Acuan Pengembangan Dasar Pemikiran

Melalui tabel di atas terlihat bahwa responden yang pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris sebanyak 32,5, dan responden yang belum pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris sebanyak 67,5. Dengan demikian jumlah guru yang pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris lebih sedikit dari jumlah guru yang belum pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris.

4.4 Desain Model Materi Ajar Mulok Bahasa Inggris yang Dikembangkan

Berwawasan Sosiokultural Pengidentifikasian kemampuan guru SD dalam menyusun materi ajar memberikan masukan untuk menyusun model materi ajar yang berwawasan sosiokultural. Untuk itu, diperlukan panduan yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan materi ajar. Pedoman ini didasarkan pada perkembangan psikologi anak dan sosiokultural di mana pemebelajaran bahasa Inggris ini dilakukan. Pengembangan model materi ajar Mulok bahasa Inggris berwawasan sosiokultural dikembangkan dengan mempertimbangkan 1 acuan pengembangan dasar pemikiran, 2 isi materi, 3 organisasi materi, 4 pengembangan materi, 5 penyajian, dan 6 evaluasi

4.4.1 Acuan Pengembangan Dasar Pemikiran

Pengembangan materi ajar muatan lokal bahasa Inggris di sekolah dasar hendaknya menggunakan acuan yang lengkap, yaitu 1 kurikulum yang berlaku, 2 teori-teori yang relevan, seperti teori pendidikan, pengajaran bahasa, perkembangan anak, psikologi belajar, dan teori pengajaran sastra, 3 kebutuhan bahasa anaksiswa, 4 buku-buku atau reference yang menunjang pembelajaran, dan 5 pengetahuan serta pengalaman guru dalam merancang pembelajaran bahasa Inggris Kurikulum bahasa Inggris yang berlaku menjadi acuan dalam menentukan apa - standar kompetensi dan kompetensi dasar muatan lokal bahasa Inggris yang harus dimiliki siswa sekolah dasar beserta indikator hasil belajarnya. Kurikulum muatan lokal bahasa Inggris yang digunakan adalah kurikulum yang telah diujicobakan oleh para peneliti. Kurikulum itu memerlukan penyempurnaan berdasarkan kekurangan-kekurangan dari hasil ujicoba dan perkembangan kebutuhan dan tuntutan. Berikut ini dikutip Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari KTSP Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk Kurikulum SDMI Kelas IV Semester I. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Mendengarkan

Memahami instruksi sangat sederhana dengan tindakan dalam konteks kelas 1.1.Merespon dengan melakukan tindakan sesuai instruksi secara berterima dalam konteks kelas 1.2. Merespon instruksi sangat sederhana secara verbal dalam konteks kelas.

2. Berbicara Mengungkapkan

instruksi dan informasi sangat sederthana dalam konteks kelas 2.1.Bercakap-cakap untuk menyertai tindakan secara berterima yang melibatkan tindak tutur, memperkenalkan diri, memberi salamsapaan, memberi salam perpisahan, dan memberi aba-aba. 2.2.Bercakap -cakap untuk memintamemberi jasabarang secara berterima yang melibatkan tindak tutur: meminta bantuan, meminta barang dan memberi barang. 2.3.Bercakap-cakap untuk memintamemberi informasi secaa berterima yang melibatkan tindak tutur: berterima kasih, meminta maar, memberi maaf, melarang, memuji dan mengajak. 2.4.Mengungkapkan kesantunan secara berterima yang melibatkan ungkapan: thank you,sorry, please dan excuse me.

3. Membaca

Memahami tulisan bahasa Inggris sangat sederhana Dalam konteks kelas. 3.1.Membaca nyaring dengan melafalkan alfabet dan ucapan yang tepat yang melibatkan kata, frasa dan kalimat sangat sederhana. 3.2.Memahami kalimat dan pesan tertulissangat sederhana.

