintah menerbitkan Instruksi Presiden nomor 5 tahun 2006 tentang

Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara

2.1.3.Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun Yang Bermutu

. Inpres ini menginstruksikan kepada para Menteri terkait, Kepala BPS, Gubernur, Bupati dan Walikota untuk memberikan dukungan dan mensukseskan program pemerintah dimaksud.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7 – 15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan pada ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggungjawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat Undang-undang tersebut adalah pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat.


(50)

Pengaturan mengenai pendanaan pendidikan dalam Pasal 46, Pasal47, Pasal 48, dan Pasal 49, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disusun berdasarkan semangat desentralisasi dan otonomi satuan pendidikan dalam perimbangan pendanaan pendidikan antara pusat dan daerah. Dengan demikian pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah untuk menyediakan anggaran pendidikan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan,dan keberlanjutan. Dalam rangka memenuhi tanggung jawab pendanaan tersebut, pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat mengerahkan sumberdaya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang dikelola berdasarkan prinsip keadilan, efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas publik.

Sejak Juli 2005 yang lalu, pemerintah memunculkan kebijakan strategis, sebagai langkah serius, nyata dan urgen untuk mewujudkan wajib belajar (wajar) 9 tahun, yaitu Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Kebijakan stretegis itu dimaksudkan untuk pemerataan sekaligus penyegaran kembali akan pentingnya kesadaran pendidikan yang terjangkau (murah) dan bermutu bagi semua anak negeri di tanah air.

Cita-cita dan amanat UUD 1945 yang menjadi payung hukum tertinggi di negeri ini serta UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas sebagai pijakan pemerintah, melalui Kemendiknas agar semua warga negara berusia 7-15 tahun atau setingkat SD hingga SMP wajib memperoleh hak untuk mendapat pendidikan. Hal ini selaras dengan misi dunia bahwa pendidikan adalah untuk


(51)

semua (education for all) yang menembus batas benua, negara, pulau, etnis, ras, suku, dan agama.

Perbedaan geografis bangsa Indonesia yang begitu majemuk, mengakibatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat atau daerah tidak dapat berkembang secara pesat dan merata. Faktor perbedaan sosial-ekonomi itulah sebagai salah satu kendala utama, selain faktor-faktor lain, dalam rangka menuntaskan wajib belajar 9 tahun. Sebagai upaya menjembatani perbedaan itu dan ditambah dengan jumlah masyarakat kurang mampu (miskin) yang tidak sedikit, pemerintah melalui Kemendiknas memberikan program BOS guna pemenuhan kebutuhan belajar mengajar siswa yang diterimakan langsung ke semua sekolah tingkat dasar (SD/SMP). Artinya, program BOS mendorong agar semua warga negara Indonesia mengenyam pendidikan sekurang-kurangnya tingkat dasar.

Salah satu indikator penuntasan program Wajar Dikdas 9 tahun di ukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMP. Pada tahun 2009 APK SMP telah mencapai 98,11%, sehingga dapat dikatakan bahwa program wajar 9 tahun telah tuntas sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan besar dalam percepatan pencapaian program Wajar 9 Tahun tersebut.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah merupakan program pemerintah yang diberikan dalam bidang pendidikan untuk menjamin terlaksananya program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun. Ukuran penuntasan wajib belajar pendidikan dasr 9 tahun adalah apabila Angka Partisipasi Kasar (APK) sudah mencapai 95%. Semula pemerintah menargetkan program penuntasan wajar


(52)

dikdas 9 tahun ini pada tahun 2008/2009, namun karena terjadinya krisis pada tahun 1997 banyak peserta didik dari keluarga kurang mampu tidak dapat mengikuti sekolah lagi.

Bantuan Operasional Sekolah adalah bantuan yang diberikan pemerintah untuk menjamin terlaksananya program wajib belajar. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dilaksanakan sekarang ini merupakan program tersendiri yang dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Program BOS meskipun ditujukan terutama dalam rangka perluasan akses dan pemerataan pendidikan, diharapkan dapat mendukung peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing, serta peningkatan tata kelola dan pencitraan pendidikan yang positif di hadapan publik dalam rangka wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dilaksanakan dengan mempertimbangkan kondisi dan wilayah geografis Indonesia yang sangat luas, dengan latar belakang sosial, budaya, dan ekonomi penduduk yang heterogen.

Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Sedangkan sasaran program BOS adalah semua sekolah SD dan SMP, termasuk Sekolah Menengah Pertama Terbuka (SMPT), dan Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang diselenggarakan oleh masyarakat baik negeri maupun swasta di seluruh provinsi di Indonesia.

Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh sekolah termasuk untuk BOS Buku, dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan pertahunnya sebagai berikut :


(53)

b. SD/SDLB di kabupaten : Rp. 397.000,-/siswa

c. SMP/SMPLB di kota : Rp. 575.000,-/siswa

d. SMP/SMPLB di kabupaten : Rp. 570.000,-/siswa

Dari rentang waktu lima tahun terakhir, besaran program BOS dari tahun 2005 hingga tahun 2009 telah mengalami peningkatan secara signifikan. Program BOS merupakan program yang sebanding lurus dengan kebijakan pemerintah yang mengalokasikan anggaran pendidikan 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sebagai amanat Undang-Undang Dasar 1945. Manfaatnya, lebih dari 30 juta murid SD/MI dan 12,5 juta SMP/MTs telah merasakan program BOS yang hasilnya sangat positif untuk pengentasan wajib belajar 9 tahun.

Bahkan, menurut laporan Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, penuntasan program wajar 9 tahun mengalami peningkatan secara signifikan, yaitu mencapai 98,11% Angka Partisipasi Kasar (APK). Prestasi ini melebihi target dari yang dirancang sebelumnya, yakni untuk menuntaskan wajar 9 tahun paling lambat tahun 2015. Program BOS dinilai menghasilkan kemajuan yang pesat. Secara riil, indikator keberhasilan program BOS adalah mampu mengurangi beban orangtua untuk biaya pendidikan anaknya, sehingga menurunkan angka putus sekolah (drop out), mengurangi angka mengulang kelas, meminimalisir tingkat ketidak hadiran, dan meningkatkan angka melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs.


(54)

Dana BOS digunakan untuk

1. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru: biaya pendaftaran penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, dan pendaftaran ulang.

2. Pembelian buku teks pelajaran dan buku referensi untuk dikoleksi di perpustakaan.

3. Pembelian bahan-bahan habis pakai: buku tulis, kapur tulis, pensil, bahan praktikum, buku induk siswa, buku inventaris, langganan koran, gula, kopi dan teh untuk kebutuhan sehari-hari disekolah.

4. Pembiayaan kegiatan kesiswaan: program remedial, program pengayaan, olahraga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah remaja dan sejenisnya.

5. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian sekolah dan laporan hasil belajar siswa.

6. Pengembangan profesi guru: pelatihan, KKG/MGMP dan KKKS/MKKS. 7. Pembiayaan perawatan sekolah: pengecatan, perbaikan atap bocor,

perbaikan pintu dan jendela, perbaikan meubiler dan perawatan lainya 8. Pembiayaan langganan daya dan jasa: listrik, air, telepon, termasuk untuk

pemasangan baru jika sudah ada jaringan di sekitar sekolah.

9. Pembayaran honorarium guru dan tenaga kependidikan honorer sekolah yang tidak dibiaya Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. Tambahan insentif bagi kesahjeteraan guru PNS ditanggung sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah.


(55)

11. Khusus untuk pesantren salafiyah dan sekolah beragama non Islam, dana BOS dapat digunakan untuk biaya asrama/pondokan dan membeli peralatan ibadah.

12. Pembiayaan pengelolaan BOS: ATK, penggandaaan, surat menyurat dan penyusunan laporan.

13. Bila seluruh komponen di atas telah terpenuhi pendanaannya dari BOS dan masih terdapat sisa dana maka sisa dana BOS tersebut dapat digunakan untuk membeli alat peraga, media pembelajaran dan mebeler sekolah. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggaraan suatu kegiatan besaran/satuan biaya untuk keperluan di atas harus mengikuti batas kewajaran.

14. Penggunaan dana BOS untuk transportasi dan uang lelah bagi guru PNS diperbolehkan hanya dalam rangka penyelenggara suatu kegiatan sekolah selaian kewajiban jam mengajar. Besaran atau satuan biaya untuk keperluan di atas harus mengikuti batas kewajaran.

Dana BOS tidak boleh digunakan untuk :

1. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud dibungakan 2. Dipinjamkan kepada pihak lain.

3. Membayar bonus, transportasi, atau pakaian yang tidak berkaitan dengan kepentingan murid

4. Membangun gedung/ruangan baru

5. Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran 6. Menanamkan saham


(56)

7. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiaya dari sumber dana pemerintahan pusat atau daerah, misalnya guru kontrak/guru bantu dan kelebihan jam mengajar.

BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasional dan personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

Meskipun tujuan utama dari program BOS adalah untuk pemerataan dan perluasan akses, program BOS juga merupakan program untuk meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing serta untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.

Melalui program BOS yang terkait dengan pendidikan dasar 9 tahun, maka diharapkan BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu, melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh sekolah, dan anak lulusan SD harus diupayakan kelangsungan pendidikannya ke sekolah setingkat SMP. Tidak boleh lagi ada tamatan SD/sederajat tidak dapat melanjutkan ke SMP/sederajat.

Peningkatan mutu dan daya saing pendidikan diarahkan untuk mewujudkan proses dan keluaran pendidikan yang bermutu. Mewujudkan mutu pendidikan bukan hal yang mudah apalagi bila dikaitkan dengan fungsi dan tujuan seperti tertulis dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Namun capaian pembangunan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah seperti nilai ujian nasional siswa, jumlah guru yang telah memenuhi kualifikasi, jumlah Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) atau Rintisan


(57)

SBI (RSBI), dan jumlah perolehan medali pada berbagai olimpiade ilmiah Internasional dapat dijadikan indikator kinerja.

Melalui program BOS yang terkait dengan pendidikan dasar 9 tahun yang bermutu, setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan hal-hal berikut :

a. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan akses pendidikan

dasar 9 tahun yang bermutu;

b. BOS harus memberi kepastian bahwa tidak ada siswa miskin putus sekolah

karena alasan finansial seperti tidak mampu membeli baju seragam/alat tulis sekolah dan biaya lainnya;

c. BOS harus menjamin kepastian lulusan setingkat SD dapat melanjutkan ke

tingkat SMP;

d. Kepala sekolah SD/SDLB menjamin semua siswa yang akan lulus dapat

melanjutkan ke SMP/SMPLB;

e. Kepala sekolah berkewajiban mengidentifikasi anak putus sekolah di

lingkungannya untuk diajak kembali ke bangku sekolah;

f. Kepala sekolah harus mengelola dana BOS secara transparan dan

akuntabel;

g. BOS tidak menghalangi siswa, orang tua yang mampu, atau walinya

memeberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepala sekolah. Sumbangan sukarela dari orangtua siswa harus bersifat ikhlas, tidak terikat waktu dan tidak ditetapkan jumlahnya, serta tidak mendiskriminasikan mereka yang tidak memberikan sumbangan.


(58)

2.1.4.Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan Komite Sekolah dengan menerapkan MBS, yaitu :

a. Sekolah mengelola dana secara profesional, transparan, dan akuntabel

b. Sekolah harus memiliki Rencana Jangka Menengah yang disusun 4

tahunan;

c. Sekolah harus menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT) dalam bentuk

Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS), dimana dana BOS merupakan bagian integral dari RKAS tersebut;

d. Rencana Jangka Menengah dan RKAS harus disetujui dalam rapat dewan

pendidik setelah memperhatikan pertimbangan Komite Sekolah dan disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota (untuk sekolah negeri) atau yayasan (untuk sekolah swasta).

2.1.5. Profesionalisme dan Kompetensi Guru

Pendidikan merupakan sarana untuk memajukan kehidupan masyarakat. Oleh karenanya peranan pendidikan sangat penting dan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan. Seringkali permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari diupayakan pemecahannya melalui jalur pendidikan yang ada. Namun kualitas pendidikan juga menuntut tanggung jawab dan peran serta dari semua pihak. Agar dapat dicapai kualitas seperti yang diharapkan, maka pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan ditentukan banyak komponen. Komponen pendidikan tersebut antara


(59)

lain : guru, peserta didik, kurikulum atau program pendidikan, tujuan, fasilitas, dan manajemen pendidikan.

