Pengertian PekerjaBuruh dan Kebebasan Berserikat PekerjaBuruh

untuk memberi pedoman kepada pembuat undang-undang, pengadilan yang menerapkan undang-undang, dan kepada para pelaksana putusan pengadilan. 57 Terhadap kaitan ini, Barda Nawawi Arief menyatakan, kebijakan untuk membuat peraturan perundang-undangan pidana yang baik tidak dapat dipisahkan dari tujuan penanggulangan kejahatan. Menurut Barda Nawawi Arief, kebijakan penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana, pada hakikatnya merupakan bagian dari kebijakan penegakan hukum khususnya hukum pidana. Oleh karena itu, politik hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan penanggulangan kejahatan lewat pembuatan peraturan perundang-undangan pidana yang merupakan bagian integral dari politik sosial. 58 a. Tahap formulasi atau kebijakan legislatif; Pada hakikatnya kebijakan hukum pidana penal policy dapat difungsionalisasikan dan dioperasionalisasikan melalui beberapa tahap yaitu: b. Tahap aplikasi atau kebijakan yudikatif; c. Tahap eksekutif atau kebijakan administratif. Tahap formulasi atau kebijakan legislatif dapat dikatakan sebagai tahap perencanaan dan perumusan peraturan perundang-undangan pidana. Tahap aplikasi atau kebijakan yudikatif merupakan tahap penerapan dari ketentuan peraturan perundang-undangan pidana yang telah dilanggar. Tahap eksekusi atau kebijakan administratif adalah tahap pelaksanaan dari putusan pengadilan atas perbuatan pidana yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 59

