Implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari informan pegawai Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang terdapat 1 orang 16,67 yang memiliki jabatan sebagai Kepala Seksi yaitu Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan , dan 2 orang 33,33 yang memiliki jabatan sebagai Kepala Sub seksi yaitu Kepala Sub Seksi Pengendalian Pertanahan serta Kepala Sub Seksi Pemberdayaan Masyarakat, sedangkan yang 3 orang 50 lainnya hanya staf. Dari data diatas dapat diketahui bahwa responden pegawai yang terlibat langsung LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah sebagian besar didominasi oleh staf.

V.2 Implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan

Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita Kebijakan publik yang telah ditetapkan dan disetujui seyogianya dilaksanakan secara maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Pelaksanaan kebijakan publik ini disebut dengan implementasi yang memiliki tahapan yang bersifat praktis dan tentunya dibedakan dengan tahapan formulasi yang bersifat reoritis. Implementasi kebijakan merupakan proses administratif yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah atau pelaksana teknis sesuai dengan ketetapan yang ada didalam kebijakan itu sendiri dengan mendayagunakan setiap sumber daya dan sumber dana yang ada. Terdapat empat pola implementasi kebijakan yakni kebijakan yang berpola “dari atas ke bawah” atau top downer, dari “bawah ke atas” atau bottem topper, implementasi yang berpola paksa command and control dan mekanisme pasar economic incentive. Implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita di Pemerintah Kabupaten Deli Serdang merupakan sebuah kebijakan yang memiliki pola top bottemer atau top down karena pada hakekatnya peraturan pemerintah ini merupakan kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh pemerintah untuk rakyat atau publik dan partisipasi yang ada berbentuk mobilisasi. Implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita ini dapat dilihat dari model implementasi Edward yang dilihat melalui variabel-variabel dibawah ini:

1. Komunikasi

Kejelasan standar dan sasaran kebijakan publik memberikan kejelasan bagi agen pelaksana dalam proses pelaksanaan kebijakan publik. Untuk itu, perlu pemahaman yang baik tentang maksud umum atas ukuran dan tujuan kebijakan oleh para implementor kebijakan agar tidak terjadi kesalahan interpretasi yang menimbulkan kegagalan frustated. Dalam hal ini kinerja kebijakan publik dapat dinilai dari tingkat ketercapaian standar dan sasarannya. Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Robert Marpaung selaku penanggung jawab LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah yang mengatakan bahwa prosedur yang telah ditetapkan dalam pengurusan sertifikat tanah secara LARASITA telah memberikan kemudahan bagi para responden yang mengurus sertifikat. Selain itu, dengan adanya prosedur tersebut tentunya juga akan memperlancar pekerjaan pegawai dan juga akan mempercepat penerbitan sertifikat tanah masyarakat. Hal yang sama dikemukakan oleh Bapak Purba yang menyatakan bahwa dalam hal ini, setiap pegawai BPN yang terlibat langsung dalam implementasi LARASITA harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat mengenai alur pelayananmekanisme prosedur pengurusan sertifikat tanah sehingga masyarakat merasa mudah dalam pengurusan sertifikat. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Robert Marpaung selaku koordinator lapangan LARASITA bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh responden tidak terlalu sulit, hanya dibutuhkan slip PBB, slip BPHTB, Kartu Keluarga serta Kartu Tanda Penduduk KTP. Setelah berkas-berkas dilengkapi oleh responden barulah akan di proses oleh pegawai LARASITA. Dalam pengurusan apapun, syarat-syarat administratif memang sangat diperlukan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh responden dalam pengurusan sertifikat tanah melalui LARASITA ini cukup mudah, yaitu responden hanya tinggal melengkapi berkas saja. Oleh karena, kemudahan itulah responden dominan menjawab jelas akan pengurusan sertifikat tanah ini. Dari hasil penelitian, peneliti menganalisis bahwa Pegawai BPN yang terlibat langsung dalam implementasi LARASITA selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Standar dan sasaran kebijakan meliputi mekanisme prosedur Standard Operating Procedurs atau yang disebut dengan SPOPP LARASITA yaitu peraturan yang mengatur tata cara kerja dalam melaksanakan kegiatan, yang dalam hal ini mengenai LARASITA telah dilakukan oleh pegawai BPN dalam menjalankan pekerjaannya yang akan membawa keuntungan bagi dua belah pihak baik dari segi pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan..Pemberi pelayanan merasa dengan adanya prosedur maka tentu akan mempermudah pekerjaannya, sedangkan bagi masyarakat sebagai penerima layanan maka penerbitan sertifikat tanah akan berjalan dengan lancar.

