Hubungan panjang-berat Kondisi umum daerah penelitian

2.7. Hubungan panjang-berat

Analisa hubungan panjang-berat bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ikan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Nilai yang didapat dari perhitungan panjang dengan berat dapat digunakan sebagai pendugaan berat dari panjang. Selain itu, keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan lingkungan terhadap ikan dapat diketahui Effendie, 1997. Hasil analisis hubungan panjang-berat akan menghasilkan suatu nilai konstanta b, yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Effendie 1997 menyebutkan bahwa pada ikan yang memiliki pola pertumbuhan isometrik b=3, pertambahan panjangnya seimbang dengan pertambahan berat. Sebaliknya pada ikan dengan pola pertumbuhan allometrik b ≠3, pertambahan panjang tidak seimbang dengan pertambahan berat. Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik positif bila b3, yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan allometrik negatif apabila nilai b3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat Ricker, 1970 dalam Effendie, 1997.

2.8. Kondisi umum daerah penelitian

Perairan Palabuhanratu merupakan sebuah perairan teluk di pantai selatan Pulau Jawa dan berhubungan langsung dengan Samudera Hindia. Secara administratif Teluk Palabuhanratu termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi dengan luas ± 27.210,130 Ha yang terletak pada posisi geografis 6 57’ – 7 07’ LS dan 106 22’ – 106 33’ BT Pariwono dkk., 1988. Berdasarkan topografi dasar perairannya, perairan dangkal di Teluk Palabuhanratu dapat dijumpai sampai jarak 300 meter dari garis pantai dengan kedalaman kurang dari 200 meter. Semakin jauh dari pantai akan dijumpai lereng kontinen dengan kedalaman lebih dari 600 meter Pariwono dkk., 1988. Perairan Palabuhanratu memiliki kadar salinitas yang cukup tinggi yaitu berkisar antara 30 – 33 00 . Tingginya kadar salinitas tersebut dipengaruhi oleh curah hujan presipitasi dan penguapan evaporasi. Selain itu, adanya hubungan yang terbuka dengan Samudera Hindia dapat meningkatkan kadar salinitas di Palabuhanratu. Terdapat dua pola musim di perairan Palabuhanratu yang berpengaruh terhadap aktivitas penangkapan ikan, yaitu musim timur yang berlangsung dari bulan Juni hingga September dan musim barat yang berlangsung dari bulan Desember hingga Februari. Kondisi perairan pada musim timur relatif tenang, angin serta gelombang tidak begitu besar sehingga aktivitas penangkapan ikan cukup tinggi pada musim ini. Periode ini berlangsung pada musim kemarau. Hal yang sebaliknya terjadi pada musim barat. Pada musim ini, angin dan gelombang laut cukup tinggi sehingga menyulitkan nelayan untuk melaut. Pada musim barat umumnya aktivitas penangkapan ikan akan menurun. Diantara kedua musim tersebut terdapat musim peralihan pertama yaitu antara bulan Maret sampai Mei dan musim peralihan kedua yang berlangsung antara bulan Oktober sampai November. Penduduk sekitar Palabuhanratu sebagian besar berprofesi sebagai nelayan tradisional yang menggunakan pancing, jaring apus, dan payang sebagai alat tangkap utama. Hasil tangkapan utamanya antara lain ikan layur Trichiurus sp., ikan tembang Sardinella fimbriata, dan ikan tongkol Euthynnus sp..

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan selama lima bulan yaitu dari bulan Juli 2007 hingga bulan November 2007. Ikan contoh yang diteliti merupakan ikan hasil tangkapan nelayan Palabuhanratu, Sukabumi, Jawa Barat. Koordinat lokasi penangkapan ikan layur tidak tersedia, sehingga gambaran lokasi masih bersifat umum. Pengambilan ikan contoh dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan contoh acak. Ikan contoh kemudian dibawa ke Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor untuk penganalisaan lebih lanjut terhadap panjang, berat, dan karakter morfometrik- meristiknya. Berikut ini disajikan peta lokasi penelitian Gambar 4. Gambar 4 . Peta lokasi penelitian Lokasi Penelitian