Analisis Genre Abstrak Skripsi Bahasa Mandarin Mahasiswa Universitas Bina Nusantara

(1)

1

ANALISIS GENRE ABSTRAK SKRIPSI BAHASA MANDARIN

MAHASISWA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

建国大学中文系的学生论文汉语摘要体裁分析

(jiànguó dàxué zh

ōngwén x

ì de xuésh

ēng l

ùnwén hàny

ǔ zhāiyào

t

ǐcái fēnxī)

SKRIPSI

Oleh:

BURUTI R. HAREFA

110710033

PROGRAM STUDI SASTRA CINA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

2

ABSTRACT

This research was about the abstract genre of Mandarin at Binus University which was aimed to describe of Creating a Research Space (CARS) of Swales and to describe the realization of experential function of Halliday in abstract genre of a university student in Mandarin department, Binus University. The method used in this research is qualitative descriptive method the data of thesis research is 10 thesis abstracts in Mandarin,which focused on grammar.

The result of the research showed that eight abstract genres in the Mandarin thesis are divided into structured and non structured pattern. They consist of five patterns of structured abstract genre, and three non-structured abstract genre. Ten patterns of structured abstract genres were donated by Relational process (43.5%) and followed by Material process (39,1%). The conclusion of the research were 50% abstract of thesis genre in the university student of the Binus University were not based on Swales’ CARS model, and the dominant of Relational process abstract of thesis genre indicated that the writer of the thesis used verbs to relate one entity to other entities, such as time, location, type, role, function and point of view.

Keywords: Abstract Genre, CARS Swales, Halliday’s Experential Function, Relational Process, Material Process


(3)

3

ABSTRAK

Penelitian ini adalah tentang analisis genre abstrak bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara yang bertujuan untuk mendeskripsikan langkah dan tahap model Creating a Research Space (CARS) dari Swales dan mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial dari Halliday. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memfokuskan pada data berupa 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Unversitas Bina Nusantara mengenai bahasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pola genre abstrak skripsi bahasa Mandarin yang terdiri dari 5 pola genre abstrak terstruktur dan 3 pola genre abstrak tidak terstruktur. Pada 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin ditemukan bahwa jenis proses yang mendominasi ialah proses Relasional (43.5%) dan proses Material (39.1%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) 50% genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara belum memenuhi pola genre yang sesuai dengan model CARS Swales, dan2) penggunaan proses Relasional yang mendominasi genre abstrak skripsi menunjukkan bahwa penulis skripsi menggunakan verba yang dapat menghubungkan antar kata.

Kata Kunci: Genre Abstrak, CARS Swales, Fungsi Eksperensial Halliday, Proses Relasional, Proses Material


(4)

4

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR SINGKATAN...x

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 7

1.3 Rumusan masalah... 8

1.4 Tujuan Penelitian... 9

1.5 Manfaat Penelitian... 9

1.5.1 Manfaat Teoritis... 9

1.5.2 Manfaat Praktis...10

BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI... 11

2.1 Konsep... 11

2.1.1 Genre... 11

2.1.2 Abstrak... 13

2.1.3 Skripsi... 15

2.1.4 Bahasa Mandarin... 16

2.2 Tinjauan Pustaka... 19

2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan... 20

2.3 Landasan Teori... 23

2.3.1 Teori Swales... 23

2.3.1.1 Model CARS... 24

2.3.2 Teori Halliday... 26

2.3.2.1 Transitivitas... 29

2.3.2.1.1 Proses Material..., 29

2.3.2.1.2 Proses Mental... 30

2.3.2.1.3 Proses Verbal... 30

2.3.2.1.4 Proses Behaviorial... 31

2.3.2.1.5 Proses Relasional... 32

2.3.2.1.6 Proses Eksistensial (Wujud)... 32

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN... 34

3.1 Universitas Bina Nusantara... 34

3.1.1 Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara... 36

BAB IV METODE PENELITIAN... 39

4.1 Data dan Sumber Data... 40

4.2 Teknik Pengumpulan Data... 41


(5)

5

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN... 44

5.2 Hasil... 44

5.1.1 Langkah dan Tahap GA Skripsi... 44

5.1.2 Realisasi Fungsi Eksperensial pada GA Skripsi... 46

5.2 Pembahasan... 47

5.2.1 Pembahasan terhadap Langkah dan Tahap GA Skripsi... 47

5.2.1.1 Pola GA Skripsi... 61

5.2.2 Pembahasan terhadap Realisasi Fungsi Eksperensial pada GA Skripsi... 70

5.2.2.1 Jenis Proses pada GA Skripsi... 70

5.2.2.2 Persentasi Jumlah Proses GA Skripsi... 84

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 86

GLOSARIUM... 88

DAFTAR PUSTAKA... 89


(6)

6

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Model Creating a Research Space (CARS) Swales (1990)

24

5.1 Jumlah seluruh proses dalam setiap langkah

46

5.2 Persentase Proses dalam setiap langkah

46

5.3 Jenis proses data-1 L-1 T-1 70 5.4 Jenis proses data-1 L-2 T-1D 71 5.5 Jenis proses data-1 L-3 T-1B 71 5.6 Jenis proses data-3 L-1 T-1 71 5.7 Jenis proses data-3 L-2 T-1D 72 5.8 Jenis proses data-3 L-3 T-1B 72 5.9 Jenis proses data-3 L-3 T-2 73 5.10 Jenis proses data-7 L-1 T-1 73 5.11 Jenis proses data-7 L-3 T-1A 74 5.12 Jenis proses data-7 L-3 T-2 74 5.13 Jenis proses data-9 L-1 T-2 74 5.14 Jenis proses data-9 L-3 T-1A 75 5.15 Jenis proses data-10 L-1 T-1 75 5.16 Jenis proses data-10 L-2 T-1D 76 5.17 Jenis proses data-10 L-3 T-1B 76 5.18 Jenis proses data-2 L-1 T-2 76


(7)

7

5.19 Jenis proses data-2 L-1 T-1 77 5.20 Jenis proses data-6 L-2 T-1D 77 5.21 Jenis proses data-6 L-3 T-1B 77 5.22 Jenis proses data-6 L-3 T-2 78 5.23 Jenis proses data-4 L-1 T-2 78 5.24 Jenis proses data-4 L-1 T-1 79 5.25 Jenis proses data-4 L-2 T-1D 79 5.26 Jenis proses data-4 L-3 T-1B 79 5.27 Jenis proses data-4 L-3 T-2 80 5.28 Jenis proses data-8 L-1 T-2 80 5.29 Jenis proses data-8 L-1 T-1 81 5.30 Jenis proses data-8 L-2 T-1D 81 5.31 Jenis proses data-8 L-3 T-1B 82 5.32 Jenis proses data-5 L-1 T-1 82 5.33 Jenis proses data-5 L-2 T-1D 83

5.34 Jenis proses data-5 L-3 T-2 83 5.35 Jenis proses data-5 L-2² T-1D 83 5.36 Jenis proses data-5 L-3² T-1B 84 5.37 Persentase jumlah proses 84


(8)

(9)

9

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11) 28 4.1 Komponen analisis data model interaktif 41 5.1 Pola hasil penelitian terhadap langkah

dan tahap

45

5.2 Pola Struktur Abstrak 61

5.3 Pola Struktur Abstrak 62

5.4 Pola Struktur Abstrak 63

5.5 Pola Struktur Abstrak 64

5.6 Pola Struktur Abstrak 65

5.7 Pola Struktur Abstrak 66

5.8 Pola Struktur Abstrak 66

5.9 Pola Struktur Abstrak 67

5.10 Pola Struktur Abstrak 68


(10)

2

ABSTRACT

This research was about the abstract genre of Mandarin at Binus University which was aimed to describe of Creating a Research Space (CARS) of Swales and to describe the realization of experential function of Halliday in abstract genre of a university student in Mandarin department, Binus University. The method used in this research is qualitative descriptive method the data of thesis research is 10 thesis abstracts in Mandarin,which focused on grammar.

The result of the research showed that eight abstract genres in the Mandarin thesis are divided into structured and non structured pattern. They consist of five patterns of structured abstract genre, and three non-structured abstract genre. Ten patterns of structured abstract genres were donated by Relational process (43.5%) and followed by Material process (39,1%). The conclusion of the research were 50% abstract of thesis genre in the university student of the Binus University were not based on Swales’ CARS model, and the dominant of Relational process abstract of thesis genre indicated that the writer of the thesis used verbs to relate one entity to other entities, such as time, location, type, role, function and point of view.

Keywords: Abstract Genre, CARS Swales, Halliday’s Experential Function, Relational Process, Material Process


(11)

3

ABSTRAK

Penelitian ini adalah tentang analisis genre abstrak bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara yang bertujuan untuk mendeskripsikan langkah dan tahap model Creating a Research Space (CARS) dari Swales dan mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial dari Halliday. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan memfokuskan pada data berupa 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Unversitas Bina Nusantara mengenai bahasa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 8 pola genre abstrak skripsi bahasa Mandarin yang terdiri dari 5 pola genre abstrak terstruktur dan 3 pola genre abstrak tidak terstruktur. Pada 10 genre abstrak skripsi bahasa Mandarin ditemukan bahwa jenis proses yang mendominasi ialah proses Relasional (43.5%) dan proses Material (39.1%). Penelitian ini menyimpulkan bahwa 1) 50% genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara belum memenuhi pola genre yang sesuai dengan model CARS Swales, dan2) penggunaan proses Relasional yang mendominasi genre abstrak skripsi menunjukkan bahwa penulis skripsi menggunakan verba yang dapat menghubungkan antar kata.

Kata Kunci: Genre Abstrak, CARS Swales, Fungsi Eksperensial Halliday, Proses Relasional, Proses Material


(12)

10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan elemen penting untuk menjadi alat komunikasi antar kelompok masyarakat yang telah disepakati menjadi sistem tanda bunyi sehingga memberikan suatu ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Mackey (1986:12) mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (language may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Ilmu yang mempelajari bahasa ini disebut linguistik. Nababan (1993:1) menyatakan bahwa linguistik berfungsi untuk mengkaji unsur-unsur kebahasaan dan memiliki hubungan dengan pemenuhan fungsi sosial sebagai alat komunikasi antar masyarakat.

Bahasa dalam fungsinya terhadap kelangsungan hidup manusia adalah sebagai alat yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa memiliki peranan penting baik secara verbal maupun non verbal untuk berperan pada proses interaksi antar individu maupun masyarakat luas dalam menyampaikan informasi, pesan, ide maupun gagasan yang digambarkan secara lisan ataupun dituangkan dalam bentuk tulisan. Bahasa menurut fungsinya juga dapat menjadi suatu informasi penting yang memberikan sudut pandang ilmiah dalam proses


(13)

11

penelitian fenomena lingkungan sekitar. Untuk membuat suatu karya ilmiah, penulis maupun peneliti harus mengikuti sistem kaidah penulisan, yakni etika keilmuan yang telah dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat pada bidang ilmu tertentu. Kualitas suatu karya tulis ilmiah juga sangat ditentukan oleh kemampuan seorang penulis dalam melancarkan proses pemindahan (transfer) gagasan dan pemikiran kepada pembaca.

