4.2 Deskripsi Peta Kebutuhan Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris
di SD Jawa Tengah
Pembicaraan tentang kebutuhan pembelajaran muatan lokal bahasa Inggris SD tidak akan terlepas dari perkembangan kebijakan kebijakan yang dilakukan
oleh pihak sekolah dalam melaksanakan proses pembelajaran bahasa Inggris di sekolah. Mengenai kebijakan ini, sekolah memberikan tanggapan terhadap
perlakukan pembelajaran bahasa Inggris sebagai Mulok sangat bervariasi. Keragaman penentuan kebijakan tersebut diwujudkan dari kebijakan yang
mengatur tentang tingkat kelas dimulainya pembelajaran bahasa Inggris, tahun dimulainya pembelajaran bahasa Inggris, banyaknya jam pelajaran bahasa Inggris,
dan kebijakan mengenai guru yang memberikan mata pelajaran bahasa Inggris Dari 200 sekolah tempat responden mengajar bahasa Inggris, ditemukan
bahwa pelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan pada Kelas I, kelas II, kelas IV dan kelas V. Tabel 5 berikut ini memberikan keterangan persentasenya.
Tabel 5. Persentase kelas dimulainya pembelajaran Bahasa Inggris Frekuensi
Persentase
BELUM 6 3 I 56
28 II 35
17,5 IV 95
47,5 V 8
4 Total 200
100
Pelajaran bahasa Inggris yang dimulai di kelas IV mencapai 47,5 atau sebanyak 95 sekolah, yang dimulai di kelas I mencapai 28 atau sebanyak 56
sekolah, yang dimulai di kelas II mencapai 17,5 atau sebanyak 35 sekolah, dan yang dimulai diajarkan di kelas V mencapai 4 atau sebanyak 8 sekolah. Dari
tabel di atas diperoleh juga sejumlah sekolah yang belum memberikan pelajaran bahasa Inggris, yaitu sebanyak 6 sekolah atau mencapai angka 3.
Kebijakan sekolah mengenai tahun dimulainya pelajaran bahasa Inggris juga ditemukan bervariasi. Pelajaran bahasa Inggris mulai diajarkan di Sekolah
Dasar pada tahun 2003, namun demikian ada sebagian sekolah yang sudah mengajarkan bahasa Inggris sejak tahun 1993, dan ada sekolah yang baru
memulai mengajarkan bahasa Inggris pada tahun 2005, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Persentase tahun dimulainya pembelajaran Bahasa Inggris sebagai Muatan Lokal
Tahun Mulai Frekuensi
Persentase
1993 2 1
1994 2 1
1996 9 4,5
1997 7 3,5
1998 5 2,5
1999 10 5
2000 20 10
2001 16 8
2002 13 6,5
2003 71 35,5
2004 27 13,5
2005 12 6
Total 194 97
Tabel di atas memberikan keterangan bahwa dari 194 sekolah asal responden, sekolah yang membuat kebijakan untuk melaksanakan pengajaran
bahasa Inggris di sekolahnya dimulai tahun 2003 terdapat sebanyak 71 sekolah atau mencapai 35,5, yang melaksanakan sebelum tahun 2000 sebanyak 37
sekolah atau mencapai 17,5, yang dilaksanakan tahun 2000 sampai dengan tahun 2002 sebanyak 49 sekolah atau mencapai 24,5, dan selebihnya mulai
melaksanakan tahun 2004 dan 2005 sebanyak 39 sekolah atau mencapai 14,5. Kebijakan sekolah mengenai banyaknya jam pelajaran bahasa Inggris juga
bervariasi. Pelajaran bahasa Inggris rata-rata hanya diajarkan 2 jam pelajaran perminggu. Beberapa sekolah memberikan jam tambahan dengan jam pelajaran
ekstra senilai 12 bahkan 13 jam perminggu, namun demikian ada juga yang hanya memberikannya satu jam per minggu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 7. Persentase banyaknya Jam Pelajaran per minggu Jam pelajaran per minggu
Frekuensi Persentase
1 16 8
2 145 72,5
3 6 3
6 6 3
7 2 1
8 6 3
10 1 0,5
12 10 5
13 2 1
Total 194 97
Dari tabel di atas terlihat bahwa, sekolah yang memberikan kebijakan jam pelajaran bahasa Inggris sebanyak 2 jam per minggu sebanyak 145 sekolah atau
mencapai angka 72,5. Sekolah yang hanya memberikan kebijakan satu jam per minggu sebanyak 16 sekolah atau mencapai 8. Sekolah yang memberikan lebih
dari 2 jam per minggu sebanyak 33 sekolah atau mencapai 19,5. Kebijakan sekolah mengenai guru yang memberikan mata pelajaran
bahasa Inggris, dari 194 responden diperoleh keterangan bahwa sebanyak 75.5, mata pelajaran bahasa Inggris diberikan oleh guru bidang studi bahasa Inggris.
Sedangkan sebanyak 21,5 mata pelajaran bahasa Inggris diberikan oleh guru kelas. Secara umum, mata pelajaran bahasa Inggris diberikan oleh guru yang
mengampu bidang studi bahasa Inggris. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 8. Persentase guru yang memberikan mata pelajaran bahasa Inggris Jenis Guru
Frekuensi Persentase
Guru Kelas 43
21,5 Guru Bid Studi
151 75,5
Total 194 97,0
Dari tabel di atas, mata pelajaran bahasa Inggris lebih banyak diberikan oleh guru bidang studi, termasuk bukan bidang studi bahasa Inggris dibandingkan
dengan guru kelas. Karena itu, dapat dimaklumi bila guru mendapat kesulitan dalam mengembangkan materi, khususnya yang berhubungan dengan keadaan
sosiokultural di sekitarnya. Banyak jawaban dari angket yang menyarankan dimasukkannya masalah sosiokultural, dari hal nama tokoh, benda-benda,
permainan, peristiwa budaya dan cerita-cerita rakyat.
4.3 Kondisi Kemampuan Guru SD dalam Mengembangkan Model Materi