13 Serat kayu sengon merupakan jenis kayu serat pendek yaitu berkisar antara 0,6-1
mm. Kayu serat pendek banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku industri pulp terutama industri pulp yang menghasilkan kertas gelombang Siagian et. al.,2003.
Sifat kimia kayu dikendalikan oleh berbagai gen yang bekerja secara kompleks. Pengetahuan tentang gen-gen yang berperan untuk pengendalikan sifat
kayu sangat penting untuk meningkatkan sifat dan kualitas kayu dimasa yang akan datang Neale, 2002. Peningkatan deposisi selulosa merupakan salah satu aspek
yang diinginkan untuk perbaikan kualitas kayu, sehingga banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari gen yang mengendalikan proses biosintesis selulosa.
Biosintesis selulosa pada tumbuhan dikendalikan oleh berbagai gen. Sebagai contoh, biosintesis selulosa pada poplar dikendalikan oleh beberapa gen, seperti
selulosa sintase, sukrosa sintase dan korrigan selulase Joshi et.al., 2004. Sukrosa sintase merupakan enzim kunci pada biosintesis selulosa yang mengkatalisis
reaksi konversi sukrosa dan UDP menjadi UDP-glukosa dan fruktosa. Enzim ini terlibat pada biosintesis selulosa dengan cara menghubungkan dan menyediakan
UDP-glukosa ke selulosa sintase pada sintesis dinding sel sekunder Amor et. al., 1995. Sukrosa sintase juga diduga menghubungkan UDP-glukosa dari sukrosa ke
berbagai β glukan sintase pada biosintesis selulosa Konishi et. al., 2004.
Informasi mengenai gen yang terlibat pada biosintesis selulosa pada sengon masih belum banyak diteliti. Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi dan
kloning gen penyandi sukrosa sintase dari tanaman sengon melalui pembuatan pustaka cDNA dengan teknik ”Reverse Transcriptase Polymerase Chain
Reaction” RT PCR. Beberapa penelitian sebelumnya telah berhasil
mengidentifikasi dan mengisolasi gen penyandi sukrose sintase pada berbagai tanaman, diantaranya adalah sukrosa sintase pada Vigna radiata Konishi et. al.,
2004, kapas Amor et.al., 1995, A. thaliana, Populus sp, Eucaliptus sp, dan lain- lain.
1.2. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi dan mengklon gen penyandi sukrosa sintase dari tanaman sengon.
14
1.3. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan studi awal untuk memperoleh gen yang terlibat dalam pengendalian biosintesis selulosa yang bermanfaat untuk
peningkatan kualitas kayu dan perbaikan sifat sengon dimasa yang akan datang.
1.4. Hipotesis Penelitian
Teknik RT PCR dan kloning gen dapat digunakan untuk memperoleh gen penyandi sukrosa sintase.
15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Sengon
Sengon yang dalam bahasa latin dikenal sebagai Paraserianthes falcataria, termasuk famili Leguminoseae sub famili Mimosaceae atau keluarga petai-petaian
Gambar 1. Di Indonesia, sengon memiliki beberapa nama daerah seperti jeunjing laut Sunda, jeunjing, kalbi, sengon landi, sengon laut, atau sengon
sabrang Jawa, seja Ambon, sikat Banda, tawa Ternate, dan gosui Tidore. Sengon merupakan tanaman asli Indonesia dengan sebaran alami di daerah Papua,
Maluku, kep. Solomon, Bismark. Sedangkan untuk hutan tanaman banyak dijumpai di Sulawesi, Jawa, dan Kalimantan Hidayat, 2002
Gambar 1. Pohon sengon
16 Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon
adalah kayunya. Ketinggian pohon sengon dapat mencapai sekitar 30–45 meter dengan diameter batang 70–80 cm. Bentuk batangnya bulat dan tidak berbanir.
Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33. Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat
menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan
zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur. Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam di
tepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui Departemen Kehutanan dan Perkebunan untuk menggalakkan
‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai DAS di Jawa, Bali dan Sumatra Santoso, 1992
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5-1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum
bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga. Buah sengon berbentuk polong, bulat
pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6–12 cm. Setiap polong buah berisi 15–30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat
kehitaman,agak keras, dan berlilin Star et.al., 2003 Sengon merupakan pohon multifungsi. Sebagai contoh, daun sengon
sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Sistem perakaran sengon banyak
mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Keberadaan nodul akar dapat meningkatkan porositas tanah dan penyediaan unsur
nitrogen dalam tanah, sehingga tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Batang kayu banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan
berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil,
papan partikel dan bahan baku industri pulp kertas Hidayat, 2003
17
2.2. Kimia Kayu Sengon