2. Sumber Daya

Dukungan sumber daya baik sumber daya manusia, sumber dana maupun sumber daya lainnya sangat penting dalam proses implementasi kebijakan publik. Sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tugas dan fungsi yang diisyaratkan dalam peraturan Universitas Sumatera Utara kebijakan akan memberi dampak positif bagi proses implementasi dan tercapainya tujuan kebijakan. Hal ini diungkapkan oleh Edward dalam melihat bagaimana implementasi kebijakan publik. a. Sumber Daya Manusia Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang staf BPN menyatakan bahwa pada dasarnya semua pegawai BPN Kabupaten Deli Serdang terlibat dalam LARASITA, namun ada yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Adapun bagian-bagiannya adalah bagian pengukuran,bagian proses surat dan bagian landreform. Jadi dalam hal ini implementasi LARASITA Layanan Rakyat Sertifikat Tanah sudah sejalan dengan tupoksi. Persiapan sumber daya manusia dalam mengimplementasikan tentang Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasitayaitu dengan melakukan pertemuan. Pertemuan dilakukan dalam rangka mempersiapkan SDM yang memiliki kemampuan pengetahuan, sikap dan kemampuan knowledge, attitude and skill di bidang pertanahan. b. Sumber Anggaran Anggaran merupakan komponen yang sangat utama bagi terselenggaranya suatu program. Anggaran yang memadai pasti akan menunjang keberlangsungan program tersebut, terutama bagi suatu program yang baru hadir di tengah-tengah masyarakat seperti LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah ini. Sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Robert Marpaung anggaran yang mendukung terlaksananya program LARASITA ini berasal dari masyrakat yang mengurus sertifikat tanah itu sendiri, sedangkan berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Pak Purba, sumber anggaran LARASITA berasal dari Anggaran Penerimaan Belanja Daerah APBD. Anggaran tersebut baru dapat direalisasikan setelah melalui mekanisme yang cukup panjang maksudnya yaitu mulai dari Universitas Sumatera Utara rancangan anggaran harus melalui persetujuan DPRD, setelah disetujui barulah dapat realisasikan, dan apabila tidak disetujui maka tim harus mengoptimalkan anggaran yang ada untuk tetap menjaga keberlangsungan program tersebut. Anggaran yang telah terealisasi tersebut digunakan untuk biaya operasional LARASITA seperti sarana dan prasarana yang mendukung implementasi program LARASITA. Sedangkan untuk pengurusan sertifikat tanah masyarakatnya memang berasal dari keuangan masyarakat yang sedang berurusan itu sendiri. Hasil wawancara dengan ibu Grace mengatakan bahwa biaya pelayanan yang dibebankan kepada masyarakat dalam hal pengurusan sertifikat tanah melalui LARASITA sudah sesuai dengan peraturan yang tertulis, yakni Peraturan Pemerintah No.13 tahun 2010. Kalau prosesnya sendiri dibayar dahulu biaya pengukuran pendaftaran biaya tergantung luas tanah dan NJOP setempat dan untuk mengutusnya sendiri harus ada biaya unutk BPHTB. Jadi prosesnya kita harus melengkapi persyaratan,dibayar uang pengukuran,diukur,dibayar unutuk mengurus hak,diprroses dan diantar. Tetapi hal berbeda dikatakan oleh Pak Purba yang mengatakan bahwa biaya memang sesuai peraturan tetapi bagi masyarakat yang ingin surat-suratnya cepat selesai bisa memberikan uang tip. c. Fasilitas yang ada di LARASITA Fasilitas yang memadai merupakan kunci utama atas keberhasilan suatu program. Fasilitas yang menunjang implementasi LARASITA berupa kendaraan seperti mobil, komputer, meja, kursi dan yang lainnya. Fasilitas pendukung LARASITA seperti kendaraan, komputer maupun sarana dan prasarana lainnya memang harus dioptimalkan pemanfaatannya dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik, sehingga dengan begitu masyarakat yang berurusan akan merasa puas dalam mengurus sertifikat tanahnya tersebut. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.1 Mobil LARASITA Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Robert Marpaung mengatakan bahwa pelayanan yang diberikan oleh pegawai dalam pengurusan LARASITA sangat memberikan kemudahan bagi masyarakat yang sedang berurusan. Hal ini dikarenakan Larasita memiliki mobil larasita yang akan langsung mendatangi tempat masyarakat yang akan menggunakan layanan LARASITA. Hal senada juga dikatakan oleh Ibu Ellen yang mengatakan bahwa adanya mobil Larasita memudahakan akses masyarakat terhadap penggunaan layanan Larasita,hanya saja ini terkendala karena mobil Larasita yang dimiliki hanya satu buah. Dari hasil penelitian, peneliti menganalisis bahwa semua pegawai yang terlibat dalam implementasi LARASITA disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. Sesuai dengan pasal 50 Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 4 tahun 2006 tentang Organisasi dan tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan, Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan dalam melaksanakan tugasnya mengacu pada salah satu fungsinya yaitu adalah peningkatan partisipasi masyarakat, lembaga swadaya masyarakat dan mitra kerja teknis pertanahan dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Peneliti juga berpendapat seharusnya pegawai LARASITA juga tidak boleh menerima uang tip dari masyarakat yang hendak mempercepat proses sertifikat tanahnya, kerena hal ini melanggar peraturan yang telah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara Peneliti juga menganalisis bahwa sarana maupun prasarana yang mendukung LARASITA saat ini sudah cukup baik. Namun alangkah lebih baiknya jika sarana dan prasarana bisa ditingkatkan lagi baik dalam segi kualitas maupun kuantitas sehingga pemberian layanan kepada masyarakat dapat berjalan dengan semaksimal mungkin.