Suatu karya tulis memerlukan sistematika penulisan dan susunan yang baku. Secara umum sistematika penulisan karya ilmiah mempunyai komponen dasar, yaitu pendahuluan (Introduction), metode (Methods), hasil (Results) dan diskusi (Discussion). Lebih spesifik, sistematika penulisan karya ilmiah dapat berbeda sesuai dengan keperluan ataupun kebijakan yang bersangkutan. Selain komponen dasar, karya tulis ilmiah juga mempunyai komponen bentuk atau yang sering disebut dengan komponen format penulisan. Komponen ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu (1) bagian awal, (2) bagian tengah dan (3) bagian akhir. Komponen-komponen ini juga berlaku untuk penyusunan skripsi.

Skripsi berupa kegiatan akademik mahasiswa sarjana (S-1) pada perguruan tinggi untuk menyelesaikan tugas akhir yang bersifat ilmiah dan telah mengkuti beragam prosedur penelitian yang sesuai dengan bidang ilmunya. Sebelum memasuki tahap penyusunan skripsi, mahasiswa terlebih dahulu telah dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah dan laporan praktikum. Sebuah skripsi belum tentu akan dibaca secara keseluruhan oleh pembaca. Biasanya, pembaca terlebih dahulu akan menelusuri abstrak pada skripsi tersebut.


(14)

12

Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh pembaca (Paltridge dan Stairfield, 2007:155; Pearce, 2005). Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik, maka pembaca akan menelusuri tulisan tersebut. Hal ini disebabkan karena keseluruhan gambaran penyusunan skripsi terdapat pada abstrak. Abstrak dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya tulis ilmiah. Abstrak juga didefinisikan sebagai informasi singkat. Jadi, abstrak yang dipersiapkan dengan baik akan memberi informasi kepada pembaca apakah karya tulis tersebut terkait dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan apakah mereka perlu membaca dokumen tersebut secara menyeluruh atau tidak.

Suatu abstrak yang efektif akan dapat menarik minat para pembaca sasaran (intended audience) untuk memahami keseluruhan isi dalam suatu jurnal ilmiah (Kotze 2007). American National Standards Institute (ANSI) mendefinisikan abstrak sebagai:

An abstract is an abbreviated, accurate representation of the contents of a document, preferably prepared by its author(s) for publications with it.

(ANSI, 1979:1) Abstrak yang baik memenuhi syarat yang bersifat: “accurate,

nonevaluative, coherent and readable, dan concise” (APA, 2009: 26). Panjang

abstrak biasanya berkisar antara 150 hingga 250 kata. Walaupun isi dan cara penyajian GA adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yang terpenting dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah bukan pada isinya, melainkan cara penyajiannya. Pernyataan ini sesuai dengan gagasan Kamler dan Thomson (2004) yang menyatakan bahwa penulisan abstrak merupakan “both text work and


(15)

13

identity work” sehingga memerlukan “writing practices with sets of conventions and textual characteristics”.

Hardjanto (dalam Zifirdaus 2005) menyatakan bahwa sebuah abstrak berperan sangat penting dan berpendapat bahwa seringkali penulis/peneliti bergantung pada abstrak agar tulisannya dikenal dan diakui oleh masyarakat akademik. Hardjanto (1997) telah melakukan penelitian terhadap 50 abstrak dari lima jurnal ilmiah internasional berbahasa Inggris dan mengkajinya dari sudut pandang analisis genre. Ia mengacu pada pola move-step yang ditemukan oleh Swales (1981; 1990). Swales pada mulanya menciptakan sebuah teori analisis genre dengan sebutan moves. Karena mengalami berbagai revisi, teori tersebut kemudian hanya memiliki 3 moves dan berubah nama menjadi model Creating of

Research Space (CARS). Hingga sekarang, teori Swales menjadi pedoman yang

lazim diikuti dalam sistematika penulisan genre abstrak (selanjutnya disebut GA). Abstrak tetap menjadi bagian yang sangat penting untuk sepenuhnya dipersiapkan dengan baik.

Secara teoritis, seorang penulis skripsi wajib memenuhi syarat-syarat penulisan yang telah ditentukan dalam penyusunan abstrak. Penulis skripsi harus memiliki pedoman penulisan GA yang sesuai sehingga karya yang dihasilkan dapat dipublikasikan dan kemudian karyanya dapat menjadi pedoman atau referensi bagi penulis skripsi berikutnya. GA dianggap bukanlah suatu hal yang asing dalam dunia teks akademik, sehingga diyakini dengan sendirinya telah menguasai cara penulisan GA yang benar.


(16)

14

Penulis telah melakukan pengamatan GA bahasa Mandarin terhadap beberapa program studi Bahasa Mandarin yang ada di Indonesia. Universitas-universitas tersebut antara lain; Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Brawijaya (UB), Universitas Kristen Petra (UP) dan Universitas Bina Nusantara (BINUS). Setelah melakukan penelusuran, ditemukan bahwa beberapa GA yang belum sesuai dengan standar penulisan abstrak menurut Swales. Sebagai satu-satunya universitas dengan program studi Sastra China yang menyandang akreditasi tertinggi di Indonesia, Universitas Bina Nusantara telah mempersiapkan GA skripsi bahasa Mandarin dengan baik. Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang GA skripsi.

Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara menjadi salah satu program studi yang jangka waktu didirikannya masih cukup muda. Ketika program studi ini mulai beroperasi pada tahun 2002, program studi ini telah meraih akreditasi C. Berkat visi misi dan dedikasi yang jelas, program studi sasra China Universitas Bina Nusantara menjadi program studi pertama yang mendapat akreditasi “A” (amat baik). Dengan keberhasilannya, penulis tertarik hendak menelusuri kompetensi mahasiswa program studi Sastra China Universitas Bina Nusantara dalam bidang akademis, tetapi yang tampak ialah masih banyak ditemukan ketidaksesuaian sistematika penulisan GA skripsi bahasa Mandarin pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Fenomena kurangnya perhatian dari penulis skripsi mengenai GA menjadi suatu penegasan bahwa dalam penyusunan skripsi diperlukan pemahaman yang cukup intensif untuk mengetahui sistematika penulisan GA yang benar.


(17)

15

Pada penyusunan skripsi ini, penulis menganalisis GA dengan menggunakan Model Creating a Research Space (CARS) yang dikembangkan oleh Swales. Model CARS yang dikembangkan Swales terdiri dari tiga langkah yakni L-1 (membuat medan analisis), L-2 (menetapkan permasalahan dalam analisis) dan L-3 (Menerapkan masalah). Masing-masing langkah mempunyai tahap. Tahapan–tahapan tersebut menunjukkan bahwa setiap pergerakan memiliki langkah-langkah. Kemudian langkah-langkah tersebut dikemas dalam pola sehingga memudahkan pembaca untuk melihat struktur abstrak yang diteliti.

Dalam perspektif Linguistik Fungsional Sistemik (LFS), suatu bahasa ditentukan oleh fungsi kebahasaannya dalam menggunakan bahasa sebagai medium. Setiap klausa memerankan tiga ‘metafungsi’ sekaligus (Halliday dan Mattheiessen 2004:10). Setiap interaksi antara pemakai bahasa penutur menggunakan bahasa untuk memapar, menukar, dan merangkai atau mengorganisasikan pengalaman dalam satu klausa. Satu klausa ini yang terdiri dari tiga unsur yakni, proses, partisipan dan sirkumstan. Dapat dinyatakan bahwa bahasa berfungsi sebagai komunikasi yang direalisasikan pada fungsi ideasional (logika dan eksperensial), fungsi interpersonal (sosial) dan fugsi tekstual (simbol) (Halliday, 1994: xiii, Eggins, 1994:3 dalam Saragih, 2006: 3-4, Sinar, 2002). Ketiga fungsi ini disebut juga sebagai makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual (Sinar 2003:20).

Makna ideasional merupakan representasi pesan dari teks. Menurut Halliday (1994:106), makna ideasional merupakan bagian yang berperan sebagai ekspresi pengalaman baik di luar maupun di dalam sekitar diri kita. “the grammar


(18)

16

of language is a theory of experience” (Halliday 1992:30). Makna ideasional

terbagi dalam dua makna, yaitu makna eksperensial (experential meaning) dan makna logika. Makna eksperensial mengekspresikan makna atau realitas pengalaman, sedangkan makna logis ialah mengekspresikan makna yang bersifat logis. Pada penyusunan skripsi ini, penulis hanya mengacu pada makna eksperensialnya dan kemudian direalisasikan kedalam sistem yang menguraikan pengalaman sebagai jenis proses yang terkait dengan proses, partisipan dan sirkumstan.

1.2 Batasan Masalah

Untuk menghindari terjadinya perluasan masalah yang tidak terarah, maka permasalahan yang akan dikaji dalam skripsi ini hanya difokuskan pada data yang sesuai dengan judul skripsi, yaitu; Analisis Genre Abstrak Skripsi Bahasa Mandarin Mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Penulis memfokuskan penyusunan skripsi pada abstrak skripsi kebahasaan, karena kebahasaan diyakini sebagai pengetahuan dasar sebelum memperkaya wawasan dalam ilmu lainnya, seperti kesusastraan dan kebudayaan. Penulis telah melakukan pendataan skripsi yang ditulis pada tahun 2010, 2011, 2012, 2013 dan 2014 melalui website

Berikut ini merupakan hasil data statistik skripsi mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang diselesaikan pada lima tahun terakhir; (1) Pada tahun 2010 terdiri dari 13 mahasiswa dengan 1 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan, (2) Tahun 2011, terdiri dari 16 mahasiswa dengan 3 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan, (3) Tahun 2012, terdiri dari 31 mahasiswa


(19)

17

dengan 8 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan. (4) Tahun 2013, terdiri dari 38 mahasiswa dengan 10 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan, (5) Tahun 2014, terdiri dari 9 mahasiswa dengan 6 mahasiswa yang membahas tentang kebahasaan. Mahasiswa yang paling banyak menyelesaikan skripsi tentang kebahasaan adalah pada tahun 2013. Oleh karena itu, penulis memilih abstrak skripsi bahasa mandarin yang ditulis pada tahun 2013 sebagai objek yang diteliti.

Untuk menemukan penyelesaian masalah yang jelas, penulis menggunakan Model Creating a Research Space (CARS) yang dikembangkan oleh Swales. Model CARS merupakan langkah-langkah yang disertai dengan uraian tahap sehingga dapat menentukan apakah abstrak skripsi yang dianalisis telah sepenuhnya dipersiapkan dengan baik. Menganalisis sebuah genre abstrak tidak hanya dapat dilihat dari struktural saja, tetapi juga wajib dilihat dari fungsi kebahasaannya. Penulis hanya memfokuskan pada metafungsi Halliday berdasarkan makna eksperensial (experential meaning), untuk mendeskripsikan makna dan realitas pengalaman, serta mengkaji penggunaan tata bahasa yang direalisasikan melalui transitivitas, yaitu sistem yang menguraikan pengalaman dalam 6 jenis proses yang terkait dengan proses, partisipan dan sirkumstan. Pada penyusunan skripsi ini, penulis memberi fokus hanya pada proses, tidak pada partisipan dan sirkumstan.

1.3 Rumusan Masalah

Oleh karena itu, beberapa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitan antara lain;


(20)

18

1. Bagaimanakah langkah dan tahap model CARS yang terdapat dalam genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara?

