Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter Hubungan panjang-berat

Tabel 4 . Perbandingan ukuran karakter morfometrik ikan layur No Perbandingan ukuran 1 Panjang total : Panjang kepala 2 Panjang total : Tinggi badan 3 Panjang kepala : Tinggi kepala 4 Panjang kepala : Lebar kepala 5 Panjang kepala : Diameter mata 6 Panjang kepala : Panjang hidung 7 Panjang kepala : Panjang rahang atas 8 Panjang kepala : Panjang rahang bawah 9 Panjang rahang bawah : Panjang rahang atas 10 Tinggi badan : Tinggi kepala 11 Panjang prepectoral : Panjang predorsal

3.4.3. Analisis karakter meristik, hubungan antar karakter

morfometrik, dan hubungan antar perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing spesies dan antar spesies Analisis karakter meristik dilakukan untuk mengetahui kisaran nilai masing- masing karakter meristik. Dari kisaran nilai ini kemudian ditentukan modusnya. Nilai kisaran dan modus inilah yang menjadi dasar dalam penulisan rumus suatu karakter meristik. Analisis karakter morfometrik dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menganalisis masing-masing karakter morfometrik yang diukur. Tahap kedua adalah menganalisis perbandingan karakter morfometrik yang telah ditentukan misal perbandingan antara panjang total dengan panjang hidung. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui karakter morfometrik dan perbandingan karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya. Seluruh karakter morfometrik dan perbandingan karakter morfometrik dianalisis menggunakan program PCA Principal Components Analysis. Dari hasil analisis akan didapat suatu matriks data yang nilai-nilainya menunjukkan seberapa dekat suatu karakter memiliki keterkaitan dengan karakter lainnya. Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau positif antar parameter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan yang berbanding lurus antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Sedangkan nilai negatif yang mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding terbalik antar karakter. Artinya peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh penurunan satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain Dewi, 2005.

3.4.5. Hubungan panjang-berat

Untuk menganalisis hubungan panjang-berat masing-masing spesies ikan layur digunakan rumus sebagai berikut Effendie, 1997 : W = a L b Keterangan : W = Berat L = Panjang a = Intersep perpotongan kurva hubungan panjang berat dengan sumbu y b = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan sebagai berikut : Log W = Log a + b Log L Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan log W sebagai ‘y’ dan Log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaan regresi : y = a + bx Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t uji parsial, dengan hipotesis Steel and Torie, 1993 dalam Effendie, 1997 : H : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik. H 1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu : • Allometrik positif, jika b3 pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang dan, • Allometrik negatif, jika b3 Pertambahan panjang lebih cepat daripada pertambahan berat. t hitung = 1 1 Sb b b − Keterangan : b 1 = Nilai b dari hubungan panjang berat b 0 = 3 Sb 1 = Simpangan koefisien b Bandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel pada selang kepercayaan 95. Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan, kaidah keputusan yang diambil adalah : t hitung t tabel : tolak hipotesis nol H t hitung t tabel : gagal tolak hipotesis nol

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN