IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Komposisi tangkapan dan sebaran panjang
Ikan layur superfamili Trichiuroidea yang diteliti selama bulan Juli- November berjumlah 198 ekor terdiri dari 71 ekor jenis T. lepturus, 105 ekor L.
savala, dan 22 ekor G. serpens. Komposisi dan frekuensi jumlah ikan yang
tertangkap selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 . Komposisi dan frekuensi ikan hasil tangkapan selama penelitian
Berdasarkan Tabel 5, terlihat adanya perbedaaan komposisi dan jumlah ikan yang tertangkap pada masing-masing bulan pengamatan. Pada bulan Juli terlihat
hanya ada dua spesies ikan layur yang tertangkap yaitu T. lepturus dan L. savala sedangkan dari jenis G. serpens tidak tertangkap. Ketiga spesies ikan layur
tertangkap pada bulan September dan November namun dengan jumlah yang berbeda-beda. Berdasarkan jumlah ikan yang tertangkap selama 3 bulan
pengamatan, terlihat bahwa G. serpens yang memiliki frekuensi terendah dengan jumlah 22 ekor. Sedangkan frekuensi tertinggi terdapat pada jenis L. savala
dengan jumlah 105 ekor. Hal ini diduga terkait dengan kebiasaan hidup dari masing-masing spesies. Menurut Nakamura dan Parin 1993, ikan layur jenis G.
serpens jika telah mencapai ukuran dewasa akan cenderung hidup sendiri atau
soliter. Nakamura dan Parin 1993 juga mengatakan bahwa belum ada perikanan
Jenis Waktu
Juli September November
F Panjang
mm Berat
gram F
Panjang mm
Berat gram
F Panjang
mm Berat
gram T.
lepturus 34
643,41± 100,37
172,92± 59,11
31 719,23±
217,03 296,43±
196,91 6
768,33± 94,50
383,52± 157,90
L. savala
23 666,87±
73,68 214,46±
57,15 50
606,60± 133,31
228,46± 143,08
32 666,66±
52,86 269,62±
78,92 G.
serpens - -
- 12
725,17± 44,20
486,52± 101,75
10 731,70±
89,87 496,44±
227,87
khusus terhadap G. serpens. Layur jenis ini biasanya tidak sengaja tertangkap dengan menggunakan rawai tuna. Keadaan ini membuat kemungkinannya untuk
tertangkap juga semakin kecil. Hal inilah yang diduga menjadi penyebab sedikitnya jumlah G. serpens yang tertangkap selama penelitian.
Berbeda dengan G. serpens, jumlah T. lepturus dan L. savala yang tertangkap selama penelitian lebih banyak yaitu 71 dan 105 ekor. Hal ini diduga
terkait dengan kebiasaan hidup kedua jenis ikan layur ini. Menurut Parin 1986, T. lepturus
dan L. savala merupakan ikan yang hidup secara bergerombol schooling. Keadaan ini membuat kemungkinan kedua jenis ikan ini untuk
tertangkap semakin besar. Selain itu, perairan pantai Pulau Jawa dan perairan Palabuhanratu diduga menjadi daerah penyebaran utama kedua jenis layur ini. Hal
ini didasarkan pada pernyataan Nontji 2005 yang mengatakan bahwa jenis layur yang banyak terdapat di perairan pantai Pulau Jawa adalah T. lepturus. Sedangkan
Anita 2003 menyatakan bahwa ikan layur yang banyak tertangkap di Teluk Palabuhanratu adalah dari jenis L. savala.
Berdasarkan bulan pengamatan, terlihat adanya perbedaan hasil tangkapan. Hasil tangkapan tertinggi terdapat pada bulan September dengan jumlah
tangkapan sebanyak 93 ekor. Pada bulan Juli, ikan yang tertangkap berjumlah 57 ekor. Sedangkan pada bulan November, ikan yang tertangkap berjumlah 48 ekor.
Perbedaan jumlah hasil tangkapan diduga terkait dengan musim penangkapan yang dapat mempengaruhi aktivitas penangkapan. Penangkapan ikan pada
penelitian ini dilakukan pada bulan Juli, September, dan November. Antara bulan Juli – September, perairan Palabuhanratu sedang mengalami musim timur yang
merupakan musim banyak ikan. Pada saat musim timur, kondisi perairan relatif tenang, angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan
ikan cukup tinggi pada musim ini Pariwono dkk., 1988. Meningkatnya aktivitas penangkapan diduga meningkatkan jumlah ikan yang tertangkap di Palabuhanratu.