2. Bagaimanakah realisasi fungsi eksperensial yang terdapat dalam genre abstrak skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara?

1.4 Tujuan Penelitian

Mengingat harus memiliki tujuan yang jelas, berikut ini adalah tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian:

1. Mendeskripsikan langkah dan tahap model CARS yang terdapat dalam GA skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara.

2. Mendeskripsikan realisasi fungsi eksperensial Halliday yang terdapat dalam GA skripsi bahasa mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang diperoleh dari hasil penelitian terdiri atas dua bagian, yaitu manfaat teoritis dan praktis.

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Memperdalam pengetahuan tentang kajian GA skripsi dalam bahasa Mandarin.


(21)

19

2. Memberikan sumbangsih untuk memperkaya khazanah teori Swales dalam menganalisis GA skripsi bahasa Mandarin.

1.5.2 Manfaat Praktis

1. Menjadi rujukan dan sumber informasi yang memfokuskan pada pengembangan penulisan GA skripsi bagi penelitian selanjutnya.

2. Untuk dijadikan bahan pengajaran materi GA skripsi bahasa Mandarin bagi mahasiswa program studi bahasa Mandarin pada umumnya, dan pada program studi bahasa Mandarin FIB Universitas Sumatera Utara secara khusus melalui workshop dan kegiatan akademik lainnya.


(22)

20

BAB II

KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan diberi pendeskripsian beberapa hasil penelitian terdahulu, konsep yang digunakan serta landasan teori yang menjadi unsur pokok mendasar dalam penelitian ini.

2.1 Konsep

Pada konsep ini penulis akan menguraikan beberapa terminologi yang berupa defenisi dan diberi penafsiran yang tepat. Kemudian akan dijelaskan untuk menghindari kesalahpahaman dan ambiguitas. Hal ini juga diharapkan dapat menjawab setiap permasalahan yang telah menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini.

2.1.1 Genre

Secara harafiah, genre berasal dari kata ‘jenis’ dan “kelas”. Para ahli linguistik menyebutkan istilah ini mengacu pada gaya bahasa yang mengandung peristiwa bahasa. Unit bahasa ini terwujud jika terjadinya interaksi antar partisipan yang satu dengan yang lain, sesuai dengan pernyataan Bhatia (2001:65)

“genres are the media through which members of professional or academic communities communicate with each other”. Defenisi genre secara umum ialah:

A genre is a text or discourse type which is recognized as such by its user by its characteristics feauters of style or form, which will be speciafiable through stylistic and text-linguistic/discourse analysis, and/or by the particular function or texts belonging to the genre.


(23)

21

Genre merupakan produk yang dihasilkan dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Swales (1990) dalam Djajasudarma (2012: 27), “suatu genre terdiri atas satuan peristiwa-peristiwa komunikatif, yang para anggotanya bersama-sama memiliki beberapa perangkat tujuan komunikatif”. Unit bahasa yang digunakan pada peristiwa komunikatif ini terdiri dari struktur pemakaian tata bahasa, yang kemudian akan menghasilkan wacana.

Adapun konsep genre itu sendiri didefinisikan oleh Martin (1985:25) “a

staged, goal oriented, purposeful activity, in which speakers engage as members of our culture. Culture seen in these terms can be defined as a set of generically interpretable activities”, tetapi dalam hal ini penulis lebih memfokuskan konsep

genre pada definisi yang berbeda. Bhatia (1993) mengemukakan, konsep genre memusatkan perhatian pada wacana dalam komunitas akademis sebagai keharusan, konvensi, dan karakteristik genre yang dikenali dan dimengerti oleh anggota-anggota profesi. Begitu pula dengan Swales (1990) yang menyatakan bahwa harus ada suatu hubungan antara tujuan yang dibawa oleh genre dengan struktur skematis genre, teks ataupun bahasa yang digunakan.

Bhatia maupun Swales merujuk kepada metode English for Specific or

Academic Purposes (ESP/EAP). Metode ini memberikan fokus terhadap struktur internal genre. Menurut Bhatia (2002:6), analisis genre berarti menyelidiki artefak tekstual dalam konteks dan disiplin tertentu, prosedur dan budaya dalam upaya memahami bagaimana bagian dari suatu komunitas masyarakat wacana membangun, memaknai, dan menggunakan genre untuk mencapai tujuan komunitas masyarakat dan mengapa mereka menulis dengan cara mereka.


(24)

22

Cara kerja metode ESP/EAP dalam menganilisa teks, yaitu dengan melihat move internal (topik yang digambarkan oleh argument) dan dalam setiap move merujuk pada pengembangan tahapan tiap-tiap topik (Kay & Dudley-Evans, 1998: 309). Swales mengembangkan model tiga moves untuk melakukan penelitian, yakni establishing territory (move 1), establishing nieche (move 2) dan occupying

nieche (move 3). Kemudian pada masing-masing move akan didentifikasi

komponen setahap demi setahap: tahap 1 adalah claiming centrality, tahap 2 adalah making topic generalization dan tahap 3 adalah reviewing items of

previous research.

2.1.2 Abstrak

Abstrak (abstract) adalah salah satu bagian yang wajib dimiliki pada format tulisan akademis, seperti: artikel ilmiah, jurnal, skripsi, tesis dan disertasi. Secara umum, abstrak adalah penyajian singkat dari dokumen atau karya ilmiah. Menurut Cleveland (1983:104), abstrak merupakan ringkasan tentang muatan-muatan penting pada suatu rekaman pengetahuan tertentu dan merupakan suatu pengganti dari sebuah dokumen. Abstrak adalah bagian ringkas suatu uraian gagasan utama yang ditempatkan pada halaman awal dari suatu penulisan karya ilmiah. Abstrak dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya ilmiah. Abstrak juga didefinisikan sebagai informasi singkat karena ia menjadi “jembatan” untuk memahami uraian yang akan disajikan terutama untuk memahami ide-ide per-masalahannya.

Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh pembaca (Paltridge dan Stairfield, 2007:155). Artinya, sebagian besar penulis/peneliti terlebih dahulu


(25)

23

akan membaca abstrak dari sebuah karya tulis. Dari abstrak, pembaca dapat mengetahui jalan pikiran penulis dan mengetahui gambaran umum tulisan secara lengkap. Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik, maka pembaca akan menelusuri tulisan tersebut. Abstrak yang dipersiapkan dengan baik akan memberi penilaian kepada penulis apakah mereka perlu membaca dokumen tersebut secara menyeluruh atau tidak. Jika pada skripsi, abstrak sebagai alat untuk menolong para penguji untuk mendapatkan gambaran awal mengenai karya tulis yang dihasilkan.

Dalam menulis abstrak, penulis seringkali dihadapkan dengan masalah penyeimbangan antara pemaparan singkat tapi terperinci, dan antara pemaparan informatif tapi bersifat deskriptif. Oleh karena itu, dalam penulisan abstrak, penulis harus menyajikan rangkuman singkat yang berupa bagian penting dalam karya tulis ilmiah. Evans and Gruba (2002, lihat juga Hyland, 2000) menegaskan, abstrak wajib memiliki tiga komponen utama, yaitu:

1. Mengapa penelitian dilakukan dan apa yang hendak dicapai; 2. Metode penelitian apa yang dipakai dan apa hasilnya; 3. Apa kesimpulan yang bisa ditarik dari penelitian.

Secara garis besar abstrak laporan penelitian wajib memiliki lima hal penting, yaitu latar belakang, tujuan, method, hasil dan simpulan (Weisberg dan Buker 1990). Menurut American Psychological Association (APA 2009:26), abstrak wajib memenuhi syarat: (1) Accurate: Abstrak hendaknya dapat merefleksikan tujuan dan isi artikel/teks yang benar. Informasi yang tidak terkait, tidak perlu disajikan dalam abstrak. Jika penelitian yang dilakukan berupa


(26)

24

penelitian lanjut atau replikasi dari penelitian terdahulu, maka harus diuraikan dalam abstrak. (2) Nonevaluative: Fungsi abstrak ialah melaporkan, bukan mengevaluasi. Tidak perlu ada tambahan atau komentar terhadap isi abstrak. (3)

Coherent and readable: Bahasa yang jelas serta maknanya tegas, tidak

samar-samar. (4) Concise: Penulisan kalimat yang ringkas dan informatif.

2.1.3 Skripsi

Skripsi merupakan suatu istilah yang digunakan di Indonesia untuk

mengilustrasikan suatu karya tulis dengan memaparkan uraian pembahasan dan pemecahan suatu permasalahan/fenomena dalam bidang ilmu tertentu. Skripsi adalah kata yang berasal dari bahasa Inggris, yaitu script. Script dalam arti singkat ialah menyusun. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), skripsi ialah penulisan laporan yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari kemampuan penelitian pada persyaratan akhir pendidikan akademisnya.

Pada proses penyusunan skripsi, seorang mahasiswa wajib menggunakan format dan kaidah penulisan yang telah ditetapkan.dengan dibimbing oleh satu atau dua dosen yang dikenal dengan istilah pembimbing I dan pembimbing II. Biasanya, Pembimbing I memiliki peranan yang lebih dominan dari Pembimbing II. Tugas pembimbing ialah membimbing mahasiswa dalam penyusunan skripsi dan mengarahkan mahasiswa terhadap karakteristik skripsi. Karakteristik skripsi tersebut ialah; (1) karya tulis bukan merupakan hasil jiplakan sebagian atau keseluruhan, (2) menggunakan bahasa Indonesia yang baku, baik dan benar menurut ejaan yang disempurnakan (EYD), dan (3) merupakan hasil penelitian pada satu aspek kehidupan masyarakat yang dikaji dengan merujuk pada suatu


(27)

25

fenomena, teori, atau hasil-hasil penelitian yang relevan, atau yang pernah dilaksanakan sebelumnya.

Setiap perguruan tinggi mempunyai proses penyusunan skripsi yang berbeda-beda. Namun, secara garis besar proses penyusunan skripsi dimulai dengan pengajuan judul skripsi, pengajuan proposal skripsi skripsi revisi wajib melakukan proses revisi yang sesuai dengan kritik dan saran dari dosen penguji.

2.1.4 Bahasa Mandarin

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah “Mandarin” memiliki dua arti, yakni; (1) nama pejabat kekaisaran Tiongkok jaman dahulu, dan (2) nama yg diberikan pada bahasa utama di sekitar Beijing, negeri Tiongkok, yang merupakan bahasa standar bagi negeri itu. Dalam bahasa Indonesia, kata "Mandarin" merupakan kata serapan dari Mandarin. Namun sebenarnya, istilah "Mandarin" ini merupakan kata serapan dari karakteristik, begitu pula dengan bahasa Mandarin. Karakteristik bahasa Mandarin ialah sebagai berikut:

1. Perubahan morfologis (perubahan bentuk). Perubahan yang terjadi pada bentuk kata tersebut disebabkan oleh tata bahasa. Tetapi perubahan bentuk ini tidak dimiliki oleh setiap jenis kata dan tidak dapat digunakan pada semua situasi. Kata “们” menyatakan jamak, tetapi penggunaannya tidak universal. 他 ‘ 们 ’ 是 学 生 (mereka


(28)

26

adalah siswa) merupakan kalimat yang menyatakan jamak dengan benar. 他 们 是 学 生 ‘ 们 ’(mereka adalah siswa-siswa) merupakan kalimat yang salah dalam menyatakan jamak, sebab 他 们(mereka) telah merupakan kata yang menyatakan jamak.