3. Disposisi Implementor atau sikap para pelaksana kebijakan publik

Menurut Edward, disposisi atau sikap pelaksana kebijakan publik dalam merespon kebijakan publik baik penerimaan maupun penolakan juga dapat mempengaruhi pencapaian sasaran dan tujuan kebijakan. Pada dasarnya, implementasi kebijakan diawali dengan penyaringan befiltered yang dilakukan oleh agen pelaksana kebijakan sesuai dengan persepsinya masing-masing dan selanjutnya diimplementasikan. Disposisi Implementor dapat dilihat dari tiga hal, yakni: a. respon terhadap Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita di ; b. Kognisi agen pelaksana terhadap Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita dan c. Preferensi nilai yang dimiliki oleh agen pelaksana. Disposisi implementor meliputi kognisi pemahamannya terhadap kebijakan serta netralitas maupun obyektivitas implementor. Kognisi pemahaman dari implementor terhadap program tersebut sangat berhubungan dengan keakuratan tugas yang akan dijalankannya. Dan juga kenetralitasan pegawai BPN dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang harus diutamakan. Masyarakat akan merasa puas jika urusan mereka selalu dipermudah oleh implementor tanpa membeda-bedakan masyarakat berdasarkan golongan atau kelas sosial, suku dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian yang peniliti lakukan ditemukan bahwa pegawai BPN dalam memberikan pelayanan LARASITA sering akurat bebas dari kesalahan sehingga memberikan kenyamanan bagi masyarakat yang sedang melakukan pengurusan sertifikat Universitas Sumatera Utara tanah. Dalam hal kenetralitasan pegawai LARASITA, sesuai dengan hasil wawancara peneliti dengan koordinator lapangan, bahwa LARASITA hanya melayani masyarakat yang langsung datang ke lapangan untuk mengurus sertifikat tanah. Apabila masyarakat memakai jasa orang lain notaris maka tidak akan dilayani oleh pegawai LARASITA, hal ini dikarenakan masyarakat yang mengurus sertifikat tanahnya melalui perantara orang lain notaris, maka masyarakat tersebut dianggap telah mampu. Ini juga sesuai dengan kondisi di lapangan yang peneliti amati selama melakukan penelitian. Pegawai LARASITA hanya mau melayani masyarakat yang datang langsung ke mobil LARASITA tanpa memberikan kuasa pengurusan sertifikat tanahnya kepada orang lain notaris. Peneliti menganalisis bahwa pegawai LARASITA telah bersikap kognitif, netral serta obyektif dalam memberikan pelayanannya kepada masyarakat yang mengurus penerbitan sertifikat tanahnya melalui LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah. Pada intinya, Kognisi agen pelaksana menurut analisis peneliti atas wawancara-wawancara di lapangan terlihat baik dimana sebagian besar informan kunci dan informan utama sudah mengetahui latar belakang, manfaat, tujuan serta sasaran dari Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita. Peneliti juga menganalisis bahwa telah terdapat kesamaan perspektif antara pembuat kebijakan dengan agen implementor di Kabupaten Deli Serdang yang memberi dampak pada penciptaan sistem nilai yang sama dalam melaksanakan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita. Sistem nilai yang dimiliki oleh pembuat kebijakan yakni memiliki kesamaan interpretasi dan nilai dalam memandang Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita, hal ini akan berdampak pada terciptanya kesediaan dan komitmen yang tinggi pada setiap agen pelaksana. Universitas Sumatera Utara

