Latar Belakang Penerapan Ketentuan Pidana Mengenai Kebebasan Berserikat Pekerja / Buruh Dari Perspektif Uu No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia sebagaimana hakekatnya, sebagai perorangan atau individu, cenderung memiliki keinginan untuk berkumpul dengan individu lainnya, atau dapat dikatakan terdapat kecenderungan untuk membentuk suatu kelompok. Aristoteles menamakan manusia sebagai zoon politicon makhluk sosial. Sebagaimana makhluk sosial, manusia selalu membutuhkan kehadiran sesamanya. Tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri karena berkumpul dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan. 4 Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang 5 Tenaga kerja sebagai makhluk sosial pasti memiliki keinginan untuk berkumpul atau berkelompok atau berserikat dengan tenaga kerja yang lain. Tenaga kerja merupakan salah satu dari empat faktor produksi dalam perusahaan , telah menjadi landasan hukum bahwa setiap warga negara Indonesia bebas untuk berserikat dan berkumpul. Berserikat dan berkumpul merupakan hak dasar warga negara Indonesia sehingga negara, pemerintah, atau siapapun tidak dapat menghilangkan hak dasar ataupun menghalang-halangi orang yang ingin berserikat dan berkumpul. 4 Asri Wijayanti, Sinkronisasi Hukum Perburuhan terhadap Konvensi ILO-Analisis Kebebasan Berserikat dan Penghapusan Kerja Paksa di Indonesia, Bandung: Karya Putra Darwati, 2012, hal.98 5 Pasal 28 Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan tempat terjadinya produksi. Sebagai salah satu faktor produksi, tenaga kerja atau yang lebih dikenal dengan pekerja atau buruh, memiliki hak-hak yang sudah selayaknya mereka terima dari perusahaan tempat mereka bekerja, salah satunya adalah dengan berkumpul dengan sesama pekerjaburuh atau membentuk suatu kelompok dengan pekerjaburuh. Kelompok tenaga kerja dibentuk karena adanya persamaan status, persamaan tempat bekerja, ataupun persamaan tujuan di antara mereka sehingga membentuk kelompok tenaga kerja akan lebih memudahkan mereka untuk berinteraksi dan menjadi wadah untuk bertukar informasi sesama tenaga kerja. Pekerjaburuh sebagai Warga Negara Indonesia mempunyai persamaan kedudukan dalam hukum, hak untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak, mengeluarkan pendapat, berkumpul dalam suatu organisasi, serta mendirikan dan menjadi anggota serikat buruh. 6 Pada faktanya, masih banyak pekerjaburuh yang di abaikan hak-haknya oleh perusahaan. Seperti kasus yang terjadi pada PT. Tolutug Marindo Pratama, tidak menerapkan Upah Minimum Provinsi UMP kepada karyawannya. PT. Tolutug Marindo Pratama hanya membayar upah karyawannya Rp 1.000.000,- per bulan, jauh dibawah UMP Provinsi Sulawesi Utara tahun 2013 sebesar Rp Pekerjaburuh wajib diberikan perhatian dan perlindungan hukum dalam kegiatannya, hal ini disebabkan masih lemahnya kedudukan pekerjaburuh serta untuk menghindari tidak diberikannya hak-hak pekerjaburuh oleh para pengusaha dan menghindari perlakuan semena- mena kepada para pekerja. 6 Zaeni Asyhadie, Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013, hal.19 1.550.000,- 7 . Terdapat pula kasus penahanan ijazah yang dialami oleh mantan karyawati PT. Phoster Mukakuning, Marlena 24 tahun, yang melaporkan ijazah Sekolah Menengah Kejuruan SMK miliknya yang hilang ketika ditahan oleh penyalurnya, PT. Cipta Perdana Perkasa. 