Sistem Pengetahuan Tradisional TINJAUAN PUSTAKA

Di Wapoga Papua ditemukan 430 jenis tumbuhan berpembuluh kayu, palem 269 jenis dan 32 jenis semak dan herba. Khusus palem yang teridentifikasi 24 jenis, sisanya dianggap jenis baru karena belum ada spesimen contoh di herbarium Bogoriense salah satunya palem raksasa Licuala sp. Sebagian besar dari jenis-jenis yang ditemukan dimanfaatkan oleh masyarakat CABS at al. 1998. Pemanfaatan tumbuhan oleh Masyarakat Kabupaten Teluk Wondama disekitar CAPW sebagai bahan pangan, bahan sandang, bahan bangunan, bahan alat rumah tangga, pertanian, berburu, kerajinan, kesenian, obat-obatan tradisional, kayu bakar dan perlengkapan upacara adat. Berdasar pengalaman pemanfaatan tumbuhan secara alami dimiliki masyarakat dan mampu mengklasifikasikan setiap jenis tumbuhan berdasar fungsi dan kegunaan.

2.5. Sistem Pengetahuan Tradisional

Pengetahuan merupakan kapasitas manusia memahami dan menginterpretasikan baik hasil pengamatan maupun pengalaman, sehingga bisa digunakan untuk meramal ataupun sebagai dasar pertimbangan mengambil keputusan. Pengetahuan merupakan keluaran dari proses pembelajaran, penjelasan berdasar persepsi dan tercakup pula pemahaman dan interpretasi masuk akal. Kondisi dan hambatan karena norma budaya atau kewajiban dapat mempengaruhi arah keputusan diambil, sehingga dikatakan sistem pengetahuan bersifat dinamis, karena terus berubah sesuai dengan waktu Sunaryo dan Joshi 2003. Pengetahuan tradisional secara umum diartikan sebagai pengetahuan yang digunakan masyarakat tradisional untuk bertahan hidup dalam suatu lingkungan khusus Warren 1991. Istilah ini sering digunakan dalam pembangunan berkelanjutan dan rancu dengan pengetahuan teknis, pengetahuan lingkungan tradisional dan pengetahuan pedesaan. Batasan lebih rinci diberikan Johnson 1992, pengetahuan tradisional adalah sekumpulan pengetahuan yang diciptakan sekelompok masyarakat dari generasi ke generasi yang hidup menyatu dan selaras dengan alam. Pengetahuan ini juga merupakan hasil kreativitas dan uji coba secara terus-menerus melibatkan inovasi internal dan pengaruh eksternal dalam usaha menyesuaikan kondisi baru. Oleh karena itu salah jika kita berpikir bahwa pengetahuan tradisional itu kuno, terbelakang, statis atau tak berubah Sunaryo dan Joshi 2003. Selanjutnya dikatakan bahwa pengetahuan tradisional tidak hanya sebatas pada apa dicerminkan dalam metode dan teknik saja, tetapi juga mencakup pemahaman insight, persepsi dan suara hati atau perasaan intuition berkaitan dengan lingkungan yang seringkali melibatkan perhitungan pergerakan bulan atau matahari, astrologi, kondisi geologis dan meteorologis. Pengetahuan tradisional sudah demikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma dan budaya, dan diekspresikan di dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu cukup lama akan menjadi suatu kearifan tradisional. Pengetahuan tradisional mengalami proses evolusi berdasar perkembangan dan perubahan kondisi alami Purwanto 2000. Perkembangan pengetahuan tradisional dan modern sangat signifikan maka perlu keseimbangan pemahaman terhadap kedua pengetahuan tersebut di masa globalisasi. Menurut Choesin 2002 bahwa model connection sebagai reaksi simbol proses belajar dapat menggambarkan interaksi dan pertemuan pengetahuan lama dan pengetahuan baru yang datang dari luar melalui informasi diproses bersama sehingga dapat memahami perubahan yang terjadi. Dalam konteks pengelolaan lingkungan Winarto dan Choesin 2001 menyatakan bahwa model koneksi mendukung pembentukan dan pengayaan pengetahuan tradisional melalui penguatan institusi dan pranata sosial yang telah ada.

2.6. Sistem Konservasi Secara Tradisional