1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kapal perikanan merupakan salah satu unit penangkap ikan yang penting dalam operasi penangkapan ikan. Menurut Nomura dan Yamazaki 1975, kapal
perikanan adalah kapal yang digunakan dalam kegiatan perikanan yang mencakup penggunaan atau aktivitas penangkapan atau pengumpulan sumberdaya perairan,
serta penggunaan dalam beberapa aktivitas seperti riset, training, dan inspeksi sumberdaya perairan. Nomura dan Yamazaki 1975 juga menyatakan bahwa
kapal perikanan merupakan unit penangkapan ikan yang paling penting dan memiliki investasi modal yang paling besar dalam usaha perikanan.
Kapal perikanan yang ada di Indonesia sebagian besar dibuat di galangan kapal tradisional. Pada umumnya galangan kapal tradisional membangun kapal
perikanan dari bahan kayu. Hal ini dilakukan karena bahan kayu dianggap sebagai material pembuatan kapal yang paling ekonomis dan pengerjaannya dapat
menyerap banyak tenaga kerja. Selain itu, pembangunan kapal kayu tidak memerlukan teknologi mutakhir sehingga dianggap mudah dalam pengerjaannya.
Pengetahuan dan keterampilan dalam pembuatan kapal perikanan yang ada digalangan tradisional diperoleh secara turun temurun berdasarkan pengalaman
generasi sebelumnya. Pembangunan kapal tidak dilengkapi perencanaan berupa gambar rancangan detail maupun perhitungan naval architec. Prosedur yang
dilakukan pun masih belum menerapkan standar yang ditetapkan oleh BKI Biro Klasifikasi Indonesia. Galangan tradisional masih lemah dalam hal pemodalan,
manajemen, dan penguasaan teknologi. Walaupun dihadapkan pada kenyataan seperti di atas, keberadaan dan kemampuan kapal perikanan dari galangan
tradisional tidak diragukan lagi. Hal ini terlihat dari kemampuan kapal-kapal ini berlayar dan menjalankan fungsinya dengan baik sebagai kapal perikanan yang
membantu operasi penangkapan ikan. Gading-gading merupakan salah satu bagian konstruksi yang penting.
Menurut Soegiono 2006 dalam Ayuningsari 2007, gading-gading merupakan salah satu anggota kerangka kapal melintang yang dipasang pada sisi kapal mulai
dari bilge sampai geladak atau dari geladak sampai geladak diatasnya. Secara
keseluruhan bentuk kapal ditentukan oleh kerangka kapalnya. Kerangka yang dimaksud adalah gading-gading yang juga merupakan tempat melekatnya kulit
atau lambung kapal agar bentuknya tidak berubah. Selain itu, gading-gading merupakan bagian yang paling sulit konstruksinya dan memerlukan efisiensi
material yang tinggi. Perbedaan ukuran baik kelebihan atau kekurangan ukuran gading-gading yang dibangun dari yang direncanakan memiliki pengaruh yang
besar terhadap kekuatan konstruksi kapal maupun efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan, salah satunya adalah kayu. Kajian keakuratan dalam penelitian ini
dilakukan pada empat komponen ukuran yaitu lebar penampang gading-gading, tebal penampang gading-gading, jarak antar gading-gading bersisian dan jarak
antar gading-gading berhadapan. Kabupaten Bulukumba dipilih sebagai daerah penelitian karena Bulukumba
merupakan pusat galangan tradisional di Sulawesi Selatan. Di Indonesia, para
pengrajin kapal di Bulukumba sudah terkenal kemahiran dan kepandaiannya sebagai tukang perahu alam yang cekatan atau ahli perahu. Hal ini diketahui dari
banyaknya pengrajin kapal di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan yang berasal dari Kabupaten Bulukumba. Kemahiran para pengrajin kapal yang ada di Bulukumba
tidak hanya dikenal di Indonesia tetapi hingga ke mancanegara antara lain: Jerman, Prancis, Inggris, Kanada, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia.
Pentingnya konstruksi gading-gading yang benar dalam pembangunan kapal membuat penelitian ini perlu dilakukan guna mengetahui seberapa besar tingkat
keakuratan konstruksi gading-gading yang dibuat oleh galangan kapal yang ada di Bulukumba dan mengetahui teknik yang digunakan oleh pembuat kapal untuk
menutupi ketidaksesuaian ukuran tersebut.
1.2 Tujuan Penelitian