2. Kata kerja dalam bahasa Mandarin tidak berubah sesuai dengan orang, sifat, jumlah dan waktu.

3. Suatu benda atau suatu gerakan mempunyai kata bantu bilangan tertentu dan penggunaannya tidak boleh sembarangan. Contoh: 一

‘件’衣服 (satu buah baju), 一‘辆’车 (satu buah mobil), 一‘支’

铅笔 (satu buah pensil).

4. Terdapat dua buah kalimat tertentu menggunakan kata yang sama tetapi mempunyai arti yang berbeda. Contoh: 我们‘都不是’学生 (kami semua adalah bukan pelajar) mempunyai arti yang berbeda dengan 我们‘不都是’学生 (kami tidak semua adalah pelajar).

Menurut kamus Bahasa Mandarin Modern (2005) Tata bahasa ialah corak berstruktur yang meliputi organisasi pembentukan dan perubahan kata menjadi kalimat pendek atau kalimat umum. Adapun esensi tata bahasa Mandarin berikut ini:


(29)

27

Tata bahasa merupakan kaidah pembentukan kalimat dengan kata. Tanpa adanya tata bahasa, tak akan muncul sebuah bahasa. Misalnya tiga kata berikut; 我们,学习,汉语. Bila hanya mengatakan salah satu kata diantaranya, maka tidak hanya mengungkapkan satu makna tunggal. Jika tiga kata berikut disusun secara sembarangan menjadi 汉

语学习我们atau 学习我们汉语, meskipun bukan lagi merupakan kata

tunggal, tetap saja tidak dapat mengungkapkan suatu makna, karena tidak disusun berdasarkan kaidah tata bahasa Mandarin. Jika disusun menurut kaidah tata bahasa Mandarin, maka akan menjadi 我们学习汉 语 .

《汉语语法概要2005年》

Tata bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk merangkai suatu kalimat, sehingga makna yang diungkapkan dapat dipahami oleh pendengar maupun pembaca. Begitu pula dengan bahasa Mandarin, mempunyai struktur kata tersendiri. Tata bahasa Mandarin juga memiliki aturan penggunaan yang baku, tetap dan pasti. Secara sederhana pola kalimat tata bahasa Mandarin memiliki kesamaan dengan pola kalimat tata bahasa Indonesia, yaitu 主语subjek + 谓语 predikat + 宾语objek. Untuk menganalisis tata bahasa, keseluruhan bagian dari tata bahasa terlebih dahulu harus dipahami. Bagian dari tata bahasa Mandarin dari satuan terkecil ialah morfem, kata, gabungan kata dan kalimat.

Morfem merupakan satuan terkecil yang mempunyai pelafalan dan arti yang berfungsi untuk membentuk kata. Berdasarkan kemampuan pembentukan kalimat, morfem terdiri dari dua jenis, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas merupakan morfem yang dapat berfungsi menjadi kata, yakni 人,

月, 山, sedangkan morfem terikat merupakan morfem yang wajib melakukan penggabungan kata lain agar berfungsi menjadi kata, contohnya 身体,飞机 dan 美


(30)

28

Kata merupakan satuan bahasa yang mempunyai arti dan dapat berdiri sendiri. Kata juga merupakan dasar pembentukan kalimat. Menurut arti dari tata bahasanya, kata dalam bahasa Mandarin dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kata konkrit/实 词 (kata yang mempunyai arti yang konkrit dan dapat berdiri sendiri) dan kata abstrak/虚 词 (tidak mempunyai arti konkrit dan tidak dapat berdiri sendiri). Kata konkrit terdiri dari kata kerja, kata benda, kata kerja keinginan, kata sifat, kata bilangan, kata bantu bilangan, dan kata ganti. Sedangkan kata abstrak terdiri dari adverb, preposisi, kata sambung, kata bantu, kata imbuhan, kata seru, dan onomatope (tiruan bunyi).

Kalimat merupakan satuan bahasa yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final secara aktual ataupun potensial yang terdiri atas klausa. Struktur kalimat dalam bahasa Mandarin cukup rumit, tetapi jika kita telah menguasai poin-poin penting maka struktur kalimat tidak akan terlalu rumit.

2.2 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka adalah bagian yang paling penting dan mendasar pada karya tulis ilmiah. Pada umumnya tinjauan pustaka mengandung teori-teori yang mendukung penelitian. Menulis tinjauan pustaka berarti melakukan peninjauan ulang terhadap uraian sistematik dan unsur-unsur hasil penelitian sebelumnya dengan menuangkan teori, konsep juga pendekatan yang berrkaitan dengan tema dari karya tulis ilmiah yang diteliti. Unsur-unsur tersebut dapat berupa wacana, buku bacaan, laporan hasil penelitian, makalah dan jurnal. Teori dan fakta yang dikutip diambil dari sumber yang dikutip peneliti.


(31)

29

2.2.1 Hasil Penelitian yang Relevan

Jiaqian telah menyelesaikan disertasi yang berjudul 产品广告的功能语体 分析 (Analisis Genre Fungsional Produk Iklan, 2013) yang memakai landasan Linguistik Fungsional Sistemik Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori langkah-tahap Swales (1990) dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre. Data berupa 80 produk iklan yang diambil dari majalah koran seperti Time, Fortune dan Newsweek.yang memakai landasan Linguistik Fungsional Sistemik Halliday, kemudian dikombinasikan dengan teori langkah-tahap Swales (1990) dan Bhatia (1993) dalam menganalisis tiap genre. Data berupa 80 produk iklan yang diambil dari majalah koran seperti Time, Fortune dan Newsweek. Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar iklan produk dapat dibagi menjadi empat langkah. Langkah pertama untuk menarik perhatian pembaca dan memaparkan daya tarik untuk menarik perhatian pembaca. Langkah kedua digunakan untuk memberikan informasi dan menunjukkan keunggulan produk. Langkah ketiga, mencoba untuk membujuk pembaca dalam mengambil tindakan untuk membeli produk. Langkah-langkah ini disertai dengan menggunakan teori transitivitas. Jiaqian memberikan kontribusi terhadap penulis dalam pentingnya kombinasi penggunaan teori Swales dan teori Halliday dalam menganalisis genre, sehingga proses yang dianalisis dapat menunjukkan realitas dan objektivitas dari produk.

Yazim telah menyelesaikan tesis yang berjudul Analisis Genre Abstrak

dalam Majalah Obstetri dan Ginekologi Indonesia (2006). Tesis ini bertujuan

untuk mendeskripsikan abstrak terstruktur, unsur wajib, manasuka, persentasi jumlah langkah, tahap, serta jenis proses pada setiap langkah yang terkandung


(32)

30

dalam abstrak. Yazim menguraikan dan mendeskripsikan konsep, landasan teori, dan proses pemecahan masalah begitu jelas dan terperinci sehingga memberikan pedoman dan kontribusi terhadap penyusunan skripsi penulis. Yang menjadi perbedaan penyusunan skripsi penulis ialah ketidaksamaan elemen konsep, serta objek penelitian yang tidak sama. Yazim memilih abstrak jurnal, sedangkan penulis memilih abstrak skripsi sebagai objek penelitian.

Penelitian ini memfokuskan permasalahan yang sama dengan penulis, yaitu genre abstrak. Hal ini menjadi acuan terhadap penulis sebagai contoh dan pedoman dalam mengikuti sistem pada proses uraian pembahasan dan langkah-langkah penyelesaian masalah. Yang menjadi data pada penelitian ini adalah klausa. Yazim menggunakan teori Swales untuk menganalisis sistematika penulisan genre abstrak dan teori Halliday untuk menganalisis tipe proses. Sehingga hal ini memberi kontribusi kepada penulis untuk menganalisis genre abstrak dengan memperhatikan langkah-langkah sistematika penulisan yang sesuai dengan model Creating a Research Space (CARS) dan mengidentifikasi tiap-tiap klausa untuk mendapatkan penggunaan transitivitas tipe proses yang terkandung pada teks.

Tesis Bayanthi yang berjudul Retorika dan Sistem Transitivitas dalam

Pidato Pelantikan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (2011). Ia

menguraikan bagaimana ia menganalisis data yang berupa teks pidato pelantikan presiden Barack Obama dengan bertujuan mengetahui tipe proses transitivitas, hubungan sistem transitivitas dengan konteks situasi, dan hubungan sistem transitivitas dengan retorika dengan menggunakan teori Linguistik Fungsional


(33)

31

Sistemik (LFS). Hal ini memberikan pemahaman kepada penulis terhadap pengetahuan terkait tipe proses transitivitas mengidentifikasi setiap klausa yang telah terangkai pada teks, sehingga pemahaman cara kerja dalam mengidentifikasi klausa pada setiap tipe proses genre abstrak yang diteliti penulis, lebih akurat dan tepat mengenai sasaran.

Yan, menulis sebuah artikel penelitian berjudul 英汉社科论文引言语篇

体 裁 对 比 (Analisis Kontrastif Genre Pendahuluan Tesis Artikel Ilmu Sosial

Bahasa Inggris dan Bahasa Mandarin) (2010). Yan menggunakan model analisis genre Swales untuk menganalisis 30 tesis dalam bahasa Inggris dan bahasa Mandarin. Teknik utama yang digunakan oleh Yan ialah medel analisis langkah, dan melakukan analisis dengan menggunakan model CARS. Penelitian dalam jurnal ini memberikan kontribusi kepada penulis terhadap pentingnya GA menjadi bahan materi dalam penyusunan tesis sehingga tujuan komunikatif yang dipaparkan dalam GA lebih jelas, penggunaan bahasa pada genre lebih terstruktur, serta dapat menyelesaikan tesis yang berkualitas.

Yugianingrum menulis artikel penelitian berjudul Pembangunan Daya

Saing Akademik Mahasiswa dalam Era Global dengan Peningkatan Kemampuan Menulis Abstrak Berbahasa Inggris (2012) yang memfokuskan penelitian

terhadap; (1) Cara menulis abstrak yang baik, (2) perbedaan antara abstrak dan pendahuluan/latar belakang masalah, (3) penggunaan bahasa Inggris dalam abstrak secara benar, (4) menilai sebuah artikel penelitian dari abstraknya, serta (5) pemilihan kata kunci yang tepat. Yuganingrum memberikan kontribusi terhadap penulis mengenai bagaimana penulisan abstrak yang sesuai dengan standar


(34)

32

internasional untuk membangun daya saing akademik para mahasiswa. Yuganingrum juga memaparkan bagaimana pengenalan abstrak, pengertian, fungsi, syarat-syarat penulisan dan peran abstrak yang sangat terperinci untuk menjadi panduan para mahasiswa.

2.3 Landasan Teori

Landasan teori merupakan pijakan penulis untuk memulai sebuah penelitian. Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memberi pemahaman, memaparkan uraian dan menilai suatu objek juga data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai rambu-rambu yang menuntun dan yang memberikan arahan dalam penelitian.

