10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan elemen penting untuk menjadi alat komunikasi antar kelompok masyarakat yang telah disepakati menjadi sistem tanda bunyi sehingga
memberikan suatu ciri khas yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Mackey 1986:12 mengemukakan bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu
keadaan language may be form and not matter atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu
sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Ilmu yang mempelajari bahasa ini disebut linguistik. Nababan 1993:1 menyatakan bahwa
linguistik berfungsi untuk mengkaji unsur-unsur kebahasaan dan memiliki hubungan dengan pemenuhan fungsi sosial sebagai alat komunikasi antar
masyarakat. Bahasa dalam fungsinya terhadap kelangsungan hidup manusia adalah
sebagai alat yang sering digunakan dalam berkomunikasi. Bahasa memiliki peranan penting baik secara verbal maupun non verbal untuk berperan pada proses
interaksi antar individu maupun masyarakat luas dalam menyampaikan informasi, pesan, ide maupun gagasan yang digambarkan secara lisan ataupun dituangkan
dalam bentuk tulisan. Bahasa menurut fungsinya juga dapat menjadi suatu informasi penting yang memberikan sudut pandang ilmiah dalam proses
11
penelitian fenomena lingkungan sekitar. Untuk membuat suatu karya ilmiah, penulis maupun peneliti harus mengikuti sistem kaidah penulisan, yakni etika
keilmuan yang telah dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat pada bidang ilmu tertentu. Kualitas suatu karya tulis ilmiah juga sangat ditentukan oleh kemampuan
seorang penulis dalam melancarkan proses pemindahan transfer gagasan dan pemikiran kepada pembaca.
Suatu karya tulis memerlukan sistematika penulisan dan susunan yang baku. Secara umum sistematika penulisan karya ilmiah mempunyai komponen
dasar, yaitu pendahuluan Introduction, metode Methods, hasil Results dan diskusi Discussion. Lebih spesifik, sistematika penulisan karya ilmiah dapat
berbeda sesuai dengan keperluan ataupun kebijakan yang bersangkutan. Selain komponen dasar, karya tulis ilmiah juga mempunyai komponen bentuk atau yang
sering disebut dengan komponen format penulisan. Komponen ini terdiri dari tiga bagian utama, yaitu 1 bagian awal, 2 bagian tengah dan 3 bagian akhir.
Komponen-komponen ini juga berlaku untuk penyusunan skripsi. Skripsi berupa kegiatan akademik mahasiswa sarjana S-1 pada perguruan
tinggi untuk menyelesaikan tugas akhir yang bersifat ilmiah dan telah mengkuti beragam prosedur penelitian yang sesuai dengan bidang ilmunya. Sebelum
memasuki tahap penyusunan skripsi, mahasiswa terlebih dahulu telah dilatih untuk menghasilkan karya ilmiah seperti makalah dan laporan praktikum. Sebuah
skripsi belum tentu akan dibaca secara keseluruhan oleh pembaca. Biasanya, pembaca terlebih dahulu akan menelusuri abstrak pada skripsi tersebut.
12
Abstrak merupakan bagian pertama yang dibaca oleh pembaca Paltridge dan Stairfield, 2007:155; Pearce, 2005. Bila suatu abstrak mempunyai daya tarik,
maka pembaca akan menelusuri tulisan tersebut. Hal ini disebabkan karena keseluruhan gambaran penyusunan skripsi terdapat pada abstrak. Abstrak
dianggap sebagai miniatur dalam penulisan karya tulis ilmiah. Abstrak juga didefinisikan sebagai informasi singkat. Jadi, abstrak yang dipersiapkan dengan
baik akan memberi informasi kepada pembaca apakah karya tulis tersebut terkait dengan kebutuhan mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan apakah
mereka perlu membaca dokumen tersebut secara menyeluruh atau tidak. Suatu abstrak yang efektif akan dapat menarik minat para pembaca sasaran
intended audience untuk memahami keseluruhan isi dalam suatu jurnal ilmiah Kotze 2007. American National Standards Institute ANSI mendefinisikan
abstrak sebagai: An abstract is an abbreviated, accurate representation of the contents of a
document, preferably prepared by its authors for publications with it. ANSI, 1979:1
Abstrak yang baik memenuhi syarat yang bersifat: “accurate, nonevaluative, coherent and readable, dan concise” APA, 2009: 26. Panjang
abstrak biasanya berkisar antara 150 hingga 250 kata. Walaupun isi dan cara penyajian GA adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan, yang terpenting
dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah bukan pada isinya, melainkan cara penyajiannya. Pernyataan ini sesuai dengan gagasan Kamler dan Thomson 2004
yang menyatakan bahwa penulisan abstrak merupakan “both text work and
13
identity work” sehingga memerlukan “writing practices with sets of conventions and textual characteristics”
.