3. Pengertian PekerjaBuruh dan Kebebasan Berserikat PekerjaBuruh

57 Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barkatullah, Op.Cit, hal.18 58 Ibid, hal.19 59 Ibid, hal.22 Istilah buruh sangat populer dalam dunia perburuhanketenagakerjaan, selain istilah ini sudah dipergunakan sejak lama bahkan mulai dari zaman penjajahan Belanda juga karena peraturan perundang-undangan yang lama sebelum Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan menggunakan istilah buruh. Pada zaman penjajahan Belanda yang dimaksudkan dengan buruh adalah pekerja kasar seperti kuli, tukang, mandor yang melakukan pekerjaan kasar, orang-orang ini disebutnya sebagai “Blue Collar”. 60 Setelah bangsa Indonesia merdeka tidak lagi mengenal perbedaan antara buruh halus dan buruh kasar, semua orang yang bekerja disektor swasta baik pada orang maupun badan hukum disebut buruh. Hal ini disebutkan dalam Pasal 1 ayat 1a Undang-Undang No.22 Tahun 1957 tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan yakni buruh adalah “barangsiapa yang bekerja pada majikan dengan menerima upah”. Dalam perkembangan hukum perburuhan di Indonesia, istilah buruh diupayakan untuk diganti dengan istilah pekerja, sebagaimana diusulkan pemerintah Depnaker pada kongres FBSI II Tahun 1985. Alasan pemerintah karena istilah buruh kurang sesuai dengan kepribadian bangsa, buruh lebih cenderung menunjuk pada golongan yang selalu ditekan dan berada dibawah pihak lain yakni majikan. Karena itu lebih tepat jika menyebutkannya diganti dengan istilah pekerja. Istilah pekerja juga sesuai dengan penjelasan Pasal 2 UUD 1945 yang menyebutkan golongan-golongan adalah badan-badan seperti Koperasi, Serikat Pekerja dan lain-lain badan kolektif. 61 60 Lalu Husni, Op.Cit, hal.45 61 Ibid. Dengan diundangkannya UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan istilah pekerja digandengkan dengan istilah buruh sehingga menjadi istilah pekerjaburuh. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, pekerjaburuh adalah “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain” Pasal 1 angka 2. 62 a. Setiap orang yang bekerja angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja tetapi harus bekerja Dari pengertian tersebut dapat dilihat beberapa unsur yang melekat dari istilah pekerjaburuh yaitu: b. Menerima upah atau imbalan sebagai balas jasa atas pelaksanaan pekerjaan tersebut. 63 Perumusan yang umum, yang terdapat dalam Undang-Undang tentang Penyelesaian Perselisihan Perburuhan tahun 1957 adalah bahwaburuh adalah “barangsiapa bekerja pada majikan dengan menerima upah.” 64 Perluasan arti kata buruh secara umum, tidak hanya terbatas pada seseorang yang belum bekerja pada orang lain magang, murid atau seseorang yang melakukan pekerjaan tetapi tidak dalam hubungan kerja pemborong pekerjaan sebagai dimaksud dalam Undang-Undang Kecelakaan, tetapi juga meliputi mereka yang karena sesuatu tidak melakukan pekerjaan para Menurut Undang- Undang Kecelakaan tahun 1947 buruh ialah “Tiap orang yang bekerja pada majikan di perusahaan yang diwajibkan memberi tunjangan, dengan menerima upah.” 62 Zaeni Asyhadie, Op.Cit., hal.19. 63 Agusmidah, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, Medan: USU Press, 2010, hal.6. 64 Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, Jakarta: Djambatan, 2003, hal.36 pengangguran atau karena usia tinggi tidak mampu lagi melakukan pekerjaan pensiun. 65 Walaupun perumusannya agak berlain-lainan, pada dasarnya memuat unsur yang sama, yaitu seseorang yang bekerja pada orang lain atau badan dengan menerima upah. 66 Sebagai implementasi dari amanat ketentuan Pasal 28 UUD 1945 tentang kebebasan berserikat dan berkumpul mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan yang ditetapkan dengan undang-undang, maka pemerintah telah meratifikasi konvensi Organisasi Perburuhan Internasional No.98 dengan Undang-Undang No.18 Tahun 1956 mengenai Dasar-Dasar hak Berorganisasi dan Berunding Bersama. 67 Pada rentang waktu yang cukup lama, melihat perlunya payung hukum terhadap perlindungan hak pekerjaburuh mengenai pembentukan serikat pekerjaserikat buruh maka pada akhirnya pemerintah berhasil menetapkan Undang-Undang No.21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh.Serikat Pekerjaserikat buruh adalah organisasi yang dibentuk dari, oleh, dan untuk pekerjaburuh, baik di perusahaan maupun diluar perusahaan, yang bersifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab guna memperjuangkan, membela, serta melindungi hak dan kepentingan pekerjaburuh serta meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya Pasal 1 angka 17 65 Ibid, hal.37 66 Ibid, hal.36 67 Lalu Husni, Op.Cit, hal.49 Undang-Undang No.23 Tahun 2003, jo Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No.21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh. 68 a. Bebas, maksudnya bahwa sebagai organisasi dalam melaksanakan hak dan kewajibannya serikat pekerjaserikat buruh, federasi, dan konfederasi serikat pekerjaserikat buruh tidak di bawah pengaruh dan tekanan dari pihak lain. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa suatu serikat pekerjaserikat buruh harus mengandung sifat-sifat bebas, terbuka, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab Pasal 3 UU No. 21 Tahun 2000. b. Terbuka, bahwa serikat pekerjaserikat buruh, federasi, dan konfederasi serikat pekerjaserikat buruh dalam menerima anggota dan atau memperjuangkan pekerjaburuh tidak membedakan aliran politik, agama, suka bangsa, dan jenis kelamin. c. Mandiri, bahwa dalam mendirikan, menjalankan, dan mengembangkan organisasi ditentukan oleh kekuatan sendiri, tidak dikendalikan oleh pihak lain di luar organisasi. d. Demokratis, bahwa dalam pembentukan organisasi, pemilihan pengurus, memperjuangkan, dan melaksanakan hak dan kewajiban organisasi dilakukan sesuai dengan prinsip demokrasi. e. Bertanggung jawab, bahwa hak dalam mencapai tujuan dan melaksanakan kewajibannya serikat pekerjaserikat buruh, federasi, dan konfederasi 68 Zaeni Asyhadie, Op.Cit., hal.20. Pengertian serikat pekerjaserikat buruh dapat juga dilihat dari Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial PPHI. UU PPHI memiliki pengertian yang sama mengenai serikat pekerjaserikat buruh dengan UU Ketenagakerjaan dan UU Serikat PekerjaSerikat Buruh. serikat pekerjaserikat buurh bertanggung jawab kepada anggota, masyarakat, dan negara. 69 Undang-Undang No.21 Tahun 2000 membagi serikat pekerjaserikat buruh itu menjadi serikat pekerjaserikat buruh di perusahaan dan serikat pekerjaserikat buruh di luar perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang No.21 Tahun 2000, serikat pekerjaburuh di perusahaan adalah serikat pekerjaserikat buruh yang didirikan oleh para pekerjaburuh di satu perusahaan atau di beberapa perusahaan. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 3 Undang- Undang No.21 Tahun 2000, serikat pekerjaserikat buruh di luar perusahaan adalah serikat pekerjaserikat buruh yang didirikan oleh pekerjaburuh yang bekerja di luar perusahaan. 70

G. Metode Penelitian