BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy CAPW, Kabupaten Teluk Wondama Papua lihat Gambar 2. Waktu penelitian
dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu dari bulan April – Juni 2006.
Gambar 2 : Peta lokasi penelitian di CAPW Kabupaten Teluk Wondama Keterangan :
1, 2, 3 ......., 16 = titik lokasi petak contoh penelitian
1, 2, 3 dan 4 = titik lokasi bagian timur CAPW ketinggian 0-500 m dpl.
5, 6, 7 dan 8 = titik lokasi bagian timur CAPW ketinggian 500-1000 m dpl.
9, 10, 11 dan 12 = titik lokasi bagian barat CAPW ketinggian 500-1000 m dpl. 13, 14, 15 dan 16 = titik lokasi bagian barat CAPW ketinggian 0-500 m dpl
4.2. Obyek, Alat dan Bahan
Sumber : Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional BAKOSURTANAL
LOKASI
Obyek penelitian adalah komunitas hutan yang berada di CAPW dan masyarakat adat Wondama. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat
tulis menulis, alat visual kamera dan handycam, alat perekam tape recorder, GPS, haga hypsometer, altimeter, binokuler, kompas, peta bumi, kuisioner,
meteran rol, pita ukur, dan gunting stek. Sementara bahan yang digunakan adalah kantong plastik, tali plastik, label spesimen, kertas koran dan alkohol 90
sebagai pengawet sampel herbarium.
4.3. Metode Penelitian 4.3.1.
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan cara analisis vegetasi dan wawancara dengan bantuan
kuisioner terhadap tokoh masyarakat, ketua adat, aparat desa dan dusun. Data sekunder diperoleh dengan menghimpun data yang sudah ada sesuai
keperluan penelitian.
A. Data primer
1 Data vegetasi mencakup :
a. Jumlah pohon, jumlah jenis, diameter setinggi dada, dan tinggi vegetasi
untuk kepentingan pembuatan diagram profil untuk tingkat pohon dan tihang
b. Jumlah jenis vegetasi tingkat pancang dan semai serta tumbuhan
bawahliana c.
Pemanfaatan vegetasi yang di peroleh di kawasan CAPW 2
Data faktor lingkungan meliputi : a.
Data tanah berupa sifat fisik dan kimia tanah
b. Data topografi berupa persen kemiringan lahan
c. Aktivitas sosial yang ada di kawasan CAPW
Sedang langkah yang harus ditempuh dalam pengumpulan data terbagi beberapa kategori :
1. Analisa vegetasi mendapatkan komposisi jenis dan struktur tegakan
Pada dua zona ketinggian 0-500 dan 500-1000 m dpl diamati sebelah barat dan timur Gunung Wondiboy, total petak contoh 16 buah
berukuran 20 x 20 m dilakukan pencatatan jumlah jenis, diameter setinggi dada dan tinggi pohon. Dalam tiap petak contoh 20 x 20 m dibuat masing-
masing sub petak contoh berukuran 10 m x 10 m untuk mengamati jumlah jenis, diameter setinggi dada, dan tinggi individu jenis tingkat tihang.; sub
petak contoh 5 m x 5 m untuk pengamatan permudaan tingkat pancang dan untuk sub petak contoh berukuran 2 m x 2 m untuk pengamatan semai,
herba, semak, paku-pakuan dan lianamerambat. Berdasar komposisi jenis dari tiap petak contoh, kemudian dilakukan perhitungan ukuran
keanekaragaman jenis kekayaan, kemerataan dan kelimpahan jenis spesies. Pembuatan 1 jalur transek dibuat memotong garis topografi,
dengan jarak pembuatan petak contoh dari jalur transek 100 meter ke kiri dan kanan.