4. Struktur Birokrasi

Komunikasi yang baik pada setiap implementor dalam pelaksanaan sebuah kebijakan publik sangat berpengaruh terhadap hasil pencapaian tujuan dan sasaran kebijakan. Para implementor kebijakan harus memperoleh informasi melalui pengkomunikasian secara konsisten dan seragam. Hal ini bertujuan untuk memberi pemahaman bagi para implementor tentang tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan kebijakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Berdasarkan hasil wawancara peneliti di lapangan, ditemukan bahwa implementor LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah harus selalu mengajak masyarakat dalam rangka proses pembangunan pertanahan dan juga selalu melakukan sosalisasi, komunikasi dan pemberdayaan terhadap masyarakat sehingga masyarakat mau terlibat dan merasa bertanggung jawab terhadap pembangunan, karena pelibatan masyarakat dalam pembangunan tersebut akan tercipta kesesuaian dari program-program pembangunan dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam pengimplementasian LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah di Kabupaten Deli Serdang, dapat diketahui dari wawancara dengan salah seorang staf BPN yang tidak terlibat langsung dalam LARASITA bahwa sosialisasi telah dilakukan baik itu secara internal maupun eksternal. Sosialisasi internal jajaran pegawai Badan Pertanahan Nasional dilakukan setiap apel pagi yang disampaikan langsung oleh Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan untuk sosialisasi eksternal dapat diketahui dari hasil wawancara dengan koordinator lapangan bahwa sosialisasi eksternal masyarakat yang dilakukan sudah cukup maksimal. Sosialisasi berupa mendatang desa-desa untk sosialisasi, speaker yang terpasang pada mobil LARASITA yang berfungsi untuk mengajak masyarakat untuk mengikuti program LARASITA ini dan yang terbaru adalah akan diterbitkan brosur tentang LARASITA yang nantinya akan disebarkan kepada masyarakat. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan,peneliti menganalisis bahwa usaha yang telah dilakukan oleh implementor LARASITA memang sudah cukup maksimal dengan melakukan sosialisan dan komunikasi kepada masyarakat yang merupakan kelompok sasaran dari adanya kebijakan tersebut. Dalam hal ini, komunikasi yang dilakukan oleh bagian humas bertujuan untuk membuka pikiran kelompok sasaran atau masyarakat Kabupaten Deli Serdang dalam mengetahui adanya kebijakan Layanan Sertifikasi Tanah bagi masyarakat yang hendak mengurus sertifikat sehingga turut serta menyukseskan program LARASITA. Keberhasilan implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita di Pemerintah Kabupaten Deli Serdang sangat dipengaruhi oleh karakteristik agen pelaksana. Penelitian yang peneliti lakukan menemukan bahwa setiap pegawai Badan Pertanahan Nasional yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam LARASITA bertanggung jawab atas kesuksesan program ini. Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan selaku Koordinator lapangan berupaya untuk selalu memberikan pengawasan terhadap Kepala Sub Seksi maupun staf yang merupakan bagian dari perangkat LARASITA. Dimana pengawasan ini bertujuan untuk sasaran-sasaran dari setiap kebijaksanaan yang telah tercapai dan sesuai dengan peraturan yang ada. Yang mana dasar dari dilakukannya pengawasan ini merupakan sebagai langkah dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan publik Pengawasan yang dilakukan oleh koordinator meliputi kordinasi atau kerja sama yang dilakukan diantara para perangkat pegawai LARASITA. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara dengan Kepala Sub Seksi Pemberdayaan masyarakat, selaku wakil koordinator lapangan LARASITA dikatakan bahwa koordinasi diantara perangkat pegawai LARASITA baik itu dengan koordinator, wakil koodinator, maupun staf berjalan dengan baik. Peran Universitas Sumatera Utara pengawasan yang dilakukan oleh koordinator bisa juga berupa memberikan penjelasan kepada stafnya dalam menjalankan tugasnya, sehingga dapat segera memberi penjelasan agar pegawai tidak bingung lagi dalam menyelesaikan tugasnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, peneliti berpendapat bahwa pengawasan yang telah dilakukan memang sangat penting untuk mendukung dari keberlangsungan tujuan implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita di Kabupaten Deli Serdang. Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah disini terlihat masyarakat turut berpartisipasi aktif dan cukup antusias menyambut program ini. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan ditemukan bahwa pelayanan yang diberikan oleh pegawai BPN sesuai dengan aspirasi kebutuhan masyarakat. Masyarakat yang sedang mengurus sertifikat tanahnya melalui LARASITA turut serta berperan serta dalam implementasi LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah. Peneliti menganalisis bahwa hal ini sudah sesuai dengan visi dari LARASITA, yaitu mendekatkan pelayanan penerbitan sertifikat tanah kepada masyarakat dalam bentuk kantor pelayanan yang bergerak dengan menggunakan mobil keliling. Setiap masyarakat seharusnya di tuntut untuk turut serta berpartisipasi dalam implementasi LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah ini karena partisipasi aktif masyarakat tentunya akan sangat mendukung akan keberlangsungan LARASITA kedepannya. V.4 Analisa Implementasi Program LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikat Tanah pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Deli Serdang Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti paparkan pada bab sebelumnya maka hasil rekapitulasi akhirnya adalah bahwa Implementasi LARASITA Layanan Rakyat untuk Universitas Sumatera Utara Sertifikasi Tanah sudah cukup dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Dari data yang telah peneliti sajikan diatas dapat dilihat bahwa implementasi LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah sudah cukup dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik. Hal ini berdasarkan dari indikator-indikator yang ada, tim implementor LARASITA sudah cukup memenuhi kualitas pelayanan publik, begitu juga dengan masyarakat merasakan pelayanan yang telah diberikan sudah cukup memuaskan. 4.3 Kendala-kendala dalam Implementasi Program LARASITA Layanan Rakyat Sertifikat Tanah pada Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang Pelaksanaan Kebijakan Publik tidak sepenuhnya berjalan begitu saja, sering terbengkala oleh beberapa hal yang dapat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan. Dalam Hal ini, pelaksanaan Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita di Kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari kendala-kendala. Kendala-kendala yang dihadapi oleh implementor dalam implementasi LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah a. Kurangnya Kesadaran Hukum pada Masyarakat Pada umumnya berpendapat bahwa legalitas kepemilikan tanah itu tidak begitu penting karena akan menyebabkan tanah tersebut akan sulit dijual kembali bila sewaktuwaktu pemiliknya membutuhkan uang dan juga akan memakan waktu dan proses yang cukup panjang dalam pengurusan administrasinya. Hal ini tentu akan sangat merugikan masyarakat itu sendiri karena apabila tanah tersebut sudah ada legalitasnya sudah dalam kondisi bersertifikat maka harga tanah tersebut biasanya akan lebih tinggimahal daripada tanah yang belum mempunyai legalitas sertifikat tanah. b. Kurangnya Pemahaman Masyarakat Universitas Sumatera Utara Banyaknya program program pertanahan yang ada di Badan Pertanahan Nasional menyebabkan masyarakat kurang paham dari kegunaan program itu sendiri. c. Kurangnya Sosialisasi Berdasarkan wawancara ,dikatakan bahwa kurangya sosialisasi menyebabkan msayarakat kurang paham akan Larasita dan mereka hanya mengenal kelegalan sertifikat mereka dengan adanya SK dari camat setempat. Universitas Sumatera Utara

BAB VI PENUTUP