2.3.1 Teori Swales

John Swales adalah seorang ahli bahasa terbaik berkebangsaan Inggris yang lahir tahun 1983 dan dikenal melalui karyanya tentang analisis genre, khususnya yang berkaitan dengan aplikasi untuk bidang retorika, analisis wacana dan bahasa Inggris untuk keperluan akademik. Swales (1988; 1990) awalnya menemukan sebuah struktur retorik umum kemudian mengemukakan teori analisis pergerakan moves dalam keempat tindakan secara berurut. Tindakan tersebut antara lain: menetapkan bidang (M1), meringkas penelitian terdahulu (M2), pendahuluan langkah yang dilakukan, dan menyampaikan tujuan penelitian yang dilakukan (M4). Kemudian keempat tindakan dalam teori Swales mengalami perubahan sehingga hanya menerapkan tiga langkah dan dikenal sebagai model


(35)

33

2.3.1.1 Model CARS dari Swales

Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam menganalisis langkah

genre abstrak skripsi bahasa Mandarin Universitas Bina Nusantara:

Langkah Satu Membuat medan analisis

Tahap 1 Menyatakan pusat analisis dan/atau Tahap 2 Membuat generalisasi topik dan/atau Tahap 3 Mengulang beberapa hal dari penelitian

sebelumnya

Langkah Dua Menetapkan permasalahan dalam analisis Tahap 1A Membuat pernyataan atau

Tahap 1B Membuat indikasi adanya perbedaan atau gap Tahap 1C Memunculkan pertanyaan atau

Tahap 1D Meneruskan kebiasaan Langkah Tiga Menerapkan masalah

Tahap 1A Membuat garis besar tujuan atau Tahap 1B Menyebutkan penelitian terbaru Tahap 2 Menyebutkan temuan penting

Tabel 2.1 Model Creating a Research Space (CARS) Swales (1990)

Dalam Langkah 1; membuat medan analisis, penulis menetapkan wilayah studinya dengan memberi pengenalan kepada pembaca. Langkah ini dibagi menjadi tiga tahap khusus: menyatakan pusat analisis dan/atau, membuat generalisasi topik dan/atau tinjauan penelitian sebelumnya. Tahap 1: Menyatakan


(36)

34

pusat analisis. “Pernyataan bahwa penelitian yang hendak dilaporkan tersebut adalah bagian dari satu wilayah atau bidang penelitian yang mapan, signifikan dan berkembang terus” (Swales 1990:144). Bagian ini biasanya berupa sebuah pernyataan dalam satu kalimat pembukaan sebagai penghubung antara topik penelitian yang hendak dilakukan dan informasi penelitian yang lebih luas.

Tahap 2: Membuat generalisasi topik “Menyatakan dalam istilah-istilah umum tentang situasi pengetahuan saat ini—yang meliputi teori, teknik atau syarat-syarat untuk perkembangan selanjutnya” (Swales 1990:146). Ini merupakan langkah alternatif, atau tahap untu menambahkan pernyataan pada tahap 1 dengan lebih netral. Tahap ini dapat berupa: pernyataan mengenai peneletian yang merupakan ide pokok atau pernyataan mengenai fenomena. Tahap 3: Tinjauan penelitian sebelumnya. Di sini, peneliti menguraikan tinjauan penelitian sebelumnya yang relevan. Dalam langkah ini, peneliti melibatkan berbagai acuan atau referensi.

Dalam Langkah 2, menetapkan permasalahan dalam analisis, peneliti menetapkan dan menyatakan topik permasalahan dengan mengacu pada suatu informasi yang belum tuntas. Langkah ini dibagi atas empat tahap alternatif: membuat pernyataan atau membuat indikasi adanya perbedaan atau gap, memunculkan pertanyaan atau meneruskan kebiasaan. Tahap biasanya ditandai dengan pilihan kata yang menyatakan tahap tersebut atau disertai dengan kalimat penghubung.

Dalam Langkah 3, menerapkan masalah, peneliti beralih dari penetapan topik menuju pemaparan yang memberi pengesahan tentang artikel yang


(37)

35

dilaporkan. Tahapan pertama ini terdiri atas dua, yakni; Tahap 1A: membuat garis besar tujuan atau Tahap 1B: Menyebutkan penelitian terbaru. Dari kedua tahap ini, tahap yang wajib ditulis adalah Tahap 1A. Kemudian dilanjutkan dengan Tahap 2: Menyebutkan temuan penting. Hal ini memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa seorang peneliti telah penelitian yang sebelumnya mempunyai perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti.

2.3.2 Teori Halliday

Abstrak termasuk dalam kategori discourse, yang berarti wacana. Dalam

menganalisis wacana, dapat diapliasikan dengan menggunakan teori ‘Linguistik Fungsional Sistemik’ dari Halliday. Pada teori ini, LFS menempatkan klausa sebagai fokus utama dalam menganalisis bahasa. Berdasarkan sudut pandang linguistik, LFS menyatakan bahwa keberadaaan bahasa merupakan bagian dari hubungan sistem arti dan sistem lain seperti halnya sistem bentuk pada penyampaian ekspresi suatu arti tertentu. Manusia terhadap pengalaman dalam kehidupan sehari-hari merealisasikan pengalaman non linguistiknya ke bentuk lingual sehingga menjadi pengalaman linguistik. Perwujudan pengalaman non linguistik menjadi pengalaman linguistik ini meliputi tiga unsur, yaitu proses, partisipan dan sirkumstan (Halliday dan Matthiessen 2004:592-3).

Keberadaan bahasa berupa sistem yang memiliki keterkaitan dengan sistem lain sebagai bentuk dan ekspresi untuk meyatakan aksi tersebut (Halliday, 1994:17) sehingga terjadinya proses rangkaian pengalaman non linguistik menjadi linguistik. Hal ini yang disebut dengan ‘Metafungsi’. Penggunaan Metafungsi terhadap peran klausa yang tersusun pada sebuah teks (Halliday dan Mattheisen,


(38)

36

2004:29-30) terdiri dari tiga unsur, yaitu: (1) Klausa menjadi komponen yang menguraikan pengalaman, kejadian, peristiwa yang dirasakan dan diasosiasikan (clause as representation); (2) Klausa pada teks berfungsi melakukan interaksi sosial seperti memberitahu, menanyakan ataupun menawarkan (clause as

exchange); (3) Kemudian klausa berperan sebagai rangkaian urutan makna dalam

penyampaian pesan secara koheren sehingga pesan dapat dengan mudah tersampaikan (clause as message).

Egins (1994) mengemukakan intisari prinsip dasar linguistik sistemik fungsional di atas sebagai berikut:

… common to all systemic linguists is an interest in how people use language with each other in accomplishing everyday social claims about language: that language use is functional; that its function is to make meanings; that these meanings are influenced by the social and cultural context in which they are exchanged and that the process of using language is a semiotic process, a process of making meanings by choosing

(Eggins 1994, p.2). Jadi, bahasa berfungsi untuk mengungkapkan suatu makna yang dipengaruhi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Proses dalam penggunaan bahasa disebut semiotika proses, dimana proses tersebut mempunyai pilihan untuk membentuk makna.


(39)

37

Gambar 2.1 Halliday (Butt et al., 1999:11)

Pada hakikatnya, kajian bahasa berupa kajian trilogi yang saling berkaitan, yaitu teks, konteks situasi dan konteks budaya. Halliday berpendapat bahwa teks selalu dilingkupi oleh konteks situasi dan konteks budaya. Konteks budaya adalah wujud dari ekspresi lingual yang mempunyai keterkaitan dengan komponen lainnya dimana pengalaman, ide maupun gagasan manusia ditransfer melalui bahasa sebagai alat untuk menganalisis teks dan wacana. Apabila seseorang di dalam kesadarannya mempunyai refleksi yang ia terima dari lingkungannya ataupun fenomena-fenomena alam lainnya dan kemudian refleksi ini direpresentasikan ke dalam bentuk, maka bentuk ini disebut dengan “fungsi eksperensial (experential)” (Halliday 1978 dalam Sinar 2003:31).

ideologi

konteks budaya konteks

situasi


(40)

38

2.3.2.1 Transitivitas

Transitivitas adalah sistem gramatikal struktur klausa yang menguraikan pengalaman ke dalam jenis-jenis proses yang dapat dikatakan sebagai siapa melakukan sesuatu ke siapa, kapan, dimana dan mengapa atau bagaimana fungsinya (Halliday 1985:101). Transitivitas mengacu pada komponen semantik maupun experential meaning karena memaparkan makna fungsi eksperensial (pengalaman linguistik). Jadi, konsep yang ada pada elemen-elemen semantik seperti partisipan dan jenis proses ini yang menjadi alat untuk menganalisis dan kemudian direpresentasikan pada klausa. Pada klausa inilah terciptanya struktur transitivitas yang meliputi tiga konstituen, yaitu: proses, partisipan dan sirkumstan. Proses merupakan keutamaan dari transitivitas karena menunjuk pada kegiatan yang terjadi dalam klausa. Ada enam jenis proses yang terdapat pada konsep transitivitas dalam linguistik sistemik fungsional, yakni material, mental, verbal, behaviorial, relasional dan eksistensial (Eggins, 1996:220-226 dan Martin, 1997:100-130).

2.3.2.1.1 Proses Material

Proses Material ialah proses yang menggambarkan tindak nyata partisipan dalam melakukan sesuatu (process of doing) atau terjadinya sesuatu (happening). Contoh:

在图书馆 我 借 汉语词典。

zài túshū guǎn wǒ jiè hànyǔ cídiǎn

Di perpustakaan saya meminjam kamus bahasa mandarin [sirkumstan] [aktor] [proses [gol]

material]


(41)

39

Pada umumnya proses material memiliki dua partisipan yang terdiri dari aktor (actor) dan gol (goal). Aktor ialah seseorang, benda atau subjek yang melakukan atau bertindak sesuatu, sedangkan gol ialah seseorang, benda atau objek yang menerima atau dikenai proses yang dituju.

2.3.2.1.2 Proses Mental

Proses mental ialah proses berpikir (kognitif), mengindra (perseptif) dan merasa (afektif). Proses mental adalah proses yang menunjukan kegiatan yang berkaitan dengan indra secara fungsional (perseptif) misalnya melihat, mendengar, merasa, juga hubungannya dengan mental perasaan (afektif) seperti mencintai, membenci, menyukai maupun perasaan tidak suka.

Contoh:

王老师得故事 让 我们 感动

wáng lǎoshī dé gùshì ràng wǒmen gǎndòng cerita guru Wang membiarkan kami terharu

[fenomena] [senser] [proses mental]

Cerita guru Wang membuat kami terharu.

Partisipan pada proses mental ada dua, yaitu pengindra (senser) dan fenomena (phenomenon). Pengindra ialah orang, benda atau subjek yang berpikir, mengindra atau merasakan, sedangkan objek yang dipikir, diindrai atau dirasakan disebut fenomena. Tapi dalam konteks tertentu, pengindra boleh saja tidak tertulis.

2.3.2.1.3 Proses Verbal

Proses verbal adalah proses yang berkaitan dengan kata verbal (saying) seperti berkata, bertanya, menceritakan. Proses ini adalah proses yang melakukan suatu tindakan yang bersangkutan dengan informasi.


(42)

40

Contoh:

莉莉 告诉 我 王老师 来 了

lìlì gàosù wǒ wang lǎoshī lái le Lili memberitahu saya guru Wang datang sudah [pembicara] [proses [penerima] [perkataan]

verbal]

Lili memberitahu saya bahwa guru Wang sudah datang.