Pembuatan petak contoh berdasar ketinggian permukaan laut dengan interval rata-rata 125 m dengan maksud agar setiap zona diperoleh
empat petak contoh. Berdasar ketinggian maksimal yang dicapai, penyebaran tipe
hutan secara vertikal dari garis transek ini dikelompokan ke tipe hutan
hujan Tropika Daratan Rendah Low Land Tropical Rain Forest yang tumbuh di antara 2 – 1000 mdpl Nasendi 1989. Maka pengelompokan
zona menjadi dua yaitu ketinggian 0 – 500 dan 5000 – 1000 m dpl sebelah timur dan barat Gunung Wondiboy sehingga total terdapat 4 zona.
Untuk pengamatan dan inventarisasi maka petak dalam jalur dibagi berdasar perbedaan fase pertumbuhan Kusmana, 1997, yakni:
• Semai, herba dengan ketinggian maksimal 1,5 m dalam petak berukuran 2x2 m.
• Pancang, permudaan tinggi 1,5 m dengan diameter 2 - 10 cm dalam petak sampel berukuran 5 x 5 m.
• Tihang, pohon muda berdiameter 10 - 20 cm dalam petak berukuran 10 x 10 m
• Pohon, pohon dewasa berdiameter 20 cm dalam petak berukuran 20 x 20m,
2. Sampel tanah
Pengambilan sampel tanah pada masing-masing petak contoh yang diamati Lampiran 36. Untuk kepentingan analisa laboratorium, tanah di
ambil pada kedalaman 10 – 30 cm secara komposit. 3. Wawancara terfokus
Kegiatan wawancara dilakukan untuk menentukan skor nilai pada setiap kategori manfaat terhadap tingkat jenis individu menggunakan
metode PDM Pebble Distribution Methods atau Metode Distribusi Kerikil Douglas. et al. 2002, dengan obyek digunakan dalam pemberian
skor adalah buah pinang Areca catechu.
Wawancara dilakukan terhadap 15 orang sebagai sampel informan terdiri dari 10 orang laki-laki dan 5 orang perempuan.
a. Kategori manfaat jenis vegetasi
Total jumlah buah pinang yang digunakan dalam simulasi pemberian skor terhadap jenis tumbuhan adalah 100 buah 100; dengan rata-rata
informan mendapat 6-7 buah. Dengan interval kategori 0 – 3 dalam arti 0 = tidak ada manfaat; 1 = manfaat sedikit; 2 = manfaat sedang dan 3 =
manfaat banyak. Nilai manfaat akan dihitung total setiap kategori pemanfaatan oleh masyarakat dari 12 kategori yang digunakan.
b. Nilai guna jenis vegetasi
Nilai guna setiap jenis vegetasi dilakukan pada 2 informan dengan masing-masing informan 2 kejadian sehingga total 4 kejadian pada
kedua informan. Setiap kegunaan jenis tumbuhan akan ditanyakan kepada kedua informan dengan pengulangan pertanyaan interval waktu
1-2 hari dimana ada penambahan kegunaan jenis tumbuhan tersebut atau tidak.
Berikut ini ditampilkan gambar mengenai teknik pengumpulan data untuk kepentingan analisa vegetasi, dimana petak 2 x 2 m untuk pengamatan tingkat
semai, herba, semak dan tumbuhan merayapliana; petak 5 x 5 m untuk tingkat pancang; petak 10 x 10 untuk pengamatan tingkat tihang dan 20 x 20 m untuk
pengamatan tingkat pohon Gambar 3
Gambar 3. Teknik pengumpulan data untuk kepentingan analisa vegetasi a = 2 m x 2 m; b = 5 m x 5 m; c = 10 m x 10 m; d = 20 m x 20 m.
B. Data Sekunder
Data sekunder dikumpulkan meliputi : a.
Kondisi biofisik kawasan CAPW : letak dan luas, tofografi, tanah dan geologi, iklim, hidrologi, aksesibilitas dan komunikasi, penggunaan
lahan, vegetasi. b.
Kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat : penduduk, kepadatan, mata pencaharian, pemukiman, tingkat pendidikan,
kesehatan, agama dan kepercayaan. c.
