Percetakan Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan

14

2.4. Percetakan Berkualitas dan Berwawasan Lingkungan

Di Amerika setiap tahunnya terdapat penghargaan kepada perusahaan yang memiliki kinerja tinggi baik bagi perusahaan skala kecil, skala menengah, dan skala besar. Penghargaan tersebut diberi nama Best of The Best dan Best Workplace. Pada tahun 2006, terdapat 16 perusahaan percetakan yang termasuk Best of The Best dan 36 perusahaan percetakan yang termasuk Best Workplace Hill, E, 2007. Kriteria perusahaan yang termasuk dalam kategori Best of The Best dan Best Workplace adalah perusahaan yang menjalankan BMP Best Management Practices, mengelola SDM dengan baik, memperhatikan lingkungan, melakukan pelatihan dan program pengembangan karyawan, memperhatikan keamanan kerja, keselamatan kerja, dan keseimbangan kerja. Pemenang Best of The Best antara lain Visual Systems, Mc Naughton and Gunn, Ripon Community Printers, Action Printing, Crescent Printing, Resco Print Ghraphics, Tailored Label Products, Suttle-Strauss, CL and D Graphics, dan Time Printing Hill, E, 2007. Perusahaan-perusahaan percetakan di Toronto, juga dievaluasi apakah mereka termasuk dalam kategori perusahaan yang baik dan memiliki kinerja tinggi Dale, 2007. Selain memiliki kinerja keuangan dan market share, kriteria lain yaitu memiliki hubungan yang baik dengan pemasok dan pelanggan. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan efisiensi operasional, peningkatan kualitas, dan penurunan biaya produksi. Untuk pencapaian customer satisfaction, kriterianya adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman keinginan pelanggan 2. Melakukan service excellent dan adanya peningkatan setiap tahunnya 3. Memiliki diferensiasi dibandingkan dengan pesaing 4. Berpengalaman di bidangnya 5. Memiliki referensi pelanggan 6. Melakukan pendekatan yang unik, misalkan dengan cara online order 7. Melakukan pengawasan kualitas process quality control 8. Memiliki tim yang handal 9. Melakukan proses yang lebih baik terhadap keluhan pelanggan, cara penanganan dan tindakan pencegahan 10. Stabilisasi keuangan 11. Menginformasikan setiap perubahan produk dan jasa 12. Melakukan perhitungan yang akurat dan memperoleh hasil yang signifikan. 15 Kinerja perusahaan percetakan di Inggris dan Irlandia dievaluasi melalui prosedur audit dengan Plimsoll Portfolio Analysis Dublin, 2008. Kriteria evaluasinya yaitu financial performance kinerja keuangan serta analisis industri. Untuk kinerja keuangan, parameternya yaitu profitability, market share, dan sales growth, sedangkan untuk analisis industri, parameternya yaitu melihat kekuatan dan kelemahan strength and weakness seperti pelayanan terhadap konsumen, perhatian terhadap lingkungan, kualitas produk, harga yang ditawarkan, kekuatan daya tawar, hubungan dengan pemasok, dan sebagainya. Perusahaan di era informasi mendapatkan persaingan yang semakin ketat, sehingga harus bekerja lebih keras guna memenangkan persaingan. Di sisi lain, konsumen menuntut bukan hanya menawarkan harga rendah dan produktivitas tinggi, namun harus dapat menawarkan kualitas yang baik, kesesuaian dengan kebutuhan, kenyamanan, kemudahan yang diperoleh, ketepatan dan cepatnya waktu penyerahan produk, serta produk yang ramah lingkungan. Menurut Feigenbaum 1961 produk yang berkualitas dapat didefinisikan sebagai gabungan karakteristik produk dari proses pabrikasi yang menentukan derajat dimana produk yang digunakan dapat memenuhi harapan konsumen. Sedangkan menurut The American Society for Quality Control dalam Summer 1997, kualitas memiliki dua arti; 1 kualitas adalah karakteristik dari produk atau jasa yang muncul karena kemampuannya memuaskan kebutuhan konsumen, 2 produk yang berkualitas adalah produk yang tidak memiliki kelemahan. Menurut Summers 1997, kunci-kunci dalam penentuan kualitas adalah sebagai berikut: 1. Penentuan konsumen; adalah hanya konsumen yang bisa memutuskan seberapa baik suatu produk atau jasa memenuhi kebutuhan dan keinginannya, persyaratannya, dan harapannya; 2. Pengalaman aktual; adalah konsumen akan memutuskan kualitas produk atau jasa tidak hanya saat membeli tetapi melalui proses penggunaan produk atau jasa tersebut; 3. Persyaratan; adalah aspek-aspek penting dari produk atau jasa yang diminta oleh konsumen dapat terungkap atau pun tidak; 4. Teknik pelaksanaan; adalah aspek dari produk atau jasa harus diidentifikasi dengan jelas dalam bentuk kalimat oleh konsumen; 16 5. Subjektifitas keseluruhan; adalah kualitas merupakan subjektifitas konsumen, karena aspek dari produk atau jasa hanya dimunculkan dari perasaan pribadi konsumen. Menurut Goetsch 2002, kualitas adalah keadaan dinamis yang diasosiasikan dengan produk, jasa, orang, proses, dan lingkungan yang mencapai atau melebihi harapan. Kualitas tidak hanya berlaku untuk produk dan jasa yang disediakan, malainkan juga orang dan proses yang menyediakan produk dan jasa itu serta lingkungan dimana produk dan jasa tersebut disediakan. Perusahaan yang melihat lebih jauh dari sekadar produk akhir dan juga memusatkan perhatian pada peningkatan terus menerus atas orang yang menghasilkan produk, proses yang digunakan, dan lingkungan di mana mereka bekerja akan unggul dalam jangka panjang, bahkan dalam jangka pendek. Menurut Gaspersz 2003, kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan meeting the needs of customers. Sistem yang menerapkan pengelolaan berkualitas disebut dengan sistem manajemen kualitas disingkat dengan nama SMK. Pengelolaan berkualitas sebagai suatu cara meningkatkan performasi secara terus menerus pada setiap level proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan sumberdaya manusia dan modal yang tersedia. Keunggulan produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan bukan hanya dari karakteristik produk saja namun juga pelayanan yang meyertai produk tersebut, seperti; cara pemasaran, cara pembayaran, ketepatan penyerahan, aman untuk dikonsumsi, dan sebagainya. SMK merupakan sistem manajemen yang melibatkan kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi. SMK merupakan pengelolaan organisasi yang berfokus pelanggan dan perbaikan terus menerus pada prosesnya. Nasution 2001, mendefinisikan SMK merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus-menerus terhadap; produk, jasa, tenaga kerja, proses, dan lingkungannya. Dengan demikian produk atau jasa didesain, diproduksi, serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Hal ini harus sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi dengan cara yang baik dan benar. 17 ISO 8402 quality vocabulary mendefinisikan manajemen kualitas sebagai semua aktifitas dari fungsi manajemen secara keseluruhan yang menentukan kebijaksanaan kualitas, tujuan-tujuan dan tanggung jawab, serta mengimplementasikannya melalui alat-alat seperti perencanaan kualitas quality planning, pengendalian kualitas quality control, jaminan kualitas quality assurance, dan peningkatan kualitas quality improvement. Tanggung jawab untuk manajemen kualitas ada pada semua level dari manajemen, tetapi harus dikendalikan oleh manajemen puncak dan implementasinya harus melibatkan semua anggota organisasi. SMK ditandai dengan kebangkitan Jepang dalam industri dengan menerapkan pembangunan sistem kualitas modern, hal ini dipicu oleh Dr. W. Edward Deming di tahun 1950. Menurut Deming dalam Gaspersz 2003, bahwa proses industri harus dipandang sebagai suatu perbaikan kualitas secara terus- menerus continuous quality improvement, yang dimulai dari sederet siklus sejak adanya ide untuk menghasilkan suatu produk, pengembangan produk, proses produksi, sampai dengan distribusi ke pelanggan, seterusnya berdasarkan informasi sebagai umpan balik yang dikumpulkan dari pengguna produk dikembangkan ide-ide untuk menciptakan produk baru atau meningkatkan kualitas produk lama beserta proses produksi yang ada saat ini. Menurut Deming, untuk membanguin sistem kualitas modern diperlukan transformasi manajemen menuju kondisi perbaikan secara terus menerus. Tranformasi manajemen ini diringkaskan ke dalam 14 butir, yang dikenal sebagai 14 butir prinsip manajemen Deming, adalah sebagai berikut: 1. Ciptakan tujuan yang mantap ke arah perbaikan barang maupun produk dan jasa, dengan tujuan menjadi lebih kompetitif dan tetap dalam bisnis serta memberikan lapangan kerja; 2. Adopsikan cara berfikir filosofi yang baru. Kita berada dalam era ekonomi yang baru; karena itu, diperlukan transformasi manajemen untuk menghadapi tantangan dan memahami tanggung jawabnya serta melakukan kepemimpinan untuk perubahan; 3. Hentikan ketergantungan pada inspeksi masal untuk memperoleh kualitas. Hilangkan kebutuhan untuk inspeksi masal dengan cara membangun kualitas ke dalam produk itu sejak awal; 4. Akhiri praktek bisnis dengan hanya bergantung pada harga. Sebaliknya, meminimumkan biaya total. Bergeraklah menuju pemasok tunggal untuk 18 setiap barang dengan membina hubungan jangka panjang yang berdasarkan kesetiaan loyalty dan kepercayaan trust; 5. Tingkatkan perbaikan secara terus menerus pada sistem produksi dan pelayanan serta meningkatkan kualitas dan produktivitas dan dengan demikian akan secara terus menerus akan mengurangi biaya; 6. Lembagakan pelatihan kerja; 7. Lembagakan kepemimpinan. Tujuan dari kepemimpinan seharusnya membantu pekerja, mesin, dan instrumentasi ke arah hasil kerja yang lebih baik; 8. Hilangkan ketakutan, sehingga setiap orang dapat bekerja secara efektif untuk perusahaan; 9. Hilangkan hambatan-hambatan diantara departemen. Orang-orang yang berada dalam bagian riset, desain, penjualan, dan produksi harus bekerja sama sebagai satu tim untuk mengantisipasi masalah-masalah dalam produksi dan penggunaan dari barang danatau jasa itu; 10. Hilangkan slogan-slogan, desakan-desakan, dan target-target kepada pekerja untuk mencapai “kerusakan nol” zero defect dan tingkat produktivitas baru yang lebih tinggi; 11A. Hilangkan kuota produksi kerja di lantai pabrik. Subsitusikan dengan kepemimpinan; 11B. Hilangkan “manajemen serba sasaran” management by objective. Hilangkan manajemen berdasarkan angka produksi. Substitusikan dengan kepemimpinan; 12A. Hilangkan penghalang yang merampok para pekerja dari hak kebanggaan kerja mereka. Tanggung jawab para pengawas supervisor harus diganti dari angka-angka produksi ke kualitas produk; 12B. Hilangkan penghalang yang merampok orang-orang yang berada dalam posisi manajemen dan rekayasa dari hak kebanggaan kerja mereka. Ini berarti menghentikan praktek sistem penilaian tahunan annual merit rating dan manajemen serba sasaran serta manajemen berdasarkan pada angka produksi; 13. Lembagakan program pendidikan dan pengembangan diri secara serius; 14. Gerakkan setiap orang dalam perusahaan untuk mencapai transformasi diatas. Transformasi menjadi tugas dan tanggung jawab setiap orang dalam perusahaan itu. 19 ISO 9001:2000 adalah suatu standar internasional untuk sistem manajemen kualitas SMK. ISO 9001:2000 menetapkan persyaratan- persyaratan dan rekomendasi dan penilaian dari suatu sistem manajemen kualitas, yang bertujuan menjamin bahwa organisasi akan memberikan produk barang danatau jasa yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan Gaspersz, 2003. Lebih lanjut dijelaskan ISO 9001:2000 bukan standar produk tetapi hanya merupakan standar sistem manajemen kualitas SMK. Definisi dari standar ISO 9000 untuk sistem manajemen kualitas adalah struktur organisasi, tanggung jawab, prosedur-prosedur, proses-proses, dan sumber-sumber daya untuk penerapan manajemen kualitas. Suatu sistem manajemen kualitas merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu Gaspersz, 2003. Menurut Besterfiefd 1990, kualitas identik dengan excellent product atau jasa yang dapat memenuhi harapan konsumen. Kualitas bersifat intangible karena dibangun beradasarkan persepsi konsumen dimana setiap orang memiliki persepsi yang berbeda untuk objek yang sama. Kualitas adalah total dari ciri-ciri atau karakteristik produk atau jasa yang muncul karena kemampuannya memuaskan kebutuhan, baik yang tersirat maupun yang terungkapkan. Kebutuhan yang terungkapkan ditentukan oleh kontrak, sementara kebutuhan yang tersirat adalah fungsi dari pasar yang harus diidentifikasi dan didefinisikan. Kebutuhan ini mencakup kualitas keamanan, ketersediaan, keandalan, perawatannya, penggunaannya, harga secara ekonomis, dan ramah terhadap lingkungan. Harga dengan mudah didefinisikan oleh satuan moneter uang seperti rupiah atau dollar. Kebutuhan yang lain didefinisikan dengan menerjemahkan ciri-ciri atau karakteristik untuk barang yang diproduksi atau jasa disalurkan, ke dalam spesifikasi tertentu. Spesifikasi kualitas ini haruslah terukur, dapat dikuantifikasi, dan memiliki definisi operasional. Jika spesifikasinya tidak memuaskan kebutuhan konsumen, maka spesifikasi tersebut harus diubah. Kebutuhan manusia biasanya berubah sepanjang waktu, sehingga mensyaratkan evaluasi ulang terhadap spesifikasi produk yang berkualitas. Dalam evaluasi kinerja inilah maka diperlukan kontrol terus-menerus terhadap kualitas produk yang sesuai dengan perubahan selera konsumen. 20 SISTEM MANAJEMEN KUALITAS TQM PERBAIKAN TERUS-MENERUS Tanggung Jawab Manajemen Pengukuran, Analisis, Perbaikan Realisasi Produk Manajemen Sumberdaya PERS Y AR ATAN PELA NGGA N KEPU ASAN P E L ANGGA N Input Output Gambar 4. Model Proses Sistem Manajemen Kualitas ISO 9001:2000 Gaspersz , 2003. Pengendalian kualitas quality control adalah penggunaan teknik-teknik dan aktivitas untuk mencapai, mempertahankan, dan meningkatkan kualitas produk atau jasa. Hal ini mencakup integrasi antara berbagai teknik dan aktivitas sebagai berikut: 1. Spesifikasi terhadap apa yang dibutuhkan konsumen; 2. Merancang produk atau jasa yang dapat memenuhi spesifikasi; 3. Pembuatan atau instalasi untuk memenuhi spesifikasi secara keseluruhan; 4. Pengawasan untuk menentukan kesesuaian spesifikasi dengan kebutuhan; 5. Mengevaluasi pemakaian di tingkat konsumen untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi perbaikan spesifikasi ke depan sesuai dengan kebutuhan konsumen yang berubah. Penerapan kelima aktivitas tersebut menyediakan kepada konsumen produk atau jasa terbaik pada tingkat harga yang paling murah. Tujuan ini seharusnya terus-menerus berlanjut dalam rangka quality improvement. Semua tindakan yang sistematis dan terencana ini diperlukan agar dapat meyakinkan bahwa suatu produk akan memuaskan persyaratan tertentu terhadap kualitas. Menurut Summers 1997, kualitas berbeda dengan produktivitas. Kualitas lebih mengarah kepada efektivitas, sedangkan produktivitas lebih mengarah kepada efisiensi. Efektivitas didefinisikan sebagai ”doing the right thing” atau mengerjakan sesuatu yang benar dibenarkan, sedangkan efisiensi didefinisikan sebagai ”doing the thing right” atau mengerjakan dengan benar terhadap sesuatu. Menurut Porter 1980, aktivitas yang efektif belum tentu efisien dan juga sebaliknya. Bagi perusahaan yang lebih dipentingkan adalah 21 efektivitas, setelah itu baru efisiensi. Dikarenakan efektivitas lebih memfokuskan pada target atau tujuan, sedangkan efisiensi lebih memfokuskan pada proses yang baik dan hemat. Sebelum melakukan proses perusahaan dengan berbagai strategi yang diterapkan, perusahaan perlu terlebih dahulu menetapkan visi, misi, dan tujuan. Hal inilah yang terkait dengan efektivitas. Menurut Summer 1997, kualitas adalah kebalikan dari produktivitas. Hal ini dapat dijelaskan bahwa jika suatu perusahaan mengejar kualitas maka otomatis akan mengorbankan produktivitas dan sebaliknya jika perusahaan mengejar produktivitas, maka akan mengorbankan kualitas. Hal itu dapat saja terjadi untuk produk yang bukan high tech atau cenderung hand made. Semakin tinggi tuntutan kualitas dari konsumen maka pengerjaannya akan membutuhkan waktu yang lama, demi mencapai kualitas yang diinginkan. Akibatnya, produktivitas menjadi turun. Hal ini tidak menjadi masalah bagi perusahaan tersebut karena dapat dikompensasikan pada harga jual yang lebih tinggi. Produktivitas adalah rasio antara output dengan input, misalkan tonha, kgHOK, unit produkjam kerja, dan sebagainya. Jika perusahaan memfokuskan pada peningkatan produktivitas, maka cenderung pada produk masal. Dampaknya adalah keinginan untuk proses produksi yang cepat dan pada akhirnya mengesampingkan kualitas. Untuk itulah produk masal yang mengutamakan peningkatan produktivitas dapat menetapkan harga yang lebih rendah. Mereka dapat menutupi harga yang rendah melalui volume penjualan yang tinggi. Pada dasarnya kualitas dan produktivitas memang berbeda, namun dalam perusahaan yang menerapkan pengelolaan yang berkualitas dan berwawasan lingkungan, keduanya harus dipadukan bahwa selain meningkatkan produktivitas, perusahaan juga perlu selalu memperhatikan kualitas. Kesemuanya itu ditujukan untuk keberlanjutan sustainable usaha melalui perolehan laba jangka panjang. Menurut Kipphan 2001, percetakan berkualitas didefinisikan sebagai upaya percetakan dalam menghasilkan produk berkualitas sesuai dengan keinginan konsumen melalui proses dan input berkualitas. Keinginan konsumen ditangkap oleh percetakan berupa sumber informasi yang diterjemahkan dalam input dan proses. Menurut Robbins 1999, kesadaran akan eratnya kaitan antara keputusan dan kegiatan organisasi dengan dampaknya terhadap lingkungan 22 alam disebut sebagai manajemen berwawasan lingkungan greening management. Perusahaan yang berwawasan lingkungan didefinisikan perusahaan yang berupaya mengelola lingkungannya baik lingkungan fisik, eksternal, serta dampak yang ditimbulkannya. Lingkungan fisik yang dimaksud adalah limbah yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut, baik padat, cair, maupun gas. Percetakan menghasilkan limbah cair mengandung B3 yang dapat menimbulkan dampak negatif. Limbah percetakan tersebut harus diolah sebelum dibuang ke lingkungan sekitar. Dampak yang ditimbulkan oleh limbah tersebut perlu dikompensasi dalam bentuk kepedulian kepada masyarakat sekitar. Bentuk kepedulian tersebut berkait dengan program corporate social responsibility CSR, seperti pendirian poliklinik untuk karyawan dan masyarakat sekitar, pendirian water treatment, pemanfaatan limbah menjadi barang ekonomis, dan pemberdayaan masyarakat yang terkait dengan kegiatan sosial ekonomi. Selain itu, perusahaan berwawasan lingkungan perlu mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan aspek lingkungan. Ada empat pendekatan yang dapat ditempuh organisasi di dalam hubungannya dengan masalah lingkungan, yaitu; 1 pendekatan legal, 2 pendekatan pasar, 3 pendekatan pihak yang berkepentingan, 4 pendekatan aktif. Gambar 5 memperlihatkan empat pendekatan organisasi dalam hubungan dengan lingkungan. Rendah Tinggi Kepekaan terhadap lingkungan Pendekatan Pendekatan Pendekatan Pendekatan Legal pasar yang berkepentingan aktif Gambar 5. Empat Pendekatan Organisasi dalam Hubungan dengan Lingkungan Robbins, 1999. Pendekatan legal adalah pendekatan yang paling rendah dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan masalah lingkungan. Perusahaan tersebut mematuhi undang-undang dan peraturan- peraturan yang berkaitan dengan masalah lingkungan. Namun, ketika perusahaan menjadi lebih sadar dan peka terhadap masalah lingkungan maka perusahaan dapat melakukan pendekatan pasar. Apa pun permintaan 23 pelanggan terhadap produk yang berwawasan lingkungan merupakan hal yang akan disediakan oleh perusahaan tersebut. Pendekatan yang berkepentingan merupakan pendekatan yang dilakukan oleh perusahaan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan masalah lingkungan, dengan cara menanggapi dan memenuhi tuntutan yang berasal dari stakeholders, seperti; karyawan, perusahaan pemasok, investor, atau