Adapun pada bulan November termasuk pada musim peralihan antara musim timur ke musim barat dan merupakan musim sedang ikan sehingga hasil
tangkapan tidak sebanyak hasil tangkapan pada saat musim timur. Kisaran panjang total dan berat pada ketiga spesies layur juga berbeda-beda.
Berdasarkan Gambar 6, terlihat bahwa T. lepturus memiliki kisaran panjang total
yang lebih luas dari L. savala dan G. serpens. Hal ini dikarenakan T. lepturus memiliki kemampuan untuk mencapai panjang total yang lebih tinggi dari kedua
spesies layur lainnya. Nakamura dan Parin 1993 menyatakan bahwa T. lepturus dapat tumbuh hingga mencapai panjang 120 cm. Bahkan Parin 1986 dan Nontji
2005 menyatakan bahwa panjang total yang dapat dicapai oleh T. lepturus mencapai 150 cm. Sedangkan panjang maksimum yang dapat dicapai olah L.
savala dan G. serpens hanya 100 cm. Kisaran panjang total dan kisaran berat
ketiga spesies layur yang diamati selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 6 .
Pa nj
an g G
. s er
p ens
P a
nj an
g mm Berat gram
2 0 0 4 0 0
6 0 0 8 0 0
1 0 0 0 1 2 0 0
Panj ang
T. le ptu
ru s
Pa nja
ng L.
sa val
a Be
ra t T.
le pt
u rus
Be ra
t L. sa
val a
B era
t G. s
erp en
s
Gambar 6. Kisaran panjang dan berat pada ketiga spesies layur
Ukuran panjang total ikan layur jenis T. lepturus berkisar antara 270–991 mm dan terbagi menjadi dua belas selang kelas panjang. Frekuensi tertinggi
terdapat pada bulan Juli dengan jumlah 10 ekor. Modus ini berada pada selang 514-574 mm dan 575-635 mm. Kisaran panjang L. savala antara 310–951 mm
dan terbagi menjadi 12 selang kelas panjang. Frekuensi tertinggi berada pada selang 634-687 mm dengan jumlah 14 ekor. Modus ini terjadi pada bulan
November. Sedangkan G. serpens panjang totalnya antara 624–905 mm dan terbagi menjadi 8 selang kelas panjang. Frekuensi tertingginya berada pada selang
696-731 mm dan 732-767 mm dengan jumlah 4 ekor. Modus ini terjadi pada
bulan September. Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang untuk masing-masing spesies ikan layur dapat dilihat pada Gambar 7, 8, dan 9 berikut ini.
Berdasarkan Gambar 7, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada T. lepturus. Selama bulan Juli sampai November terlihat
adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke
kelas ukuran yang lebih rendah. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai November terdapat minimal dua kelompok ukuran.
Pada bulan Juli modus frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 514-574 mm dan 575-635 mm. Sedangkan pada bulan September, modus
frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 758-818 mm dan 819-879 mm. Hal ini menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran pertama
yaitu dari bulan Juli sampai September. Pada bulan November, modus frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada
pada selang 636-696 mm. Hal ini menunjukkan adanya recruitment baru ke dalam stok ikan T. lepturus.
Berdasarkan Gambar 8, terlihat adanya pergeseran sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada L. savala. Selama bulan Juli sampai November terlihat
adanya dua pergeseran sebaran panjang. Pergeseran pertama terjadi pada bulan Juli dan September. Pada bulan November, sebaran frekuensi panjang bergeser ke
kelas ukuran yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan selama bulan Juli sampai November terdapat minimal dua kelompok ukuran.
Pada bulan Juli modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 580-633 mm dan 634-687 mm. Pada bulan September modus sebaran
frekuensi kelas ukuran panjang berada pada selang 580-633 mm, namun puncak kurva cenderung bergeser ke kiri dikarenakan pada bulan Juli terdapat dua modus
kelas ukuran panjang yaitu pada selang 580-633 mm dan 634-687 mm. Pada bulan November, modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke kelas
ukuran yang lebih tinggi yaitu berada pada selang 634-687 mm. Hal ini menunjukkan terjadi pertumbuhan panjang pada kelompok ukuran kedua yaitu
dari bulan September sampai November.