Biopestisida : pestisida botani yang digunakan masyarakat tumbuhan beracun untuk berburu, pengobatan
d. Resin : produk nir kayu dari pohon mengalami iritasi kulit kayu;
bernilai ekonomi tinggi gaharu, damar, kemenyan, dll. d
d c
b a
c b
a
4. 4. Analisis Data 4. 4. 1. Dominansi spesies tumbuhan
Perhitungan dominansi spesies tumbuhan baik tingkat pohon dan permudaan dan tumbuhan bawah ditentukan dengan menghitung indeks
nilai penting INP dengan persamaan sebagai berikut Mueller-Dombois dan Ellenberg 1974 :
1. Tingkat pohon dan tihang
Kerapatan = contoh
petak Luas
individu Jumlah
100 X
jenis seluruh
Kerapatan jenis
satu Kerapatan
KR Relatif
Kerapatan =
contoh petak
seluruh Jumlah
jenis suatu
ditemukan contoh
petak Jumlah
Frekwensi =
100 X
jenis seluruh
Frekwensi jenis
satu Frekwensi
FR Relatif
Frekwensi =
contoh petak
Luas dasar
bidang Jumlah
Dominasi =
100 X
jenis seluruh
Dominansi jenis
satu Dominansi
DR Relatif
Dominasi =
Indeks Nilai Penting INP = KR + FR + DR
2. Tingkat pancang, semai dan tumbuhan bawah
Kerapatan = contoh
petak Luas
individu Jumlah
100 X
jenis seluruh
Kerapatan jenis
satu Kerapatan
KR Relatif
Kerapatan =
contoh petak
seluruh Jumlah
jenis suatu
ditemukan contoh
petak Jumlah
Frekwensi =
100 X
jenis seluruh
Frekwensi jenis
satu Frekwensi
FR Relatif
Frekwensi =
Indeks Nilai Penting INP = KR + FR
4. 4. 2. Perbedaan kondisi komunitas tumbuhan
Gambaran perbedaan komunitas tumbuhan disajikan melalui ordinasi jenis tumbuhan dominan di dalam petak contoh. Langkah ordinasi adalah sebagai
berikut Krebs 1989 dan Cox 2002 :
1. Indek similaritas IS
100 B
A 2W
IS X
+ =
di mana
IS = indeks kesamaan Sorenson A = jumlah jenis di dalam contoh A
B = jumlah jenis di dalam contoh B W = jumlah jenis yang sama dari jenis-jenis yang terdapat pada contoh yang
dibandingkan
2. Indek disimilaritas ID
ID = 100 – IS 3.
Tentukan posisi dalam sumbu pertama X a.
Tentukan posisisi komunitas lain X, menggunakan rumus BEAL : L
2
+ D
A 2
– D
B 2
x = 2L
dimana : L = Nilai disimilaritas antara A dan B
D
A
= Nilai disimilaritas komunitas A; yang ditanyakan D
B
= Nilai disimilaritas komunitas B; yang ditanyakan b.
Untuk mengetahui posisi komunitas pada sumbu ke dua Y maka perlu dihitung besar derajat kesesuaian terkecil poorness of fit {e} untuk masing-masing pengamatan dengan
formula :
e = D
A 2
– x
2
dimana : x = Posisi terhitung pada sumbu pertama
4. Tentukan posisi dalam sumbu ke dua Y
5. Gambarkan posisi titik-titik pengamatan tersebut dalam bidang yang dibentuk oleh sumbu X
dan Y
Perbandingan gambaran ordinasi disajikan berdasar ketinggian kedua zona topografi guna mengetahui hubungan vegetasi serta jenis dominan komunitas
petak contoh dalam bentuk matriks.