3. Menulis

Mengeja dan menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana dalam konteks kelas. 4.1.Mengeja ujaran bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima dengan tanda baca yang benar yang melibatkan kata, frasa dan kalimat sangat sederhana. 4.2.Menyalin tulisan bahasa Inggris sangat sederhana secara tepat dan berterima seperti: ucapan selamat dan pesan tertulis. Untuk teori-teori yang relevan, pendekatan yang dipakai ialah fungsional. Seiring dengan pendekatan fungsional yang digunakan dalam kurikulum pembelajaran bahasa, pendekatan ini memandang bahasa sebagai fenomena sosial dengan memperlihatkan penggunaan bahasa berdasarkan konteks sosial. Konteks sosial tertentu membutuhkan bentuk atau pilihan linguistik yang mampu menjelaskan pengalaman dunia nyata di mana bahasa itu digunakan. Perbedaan konteks sosial membutuhkan bentuk bahasa. Pendekatan fungsional yang didasarkan pada linguistik fungsional sistemik menunjukkan bahwa bahasa dijelaskan dan menjelaskan konteks. Tidak ada pembentukan bahasa tanpa konteks. Berbeda dengan pendekatan lain yang lebih menekankan formalitas bentuk tanpa ada keterkaitan dengan konteks. Suatu hal yang menjadi pertimbangan penting dalam pembelajaran bahasa Inggris adalah peran pendekatan dalam penggunaan bahasa berdasarkan kebermaknaan. Kebermaknaan merupakan tujuan pembelajaran berdasarkan pendekatan fungsional. Sejalan dengan pendekatan fungsional ini pengetahuan tentang konsep linguistik yang mendasari lahirnya sebuah pendekatan pembelajaran bahasa apa pun sangat penting. Sebuah pendekatan akan mengalami nasib ‘mati suri’ dan tidak berdaya untuk membelajarkan peserta didiknya untuk memiliki keterampilan berbahasa apabila pendekatan yang diterapkan tidak didukung oleh konsep teoretik. Pembelajaran bahasa berdasarkan kompetensi berkaitan dengan pencapaian tujuan komunikasi sesuai dengan fungsi bahasa dengan tidak mengabaikan pemerolehan struktur dan kosa kata. Pendekatan fungsional merupakan pendekatan komunikatif yang dapat menunjang dan merealisasikan nilai ke dalam unsur kebahasan dalam konteks bahasa sesuai dengan fungsi- fungsi bahasa. Kompetensi yang diperoleh dari pendekatan ini merupakan realisasi penggunaan bahasa language use yang sesuai dengan situasi komunikatif communicative situation. Bagi Halliday bahasa merupakan sistem makna system of meanings. Artinya, ketika orang menggunakan bahasa, tindak bahasa orang tersebut adalah pengujaran makna. Dari sudut pandang ini, gramatika menjadi suatu kajian bagaimana makna dibentuk melalui penggunaan kata dan kalimat bentuk bahasa dan kemudian menanyakan bagaimana bentuk bahasa mewujudkan makna-makna. Dengan dasar pertimbangan inilah gramatika adalah semantik berhubungan dengan makna dan fungsional berhubungan dengan bagaimana bahasa digunakan Halliday, 1994: xiv. Eggins 1994:2 menyebutkannya sebagai pendekatan semantik fungsional functional-semantics. Berdasarkan pandangan tersebut para ahli pengajaran bahasa mengadopsi integrasi bentuk dan fungsi yang menitikberatkan pada tujuan bagaimana bahasa itu digunakan atau bagaimana orang melakukan sesuatu melalui bahasa fungsi atau bagaimana makna disampaikan melalui bahasa Finocchiaro dan Brumfit, 1983: 12. Dalam hal lain, fungsional yang disebut juga pragmatik dalam penggunaan bahasa merupakan kombinasi antara makna dengan kondisi kebenaran Gazdar, 1979:2. Penggunaan bahasa sesuai dengan kejadian yang sebenarnya atau berdasarkan situasi dan kondisi berbahasa. Konsep fungsional harus terkait dengan konsep pragmatik yang berhubungan dengan pengembangan materi sesuai dengan yang dibutuhkan quantity, memberikan penjelasan atau informasi yang benar dengan bukti yang cukup quality, informasi yang diberikan relevan relevant, dan pemberian informasi jelas, tidak ambigu, singkat, tersusun dengan rapi manner Mey, 2000:72.

4.4.2 Isi Materi