Proses verbal terdiri atas tiga partisipan, yakni pembicara (sayer), perkataan (verbiage) dan penerima (receiver). Pembicara menjadi penanggung jawab pada proses verbal, perkataan berupa pernyataan nominal dan penerima menjadi partisipan yang menerima proses verbal yang dituju.

2.3.2.1.4 Proses Behaviorial

Proses behaviorial adalah proses yang mengacu pada bentuk tingkah laku pelibat teks. Proses ini menunjukkan kehadiran partisipan dan sirkumstan.

Contoh:

睡觉前, 我 总是 刷牙

shuìjiào qián, wǒ zǒng shì shuāyá sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi [fenomena] [pelibat teks] [proses behaviorial]

Sebelum tidur, saya selalu menyikat gigi.

Sebagian besar pada proses behavioral ini menghadirkan dua partisipan. Partisipan pertama disebut dengan pelibat teks (behaver), partisipan kedua disebut fenomena (phenomenon).


(43)

41

2.3.2.1.5 Proses Relasional

Proses relasional adalah proses yang partisipannya memiliki hubungan yang satu dengan yang lain. Proses ini memberikan atribut, nilai, pujian atau penghargaan yang ditujukan pada partisipan pertama.

Contoh:

刘峰教授 是 在大学最好的人

liú fēng jiàoshòu shì zài dàxuézuì hǎo de rén

Liu Feng profesor adalah di kampus yang paling baik orang. [pembawa] [proses [atribut]

relasional]

Profesor Liu Feng adalah orang yang paling baik di kampus.

Partisipan pada proses ini terdiri dari si pembawa (carrier) dan atribut (attribute). Partisipan pembawa diidentifikasi berdasar unsur token dan value.

Token berupa sesuatu yang diberi nilai, value berupa nilai dari sesuatu tersebut.

Partisipan atribut biasanya diwujudkan dalam bentuk frasa benda, keadaan, sifat atau keberadaan.

2.3.2.1.6 Proses Eksistensial (Wujud)

Proses Eksistensial adalah proses yang menunjukkan adanya sesuatu (eksistensi).

Contoh:

在图书馆 有 很多 汉语词典

Zài túshū guǎn yǒu hěnduō hànyǔ cídiǎn

Di perpustakaan ada sangat kamus bahasa Mandarin [sirkumstan [proses banyak [proses wujud]

lokasi] eksistensial]


(44)

42

Menurut konsep semantik, proses ini terjadi antara proses material dan proses relasional. Partisipan yang terdapat pada proses eksistensial dapat disebut dengan wujud (existent).


(45)

43

BAB III

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

3.1 Universitas Bina Nusantara

Universitas Bina Nusantara awalnya merupakan lembaga pelatihan komputer jangka pendek yang didirikan pada tanggal 21 oktober 1974 dengan nama Modern Computer Course. Selang tujuh tahun kemudian, lembaga pelatihan ini pada tanggal 1 Juli 1981 mengalami perkembangan dan berubah nama menjadi Akademi Teknik Komputer (ATK) dengan jurusan Manajemen Informatika dan Teknologi Informasi. Pada tahun 1984, ATK mendapat status Terdaftar. Akademi ini kemudian berubah nama menjadi Akademi Manajemen Informatika dan Ilmu Komputer (AMIK) Jakarta. Pada tanggal 21 september 1985, AMIK Jakarta berganti nama menjadi AMIK Bina Nusantara. Pada tanggal 17 Maret 1986, AMIK Bina Nusantara terpilih sebagai Akademik Terbaik oleh Depikbud melalui Kopertis Wilayah III.

Meningkatnya sumber daya manusia dan kebutuhan masyarakat akan pekerja yang handal dalam bidang teknologi informasi memberi motivasi terhadap Bina Nusantara untuk membangun Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK). Pada tanggal 1 juli 1986, STMIK Bina Nusantara didirikan dengan program Strata-1 (S1) jurusan Manajemen Informatika dan Teknik Informatika. Bersamaan dengan itu juga dibuka jurusan Teknik Komputer (S1). Pada tanggal 9 November 1987, AMIK Bina Nusantara dilebur ke dalam STMIK


(46)

44

Bina Nusantara sehingga terbentuk sebuah lembaga yang menyelenggarakan Program Diploma III (DIII) dan Strata-1 (S1) dan kemudian meraih status "Disamakan" untuk semua jurusan. Pada tanggal 18 Maret 1992, dan pada tanggal 10 Mei 1993, STMIK Bina Nusantara membuka Program Magister Manajemen Sistem Informasi, yang merupakan salah satu program Pascasarjana pertama di Indonesia di bidang manajemen sistem informasi.

Pada tanggal 8 Agustus 1996, Universitas Bina Nusantara berdiri dan secara sah diakui oleh pemerintah. Pada tanggal 20 desember 1998 STMIK Bina Nusantara melebur ke dalam Universitas Bina Nusantara. Selang beberapa tahun kemudian, universitas ini memiliki beberapa fakultas, yakni; Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Ekonomi, Fakultas Teknik, Fakultas Sastra, Fakultas MIPA, dan Program Pascasarjana.

Saat ini Universitas Bina Nusantara memiliki tiga jenis program kuliah, yaitu program reguler, internasional dan secara daring. Universitas Bina Nusantara terdiri dari 3 fakultas dan 4 sekolah pada perkuliahan sarjana, 3 sekolah pada perkuliahan pascasarjana, 1 program tingkat doktor, 11 program kuliah internasional untuk sarjana dari universitas luar negeri rekanan universitas Bina Nusantara, dan 4 program kuliah daring gelar sarjana (belajar jarak jauh melalui internet).

Universitas ini mempunyai visi menciptakan para alumni yang dapat diterima di pasar global dan lingkungan melalui pembelajaran dan penelitian terapan, yaitu penelitian yang berupa tingkat tertinggi dalam pengajaran pendidikan. Sedangkan misinya ialah mampu memberikan kontribusi kepada


(47)

45

masyarakat global dengan menyediakan pendidikan kelas dunia melalui; (1) Pengakuan dan penghargaan yang paling kreatif dan nilai tambah bakat, (2) Menyediakan kurikulum kelas dunia, pembelajaran dan wawasan penelitian yang menumbuhkan keunggulan dalam mencapai beasiswa, inovasi dan kewirausahaan, (3) Menciptakan pemimpin yang menonjol bagi masyarakat global, (4) Melakukan layanan profesional dengan penekanan pada penerapan pengetahuan kepada masyarakat, dan (5) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional. Berkat landasan yang kuat, visi misi yang jelas, dan dedikasi tinggi yang berkesinambungan, universitas ini telah menjadi kampus ter-akreditasi nasional dan internasional, demi mencapai visi untuk menjadi world

class university.

3.1.1 Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara

Program studi Sastra China Universitas Bina Nusantara didirikan pada tahun 2002 dengan menggunakan bahasa pengantar yaitu bahasa Mandarin dan mengikuti standar internasional, yaitu menyertakan bahan-bahan terbitan dari Beijing Language and Culture University (BLCU). Program studi ini mulai beroperasi di Indonesia dengan akreditasi C. Setelah 3 tahun pertama beroperasi, program studi ini mengajukan pembaharuan akreditasi kepada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan mendapatkan akreditasi B. Pada tahun 2015, program studi Sastra China Universitas Bina Nusantara telah memperbaharui akreditasi dan menjadi satu-satunya program studi Sastra China yang mendapatkan akreditasi A.


(48)

46

Hingga kini program studi Sastra Cina Unversitas Bina Nusantara telah menjalin kerjasama dengan (1) Guangxi Teachers Education – Nanning, Guangxi; (2) Guangxi Normal University – Guilin, Guangxi; (3) Hainan Normal University – Haikou, Hainan; (4) Nanjing University of Information Science and Technology, Nanjing, Jiangsu; (5) Yunnan University – Kunming, Yunnan; (6) Xiamen University, Siming, Xiamen. Jangka waktu berdirinya program studi ini tergolong masih sangat muda, tetapi telah meraih banyak prestasi gemilang di bidang akademis mapun non-akademis. Keterampilan bahasa para mahasiswa terus diberi pembekalan dari tingkat dasar sampai mahir. Mahasiswa juga diberi diperkaya dengan pemahaman mengenai kebudayaan, literatur dan sejarah Tiongkok, dan juga pengaplikasian bahasa melalui bisnis dan karir, diantaranya perdagangan dan pengoperasian komputer dengan bahasa Mandarin.

Berikut ini merupakan tujuan umum dan tujuan khusus program studi Sastra China:

1. Tujuan Umum: program studi Sastra China merupakan sebuah program studi yang mempersiapkan lulusan yang kompeten di berbagai bidang pekerjaan. Untuk mencapai hal tersebut, program studi Sastra China menyediakan 4 peminatan, antara lain: pengajaran, bisnis, penyiaran, dan budaya. Ketrampilan bahasa mahasiswa akan menjadi lebih specific melalui peminatan yang sudah dipilihnya, memperluas pengetahuan dan mengarahkan mereka untuk dapat mengunakan kemampuan bahasa mereka dibidang yang mereka inginkan.


(49)

47

2. Tujuan Khusus: Lulusan dari program studi Sastra China diharapkan memiliki kemampuan; (1) Berbicara bahasa Mandarin dengan lancar, dengan HSK level 6.sebagai standar minimal, (2) Menguasai 2000 - 3000 karakter huruf Mandarin dan mengetahui lebih dari 10.000 kosakata Mandarin, (3) Memiliki pengetahuan akan kebudayaan, sejarah, geografi, kesusastraan, dan ekonomi di Tiongkok, (4) Mampu menerjemahkan teks Mandarin baik lisan maupun tertulis, (5) Memiliki kemampuan surat menyurat dalam Mandarin. (6) Mampu mengoperasikan komputer dalam bahasa Inggris maupun Mandarin, dan (7) Menguasai Mandarin dalam bidang pengajaran, bisnis, penerjemahan dan penyiaran.


(50)

48

BAB IV

METODE PENELITIAN

Furchan (2007) menyatakan bahwa metode penelitian merupakan strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Artinya, metode penelitian adalah salah satu prosedur yang wajib dilakukan oleh peneliti agar dapat melaksanakan penelitian dan mencapai tujuan secara menyeluruh. Dengan kata lain, penelitian pada dasarnya adalah sistem penerapan pendekatan ilmiah untuk mengkaji suatu masalah yang fenomenal dan aktual.

Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah metode penelitian deskriptif yang menggunakan pendekatan kualitatif. Sudjana dan Ibrahim (2009: 64) berpendapat bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa yang terjadi. Artinya dapat diungkapkan bahwa penelitian deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan dan dikembangkan melalui ilmu-ilmu sosial (Soejono dan Abdurrahman 2005: 19). metode pada dasarnya memfokuskan masalah faktual yang ada pada saat melakukan penelitian. Pengumpulan, penyusunan, analisis dan interpretasi data tergantung pada teknik penelitian yang digunakan, oleh karena itu teknik-teknik pengumpulan dan analisis data wajib diuraikan secara detail dan akurat.