8 Dari kasus-kasus tersebut, dapat dilihat bahwa pekerjaburuh tidak memiliki kuasa atau kekuatan untuk melawan pengusaha atau aturan perusahaan yang merugikan pekerjaburuh, maka negara memiliki kewajiban untukmemperhatikan dan melindungi para pekerjaburuh dari ketidakadilan dan kesewenangan para pengusaha. Padahal pekerjaburuh merupakan mitra kerja pengusaha yang sangat penting dalam proses produksi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh dan keluarganya, menjamin kelangsungan perusahaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya. 9 Kehadiran organisasi pekerja dimaksudkan untuk memperjuangkan hak dan kepentingan pekerja, sehingga tidak diperlakukan sewenang-wenang Pada dasarnya pekerjaburuh mempunyai kekuatan untuk menghilangkan permasalahan seperti rendahnya pengupahan, buruknya kondisi pelayanan kesehatan, keselamatan kerja dan sebagainya. Tetapi secara individual pekerja tidak mampu untuk berjuang atas hak-haknya melawan pengusaha dalam perusahaan tempatnya bekerja akibat pengaruh kekuasan yang lebih besar yang dimiliki oleh pengusaha.Maka dari itu yang dibutuhkan oleh pekerjaburuh adalah membentuk organisasi pekerja. 7 http:regional.kompasiana.com20131007pt-tmp-langgar-uu-tenaga-kerja- 598235.html diakses pada Sabtu, 10 Januari 2015 8 http:www.transnewsonline.comberita-penahanan-ijazah-karyawan-langgar-uu--no-13- tahun-2003.html diakses pada Sabtu, 10 Januari 2015 9 Penjelasan umum UU No.21 Tahun 2000 Tentang Serikat Buruh olehpihak pengusaha. 10 UU No.21 Tahun 2000 Tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh secara spesifik mengatur mengenai kebebasan berserikat buruhpekerja, Pasal 5 dikatakan bahwa:“Setiap pekerjaburuh berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerjaserikat buruh”. Hak menjadi anggota serikat pekerjaserikat buruh merupakan hak asasi pekerjaburuh yang sebelumnya telah dijamin dalam Pasal 28 UUD 1945. Terkait pada Pasal 28 dan Pasal 28E UUD 1945 mengenai kemerdekaan dan kebebasan berkumpul dan berserikat serta melihat lemahnya kedudukan pekerjaburuh di dunia kerja, makapada akhirnya pemerintah mengeluarkan peraturan perundang-undangan yang berfungsi melindungi hak asasi pekerjaburuh dalam hal membentuk organisasi pekerja yang lebih sering disebut dengan Serikat PekerjaSerikat Buruh yaitu dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2000 Tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 131. 11 Serikat pekerjaserikat buruh merupakan hak yang melekat bagi pekerjaburuh, mereka dapat membentuk atau masuk dalam serikat pekerja yang ada di perusahaan tempat bekerja tanpa intervensi atau pengaruh dari pihak manapun, seperti yang tertulis dalam UU Serikat PekerjaSerikat Buruh yaitu serikat pekerjaserikat buruh dibentuk atas kehendak bebas pekerjaburuh tanpa ada tekanan atau campur tangan pihak manapun. 12 10 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014, hal. 49. 11 Zaeni Asyhadie, Op.cit, hal. 20. Hal tersebut juga disebutkan 12 Pasal 9 UU No. 21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh menyatakan bahwa: “Serikat pekeraserikat buruh, federasi dan konfederasi serikat pekerjaserikat buruh dalam Pasal 2 Konvensi ILO No. 87 Tahun 1948: “Para pekerja dan pengusaha, tanpa perbedaan apapun, berhak untuk mendirikan dan menurut aturan organisasi masing-masing, bergabung dengan organisasi-organisasi lain atas pilihan mereka sendiri tanpa pengaruh pihak lain”. 13 Hak berserikat itu ada, untuk menjamin jalannya dan berfungsinya organisasi buruh dalam membela anggotanya, berguna untuk pemenuhan hak pekerjaburuh. 14 TURC Trade Union Right Center, Pusat Studi dan Advokasi Hak-hak Serikat Buruh pernah menangani beberapa kasus yang ditengarai sarat dengan kepentingan untuk menyingkirkan kebebasan berserikat. Hampir sebagian besar kasus yang ditangani TURC memiliki pola yang sama, yakni PHK Pemutusan Hubungan Kerja ataupun mutasi terhadap pengurus serikat pekerjaserikat buruh. Seperti kasus PHK PT. Bridgestone Tyre Indonesia terhadap Machmud Permana, dkk. Machmud dan ketiga rekannya adalah pengurus serikat pekerja di perusahaan itu. Mereka dipecat setelah mempertanyakan kenaikan upah pada tahun 2002 seperti yang tertuang dalam Perjanjian Kerja Bersama. Terdapat pula perkara Bambang, wartawan harian Kompas yang dipecat karena dianggap melakukan tindakan indisipliner lantaran tidak bersedia dimutasi ke Ambon. Bambang adalah Sekretaris Perkumpulan Karyawan Kompas yang sempat mempertanyakan dibentuk atas kehendak bebas pekerjaburuh tanpa tekanan atau campur tangan pengusaha, pemerintah, partai politik, dan pihak manapun”. 