Hardjanto dalam Zifirdaus 2005 menyatakan bahwa sebuah abstrak berperan sangat penting dan berpendapat bahwa seringkali penulispeneliti
bergantung pada abstrak agar tulisannya dikenal dan diakui oleh masyarakat akademik. Hardjanto 1997 telah melakukan penelitian terhadap 50 abstrak dari
lima jurnal ilmiah internasional berbahasa Inggris dan mengkajinya dari sudut pandang analisis genre. Ia mengacu pada pola move-step yang ditemukan oleh
Swales 1981; 1990. Swales pada mulanya menciptakan sebuah teori analisis genre dengan sebutan moves. Karena mengalami berbagai revisi, teori tersebut
kemudian hanya memiliki 3 moves dan berubah nama menjadi model Creating of Research Space CARS. Hingga sekarang, teori Swales menjadi pedoman yang
lazim diikuti dalam sistematika penulisan genre abstrak selanjutnya disebut GA. Abstrak tetap menjadi bagian yang sangat penting untuk sepenuhnya dipersiapkan
dengan baik. Secara teoritis, seorang penulis skripsi wajib memenuhi syarat-syarat
penulisan yang telah ditentukan dalam penyusunan abstrak. Penulis skripsi harus memiliki pedoman penulisan GA yang sesuai sehingga karya yang dihasilkan
dapat dipublikasikan dan kemudian karyanya dapat menjadi pedoman atau referensi bagi penulis skripsi berikutnya. GA dianggap bukanlah suatu hal yang
asing dalam dunia teks akademik, sehingga diyakini dengan sendirinya telah menguasai cara penulisan GA yang benar.
14
Penulis telah melakukan pengamatan GA bahasa Mandarin terhadap beberapa program studi Bahasa Mandarin yang ada di Indonesia. Universitas-
universitas tersebut antara lain; Universitas Sumatera Utara USU, Universitas Brawijaya UB, Universitas Kristen Petra UP dan Universitas Bina Nusantara
BINUS. Setelah melakukan penelusuran, ditemukan bahwa beberapa GA yang belum sesuai dengan standar penulisan abstrak menurut Swales. Sebagai satu-
satunya universitas dengan program studi Sastra China yang menyandang akreditasi tertinggi di Indonesia, Universitas Bina Nusantara telah mempersiapkan
GA skripsi bahasa Mandarin dengan baik. Berdasarkan fenomena tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang GA skripsi.
Program Studi Sastra China Universitas Bina Nusantara menjadi salah satu program studi yang jangka waktu didirikannya masih cukup muda. Ketika
program studi ini mulai beroperasi pada tahun 2002, program studi ini telah meraih akreditasi C. Berkat visi misi dan dedikasi yang jelas, program studi sasra
China Universitas Bina Nusantara menjadi program studi pertama yang mendapat akreditasi “A” amat baik. Dengan keberhasilannya, penulis tertarik hendak
menelusuri kompetensi mahasiswa program studi Sastra China Universitas Bina Nusantara dalam bidang akademis, tetapi yang tampak ialah masih banyak
ditemukan ketidaksesuaian sistematika penulisan GA skripsi bahasa Mandarin pada mahasiswa Universitas Bina Nusantara. Fenomena kurangnya perhatian dari
penulis skripsi mengenai GA menjadi suatu penegasan bahwa dalam penyusunan skripsi diperlukan pemahaman yang cukup intensif untuk mengetahui sistematika
penulisan GA yang benar.
15
Pada penyusunan skripsi ini, penulis menganalisis GA dengan menggunakan Model Creating a Research Space CARS yang dikembangkan
oleh Swales. Model CARS yang dikembangkan Swales terdiri dari tiga langkah yakni L-1 membuat medan analisis, L-2 menetapkan permasalahan dalam
analisis dan L-3 Menerapkan masalah. Masing-masing langkah mempunyai tahap. Tahapan–tahapan tersebut menunjukkan bahwa setiap pergerakan memiliki
langkah-langkah. Kemudian langkah-langkah tersebut dikemas dalam pola sehingga memudahkan pembaca untuk melihat struktur abstrak yang diteliti.
Dalam perspektif Linguistik Fungsional Sistemik LFS, suatu bahasa ditentukan oleh fungsi kebahasaannya dalam menggunakan bahasa sebagai
medium. Setiap klausa memerankan tiga ‘metafungsi’ sekaligus Halliday dan Mattheiessen 2004:10. Setiap interaksi antara pemakai bahasa penutur
menggunakan bahasa untuk memapar, menukar, dan merangkai atau mengorganisasikan pengalaman dalam satu klausa. Satu klausa ini yang terdiri
dari tiga unsur yakni, proses, partisipan dan sirkumstan. Dapat dinyatakan bahwa bahasa berfungsi sebagai komunikasi yang direalisasikan pada fungsi ideasional
logika dan eksperensial, fungsi interpersonal sosial dan fugsi tekstual simbol Halliday, 1994: xiii, Eggins, 1994:3 dalam Saragih, 2006: 3-4, Sinar, 2002.
Ketiga fungsi ini disebut juga sebagai makna ideasional, makna interpersonal dan makna tekstual Sinar 2003:20.
Makna ideasional merupakan representasi pesan dari teks. Menurut Halliday 1994:106, makna ideasional merupakan bagian yang berperan sebagai
ekspresi pengalaman baik di luar maupun di dalam sekitar diri kita. “the grammar
16
of language is a theory of experience” Halliday 1992:30. Makna ideasional terbagi dalam dua makna, yaitu makna eksperensial experential meaning dan
makna logika. Makna eksperensial mengekspresikan makna atau realitas pengalaman, sedangkan makna logis ialah mengekspresikan makna yang bersifat
logis. Pada penyusunan skripsi ini, penulis hanya mengacu pada makna eksperensialnya dan kemudian direalisasikan kedalam sistem yang menguraikan
pengalaman sebagai jenis proses yang terkait dengan proses, partisipan dan sirkumstan.
1.2 Batasan Masalah