(51)

49

4.1 Data dan Sumber Data

Yang menjadi data pada penyusunan skripsi penulis ialah merupakan klausa pada sepuluh abstrak skripsi bahasa Mandarin (sumber data primer) dan bahasa Indonesia (sumber data sekunder) yang membahas tentang kebahasaan. Kemudian, sepuluh abstrak skripsi diperoleh dari websit

da

Berikut ini merupakan judul skripsi mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang ditulis pada tahun 2013:

No. JUDUL SKRIPSI NAMA PENULIS

1.

EFEKTIFITAS MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA MANDARIN PADA PEMELAJAR TINGKAT DASAR

Erawati;

Dorothy Nikita Winata

思维导图对初级学习者学习汉语词汇的有效性

2. KESALAHAN PENGGUNAAN KATA BANTU

BILANGAN BAHASA MANDARIN PADA MAHASISWA TINGKAT III SASTRA CHINA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Selvi Suviana;

Cindy Karlina

浅析建国大学中文系四年级学生的汉语表达能力

3. ANALISIS KESALAHAN MAHASISWA TINGKAT

3 SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY DALAM MENGGUNAKAN "HUI" DAN "NENG

Desriany;

Yosephine

"建国大学中文系三年级学生汉语能愿动词“会”与

“能”的偏误分析

4. EKSPERIMEN MEDIA AUDIO VISUAL SEBAGAI

CARA UNTUK MEMBANTU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN BERBICARA MANDARIN

Erina;

Fenny Widjaja

建国大学中文系三年级学生汉语量词的错误使用

5. ANALISA KESULITAN PEMAHAMAN TEKS

MANDARIN MAHASISWA TINGKAT II SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY

Selvya Winata;

Yunita Gunawan 建国大学中文系二年级学生汉语阅读理解分析

6. ANALISA KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA

MANDARIN MAHASISWA SEMESTER DELAPAN SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY


(52)

50

浅析建国大学中文系四年级学生的汉语表达能力 Elsa Novita

7. ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA

MANDARIN DI SMA TZU CHI

Marisa;

Sindy Novita Ayu 慈济高中学校汉语教学过程分析慈

8. ANALISIS EFEKTIFITAS PROSES

PEMBELAJARAN KELAS INTENSIVE DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA

Pamela Priscilia;

Stefani Saputra

分析雅加达汉语教学中心汉语速成班的教学过程及

效果

9. ANALISIS PERBANDINGAN BAHASA IKLAN DI

CINA DAN INDONESIA DALAM IKLAN KFC DAN MCDONALD'S

Leni Rikayaty;

Yulianah

通过肯德基、麦当劳广告分析中国与印尼广告语言

10. ANALISIS MAKNA YANG TERKANDUNG

DALAM KARAKTER HAN RADIKAL "XIN”

Wulan; Ruth Dwi Utami

Harijono

分析“心”部字的字义

4.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling strategis dalam penelitian. Hal ini dikarenakan tujuan utama dari penelitian adalah untuk memperoleh data. Tanpa menguasai teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memperoleh data yang memenuhi standar yang ditetapkan. Teknik yang digunakan pada penelitian ini adalah kepustakaan yang adalah merupakan sumber data utama dari sumber tertulis. Dalam hal ini penulis mengumpulkan semua data-data dan buku yang berkaitan dengan genre abstrak dan teori Swales serta teori Halliday. Adapun tahap-tahap yang dilakukan dalam mengumpulkan data antara lain:

1. Pengumpulan abstrak skripsi mahasiswa yang ditulis pada tahun 2010

hingga 2014 melalui website dan


(53)

51

2. Memilih tahun abstrak skripsi yang ditulis pada tahun 2013, merupakan tahun penulisan abstrak skripsi dengan jumlah terbanyak, yaitu 38 abstrak.

3. Memilih keseluruhan abstrak skripsi tentang kebahasaan pada tahun 2013, yang berjumlah 10 abstrak.

Gambar 4.1 Komponen analisis data model interaktif

4.3 Teknik Analisis Data

Untuk menganalisis suatu struktur skematika pada teks tidak terlepas dari tataran linguistik dan menganalisis wacana karena struktur dasar pembentuk bahasa diyakini sebagai kesatuan unit bahasa yang tidak terlepas dari perpaduan topik, proposisi dan informasi serta pembentukan gagasan dan ide. Sistem tataran linguistik secara struktural pada wacana yang melahirkan keterpaduan ini disebut dengan skema (Richard, Jack 1985: 251). Teknik analisis data yang digunakan penulis adalah teknik deskrptif kualitatif.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis GA skripsi ini adalah sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penarikan/Verivikasi Kesimpulan Data


(54)

52

1. Menganalisis langkah teks dengan menggunakan model CARS. 2. Menganalisis proses transitivitas pada klausa.

3. Menemukan pola struktur GA skripsi

4. Menghitung persentase jumlah proses pada GA setiap skripsi.

5. Menghitung jumlah seluruh proses dalam setiap langkah (L) yang terdapat pada sepuluh GA skripsi.


(55)

53

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis memaparkan hasil dan pembahasan terhadap langkah dan tahap serta realisasi fungsi eksperensial pada 10 genre abstrak (GA) skripsi bahasa Mandarin oleh mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Data berupa 10 GA skripsi bahasa Mandarin tersebut dianalisis berdasarkan model CARS oleh Swales dan Teori Linguistik Fungsional Sistemik oleh Halliday.

5.1 Hasil

Berikut adalah hasil penelitian terhadap 10 GA skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara:

5.1.1 Langkah dan Tahap pada GA skripsi

Berdasarkan analisis langkah terhadap genre abstrak (GA) skripsi, ditemukan 5 pola GA skripsi terstruktur, dan 3 pola GA skripsi tidak terstruktur. Kelima pola GA skripsi terstruktur tersebut terdapat pada data-1, data-3, data-7, data-9 dan data-10. Keseluruhan struktur GA skripsi tahap (T-1B) yang berupa objek penelitian tidak dituliskan pada GA skripsi sehingga tidak memenuhi ketetapan L-2, T-1B secara lengkap. Selanjutnya, 3 pola GA skripsi tidak terstruktur terdapat pada data-2, data-4, data-5, data-6 dan data-8. Dari kelima data tersebut penulis mengelompokkannya ke dalam 3 pola tidak terstruktur yang masing masing terdiri dari pola 1 tidak terstruktur (-L) (+T), pola 2 tidak


(56)

54

terstruktur (-L) (-T) dan pola 3 tidak terstruktur (+L) (-T). Pola 1 tidak terstruktur masing terdiri dari data-2 dan data-6, pola 2 tidak terstruktur masing terdiri dari data-4 dan data-8, kemudian pola 3 tidak terstruktur masing-masing terdiri dari data-5. Berikut adalah gambar pola GA skripsi berdasarkan analisis langkah dan tahap.

Gambar 5.1 Pola Hasil Penelitian terhadap Langkah dan Tahap Pola GA

Skripsi

5 Pola GA Terstruktur

data-1

data-3

data-7

data-9

data-10

3 Pola GA Tidak Terstruktur

(+ L) (-T)

data-2

data-6

(- L) (-T)

data-4

data-8


(57)

55

5.1.2 Realisasi Fungsi Eksperensial pada GA Skripsi

Pada data, proses Behaviorial tidak ditemukan. Berdasarkan analisis proses pada setiap langkah diketahui bahwa proses Relasional mendominasi seluruh langkah, yaitu berjumlah 30 langkah atau sekitar 43.5%. Kemudian disusul dengan proses Material yang berjumlah 27 langkah atau sekitar 39.1%. Selanjutnya proses Mental yang berjumlah 11 langkah atau sekitar 16% dan disusul oleh proses verbal yang berjumlah 9 langkah atau sekitar 13%. Proses wujud hanyalah berjumlah 3 langkah atau sekitar 4.3%. Dengan demikian, proses Relasional dan Material mendominasi GA skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Tabel berikut menunjukkan proses dan persentase proses yang dominan pada 10 GA skripsi.

No. KLAUSA

JENIS PROSES

TOTAL MTR MTL VBL BHV RLS WJD

1. LANGKAH 1 3 5 2 0 12 0 22

2. LANGKAH 2 6 6 4 0 3 0 19

3. LANGKAH 3 7 0 3 0 15 3 28

TOTAL 27 11 9 0 30 3 69


(58)

56

No. KLAUSA

JENIS PROSES

MTR MTL VBL BHV RLS WJD

1. LANGKAH 1 11.1% 45.5% 22.2% 0% 40% 0% 2. LANGKAH 2 22.2% 54.5% 44.4% 0% 10% 0% 3. LANGKAH 3 26% 0% 33.3% 0% 50% 100%

TOTAL 100% 100% 100% 0% 100% 100%

Tabel 5.2 Persentase Proses dalam setiap langkah

5.2 Pembahasan

Berikut adalah pembahasan terhadap 10 GA skripsi bahasa Mandarin mahasiswa Universitas Bina Nusantara yang dilakukan berdasarkan langkah dan tahap model CARS oleh Swales dan realisasi fuungsi Eksperiensial oleh Halliday.

5.2.1 Pembahasan terhadap Langkah dan Tahap pada GA Skripsi

Sebagaimana yang telah disebutkan, struktur langkah yang dikemukakan oleh Swales terdiri dari tiga langkah yaitu Langkah 1 (L1), Langkah 2, (L2) dan Langkah 3 (L3). Tiap langkah terdiri dari atas substruktur opsional yakni Tahap (T). Berikut adalah analisis GA langkah-tahap pada 10 data.

Data-1

EFEKTIFITAS MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA MANDARIN PADA PEMELAJAR TINGKAT DASAR 《思维导图对初级学习者学习汉语词汇的有效性》


(1)

111

meskipun tidak semua orang cocok dengan pembelajaran ini, namun pembelajaran melalui media audio visual memang dapat menjadi cara untuk membantu meningkatkan pembelajaran bahasa mandarin.

Kata Kunci: Media audiovisual, Kemampuan Mandarin, Metode Pembantu, Eksperimen

5. ANALISA KESULITAN PEMAHAMAN TEKS MANDARIN

MAHASISWA TINGKAT II SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY

《建国大学中文系二年级学生汉语阅读理解分析》 Winata, Selvya dan Yunita Gunawan (2013)

摘要

本文研究目的是为了了解学生阅读理解中所遇到的困难,并提出解决

困难的方法。笔者使用定量研究方法。首先,笔者给二年级学生发放了调

查问卷。据调查的结果,笔者以三种题目进行分析,就是把握词汇、整体

把握和捕捉细节的能力。分析之后得知,学生对词汇方面掌握得较好,而

在整体方面、细节方面的能力还需要加强。笔者也采访阅读课教师来补充

资料。通过采访教师得知,学生阅读理解中遇到的一些困难就是生词理解不

够和对时间限制的不习惯。

关键词:阅读,难度,能力,汉语

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi mahasiswa dan kemampuan mahasiswa dalam membaca dan memahami teks Mandarin, serta mengemukakan solusi untuk mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut. Penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk mendukung penelitian ini. Pertama-tama penulis membagikan kuesioner kepada mahasiswa tingkat II. Dari hasil penelitian ini, penulis mengkategorikan 3 jenis kemampuan yang diharapkan dalam memahami isi bacaan serta menganalisanya. Penulis menyimpulkan bahwa penguasaan kosakata oleh mahasiswa sudah baik, namun kemampuan mengambil suatu kesimpulan, menangkap detail dalam bacaan masih perlu ditingkatkan. Kemudian penulis melakukan wawancara kepada dosen pengajar mata kuliah membaca untuk melengkapi data penelitian. Melalui wawancara, penulis mengetahui kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa, yaitu kurangnya penguasaan kosakata dan adanya batasan waktu yang ditetapkan.


