Tabel 29. Nilai kategori pemanfaatan tumbuhan bawa dan liana
No Kategori pemanfaatan
Tumbuhan bawah dan liana 1 Bahan
pangan BP
6 2
Obat-obatan tradisional OT 26
3 Bahan bangunan
BB 14
4 Kayu bakar
KB 13
5 Upacara adat dan kegiatan sosial US
7 6 Alat
bertani AB
7 Alat berburu
AR 7
8 Alat penangkapan ikan AI
1 9 Alat
senjata AS
2 10
Alat membuat dan menyalakan api AA 11
Peralatan dapur, makan dan minum PD 12
Peralatan untuk transportasi PT 8
Jumlah 84
Kategori pemanfaatan tumbuhan bawah dan liana yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah pada kategori etnobotani sebesar 26,
kemudian bahan bangunan sebesar 14 dan kayu bakar sebesar 13. Data menunjukan bahwa pada liana ada 3 kategori yang tidak dimanfaatkan oleh
masyarakat yaitu pada kategori alat bertani; alat membuat dan menyalakan api; dan peralatan dapur, makan dan minum, dapat dilihat lampiran 25.
b. Kategori pemanfaatan berdasarkan jenis vegetasi
Pemanfaatan masyarakat
terhadap vegetasi baik tingkat pohon, tiang, pancang, semai dan tumbuhan merayap dan liana sangat tinggi hal ini disebabkan
karena ketersedian sumberdaya alam yang ada dan juga pengetahuan tradisional terhadap jenis vegetasi terhadap aspek pemanfaatan sehingga masyarakat ini tetap
survive terhadap lingkungan dimana mereka berada. Pemanfaatan jenis vegetasi berdasarkan tingkatan vegetasi sebagai berikut :
1. Tingkat pohon Dari 92 jenis pohon yang diperoleh dari hasil analisis vegetasi semuanya
memiliki nilai manfaat yang berbeda-beda sesuai dengan pengetahuan masyarakat terhadap jenis pohon tersebut lihat lampiran 11. Dari 92 jenis pohon dengan
jumlah total pemanfaatan 1622; ada 5 jenis yang mempunyai persentase pemanfaatan yang tinggi tercantum pada Tabel 30.
Tabel 30 : Persentase nilai pemanfaatan jenis pohon
No Nama Jenis
Nama lokal Famili
Jumlah Persen
1 2 3
4 5
6
1 Melicope sp. 1
Aikapi Rutaceae 52.75 3.25 2
Stemonurus ammui Kaneh. Sleumar Karati Icacinaceae
46.75 2.88 3
Glochidion novoguinense K.Sch. Awuwarrei Euphorbiaceae 43
2.65 4
Dalbergia sp.1 Pess Fabaceae
42.75 2.64
5 Dalbergia sp. 2
Rambe Fabaceae 35 2.16
Hasil identifikasi kategori pemanfaatan pada Melicope sp. 1 menunjukan bahwa dari 12 kategori pemanfaatan yang ada Melicope sp. 1 dimanfaatkan oleh
masyarakat sebanyak 10 kategori atau 83,3 dari 12 kategori tersebut selain bahan pangan BP dan alat membuat dan menyalakan api AA yang tidak
dimanfaatkan. Sedangkan pada jenis Stemonurus ammui Kaneh. Sleumar, Glochidion novoguinense K.Sch, Dalbergia sp 1, Dalbergia sp. 2 masing-masing
dimanfaatkan sebanyak 9 kategori oleh masyarakat atau 75 dari 12 kategori pemanfaatan. Maka rata-rata persentase pemanfaatan 92 jenis pohon adalah 5.36
44,66. 2. Tingkat tihang
Hasil analisis vegetasi untuk tingkat tiang diperoleh 53 jenis dapat dilihat pada Lampiran 27 yang keseluruhannya dimanfaatkan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari pada 12 kategori pemanfaatan. Persentase terbesar pada 5 jenis tiang dalam pemanfaatan jenis tiang dapat dilihat pada Tabel 31.