2 4
6 8
10 12
Juli
n = 34
Fr ekuensi
indi v
idu
2 4
6 8
10 12
September
n = 31
Selang kelas mm
270- 33
33 1-
391 392
-4 52
453- 51
3 51
4- 57
4 575
-6 35
636- 69
6 69
7- 75
7 758
-8 18
819- 87
9 88
0- 94
941- 10
01 2
4 6
8 10
12
November
n = 6
Gambar 7 . Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang T. lepturus
2 4
6 8
10 12
14 Juli
Fr ekuensi
indiv idu
2 4
6 8
10 12
14 September
Selang kelas mm
310- 36
3 36
4- 41
7 418
-4 71
472- 52
5 52
6- 57
9 580
-6 33
634- 68
7 688
-7 41
742- 79
5 79
6- 84
9 850
-9 03
904- 95
7 2
4 6
8 10
12 14
November
n = 23
n = 50
n = 32
Gambar 8 . Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang L. savala
Selang kelas mm Frekuensi indi
v idu
1 2
3 4
5
September
62 4-
659 66
0-6 95
69 6-7
31 73
2-7 67
76 8-8
03 80
4-8 39
84 0-
875 87
6-9 11
1 2
3 4
5 November
n = 12
n = 10
Gambar 9 . Sebaran frekuensi kelas ukuran panjang G. serpens
Berdasarkan Gambar 9, hanya terlihat satu pergeseran modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada G. serpens. Hal ini dikarenakan pada bulan
Juli tidak terdapat sampel G. Serpens. Modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang pada bulan September berada pada selang 696-731 mm dan 732-767 mm.
Pada bulan November, modus sebaran frekuensi kelas ukuran panjang bergeser ke
kelas ukuran yang lebih rendah yaitu berada pada selang 660-695 mm. Hal ini menunjukkan antara bulan September sampai November terjadi recruitment baru
ke dalam stok ikan G. serpens. Namun hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut karena jumlah sampel G. serpens yang diamati selama penelitian hanya berjumlah 22
ekor dan dikhawatirkan tidak dapat menjelaskan keadaan sebenarnya. Berdasarkan Gambar 7, 8, dan 9 terlihat sebaran panjang untuk semua
spesies mengelompok pada ukuran 514-879 mm. Hal ini terjadi karena nelayan Palabuhanratu menggunakan pancing longline dan handline sebagai alat tangkap
utama yang memiliki tingkat selektivitas cukup tinggi. Alat tangkap jenis pancing hanya dapat menangkap ikan-ikan yang memiliki ukuran mulut lebih besar atau
minimal sama dengan ukuran mata pancing. Pada umumnya nelayan Palabuhanratu menggunakan ukuran mata pancing nomor 8 komunikasi pribadi,
2008 namun ada juga yang menggunakan ukuran mata pancing nomor 7-9 Prayitno, 2006. Faktor lain yang menjadi penyebab seragamnya ukuran ikan
layur adalah ikan layur yang tertangkap di Palabuhanratu umumnya untuk tujuan ekspor. Menurut Anita 2003, ikan layur yang diekspor memiliki kisaran berat
antara 200-700 gramekor. Kisaran ini terbagi menjadi tiga kategori yaitu 200-300 gramekor, 300-500 gramekor, dan 500-700 gramekor. Masing-masing kategori
memiliki harga yang sedikit berbeda. Dengan adanya ketentuan ini, diduga nelayan berupaya menangkap ikan layur yang masuk dalam kategori ekspor dan
memiliki harga tertinggi. Penelitian tentang T. lepturus yang dilakukan oleh Herianti dkk. 1992 di
Utara Tuban-Lamongan mendapatkan kisaran panjang antara 200-800 mm dengan panjang rata-rata 484 mm. Nilai ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di
Palabuhanratu yang mendapatkan kisaran panjang total lebih luas yaitu 270-991 mm. Herianti dkk. 1992 menyatakan bahwa T. lepturus yang diteliti merupakan
ikan hasil tangkapan cantrang. Cantrang merupakan alat tangkap yang berupa pukat dasar. Alat tangkap ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan dasar
seperti bawal hitam. Namun dalam pengoperasiannya tidak jarang menangkap ikan lain seperti layur. Berbeda dengan alat tangkap yang digunakan oleh nelayan
di daerah Utara Tuban-Lamongan, nelayan Palabuhanratu umumnya menangkap T. lepturus
menggunakan pancing bernomor 7-9 Prayitno, 2006. Adanya
perbedaan penggunaan alat tangkap yang juga memiliki perbedaan selektivitas diduga menjadi penyebab berbedanya ukuran ikan antara kedua lokasi.
4.2. Analisis karakter