Kayu Tingkat Keakuratan Konstruksi Gading-Gading Kapal Kayu Galangan Kapal Ud. Semangat Untung Di Desa Tanah Beru, Bulukumba, Sulawesi Selatan

2.3 Kayu

Pemilihan material kapal merupakan salah satu tahapan penting yang perlu diperhatikan dalam pembangunan kapal karena sangat menentukan umur teknis sebuah kapal dalam menjalankan fungsinya. Oleh karena itu, pemilihan material yang tepat akan dapat memberikan suatu kekuatan struktur badan kapal sehingga dalam pengoperasiannya dapat berjalan sesuai dengan harapan. Material kapal yang umum digunakan di Indonesia adalah kayu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 1999, kayu adalah pohon yang batangnya keras; bagian batang cabang, dahan, dsb pokok yang keras yang biasa dipakai untuk bahan bangunan, dsb. Kayu yang digunakan biasanya memiliki umur teknis antara 10-15 tahun. Kayu banyak digunakan sebagai material kapal karena merupakan material yang cukup mudah diperoleh, persediaannya banyak, cukup mudah untuk dikerjakan, serta harganya relatif murah dibanding material lainnya seperti bahan baja, besi, dan FRP. Selain itu, pembangunan kapal dengan kayu juga tidak memerlukan teknologi yang tinggi Pasaribu, 1985 dalam Purba, 2004. Jenis-jenis kayu yang banyak digunakan untuk industri perkapalan di Indonesia beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Tabel 1. Jenis kayu lainnya beserta sifat dan kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 1 Jenis, sifat, kegunaan dan daerah penyebaran beberapa kayu untuk industri perkapalan di Indonesia No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran 1 Balau Shorea spp KA I-II, KK I-II, BJ 0.88- 1.13, sangat keras, mudah retak pada permukaan, umumnya tidak sukar digergaji Kemudi, dayung, tiang layar, lunas, gading Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan Palembang, Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara 2 Giam Cotylelobium spp KA I, KK I, BJ 0.97-1.02, keras, mudah retak, sukar digergaji Lunas, gading, dayung, badan kapal Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Seluruh Sulawesi 3 Gofasa Vitax cofassus Reinw KA II-III, KK II-III, BJ 0.74 0.57-0.93, keras, agak sukar digergaji Gading, lunas Seluruh Sulawesi, Maluku dan Irian Jaya 4 Jati Tectona grandis L.f KA II, KK II, BJ 0.67 0.62-0.75, agak keras, mudah dikerjakan Semua bagian kapal Seluruh Jawa, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Sumbawa, Maluku, Lampung Tabel 1 Lanjutan No Jenis kayu Sifat kayu Kegunaan Daerah penyebaran 5 Kempas Koompasia malaccensis Maing KA III-IV, KK I-III, J 0.95 0.68-1.29, sangat keras, sukar dikerjakan Bagian-bagian keras utama kapal setelah diawetkan Seluruh Sumatera kecuali Bengkulu, seluruh Kalimantan 6 Kulim Scorodocarpus boornensis Becc KA I-II, KK I, BJ 0.94 0.73-1.08, keras, agak mudah dikerjakan Lunas Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jami, Sumatera Selatan Palembang, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur 7 Merbau Instia spp KA I-II, KK I-III, BJ 0.79-0.84, agak keras sampai keras, agak mudah dikerjakan Lunas, gading dek Seluruh Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Irian Jaya 8 Ulin Eusidiroxylon zwagari T.et KA I, KK I, BJ 1.04 0.88-1.19, sangat keras, agak sukar dikerjakan Dek, lunas, gading Jambi, Sumatera selatan, seluruh Kalimantan Keterangan: KA=Kelas Awet; KK=Kelas Kuat; BJ=Berat Jenis Sumber : Pasaribu, 1985 dalam Ayuningsari, 2007 Biro Klasifikasi Indonesia 1989 menjelaskan bahwa pemilihan jenis kayu untuk keperluan bahan bangunan struktural didasarkan pada sifat-sifatnya. Umumnya, sifat-sifat yang diperhatikan adalah keawetan, kekuatan, massa jenis, dan kelembapan kayu. Kapal memiliki bagian yang terus-menerus terendam air, kadang-kadang terendam kadang-kadang tidak dan terus-menerus terkena panas matahari dengan sekali-kali terkena hujan. Oleh karena itu, dibutuhkan kayu yang kuat, liat, tidak mudah pecah, tidak cacat dan tahan terhadap gangguan organisme laut. Selain itu, perlu juga dipertimbangkan juga cacat-cacat yang ada serta mudah atau tidaknya jenis kayu tersebut dikerjakan dan dibentuk. Mandang dan Pandit 1997 dalam Kalyana 2008 meneliti dan mendeskripsikan beberapa jenis kayu yang dapat digunakan sebagai bahan konstruksi kapal terutama untuk linggi dan lunas kapal, yaitu: 1 Kayu balau Shorea roxb Ciri utama jenis kayu ini warna kayu kuning kecoklatan, memiliki corak polos atau berjalur-jalur, warna agak gelap dan terang bergantian pada bidang radialnya. Jenis kayu ini memiliki tekstur dari halus sampai kasar dan umumnya agak halus. Kekerasan dari keras sampai sangat keras. Kayu ini memiliki berat jenis antara 0,88-1,13. Kayu ini digunakan untuk lunas dan gading-gading kapal; 2 Kayu giam Colylelobium pierre Jenis kayu ini memiliki warna kuning kecoklatan, lambat laun akan berubah menjadi coklat gelap sampai coklat kemerah-merahan. Tekstur halus dan merata. Jenis kayu ini memiliki kekerasan sangat keras. Berat jenis rata- rata antara 0,83-1,15. Kayu ini digunakan sebagai lunas; 3 Kayu gofasa Vitex cofassus Ciri utama jenis kayu ini berwarna putih agak kelabu, kuning kelabu, kelabu ungu sampai kemerah-merahan. Bertekstur halus sampai agak kasar. Berat jenis rata-rata 0,74 dalam kisaran 0,57-0,93. Kayu ini dinilai sebagai bahan bangunan yang bermutu tinggi dan digunakan sebagai konstruksi lunas, dinding, dan balok-balok rangka; 4 Kayu jati Tectona grandis Jenis kayu ini berwarna kuning emas kecoklatan sampai coklat kemerahan, memiliki corak dekoratif yang indah. Teksturnya agak kasar sampai kasar dan tidak rata. Memiliki kekerasan agak keras. Berat jenis rata-rata 0,67 dalam kisaran 0,62-0,75. Kayu ini digunakan untuk semua bagian dari kapal, termasuk konstruksi lunas dan linggi kapal; 5 Kayu kereta Swintonia griffith Ciri utama jenis kayu ini berwarna coklat-kuning atau coklat merah pucat. Bercorak keras dan bertekstur agak keras. Permukaan mengkilap, berkesan raba licin. Kekerasan agak keras sampai keras. Berat jenis antara 0,67-0,79. Terutama digunakan untuk lunas dan badan kapal. 6 Kayu kempas Koompassia malaccensis Kayu ini memiliki ciri berwarna merah seperti bata, bercorak garis-garis kekuningan. Bertekstur kasar sampai sangat kasar. Berat jenis rata-rata 0,95 dalam kisaran 0,68-1,29. Berguna sebagai bahan konstruksi berat, dalam bidang perkapalan digunakan sebagai konstruksi lunas; dan 7 Kayu ulin Eusideroxylon zwageri Ciri umum, teras berwarna kuning kecoklatan bila segar dan lambat laun berubah menjadi coklat tua kehitaman. Bercorak polos dan bertekstur agak kasar. Kayunya sangat keras dan termasuk kayu berat dengan rata-rata berat jenis 1,04 dengan kisaran 0,88-1,19. Digunakan sebagai bahan konstruksi berat dan bahan konstruksi di bawah laut seperti lunas. Fyson 1985 menjelaskan bahwa pemilihan material kapal perikanan sangat dipengaruhi oleh: 1 Keahlian galangan kapal, termasuk kemampuan sumberdaya manusia dan teknologi atau peralatan yang tersedia di galangan; 2 Kemudahan dalam memperoleh bahan; 3 Keuntungan teknis dari tiap material; dan 4 Biaya pembelian bahan material. Pasaribu 1987 menyatakan beberapa aspek teknis yang perlu diperhatikan guna memperoleh umur pakai yang lama dari kapal penangkap ikan berbahan kayu adalah: 1 Sifat fisik dan mekanis dari jenis kayu yang digunakan; 2 Kelayakan desain dan metode konstruksi kapal; dan 3 Pengelolaan dan perawatan kapal. Pemilihan jenis material yang digunakan dalam pembangunan kapal juga dipengaruhi oleh keadaan setempat jenis material yang tersedia dan kemudahan didapatkan di daerah tersebut serta kebiasaan para pembuat kapal setempat. Untuk itu, perlu dilakukan pengaturan menyangkut ketentuan konstruksi kapal yang sesuai dengan keadaan setempat Chindhambaram, 1960 dalam Askabul, 1984. Ketentuan konstruksi kapal di Indonesia telah ditetapkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia BKI. Badan ini berwewenang untuk menetapkan ukuran berbagai kerangka kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau penyambung yang diperbolehkan untuk konstruksi kapal. Oleh karena itu, ukuran berbagai bagian konstruksi kapal, cara-cara penyambungan dan jenis pengikat atau penyambung yang digunakan dalam pembangunan kapal di Indonesia harus sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh badan tersebut.

2.4 Gading-gading Kapal