Tabel 31 : Persentase nilai pemanfaatan jenis tihang
No Nama Jenis
Nama lokal Famili
Jumlah Persen
1 2 3
4 5
6
1 Melicope sp. 1
Aikapi Rutaceae 52.75 5.71 2
Dalbergia sp. 1 Pess Fabaceae
42.75 4.62 3
Dalbergia sp. 2 Rambe Fabaceae 35 3.79
4 Syzygium sp. 5
Andori Myrtaceae 32.75 3.54
5 Spondias cytherea Sonnerat
Karisi Anacardiaceae 32.25 3.49
Tabel 31 menunjukan bahwa Melicope sp.1 merupakan jenis tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sama dengan tingkat pohon dimana
keduanya mempunyai jumlah manfaat sama yaitu 52.75, namun persentase pemanfaatan yang berbeda 3.25 pohon dan 5.71 tiang hal ini disebabkan karena
jumlah total jenis tingkat pohon dan tiang yang berbeda. Dalbergia sp. 1 dan Dalbergia sp. 2 terdapat juga pada tingkat pohon yang jumlah pemanfaatan jenis juga sama
dengan tiang 42.75 dan 35 namun persentase pemanfaatan yang berbeda antara tingkat pohon dan tiang. Jumlah total pemanfaatan jenis tiang adalah 923.50 dengan
rata-rata pemanfaatan berdasarkan 12 kategori sebesar 5.34 44.50. 3. Tingkat pancang
Tingkat pancang hasil analisis vegetasi lebih banyak dari tiang yaitu 79 jenis dapat dilihat pada lampiran 28.
Persentase terbesar 5 jenis pancang dalam pemanfaatan jenis pancang dapat dilihat pada Tabel 32.
Tabel 32 : Persentase nilai pemanfaatan jenis pancang
No Nama Jenis
Nama local Famili
Jumlah 1 2
3 4
5 6
1 Melicope sp. 1
Aikapi Rutaceae 52.75
4.65 2
Dalbergia sp. Pess Fabaceae
42.75 3.77
3 Xylopia caudata Hook.f. Thoms
Hemawe Annonaceae 34.50
3.04 4
Orophea sp. Somit
Annonaceae 34.50
3.04 5
Syzygium sp. 5 Andori Myrtaceae
32.75 2.89
Pada Tabel 8 menunjukan bahwa Melicope sp. 1 masih dominan di manfaatkan oleh masyarakat dengan jumlah kategori pemanfaatan 52.8 atau 4.65 jenis pancang
yang dimanfaatkan. Jumlah total pemanfaatan jenis pancang adalah 1134 dengan rata-
rata pemanfaatan berdasarkan 12 kategori sebesar 4.72 39.35. Untuk jenis Xylopia caudata Hook.f. Thoms dan Orophea sp. mempunyai jumlah pemanfaatan
berdasarkan kategori dan persentase yang sama 34.50 dan 3.04 Pada tingkat pancang lebih banyak jenis vegetasi dibanding tingkat tiang namun persentase
pemanfaatannya lebih tinggi dari pancang hal ini disebabkan karena rata-rata pemanfaatan berdasarkan 12 kategori lebih tinggi.
4. Tingkat semai Tingkat semai berbeda dengan tingkat vegetasi lainnya menyangkut
pemanfaatan, dimana pada tingkat semai terdapat 7 jenis yang tidak di manfaatkan oleh masyarakat dari 55 jenis. Secara umum jumlah total kategori manfaat pada tingkat
semai ada 123 atau 18.64 dengan rata-rata 2.24. Dapat dilihat pada Lampiran 29. Pada tingkat semai jumlah kategori manfaat per jenis hampir sama sehingga
hanya ditemukan 2 jenis saja yang dominan yaitu Syzygium sp. 4 dan Cyrtandra schumaniana Schltr dengan jumlah manfaatnya 15 dan 4.1.
5. Tumbuhan merayap dan liana Tumbuhan merayap dan liana yang didapat dari hasil penelitian ini berjumlah
41 jenis namun tidak semua dimanfaatkan oleh masyarakat, hanya 22 jenis atau 53.66 sedangkan 19 jenis 46.34 tidak dimanfaatkan ini menunjukan bahwa dari
total jenis lebih dari 50 dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari dalam 12 kategori pemanfaatan, dapat dilihat pada lampiran 30.
Jumlah total pemanfaatan jenis adalah 50 atau 10.16 dengan rata-rata pemanfaatan jenis 1.22.
Ouga 2000 mengatakan bahwa orang kota dan desa di Tanzania yang memanfaatkan pohon sebagai kayu bakar terbanyak adalah orang desa sedangkan
orang kota hanya 10 berdasarkan indikator waktu pemanfaatan yang didominasi 5 jenis yaitu Combretum spp, Julbernardia globiflora, Bridelia cathartica, Boscia
salicifolia, dan Dalbergia melanoxylon. Sedangkan untuk medis dari 35 jenis pohon yang digunakan dari organ akar 83 dari famili Mimosaceae.