Salah satu bagian dari komponen pendidikan dewasa ini yang penting adalah guru yang profesional. Guru menjadi salah satu faktor yang menentukan dalam konteks meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, karena guru adalah garda terdepan yang berhadapan langsung dan berinteraksi dengan siswa dalam proses belajar mengajar. Mutu pendidikan yang baik dapat dicapai dengan guru yang profesional dengan segala kompetensi yang dimiliki. Undang-Undang Guru dan Dosen Nomor 14 tahun 2005 (pasal 1 ayat 1) dinyatakan bahwa : guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Guru profesional akan tercermin dalam penampilan pelaksanaan tugas-tugas yang ditandai oleh keahlian baik dalam materi maupun metode, rasa tanggung jawab, pribadi, sosial, intelektual moral dan spiritual, dan rasa kesejawatan yaitu rasa kebersamaan di antara sesama guru. Sementara itu, perwujudan unjuk kerja profesional guru ditunjang dengan jiwa profesionalisme. Jiwa profesionalisme yaitu sikap mental yang senantiasa mendorong untuk mewujudkan diri sebagai guru yang profesional. Selain itu kualitas profesionalisme dapat ditunjukkan melalui pola pikir dan perilaku kerja sebagai berikut : (1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar ideal. (2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi. (3) Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas pengetahuan dan


(60)

keterampilannya. (4) Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi. (5) Memiliki kebanggaan terhadap profesinya.

2.2.Landasan Penelitian Terdahulu

Fatah (1998) meneliti tentang pembiayaan pendidikan di Sekolah Dasar. Variabel yang digunakan meliputi : 1) Biaya pendidikan di sekolah dasar, 2) Mutu proses belajar mengajar, 3) Mutu hasil siswa, 4) Pelaksanaan kebijakan anggaran pendidikan dalam upaya peningkatan hasil pendidikan. Hasil yang diperoleh adalah 1) Penerimaan biaya pendidikan yang dimanfaatkan untuk peningkatan mutu di Sekolah Dasar masih dominan dari pusat, 2) Komponen-komponen biaya pendidikan yang memberikan konstribusi secara signifikan terhadap mutu hasil belajar adalah a) gaji/kesejahteraan pegawai, b) biaya pendidikan guru, c) pengadaan alat pelajaran, d) pengadaan bahan pelajaran, dan e) pengadaan sarana sekolah. 3) Komponen-komponen biaya pendidikan yang memberikan konstribusi secara signifikan terhadap proses belajar mengajar siswa adalah : a) gaji/kesejahteraan guru, b) pengelolaan sekolah, c) pengadaan alat pelajaran, dan d) pengadaan sarana sekolah. 4) Dalam penentuan besarnya alokasi biaya operasional pendidikan yang bersumber dari pemerintah didasarkan atas jumlah murid, jumlah kelas, dan jumlah pegawai.

Supriadi (2001) meneliti anatomi biaya pendidikan di SD, SMP, SMU, dan SMK. Penelitian ini menggunakan variabel-variabel : 1) Biaya pendidikan yang dikeluarkan pemerintah pusat dan daerah, 2) Biaya langsung dan tidak langsung yang dikeluarkan keluarga untuk anaknya yang bersekolah, 3) Biaya partisipasi masyarakat ke sekolah. Hasil yang diperoleh adalah : 1) Subsidi pemerintah


(1)

Hipotesis Kedelapan

Variables Entered/Removedb

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method

1 X8a . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Y1

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .627a .393 .372 18.802


(2)

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 6627.209 1 6627.209 18.746 .000a

Residual 10252.146 29 353.522 Total 16879.355 30

a. Predictors: (Constant), X8 b. Dependent Variable: Y1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 16.505 4.501 3.667 .001

X8 28.194 6.512 .627 4.330 .000


(3)

Analisis Jalur

PersamaanStrukturPertama

Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 X8, X7, X6a . Enter a. All requested variables entered.

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .653a .426 .362 18.947

a. Predictors: (Constant), X8, X7, X6

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 7186.962 3 2395.654 6.674 .002a


(4)

Residual 9692.393 27 358.978 Total 16879.355 30

a. Predictors: (Constant), X8, X7, X6 b. Dependent Variable: Y1

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 13.907 5.073 2.741 .011

X6 46.222 38.502 .176 1.200 .240

X7 .815 2.484 .048 .328 .745

X8 27.311 6.600 .607 4.138 .000

a. Dependent Variable: Y1

PERSAMAAN STRUKTUR KEDUA Variables Entered/Removed

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Y1, X7, X6,

X8a


(5)

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .556a .309 .203 1.55269

a. Predictors: (Constant), Y1, X7, X6, X8

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 28.057 4 7.014 2.909 .041a

Residual 62.682 26 2.411

Total 90.739 30

a. Predictors: (Constant), Y1, X7, X6, X8 b. Dependent Variable: Y2


(6)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 31.881 .470 67.827 .000

X6 1.790 3.238 .093 .553 .585

X7 .076 .204 .061 .375 .711

X8 -.225 .691 -.068 -.325 .748

Y1 .041 .016 .558 2.595 .015