Keanekaragaman Jenis TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keanekaragaman Jenis

Konsep keanekaragaman jenis species diversity berawal dari apa yang disebut sebagai keanekaragaman hayati biodiversity. Keanekaragaman ekosistim, jenis dan genetik dalam definisi yang luas ialah keanekaragaman hayati, yang merupakan keanekaragaman kehidupan dalam semua bentuk dan tingkatan termasuk struktur, fungsi dan proses-proses ekologi di semua tingkatan. Primack et al. 1998 mendefinisikan keanekaragaman hayati adalah kekayaan hidup di bumi, jutaan tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, genetika yang dikandungnya, dan ekosistem yang dibangunnya menjadi lingkungan hidup. Dalam arti bahwa keanekaragaman hayati merupakan inti dari biologi konservasi. Jadi keanekaragaman harus dilihat dari tiga tingkatan: pada tingkatan spesies mencakup seluruh organisme di bumi, mulai bakteri, protista, jamur, dunia tumbuhan dan hewan. Pada skala lebih kecil mencakup variasi genetik di dalam spesies, di antara populasi terpisah secara geografik dan antara individu di dalam suatu populasi. Keanekaragaman hayati meliputi variasi di dalam komunitas biologi, ekosistem dan interaksi antara spesies tersebut. Dalam memberikan definisi lebih operasional, Crow et al. 1994 mengidentifikasi keanekaragaman menjadi tiga tipe atau sub kelompok keanekaragaman, yakni : komposisi, struktural dan fungsional. Keanekaragaman komposisi adalah keanekaragaman sesuatu dalam suatu wilayah, seperti jenis dalam suatu tegakan hutan. Keanekaragaman struktur dicirikan dengan distribusi vertikal dan horizontal tumbuhan, ukuran tumbuhan, atau distribusi umur. Sedang keanekaragaman fungsional dicirikan dengan proses ekologi, aliran energi dan hubungan trophic level. Pada tipe tersebut keanekaragaman dilihat dari berbagai tingkatan organisasi biologi, yaitu tingkatan ekosistem, jenisspesies atau genetik Probst and Crow, 1991. Menurut Bappenas, 2003 ada tiga tingkatan keanekaragaman hayati yaitu ekosistem, jenis dan gen. Keanekaragaman ekosistem mencakup keanekaan bentuk dan susunan bentang alam, daratan maupun perairan, dimana makhluk atau organisme hidup tumbuhan, hewan dan mikroorganisme berinteraksi membentuk jaring keterkaitan dengan lingkungan fisik. Keanekaragaman jenis adalah keanekaragaman jenis organisme yang menempati suatu ekosistem Selanjutnya, setiap organisme mempunyai ciri berbeda satu dengan yang lain. Keanekaragaman genetis adalah keanekaan individu di dalam jenis. Keanekaan ini disebabkan perbedaan genetis antara individu. Soegianto 1994 mengatakan bahwa, keanekaragaman jenis adalah karakteristik tingkatan komunitas berdasar organisasi biologis, yang digunakan untuk menyatakan struktur komunitas. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika komunitas disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan spesies sama atau hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun sangat sedikit spesies, dan jika hanya sedikit saja spesies dominan, maka keanekaragamannya rendah. Keanekaragaman jenis tinggi menunjukan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas tinggi, karena dalam komunitas itu terjadi interaksi spesies yang tinggi pula. Jadi dalam suatu komunitas yang mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi akan terjadi interaksi spesies yang melibatkan transfer energi jejaring makanan, predasi, kompetisi, dan pembagian relung yang secara teoritis lebih kompleks. Keanekaragaman jenis species diversity pada dasarnya disusun dari dua komponen. Pertama adalah jumlah spesies dalam suatu areal, yang mana para ahli ekologi menyatakan sebagai kekayaan jenis species richness. Komponen kedua adalah kemerataan species evenness. Selanjutnya dikembangkan lagi suatu indeks yang berupaya mengkombinasikan antara kekayaan jenis dan kemerataan kedalam suatu nilai tunggal yang disebut sebagai indeks kelimpahan jenis . 1. Kekayaan Jenis Kekayaan jenis pertama kali di kemukakan McIntosh tahun 1967. Konsep yang dikemukakan mengenai kekayaan jenis adalah jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kempton 1979, diacu dalam Santosa 1995 mendefinisikan kekayaan jenis sebagai jumlah jenis dalam sejumlah individu tertentu. 2. Kemerataan Jenis Konsep ini menunjukan derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap jenis. Ukuran kemerataan pertama kali dikemukakan oleh Lloyd dan Ghelardi 1964 dalam Magurran 1988 dapat pula digunakan sebagai indikator adanya gejala dominansi di antara setiap jenis dalam suatu komunitas. 3. Kelimpahan Jenis Istilah heterogenitas pertama kali dikemukakan Good 1953, diacu dalam Krebs 1989. Istilah lain untuk konsep ini adalah kelimpahan atau species abundance Magurran 1988. Seperti dikemukakan semula bahwa konsep ini merupakan indeks tunggal mengkombinasikan antara kekayaan jenis dan kemerataan jenis. Jadi kelimpahan jenis adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relatif spesies organisme dalam komunitas, yang berhubungan dengan densitas berdasarkan penaksiran kualitatif. Menurut Indriyanto 2006, penaksiran kualitatif, kelimpahan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu sangat jarang, kadang-kadang atau jarang, sering atau tidak banyak, banyak atau berlimpah dan sangat banyak. Dalam hubungan dengan komunitas hutan, keanekaragaman jenis bervariasi dari suatu tipe hutan dengan tipe hutan lain. Keanekaragaman bervariasi sesuai kondisi lahan. Bruenig 1995 mengemukakan bahwa keanekaragaman jenis secara konsisten menurun dari kandungan humus podsol dalam menuju dangkal sesuai kajian pada beberapa tipe hutan Dipterocarpaceae campuran – kerangas perbukitan – hutan kerapah di Sarawak, Brunei dan Cina selatan, serta Bana daerah Amazone. Kekayaan spesies berhubungan dan dibatasi kondisi tanah dimana terdapat zona perakaran, aerasi dan kelembaban tanah, kandungan hara dan kualitas humus. Penelitian ini juga di lakukan terhadap jenis liana. P´erez-Salicrup dan Meijere 2005 mengatakan bahwa liana penting bagi komponen floristik hutan tropis, dimana kelimpahan liana yang tinggi digunakan untuk membedakan hutan tropis dari hutan temperat. Liana mengurangi pertumbuhan individu pohon oleh persaingan pohon terhadap sumber daya cahaya, air, dan nutrisi. Liana mengurangi produksi buah di pohon dan kerusakan pohon secara fisik.

2.2. Vegetasi Hutan