Dengan data pemanfaatan tumbuhan pada setiap tingkat vegetasi bervariasi karena jumlah jenis dan jumlah manfaat setiap tingkatan berbeda. Namun secara garis
besar bahwa setiap tumbuhan masyarakat memanfaatkan. Menunjukan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap tumbuhan di kawasan CAPW sangat tinggi pada
12 kategori yang dibuat oleh peneliti. Perbedaan pemanfaatan tingkat vegetasi berdasarkan jumlah jenis dan persentase pemanfaatan pada Gambar 24.
.
Perbedaan pemanfaatan tingkat vegetasi berdasarkan jumlah jenis dan persentase
pemanfaatan
20 40
60 80
100
Po h
o n
Tia n
g P
a nc
an g
Se m
a i
T u
m b
uh an
ba w
a h
lia na
Tingkat vegetasi jum
la h j
e ni
s da
n
p e
rs en
ta se
jumlah jenis persentase
Gambar 24 : Perbedaan pemanfaatan tingkat vegetasi berdasarkan jumlah jenis dan persentase pemanfaatan
Selain dari kategori dan nilai pemanfaatan vegetasi, ada juga beberapa tumbuhan yang digunakan masyarakat Kabupaten Teluk Wondama sebagai bahan
biopestisida dan resin. e.
Botani biopestisida, merupakan tumbuhan bersifat racun dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berburu, menangkap ikan dan anti nyamuk, dapat dilihat
pada Tabel 33.
Tabel 33 : Pemanfaatan tumbuhan biopestisida
N0 Nama Jenis
Nama Lokal Famili
Manfaat 1
Evodia suaveolens Pohon nyamuk
Rutaceae Obat nyamuk
2 Artocarpus sp
Gomo Moraceae
Obat nyamuk 3
Derris sp Tuba
Fabaceae Racun ikan
4 Arcangelisia flava L Merr.
Tatu Menispermaceae Racun ikan
5 Microsperma macrocarpa
Buah sayap Menispermaceae
Berburu
Pada umumnya masyarakat adat Wondama menggunakan beberapa tumbuhan pada Tabel 33 sebagai tumbuhan yang bersifat biopestisida guna melindungi
diri dari nyamuk Evodia suaveolens dan Artocarpus sp, dimana Evodia suaveolens merupakan pohon selalu ditanam di halaman rumah dengan tujuan agar nyamuk tidak
mendekati ke rumah mengingat Papua adalah daerah endemik nyamuk sedangkan Artocarpus sp yang digunakan adalah bunga jantan dijemur hingga kering setelah itu
dibakar asapnya mengeluarkan aroma mengusir nyamuk. Mayoritas mata pencarian masyarakat Wondama adalah nelayan, bertani,
berburu dan meramu sagu; untuk mencari ikan secara tradisional masyarakat menggunakan tumbuhan sebagai racun ikan Derris sp dan Arcangelisia flava L
Merr.. Untuk meracuni ikan, batang dan akar dari Derris sp ditumbuk hancur lalu dimasukan ke dalam air yang ada ikan, pada batang dan akar tersebut menghasilkan
cairan berwarna putih susu mengandung racun. Sedangkan buah Arcangelisia flava L Merr dijemur kering setelah itu ditumbuk hancur bersama campuran makanan buat
ikan lalu dibuang pada daerah yang terdapat ikan. Masyarakat menggunakan Microsperma macrocarpa sebagai bahan racun
yang digosok pada alat berburu seperti panah dan tombak yang akan digunakan untuk berburu.
b. Resin, merupakan produk nir kayu dari pohon yang mengalami iritasi pada kulit kayu dan mengandung aroma, dapat dilihat pada Tabel 34.
Tabel 34 : Tumbuhan penghasil resin
No Nama Jenis
Nama Lokal Famili
1 Agathis sp.
Winu Araucariaceae
2 Aquilaria filaria Oken. Merr. Gaharu
Thymelaeaceae 3
Styrax sp. Kemenyan Styracaceae
4 Haplolobus floribundus
Niasi Flacourtiaceae
Secara umum tumbuhan pada Tabel 34 menghasilkan resin yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi selain itu digunakan dalam upacara ritual.
Agathis sp. Resinnya digunakan sebagai pengganti lilin dan menghasilkan aroma, Aquilaria filaria Oken. Merr dan Styrax sp digunakan dalam acara
ritual dan Haplolobus floribundus yang buahnya dimakan dan dicampur dengan sagu sagu buah hitam mempunyai nilai kultur yang tinggi.
c. Pembalakan kayu