Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan menyiapkan pengkajian hukum, social, Komunikasi

7. Seksi Sengketa Konflik dan Perkara

Sesuai dengan pasal 53 tugas dari Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan adalah menyiapkan bahan dan melakukan kegiatan pengendalian pertanahan,pengelolaan tanah Negara, tanah terlantar dan tanah kritis serta pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan pasal 54, dalam melaksanakan tugasnya Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan mempunyai fungsi: 1. Pelaksanaan penagangan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; 2. Pengkajian masalah, sengketa dan konflik pertanahan; 3. Penyiapan bahan dan penanganan sengketa dan konflik pertanahan secara hukum dan non hukum, penanganan dan penyelesaian perkara, pelaksanaan alternative penyelesaian sengketa dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya, usulan dan rekomendasi pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan serta usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, danatau badan hukum dengan tanah; 4. Pengkoordinasian penanganan sengketa, konflik dan perkara pertanahan; 5. Pelaporan penanganan dan penyelesaian konflik, sengketa dan perkara pertanahan. Seksi Konflik, Sengketa dan Perkara terdiri dari : 1. Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan; 2. Subseksi Perkara Pertanahan. Adapun tugas dari masing-masing subseksi Pengendalian dan Pemberdayaan sesuai dengan pasal 56 adalah:

1. Subseksi Sengketa dan Konflik Pertanahan menyiapkan pengkajian hukum, social,

budaya, ekonomi dan politik terhadap sengketa dan konflik pertanahan, usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang danatau badan hukum dengan tanah, pelaksanaan alternative penyelesaian sengketa melalui mediasi, fasilitasi, dan Universitas Sumatera Utara koordinasi penanganan sengketa dan konflik.

2. Subseksi Perkara Pertanahan mempunyai tugas menyiapkan penanganan dan

penyelsaian perkara, koordinasi penanganan perkara,usulan rekomendasi pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang danatau badan hukum dengan tanah sebagai pelaksanaan putusan lembaga pertanahan. Universitas Sumatera Utara

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah diadakan penelitian dan pengumpulan data di lapangan, baik melalui wawancara maupun pengamatan langsung maka diperoleh berbagai data dari tentang Implementasi LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang.

V.1 Karakteristik Informan

Karakteristik Informan dalam penelitian tentang Implementasi LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang dikelompokkan, sebagai berikut. Pada penelitian ini, penulis mengambil informan sejumlah 18 orang yang kemudian akan diklasifikasikan menjadi 2 dua kelompok, yaitu : 1. Masyarakat yang mengurus sertifikat tanah melalui LARASITA sejumlah 12 orang. 2. Pegawai-pegawai Badan Pertanahan Nasional yang terlibat dalam LARASITA berjumlah 6 orang. Peneliti mengambil pegawai Kantor BPN sebagai salah satu kelompok informan dalam penelitian ini adalah guna mengetahui dan memperoleh infornasi mengenai Implementasi LARASITA dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang dalam hal pengurusan sertifikat tanah. Universitas Sumatera Utara Tabel Ketentuan Informan Penelitian No Informan Jumlah Persentase 1. Masyarakat 12 orang 66,66 2. Pegawai 6 orang 33,33 Total 18 orang 100

5.1.1 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin

Pengklasifikasian informan berdasarkan jenis kelamin bukan merupakan kesengajaan peneliti. Peneliti melakukan wawancara yang sama pada setiap informan baik laki-laki maupun perempuan karena memang pada kenyataannya yang menjadi agen pelaksana Implementasi LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang tidak ditentukan oleh jenis kelamin. Tabel 5.1.1 Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah Persentase 1. Laki- laki 10 orang 55,56 2. Perempuan 8 orang 44,44 Total 18 orang 100 Sumber: Hasil wawancara, Juni 2013 Dari pengklasifikasian informan di Kabupaten Deli Serdang berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat bahwa persentase informan yang berjenis kelamin laki-laki lebih besar daripada persentase informan yang berjenis kelamin perempuan yakni sebesar 55,56. Pengklasifikasian jenis kelamin dalam penelitian ini tidak mempengaruhi informasi yang diberikan informan. Peneliti menyajikan dan menganalisis informasi sesuai dengan kenyataan dan jawaban informan penelitian pada saat wawancara. Dalam proses penelitian, peneliti juga memberi pertanyaan yang sama pada setiap informan baik laki-laki maupun perempuan sesuai dengan fokus penelitian. Universitas Sumatera Utara

5.1.2 Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Pendidikan

Informan dalam penelitian ini juga dikelompokkan berdasarkan pendidikan. Pengelompokan ini disajikan berdasarkan data nyata yang ditemukan oleh peneliti di lapangan. Tabel 5.1.2 Tabel Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Pendidikan No Pendidikan Jumlah Persentase 1 SMA 4 orang 22,22 2 D3 1 orang 5,55 3 SarjanaS1 10 orang 55,55 4 Pasca SarjanaS2 3 orang 16,66 Total 18 orang 100 Sumber: Wawancara Juni 2013 Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa informan baik informan kunci maupun informan utama dalam penelitian ini tingkat pendidikan yang tinggi yakni sebagian besar memiliki tingkat pendidikan S1 atau sarjana. Hal ini membuktikan bahwa pegawai Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang memiliki kompetensi yang tinggi bila dilihat dari tingkat pendidikan.