4. 4. 3. Hubungan antara kondisi vegetasi dan faktor lingkungan
Dalam mengetahui beberapa hal yang mempengaruhi terbentuknya hubungan antara kondisi tumbuhan dengan kondisi lingkungan faktor-faktor
lingkungan, dilakukan analisa data menggunakan teknik ordinasi Principal Component Analysis PCA.
Dua pendekatan yang digunakan dalam mengetahui hubungan kondisi vegetasi dan faktor-faktor lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Analisa ordinasi kedudukan hutan kawasan CAPW menggunakan variabel vegetasi dan lahan. Variabel vegetasi yaitu indeks keanekaragaman jenis;
variabel kondisi lahan yaitu pH, tekstur, kemiringan, bahan organik, altitude. 2. Analisa ordinasi keberadaan jenis-jenis pohon dalam suatu kondisi vegetasi dan
lahan tertentu.
4. 4. 4. Indeks Keanekaragaman Jenis
Indeks keanekaragaman ditentukan meliputi kekayaan jenis, kelimpahan jenis dan kemerataan Ludwig dan Reynolds 1988.
1. Kekayaan jenis Species richness
Indeks kekayaan jenis dihitung menggunakan indeks kekayaan jenis Margalef R’, yakni sebagai berikut :
R’ = S – 1Ln. N di mana
S = jumlah jenis teramati N = jumlah total individu yang teramati
Ln = logaritma natural
2. Kelimpahan jenis Species Abundance
Penentuan indeks kelimpahan jenis pada penelitian ini menggunakan indeks Shannon-Wiener, dihitung dengan formula berikut :
s H’ = -
∑ pi ln pi i =1
di mana H’ = indeks diversitas Shannon
s = jumlah jenis pi = proporsi jumlah individu ke-i
ln = log natural
3. Kemerataan jenis species evenness
Kemerataan jenis merupakan derajat kemerataan kelimpahan individu antara setiap jenis. Kemerataan jenis ditentukan dengan menggunakan Modified
Hill’s ratio dengan persamaan sebagai berikut :
H’ E =
LnS di mana
E = indeks kemerataan dari rasio Hill H’ = indeks diversitas Shannon
S = jumlah jenis
4. 4. 5. Nilai manfaat vegetasi
Selanjutnya untuk mendukung hasil analisa kuantitatif dihitung nilai guna setiap jenis tumbuhan. Analisa ini kembangkan oleh Oliver Philips Martin 1998
sebagai berikut:
Σ
UVn
is
UVs = n
s
di mana UV
s
, = nilai manfaat keseluruhan dari jenis s UVn
is
= nilai manfaat jenis s berdasarkan informan n n
s
= jumlah total informan yang yang diwawancarai untuk jenis s
Dalam penelitian ini nilai manfaat jenis s merupakan jumlah ke-12 kategori pemanfaatan yang diperoleh dari informan sebanyak 15, 10 laki dan 5 perempuan,
sedangkan nilai guna diperoleh dari 2 informan dengan 2 kejadian.
4. 4. 6. Diagram profil vegetasi
Diagram profil dibuat untuk memperoleh gambaran komposisi, struktur vertikal dan horizontal suatu vegetasi sehingga memberikan informasi mengenai
dinamika pohon dan kondisi ekologinya. Profil ini juga dapat diketahui interaksi
antara masing-masing individu pohon dan peranannya dalam ekosistim suatu komunitas vegetasi.
Pembuatan petak contoh yang diamati berdasarkan ketinggian pada dua sisi gunung barat dan timur yang berbeda diwakili oleh vegetasi yang
menempati ketinggian 0 – 500 mdpl dan 500 - 1000 mdpl, sehingga ada 4 diagram profil vegetasi yang akan mewakili di kawasan CAPW . Gambaran yang disajikan
merupakan proyeksi dari kondisi vegetasi pohon, tihang dan pancang dalam suatu areal dengan lebar 10 m dan panjang 60 meter pada ketinggian dari permukaan
laut yang berbeda dan kemiringan yang juga berbeda.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN