Produk Berwawasan Lingkungan Penelitian Terdahulu

38 Inisiatif audit ™ Penunjukan ketua tim audit ™ Penjabaran tujuan, cakupan, kriteria ™ Penentuan kelayakan audit ™ Penetapan tim audit ™ Penetapan kontak inisial dengan para auditee Pelaksanaan review dokumen ™ Review dokumen sistem manajemen yang relevan, termasuk, pencatatan, dan penentuan kelengkapan Persiapan aktifitas audit for in-site ™ Persiapan rencana audit ™ Penugasan kerja untuk tim audit ™ Penyiapan dokumen kerja Pelaksanaan aktifitas on-site audit ™ Pelaksanaan rapat pembukaan ™ Komunikasi selama audit ™ Tatacara dan tanggungjawab pemandu dan evaluator ™ Pengumpulan dan verifikasi informasi ™ Penemuan hasil audit ™ Penyiapan kesimpulan audit Persiapan, penyetujuan, and pendistribusian laporan audit ™ Penyiapan laporan audit ™ Persetujuan dan pendistribusian laporan audit Pelengkapan audit ™ Pendokumentasian ™ Finishing audit PELAKSANAAN TINDAK LANJUT AUDIT Gambar 14. Proses Audit dalam Penilaian Kinerja Macey, 2001.

2.6.3. Produk Berwawasan Lingkungan

Adanya industrialisasi ternyata selain memberikan dampak positif terhadap pembangunan ekonomi, juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan. Limbah industri sebagai produk sampingan dari proses produksi merupakan salah satu masalah yang berkaitan dengan pengelolaan limbah B3 baik berupa limbah padat, limbah cair, maupun limbah gas. Gejala masalah lingkungan sifatnya saling terkait dan bersumber pada rangkaian masalah pokok yaitu : 39 1. Dinamika kependudukan 2. Pengembangan sumberdaya alam dan energi 3. Pertumbuhan ekonomi 4. Perkembangan IPTEK 5. Benturan terhadap tata lingkungan Pendekatan strategis dalam pengelolaan lingkungan dilakukan melalui pendekatan berikut Pramono, 1999 : 1. Analisis daur hidup produksi life cycle analysis; 2. Evaluasi terhadap teknologi dan proses yang ada maupun yang baru; 3. Pengelolaan secara bijaksana terhadap sumberdaya alam yang terbatas; 4. Penyediaan alternatif sumberdaya alam lain untuk menggantikan yang hampir habis. Strategi produksi bersih dan pengurangan limbah akan merupakan dasar pengelolaan limbah B3 di semua sektor, dimana limbah baik yang baru diproduksi maupun yang sudah ada akan dikelola dengan pendekatan cradle to grave. Strategi pengelolaan lingkungan pada awalnya didasarkan pada pendekatan kapasitas daya dukung carrying capacity approach. Akibat terbatasnya daya dukung lingkungan alamiah menetralisir pencemaran yang semakin meningkat, maka upaya mengatasi masalah pencemaran lingkungan berkembang ke arah pendekatan mengolah limbah terbentuk end of pipe treatment. Pendekatan ini terfokus pada pengolahan dan pembuangan limbah untuk mencegah pencemaran dan kerusahan lingkungan. Namun pada kenyataannya tidak memecahkan masalah. Pencemaran dan kerusakan lingkungan tetap terjadi dan cenderung terus berlanjut karena dalam prakteknya pendekatan melalui pengolahan limbah menghadapi berbagai kendala yaitu: 1. Masih rendahnya compliance atau penataan dan penegakan hukum. 2. Pendekatan reaktif bereaksi setelah limbah terbentuk. 3. Tidak efektif dalam memecahkan masalah pencemaran lingkungan karena hanya merubah bentuk limbah dan memindahkan dari satu media ke media lain. 4. Biaya investasi dan operasi pengolahan limbah dan pembuangan limbah termasuk mahal sehingga meningkatkan biaya produksi. 5. Memberi peluang mengembangkan teknologi rekayasa teknis pengolahan limbah sehingga upaya mengurangi limbah pada sumbernya sejak awal cenderung kurang diperhatikan. 40 Dengan kendala tersebut timbul pemikiran untuk mengatasi secara proaktif yaitu dengan cleaner production produksi bersih yang di Indonesia dikenal sejak 1993. Gabbut, 1996. Pengertian produksi bersih menurut Bappedal yaitu: ”A preventive and integrated environmental management strategy that needs to be implemented continuously in the production process and product life cycle in order to reduce risks to human and the environment”. Menurut United Nations Environment Programme UNEP: “The continuous application of an integrated preventive environmental strategy to process and products to reduce risks to human and the environment. Pada prinsipnya kedua pengertian tersebut sama bahwa semuanya memperhatikan hal-hal berupa input, proses, dan output. Input terdiri atas bahan baku, energi, penghilangan sifat racun bahan baku, pengurangan jumlah dan toksisitas emisi dan buangan sebelum meninggalkan proses. Output difokuskan pada pengurangan akibat daur hidup produk dari bahan baku sampai produk tidak terpakai atau dibuang. Penerapan sistem manajemen lingkungan Environment Management SystemsEMS terdorong adanya kekhawatiran dunia terhadap kondisi lingkungan yang semakin rusak. Standar EMS pertama diterbitkan di Inggris oleh BSI British Standar Institute bernama S 7750 dengan proses seperti pada Gambar 15. Selanjutnya ISO mengembangkan suatu spesifikasi internasional untuk EMS yang dikenal dengan ISO 14001 yang juga didukung sejumlah standar petunjuk ISO 14000 mengenai topik-topik: audit lingkungan ISO 14010- 14015, label lingkungan 14020-14024, keragaan lingkungan ISO 14031, dan analisis daur hidup ISO 14041-14044. Pengelolaan lingkungan dilakukan berdasarkan prosedur kerangka kerja yang terutama untuk upaya pencegahan. Melalui upaya pencegahan, dapat dihasilkan penataan, peningkatan daya saing dan penghematan ekonomis. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3. Dalam pengeloaan lingkungan untuk menghasilkan produk bersih terdapat prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih yaitu : 1. Mengurangi atau meminimumkan penggunaan input bahan baku, air, dan energi serta menghindari pemakaian bahan baku beracun dan berbahaya disertai dengan pengolahan bahan baku dan house keeping yang baik; 2. Perubahan pola produksi dan konsumsi sehingga perlu dipahami analisis daur hidup produk; 3. Perubahan pola pikir, sikap dan tingkah laku semua pihak. 41 Tabel 3. Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan Melalui Upaya Pencegahan. KONSEP Pengelolaan Lingkungan Melalui Upaya Pencegahan KebijakanTujuanStrategiInstrumen Sistem Pengelolaan Lingkungan KebijakanPengumpulanPelaksanaanPenyimpananPelaporanPenyebarluasan SISTEM Produksi bersih Proses bersih Produk bersih PERANGKAT • AMDAL • Analisis Risiko • K3 • Audit Energi • Audit Lingkungan • Kajian minimisasi limbah • Keseimbangan massa dan energi • Analisis alur bahan energi • Konsep daur hidup • Pemilahan daur hidup • Kajian sifat raun bahan kimia • Kajian biaya daur hidup Prosedur ; • Perencaan • Inventarisasi • Evaluasi . Pelaksanaan . Tindak lanjut PENERAPAN • Pengesahan hukum • Sertifikasi S 7750 • Registrasi EMAS Sertifikasi ISO 14000 Perbaikan • Ecodesign • Eco-label HASIL Penataan Meningkatkan daya saing Penghematan ekonomis Sumber : Bratasida, 1998 Peninjauan ide lingkungan Peraturan dan hukum Dampak lingkungan Pihak yang terlibat Kebijakan lingkungan target Manajemen lingkungan Verifikasi sumberdaya dan Komunikasi dan training kontraktor Laporan lingkungan manual Dokumen kontrol Operasional kontrol Verifikasi dan tes Persiapan dan repon Tindakan korektif Catatan lingkungan Audit lingkungan Tinjuauan manajemen Dokumentasi EMS Gambar 15. Diagram Pengelolaan Lingkungan Gabbut, 1996. Minimisasi limbah dapat dilakukan melalui reduksi pada sumber dan pemanfaatan limbah menjadi produk-produk berharga. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 16. Secara garis besar penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan menjadi bagian-bagian sebagai berikut : 1. Good House Keeping: yaitu mencakup prosedural, administratif, atau institusional yang dapat digunakan perusahaan untuk mengurangi terbentuknya limbah dan emisi; 42 2. Perubahan material input: tujuannya untuk mengurangi atau menghilangkan bahan berbahaya dan beracun yang masuk dan digunakan untuk proses produksi sehingga dapat juga menghindari B3 dalam proses produksi. Perubahan material input dapat termasuk permurnian bahan dan substitusi bahan; 3. Perubahan teknologi: mencakup modifikasi proses dan peralatan untuk mengurangi limbah dan emisi. Perubahan ini mulai dari yang paling sederhana, waktu yang singkat, dan biaya murah, sampai perubahan dengan investasi tinggi. Tindakan ini mencakup perubahan proses produksi, perubahan peralatan, tata letak, perpipaan, penggunaan peralatan otomatis, dan perubahan kondisi proses; 4. Perubahan produk: meliputi substitusi produk, konservasi produk dan perubahan komposisi produk; 5. On-Site Reuse : yaitu penggunaan kembali bahan-bahan yang terkandung dalam limbah, baik untuk digunakan kembali dalam proses awal atau sebagai material input dalam proses lain. Minimisasi limbah Reduksi pada sumber Pemanfaatan limbah Bahan baku operasi teknologi Produk reuse recycle recovery • Pengolah an bahan • modifikasi • Housekeeping • Segresi limbah • Preventive maintenance • Pengaturan kondisi operasi dan proses • Modifikasi proses • Teknologi bersih • Pengubahan produk • On-site • Off-site • Waste exchange • On-site • Off-site • Waste exchange • On-site • Off-site • Waste exchange Gambar 16. Diagram Minimisasi Limbah Bappedal, 1996.

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Percetakan yang digunakan sebagai studi kasus untuk verifikasi adalah tiga perusahaan percetakan dengan lokasi berbeda. Ketiga percetakan dengan skala berbeda digunakan untuk vefikasi, yaitu skala besar, skala menengah, dan skala kecil. PT Percetakan Gramedia Jakarta Pusat mewakili percetakan skala besar. PT Percetakan Penebar Swadaya Jakarta Timur mewakili percetakan skala menengah. Percetakan IPB Press Darmaga-Bogor mewakili percetakan skala kecil. Ketiga percetakan tersebut dapat mewakili pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan pada ketiga skala. Penelitian dilaksanakan mulai Juli 2005 sampai dengan Juni 2006.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan melalui studi kasus tiga perusahaan percetakan dengan skala besar, menengah, dan kecil. Penelitian ini adalah menyusun model pengelolaan percetakan berkualitas dan berawasan lingkungan. Model yang telah tersusun diverifikasi pada tiga skala percetakan yang berbeda, kemudian dilanjutkan dengan merumuskan strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan. Penelitian ini dibatasi untuk produk percetakan berupa buku putih. Buku putih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah buku bacaan. Buku bacaan tersebut terdiri dari isi dan sampul dengan penjilidan lem punggung. Alasan buku putih dijadikan sebagai bahan penelitian karena produk ini dikerjakan oleh berbagai skala percetakan di Indonesia. Buku putih memiliki porsi omset lebih dari 60 pada setiap percetakan, seperti yang terjadi pada PT Percetakan Penebar Swadaya 2006, yaitu 70,2 omset buku putih, 15,9 omset majalah, dan 13,9 omset produk lain poster, brosur, undangan, dan sebagainya. Penelitian ini dilaksanakan dalam empat tahapan Gambar 17, yaitu sebagai berikut : 1 menganalisis dan menentukan faktor-faktor pengelolaan percetakan, 2 menganalisis parameter dan standar kualitas serta parameter dan standar pengelolaan limbah percetakan, 3 mendesain sub model pengelolaan percetakan berkualitas dan sub model pengelolaan limbah percetakan, dan 4 merumuskan strategi pengelolaan percetakan berkualitas dan berwawasan lingkungan.