(2)

112

Kata Kunci: Membaca, Kesulitan, Kemampuan, Mandarin

6. ANALISA KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA MANDARIN MAHASISWA SEMESTER DELAPAN SASTRA CHINA BINUS UNIVERSITY 《浅析建国大学中文系四年级学生的汉语表达能力》

Luciana, Luciana dan Novita, Elsa (2013)

摘要

为考查与了解建国大学四年级学生的汉语表达能力,找出学生汉语会

话中存在的错误,并指出错误产生的原因;文章采用工作面试的形式对受访

者进行采访测试。从选词是否正确,语法是否符合规范,讨论的内容与话

题是否相关这三个方面观察采访对象汉语表达能力。总结出学生汉语表达

的错误分布情况,并对错误进行分析。研究结果表明学生的汉语表达能力

大部分已经合格。存在的错误主要是因为学生不知不觉受到母语的影响。他

们常常直接把印尼语翻译成汉语。选择词语与句子符合语法规范的部分尚存

在不足,在讨论的内容与话题相关部分表现良好。

关键词: 汉语,表达能力,语法,选词,工作面试

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisa kemampuan berbicara bahasa Mandarin mahasiswa semester delapan Sastra China Binus University dan mengetahui kesalahan-kesalahan serta faktor penyebabnya. Metode penelitian adalah dengan melakukan simulasi wawancara kerja terhadap 30 orang mahasiswa semester delapan. Analisa penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data statistik dan analisa kesalahan berdasarkan 3 faktor. Hasil penelitian adalah, kemampuan berbicara bahasa mandarin mereka pada umumnya sudah memenuhi standard. Kesalahan yang umumnya terjadi adalah penggunaan kalimat yang masih mendapatkan pengaruh bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan siswa seringkali menerjemahkan langsung bahasa Indonesia ke bahasa Mandarin. Kesimpulan penelitian adalah siswa sudah mempunyai kemampuan menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, sedangkan masih ada beberapa pemilihan kata dan penggunaan tata bahasa Mandarin yang salah.

Kata kunci: Bahasa Mandarin, kemampuan berbicara, tata bahasa Mandarin, pemilihan kata, wawancara kerja.


(3)

113

7. ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN DI SMA TZU CHI《慈济高中学校汉语教学过程分析慈》

Marisa dan Sindy Novita Ayu (2013)

提要

此研究目的是找到最适当的教学方法和战略,以达到有效和成功的汉

语教学。研究位于慈济高中学校,自2009-2013年度以来,这所学校的学生

在汉语比赛已经成功获得够多成就。然而,这里有许多没有汉语能力的学

生,这导致教学过程是相当困难的。研究方法是通过观察和采访,集中是

高三的学生。研究结果表明了最适当的教学方法是学生积极地问答。使用

行为和社会认知理论的教学能提高学生的积极和创造性,使学生很容易明白

学习内容,并在学习中也很积极。结论,在这里汉语教学过程中取得了成

功,但学生的汉语说话能力和教学质量还必须提高。 (M/SNA)

关键词:教学过程,汉语,慈济高中学校,高三学生

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari metode dan strategi pembelajaran yang paling tepat agar mencapai pembelajaran bahasa mandarin yang efektif dan berhasil. Penelitian dilakukan di SMA Tzu Chi,dimana sekolah ini sejak tahun 2009-2013 , siswanya telah berhasil mendapatkan cukup banyak prestasi dalam lomba bahasa mandarin . Walaupun begitu, disini juga masih terdapat banyak siswa yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan bahasa mandarin, hal ini mengakibatkan proses pembelajaran menjadi agak sulit. Metode penelitian adalah dengan observasi dan wawancara,dengan fokus penelitian siswa SMA kelas 12. Hasil penelitian menunjukkan metode pembelajaran dengan aktif tanya jawab sangat tepat digunakan disini. Pembelajaran dengan menggunakan teori behavioral-kognitif dapat meningkatkan keaktifan dan kreativitas siswa,sehingga siswa dengan mudah memahami pelajaran dan aktif dalam pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran sudah mencapai keberhasilan, namun kemampuan berbicara siswa dalam bahasa mandarin dan kualitas pembelajaran masih harus ditingkatkan lagi. (M/SNA)

Kata kunci: proses pembelajaran, bahasa mandarin, SMA Tzu Chi , siswa kelas 12


(4)

114

8. ANALISIS EFEKTIFITAS PROSES PEMBELAJARAN KELAS INTENSIVE DI MANDARIN EXPERT, JAKARTA UTARA《分析

雅加达汉语教学中心汉语速成班的 教学过程及效果》

Priscilia, Pamela dan Saputra, Stefani (2013)

摘要

雅加达汉语教学中心(Mandarin Expert)是一所汉语学习中心。雅加

达汉语教学中心(Mandarin Expert)最受欢迎的项目是四个月汉语速成班。

本论文试图分析雅加达汉语教学中心(Mandarin Expert)汉语速成班的教学

过程和教学效果。本文的研究目的是为了了解汉语速成班课堂教学活动、

了解雅加达汉语教学中心(Mandarin Expert)教学过程的效果。笔者通过采

访雅加达汉语教学中心(Mandarin Expert)的教师和学生,观察课堂教学活

动而后进行分析与研究。结论是雅加达汉语教学中心(Mandarin Expert)汉

语速成班使用较好的教学方法和课堂组织。雅加达汉语教学中心

(Mandarin Expert)所安排的课堂教学活动有助于打下较好的汉语基础、提

高汉语水平,培养学生用汉语说话的信心。(PP/SS)

关键词:雅加达汉语教学中心,速成班,教学过程,教学效果

ABSTRAK

Mandarin Expert adalah tempat kursus yang mengajarkan bahasa Mandarin. Salah satu program pembelajaran yang paling diminati oleh murid-murid adalah kelas intensif 4 bulan belajar bahasa Mandarin. Penelitian ini menganalisis proses pembelajaran dan efektivitas pembelajaran di kelas intensif 4 bulan di Mandarin Expert. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan pembelajaran di dalam kelas intensif, mengetahui efektivitas dari proses pembelajaran yang diberikan Mandarin Expert kepada murid-muridnya. Dalam melakukan analisis penulis mendapatkan data melalui wawancara kepada murid dan pengajar di Mandarin Expert dan observasi kegiatan pembelajaran di dalam kelas. Kesimpulan dari penelitian ini adalah kelas intensif di Mandarin Expert menggunakan cara pengajaran dan pengaturan di dalam kelas yang baik. Mandarin Expert mengatur kegiatan di dalam kelas untuk membantu meningkatkan kemampuan belajar dan memelihara rasa percaya diri murid dalam berkomunikasi.

Kata Kunci: Mandarin Expert, Kelas Intensif, Proses Pembelajaran, Efektivitas Pembelajaran


(5)

115

9. ANALISIS PERBANDINGAN BAHASA IKLAN DI CINA DAN INDONESIA DALAM IKLAN KFC DAN MCDONALD\'S 《通过肯 德基、麦当劳广告分析中国与印尼广告语言》

Rikayaty, Leni dan Yulianah, Yulianah (2013)

摘要

社会语言学是研究语言与社会相互关系的学科,广告作为社会经济

生活发展的产物,不可避免地受到社会变化、地域、性别、年龄、阶层等

社会因素的影响,从而广告语言也凸显了其社会性特征。笔者使用定性研

究,收集64则在中国与印尼的肯德基、麦当劳网络电视广告。通过分类与

对比分析得出两国社会文化和语言特征的共同点与差异。因此,理解一个

国家的社会文化和语言特征并且把它应用在广告能促进广告更加有效。

关键词 :广告语言,中国,印尼,肯德基,麦当劳

ABSTRAK

Sosiolinguistik adalah studi tentang hubungan antara bahasa dan sosial disiplin, iklan sebagai produk dari perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi, perubahan sosial mau tidak mau terpengaruh, wilayah, jenis kelamin, usia, kelas dan faktor sosial lainnya, dan dengan demikian bahasa iklan juga menyoroti nya sosial karakteristik. Saya menggunakan penelitian kualitatif, pengumpulan 64 di Cina dan Indonesia, KFC, iklan televisi jaringan McDonald. Menarik kesamaan dengan perbedaan sosial, budaya dan bahasa antara kedua negara ditandai dengan klasifikasi dan analisis komparatif. Oleh karena itu, memahami karakteristik sosial dan budaya dan bahasa dari negara dan menerapkannya dalam iklan untuk mempromosikan iklan yang lebih efektif.


(6)

116

10. ANALISIS MAKNA YANG TERKANDUNG DALAM

KARAKTER HAN RADIKAL \"XIN\"《分析“心”部字的字义》

Wulan, Wulan dan Dwi Utami Harijono, (2013)

摘要

“心”部字都具有比较丰富的字义、历史悠久而具有特色。为了更深地

了解中国古代与现代人所表示的情感体验、性格性情、思维活动与中国古

代哲学是 否一样而 了 解“心”部 字字义 演变的 原因,笔 者分析了 《说 文解字》

与《现代汉语词典》里的“心”部字的字义。通过收集《说文解字》与《现

代汉语词典》的“心”部字的字义并且归类,笔者发现在古代与现代中国人

所表示的情感体验、性格性情、思维活动与中国古代哲学的字义基本上是

相同的, 但是《现 代汉 语词典》 的义项比 较 丰富,出 现“心”部字字 义扩大、

缩小与转移。而从字义的记载笔者知道字义所演变的原因。

关键词:汉字,“心”部字,《说文解字》,《现代汉语词典》

ABSTRAK

Karakter Han radikal “Xin” adalah karakter yang memiliki karakteristik dan sejarah yang panjang. Untuk lebih memahami perasaan, sifat, pemikiran dan filosofi China kuno yang ditunjukkan oleh karakter Han radikal “Xin” dan juga penyebab perubahan maknanya, penulis mencoba menganalisis makna yang terkandung dalam karakter Han radikal “Xin” berdasarkan Shuowenjiezi dan kamus Xiandai Hanyu, pertama-tama penulis mengklasifikasikan makna yang terkandung didalam karakter Han radikal “Xin” berdasarkan Shuowenjiezi dan Kamus Xiandai Hanyu, selanjutnya menganalisis perasaan, sifat, pemikiran dan filosofi China apa saja yang terkandung didalamnya, terakhir penulis membandingkan makna yang terkandung didalamnya dan menganalisis jenis-jenis dan penyebab perubahannya. Penulis menemukan perasaan, sifat, pemikiran dan filosofi China kuno yang ditunjukkan karakter Han radikal “Xin” memiliki kesamaan, tetapi makna kata yang di tunjukkan oleh kamus Xiandai Hanyu lebih beranekaragam dan ditemukan perluasan, penyempitan dan perubahan makna dari karakter Han radikal “Xin” dan penyebab perubahan maknanya.