12
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sengon merupakan salah satu tanaman asli Indonesia yang dibudidayakan oleh Hutan Tanaman Industri HTI sebagai sumber bahan baku, terutama untuk
industri pulp dan kertas, konstruksi bangunan, peti kemas, dan lain-lain. Budidaya sengon dilatarbelakangi oleh peningkatan kapasitas produksi industri berbahan
dasar kayu yang tidak disertai oleh peningkatan dan jaminan ketersediaan pasokan bahan baku kayu, sementara hutan alam secara kuantitas tidak dapat lagi
memenuhi kebutuhan bahan baku kayu yang memadai. Untuk mengatasi kesenjangan tersebut, HTI membudidayakan jenis tanaman kayu cepat tumbuh
fast growing tree, seperti sengon, Acacia mangium, Eucalyptus sp, dan lain-lain Santoso, 1992. Kayu sengon sudah dapat dipanen pada umur 5 tahun. Jika
dibandingkan dengan jati yang baru dapat dipanen pada umur lebih dari 10 tahun, umur panen kayu sengon jauh lebih cepat. Sifat unggul tersebut menjadikan
sengon sangat tepat dan cepat digunakan sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kayu yang semakin menipis Hidayat, 2002
Selain peningkatan kuantitas kayu melalui budidaya kayu kategori cepat tumbuh, perbaikan kualitas pada kayu-kayu yang secara komersial sangat
menguntungkan juga terus dilakukan. Penelitian yang terkait dengan bioteknologi kayu saat ini banyak menggunakan teknologi rekayasa genetik untuk
meningkatkan kualitas dan perbaikan sifat kayu seperti yang diinginkan Joshi et.al
., 2004. Nilai kualitas kayu sangat tergantung pada pemanfaatan kayu untuk menghasilkan suatu produk. Perbaikan sifat fisik seperti densitas dan sudut
mikrofibril sangat mempengaruhi peningkatan kekuatan kayu, sedang perbaikan sifat kimia seperti deposisi jumlah selulosa dan penurunan kadar lignin sangat
penting dan menentukan bagi industri, terutama pada industri pulp dan kertas Bowyer et.al., 2000.
Hasil penelitian terhadap sifat fisik dan dimensi serat serta analisis komponen kimia penyusunan kayu sengon termasuk selulosa menunjukkan bahwa
kayu sengon merupakan salah satu bahan baku yang baik dan dapat dimanfaatkan sebagai alternatif kayu substitusi pada industri pulp dan kertas Kartiwa, 1998.
13 Serat kayu sengon merupakan jenis kayu serat pendek yaitu berkisar antara 0,6-1
mm. Kayu serat pendek banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pulp terutama industri pulp yang menghasilkan kertas gelombang Siagian et. al.,2003.
Sifat kimia kayu dikendalikan oleh berbagai gen yang bekerja secara kompleks. Pengetahuan tentang gen-gen yang berperan untuk pengendalikan sifat
kayu sangat penting untuk meningkatkan sifat dan kualitas kayu dimasa yang akan datang Neale, 2002. Peningkatan deposisi selulosa merupakan salah satu aspek
yang diinginkan untuk perbaikan kualitas kayu, sehingga banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari gen yang mengendalikan proses biosintesis selulosa.
Biosintesis selulosa pada tumbuhan dikendalikan oleh berbagai gen. Sebagai contoh, biosintesis selulosa pada poplar dikendalikan oleh beberapa gen, seperti
selulosa sintase, sukrosa sintase dan korrigan selulase Joshi et.al., 2004. Sukrosa sintase merupakan enzim kunci pada biosintesis selulosa yang mengkatalisis
reaksi konversi sukrosa dan UDP menjadi UDP-glukosa dan fruktosa. Enzim ini terlibat pada biosintesis selulosa dengan cara menghubungkan dan menyediakan
UDP-glukosa ke selulosa sintase pada sintesis dinding sel sekunder Amor et. al., 1995. Sukrosa sintase juga diduga menghubungkan UDP-glukosa dari sukrosa ke
berbagai β glukan sintase pada biosintesis selulosa Konishi et. al., 2004.
Informasi mengenai gen yang terlibat pada biosintesis selulosa pada sengon masih belum banyak diteliti. Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi dan
kloning gen penyandi sukrosa sintase dari tanaman sengon melalui pembuatan pustaka cDNA dengan teknik ”Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Reaction” RT PCR. Beberapa penelitian sebelumnya telah berhasil
mengidentifikasi dan mengisolasi gen penyandi sukrose sintase pada berbagai tanaman, diantaranya adalah sukrosa sintase pada Vigna radiata Konishi et. al.,
2004, kapas Amor et.al., 1995, A. thaliana, Populus sp, Eucaliptus sp, dan lain- lain.
1.2. Tujuan Penelitian