13 Konvensi ILO International Labour Organitation No.87 Tahun 1948 Tentang Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi. Konvensi ini diratifikasi pada tanggal 9 Juni 1998. 14 Asri Wijayanti, Op.cit, hal. 104. Dalam hal ini yang dimaksud dengan “membela anggotanya” adalah serikat pekerjaserikat buruh memiliki kekuatan sebagai suatu organisasi dalam memperjuangkan hak-hak pekerjaburuh dengan cara ikut melakukan perundingan untuk membuat kesepakatan yang bebas dalam hubungan kerja. Perundingan yang dimaksud adalah perundingan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja, pensiun, PHK, upah, syarat dan kondisi kerja, yang dapat dilakukan oleh serikat pekerjaserikat buruh melalui pengurus-pengurusnya. kepemilikan saham kolektif karyawan sebesar 20 persen, serta kasus PHK terhadap Mirisnu Viddiana, ia adalah Ketua Serikat Pegawai Bank Mandiri. Ia dipecat karena dianggap bertanggung jawab atas aksi unjuk rasa ribuan pegawai bank pelat merah di hari libur. 15 Pengusaha yang terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana menghalangi terbentuknya serikat pekerjaserikat buruh seperti yang tercantum pada Pasal 28 Undang-Undang No.21 Tahun 2000 tentang Serikat PekerjaSerikat Buruh, yaitu: “Siapapun dilarang menghalang-halangi atau memaksa pekerjaburuh untuk membentuk, menjadi pengurus atau tidak menjadi pengurus, menjadi anggota atau tidak menjadi anggota danatau menjalankan atau tidak menjalankan kegiatan serikat pekerjaserikat buruh dengan cara: melakukan pemutusan hubungan kerja, memberhentikan sementara, menurunkan jabatan, atau melakukan mutasi; tidak membayar atau mengurangi upah pekerjaburuh; Berdasarkan kasus tersebut maka kehadiran serikat pekerjaserikat buruh merupakan hal yang penting sebagai wadah untuk mewakili dan menyalurkan aspirasi pekerja serta dalam memperjuangkan hak-haknya, serta untuk mencapai persamaan di hadapan hukum dengan pengusaha dalam melakukan perundingan. Namun faktanya, tidak semua perusahaan di Indonesia menghendaki terbentuknya serikat pekerja buruh di perusahaannya, selain dikondisikan untuk tidak mengorganisir basis massanya, dengan berbagai dalih pengusaha bisa menjatuhkan sanksi, bahkan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja PHK, untuk menghilangkan aktivis serikat pekerjaburuh. 15 http:www.hukumonline.comberitabacahol20044kebebasan-berserikat-jalan-di- tempat diakses pada Senin, 12 Januari 2015 melakukan intimidasi dalam bentuk apapun; melakukan kampanye anti pembentukan serikat pekerjaserikat buruh”, akan dikenakan sanksi pidana berupa pidana penjara danatau pidana denda. Masalah penerapan ketentuan pidana inilah yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penulisan skripsi ini, dimana akan dianalisis 2 kasus pelanggaran kebebasan berserikat pekerjaburuh yang dilakukan oleh pengusaha, yang pada akhirnya Majelis Hakim menjatuhkan vonis berupa pidana penjara dan pidana denda kepada pengusaha tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas masalah kebebasan berserikat pekerjaburuh sehingga tulisan ini diberi judul “PENERAPAN KETENTUAN PIDANA MENGENAI KEBEBASAN BERSERIKAT PEKERJA BURUH DARI PERSPEKTIF UU NO.21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA SERIKAT BURUH Studi Putusan Mahkamah Agung No. 2014 KPid.Sus2012 dan Putusan Mahkamah Agung No. 1038 KPid.Sus2009”.

B. Perumusan Masalah