Let’s Sing Together Folk Tale

4.7.4 Sosiocultural Notes

Bagian ini, walaupun sedikit, diharapkan dapat memberi masukan kepada para guru dan siswa, apa yang boleh dan tidak boleh mereka kerjakan dalam berbahasa Inggris. Hal ini sangat penting, mengingat apa yang mereka pelajari akan bermanfaat untuk berkomunikasi dengan orang orang di sekitarnya, bukan untuk diri sendiri. Vygotsky :1978 Contoh: Guru tidak boleh mengatakan Good noon Selamat siang dalam bahasa Inggris, tapi Good afternoon walaupun dalam bahasa Indonesia ada. Tidak boleh menerjemahkan Selamat sore menjadi Good evening dan Selamat malam Good night. Untuk alasan teachers talk, yaitu apa- apa yang diujarkan oleh guru selama mengajar, sebaiknya guru menggunakan ujaran yang benar, dengan pronunciation yang bagus, sehingga siswa akan terbiasa, kemudian meniru dan akhirnya menggunakannya. Ujaran itu dapat berupa pujian sederhana, seperti, That’s fine Great That’s very good Etc. Brunner ;1990. Masih dalam hal menirukan, Jayne Moon 2004:3 menyarankan untuk menciptakan suasana belajar yang sewajar mungkin, di mana guru menyuruh anak menirukan, memberi motivasi kepada mereka untuk berinteraksi dengan orang lain dalam kegiatan yang menarik dan bervariasi.

4.7.5 Let’s Sing Together

Do = F ¾ 5 l 3 1 5 l 3 1 5 l 6 4 6 l 5 . Good morning, Good morning, How are you to day? 5 l 4 2 4 l 3 1 3 l 5 4 2 l 1 . .ll Good morning, Good morning, I’m fine. How are you? Banyak buku memberi lagu sebagai pelengkap dalam materinya. Para penyusun buku tidak faham benar apakah lyrics lagu yang dia berikan sesuai dengan usia dan bahasa anak, melody nya mudah, range of tone atau rentangan nada tidak begitu lebar dari nada terrendah ke nada tertinggi harus banyak pengulangan dan tempo lagu tidak boleh terlalu cepat. Faridi: 1988 Yang menarik dari bagian ini ialah dengan disertakannya rekaman VCD dari siswa sekolah dasar, disediakan bagi guru yang tidak faham membaca notasi, mereka dapat menggunakan alat VCD player yang mudah didapat. Dengan menonton rekaman VCD, akan ada suasana lain di kelas, anak- anak bernyanyi menirukan lagu yang ada di TV. Dengan menirukan, mereka menirukan lagunya, kata-katanya, pelafalannya, dsb. Secara tidak sadar mereka membuat reinforcement dari pembelajaran bahasa. Yang lebih mengherankan, mereka akan secara tidak sadar, mengulang - ulang lagu tsb di luar kelas. Faridi : 1988. Dapat ditambahkan pula bahwa ada unsur pembelajaran bahasa lain dalam tampilan lagu, yakni munculnya substitution drill dari syair yang diberikan. Misalnya Good morning menjadi Good afternoon kemudian menjadi Good evening. Diharapkan, siswa akan dengan mudah mengetahui makna dari masing- masing ujaran tersebut kemudian dapat menggunakannya dengan pelafalan dan lagu yang benar.

4.7.6. Folk Tale

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa salah satu hasil dari needs analysis ialah kebutuhan untuk memasukkan unsur sosiokultural dalam materi ajar bahasa Inggris untuk sekolah dasar di Jawa Tengah. Adapun salah satu bentuk materi yang disarankan ialah cerita rakyat atau folk tale. Dalam materi ini ditampilkan Timun Mas, sebuah cerita rakyat yang sangat terkenal di waktu yang lalu, namun tidak begitu dikenal oleh anak-anak sekolah dasar saat ini. Contoh : Timun Mas Once upon a time, There lived a husband and a wife. They were married for years but they had no child yet. Everyday they prayed and prayed for a child. One night, while they were praying, a giant passed their house and heard the prayer Dont worry farmers. I can give you a child. But you must give me that child when she is 17. said the giant. The farmers were so happy and agreed to take the offer. The giant gave them a bunch of cucumber seeds. The farmers planted them carefully. Then the seeds changed into plants. Not longer after that, a big golden cucumber grew from plants. After ripe, the farmers picked and cut it. They were very surprised to see a beautiful girl inside the cucumber. They named her Timun Mas. Dalam kaitannya materi ajar yang diwujudkan dengan folk tale, Moon 2000:3 mengatakan bahwa konteks pembelajaran bahasa Inggris membutuhkan input yang bervariasi, baik lisan maupun tulisan yang dapat digunakan untuk berpikir, berinteraksi berimajinasi dsb. Dalam hal tingkat kesulitan aspek bahasa yang ditampilkan dalam cerita Timun Mas, penulis menyarankan bahwa guru mengambil peran dengan cara membacakan cerita tersebut, menerjemahkannya, dan menerangkan hal-hal yang bersifat sosiokultural. 156

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil kwesioner mengenai materi ajar yang digunakan guru, banyak ditemukan materi ajar yang tidak sesuai dengan kurikulum yang ada di Jawa Tengah. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya guru bahasa Inggris menggunakan materi ajar yang diterbitkan dari luar negeri atau dalam negeri yang belum mengusung pada tujuan pembelajaran bahasa Inggris di SD, khususnya di Jawa Tengah. Sebagai mata pelajaran muatan lokal, pembelajaran bahasa Inggris seharusnya mampu menyuguhkan nilai-nilai lokal untuk dikenalkan kepada siswa melalui bahasa Inggris. Kurangnya materi ajar yang menyuguhkkan nilai-nilai lokal daerah menjadikan pentingnya pengembangan materi ajar. Untuk itu, dalam penelitian ini dirancang pengembangan model materi ajar Mulok bahasa Inggris yang berwawasan sosiokultural yang dapat dimanfaatkan oleh guru-guru bahasa Inggris di SD. Pengembangan materi ajar ini dikembangkan dengan mempertimbangkan: 1 acuan pengembangan dasar pemikiran, 2 isi materi, 3 organisasi materi, 4 pengembangan materi, 5 penyajian, dan 6 evaluasi. Pengembangan materi ajar muatan lokal bahasa Inggris di sekolah dasar hendaknya menggunakan acuan yang lengkap, yaitu: 1 kurikulum yang berlaku, 2 teori-teori yang relevan, 3 kebutuhan bahasa anak, 4 buku-buku atau reference yang menunjang pembelajaran, dan 5 masukan berdasarkan