5.1.3 Pengklasifikasian Informan Berdasarkan Jabatan

Selain mengelompokkan informan berdasarkan jenis kelamin dan pendidikan, peneliti juga mengelompokkan informan berdasarkan jabatannya di SKPD. Hal ini disajikan sesuai dengan kenyataan dan merupakan data yang diberikan langsung oleh informan pada saat wawancara. Tabel 5.1.3 Klasifikasi Informan Berdasarkan Jabatan No Jabatan Jumlah Persentase 1 Kepala Seksi 1 orang 16,67 2 Kepala Sub Seksi 2 orang 33,33 3 Staf 3 orang 50 Total 6 orang 100 Sumber: Wawancara Juni 2013 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa dari informan pegawai Kantor Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang terdapat 1 orang 16,67 yang memiliki jabatan sebagai Kepala Seksi yaitu Kepala Seksi Pengendalian dan Pemberdayaan , dan 2 orang 33,33 yang memiliki jabatan sebagai Kepala Sub seksi yaitu Kepala Sub Seksi Pengendalian Pertanahan serta Kepala Sub Seksi Pemberdayaan Masyarakat, sedangkan yang 3 orang 50 lainnya hanya staf. Dari data diatas dapat diketahui bahwa responden pegawai yang terlibat langsung LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah sebagian besar didominasi oleh staf.

V.2 Implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan

Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita Kebijakan publik yang telah ditetapkan dan disetujui seyogianya dilaksanakan secara maksimal untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Pelaksanaan kebijakan publik ini disebut dengan implementasi yang memiliki tahapan yang bersifat praktis dan tentunya dibedakan dengan tahapan formulasi yang bersifat reoritis. Implementasi kebijakan merupakan proses administratif yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah atau pelaksana teknis sesuai dengan ketetapan yang ada didalam kebijakan itu sendiri dengan mendayagunakan setiap sumber daya dan sumber dana yang ada. Terdapat empat pola implementasi kebijakan yakni kebijakan yang berpola “dari atas ke bawah” atau top downer, dari “bawah ke atas” atau bottem topper, implementasi yang berpola paksa command and control dan mekanisme pasar economic incentive. Implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita di Pemerintah Kabupaten Deli Serdang merupakan sebuah kebijakan yang memiliki pola top bottemer atau top down karena pada hakekatnya peraturan pemerintah ini merupakan kebijakan yang berpola pada pelaksanaan yang Universitas Sumatera Utara dilakukan oleh pemerintah untuk rakyat atau publik dan partisipasi yang ada berbentuk mobilisasi. Implementasi Peraturan Kepala BPN RI Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Layanan Rakyat Sertifikasi Tanah Larasita ini dapat dilihat dari model implementasi Edward yang dilihat melalui variabel-variabel dibawah ini:

1. Komunikasi

Kejelasan standar dan sasaran kebijakan publik memberikan kejelasan bagi agen pelaksana dalam proses pelaksanaan kebijakan publik. Untuk itu, perlu pemahaman yang baik tentang maksud umum atas ukuran dan tujuan kebijakan oleh para implementor kebijakan agar tidak terjadi kesalahan interpretasi yang menimbulkan kegagalan frustated. Dalam hal ini kinerja kebijakan publik dapat dinilai dari tingkat ketercapaian standar dan sasarannya. Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Robert Marpaung selaku penanggung jawab LARASITA Layanan Rakyat untuk Sertifikasi Tanah yang mengatakan bahwa prosedur yang telah ditetapkan dalam pengurusan sertifikat tanah secara LARASITA telah memberikan kemudahan bagi para responden yang mengurus sertifikat. Selain itu, dengan adanya prosedur tersebut tentunya juga akan memperlancar pekerjaan pegawai dan juga akan mempercepat penerbitan sertifikat tanah masyarakat. Hal yang sama dikemukakan oleh Bapak Purba yang menyatakan bahwa dalam hal ini, setiap pegawai BPN yang terlibat langsung dalam implementasi LARASITA harus memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada masyarakat mengenai alur pelayananmekanisme prosedur pengurusan sertifikat tanah sehingga masyarakat merasa mudah dalam pengurusan sertifikat. Universitas Sumatera Utara Hasil wawancara peneliti dengan Bapak Robert Marpaung selaku koordinator lapangan LARASITA bahwa syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh responden tidak terlalu sulit, hanya dibutuhkan slip PBB, slip BPHTB, Kartu Keluarga serta Kartu Tanda Penduduk KTP. Setelah berkas-berkas dilengkapi oleh responden barulah akan di proses oleh pegawai LARASITA. Dalam pengurusan apapun, syarat-syarat administratif memang sangat diperlukan. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh responden dalam pengurusan sertifikat tanah melalui LARASITA ini cukup mudah, yaitu responden hanya tinggal melengkapi berkas saja. Oleh karena, kemudahan itulah responden dominan menjawab jelas akan pengurusan sertifikat tanah ini. Dari hasil penelitian, peneliti menganalisis bahwa Pegawai BPN yang terlibat langsung dalam implementasi LARASITA selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan cara selalu memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Standar dan sasaran kebijakan meliputi mekanisme prosedur Standard Operating Procedurs atau yang disebut dengan SPOPP LARASITA yaitu peraturan yang mengatur tata cara kerja dalam melaksanakan kegiatan, yang dalam hal ini mengenai LARASITA telah dilakukan oleh pegawai BPN dalam menjalankan pekerjaannya yang akan membawa keuntungan bagi dua belah pihak baik dari segi pemberi pelayanan maupun penerima pelayanan..Pemberi pelayanan merasa dengan adanya prosedur maka tentu akan mempermudah pekerjaannya, sedangkan bagi masyarakat sebagai penerima layanan maka penerbitan sertifikat tanah akan berjalan dengan lancar.

2. Sumber Daya