masyarakat. Pendekatan aktif adalah pendekatan yang paling tinggi dilakukan oleh sebuah perusahaan untuk melakukan kegiatan yang berkaitan dengan masalah lingkungan. Perusahaan yang melakukan pendekatan aktif selalu mencari cara dan metode guna melakukan kegiatan yang berwawasan lingkungan, sekaligus melestarikan lingkungan beserta alam. Perusahaan yang berwawasan lingkungan adalah perusahaan yang menerapkan sistem manajemen lingkungan SML. Menurut Hariadi 2003 sistem manajemen lingkungan adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen termasuk; struktur organisasi, aktivitas perencanaan, tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya untuk membuat, menerapkan, mencapai, mengkaji, dan memelihara kebijakan lingkungan. Tujuan utama dari SML adalah untuk memungkinkan manusia, tetumbuhan, dan binatang tetap ada dan hidup pada kondisi yang sebaik-baiknya. Sedangkan manfaat dari SML, antara lain; 1. Diharapkan dapat mengurangi limbah berbahaya yang dihasilkan dari aktifitas kegiatan operasional; 2. Dapat mengurangi pencemaran tanah, air, dan udara. 3. Mengurangi pemakaian bahan baku, daur ulang; yang kesemuanya dapat mengoptimalkan pemanfaatan dan melestarikan sumberdaya alam; 4. Dapat menghemat biaya operasional; 5. Mengurangi masalah lingkungan dunia, misalnya masalah lapisan ozon. Manajemen lingkungan merupakan jalan bagi perusahaan untuk mengerahkan sumberdaya di dalam ataupun di luar organisasinya untuk mencapai status kualitas lingkungan yang diinginkan. Untuk dapat mencapai sasaran ini secara kontinyu dengan biaya yang paling rendah, penerapan sistem manajemen lingkungan merupakan strategi yang tepat. SML menurut Keputusan Kepala BAPEDAL nomor Kep-29BAPEDAL051997 adalah bagian dari keseluruhan sistem manajemen yang mencakup struktur organisasi, aktifitas perencanaan, tanggung jawab praktek, prosedur, proses serta sumberdaya untuk 24 mengembangkan, menerapkan, mencapai, meninjau serta memelihara kebijakan lingkungan. SML memasukkan cara-cara pencegahan, yaitu; mencegah dampak yang merugikan pada lingkungan, dengan demikian SML mengembangkan sikap proaktif dalam kaitan dengan isu lingkungan. SML didesain untuk memberikan pendekatan terstruktur dan sistematik terhadap keseluruhan manajemen lingkungan. SML yang telah menjadi standar Internasional adalah ISO 14001. ISO merupakan singkatan dari International Standarisation Organisation adalah sebuah organisasi non-pemerintah dan merupakan badan federasi internasional dari badan-badan standardisasi yang ada di 90 negara, yang berkedudukan di Jenewa yang didirikan pada tahun 1974. Hasil utama dari ISO adalah persetujuan internasional yang diterbitkan sebagai standar internasional, seperti ISO 14001 yang merupakan standar manajemen lingkungan, dan biasa disebut Standar Manajemen Lingkungan SML ISO 14001. Menurut Hariadi 2003, SML ISO 14001 dimaksudkan memberikan perusahaan suatu kerangka kerja pengelolaan lingkungan yang efektif yang dapat diintegrasikan dengan sistem manajemen lainnya misal, sistem manajemen kualitas dan keselamatan kerja dan untuk membantu perusahaan dalam mencapai tujuan ekonomi dan lingkungannya. SML ISO 14001 merupakan suatu struktur manajemen yang berbasis; Perencanaan, Pelaksanaan, Pemeriksaan dan Tindakan yang memungkinkan kinerja lingkungan akan selalu terkendali dan berkembang. Pedoman praktis untuk mengimplementasikan standar ISO 14001, adalah sebagai berikut: 1. Mendapatkan suatu komitmen dari manajemen puncak; 2. Melaksanakan Kaji Awal Lingkungan KAL dan membuat Buku Kumpulan Peraturan; 3. Pada saat KAL dan Buku Kumpulan Peraturan telah lengkap, seseorang berada dalam posisi telah mengetahui hukum maupun status lingkungan dan keamanan bahan-bahan yang dibeli, proses, dan produk; 4. Membuat Program Manajemen Lingkungan PML. Merupakan program menyeluruh, mencakup proyek implementasi dengan KAL-nya, pembuatan Buku Kumpulan Peraturan, dan membuat Sistem Manajemen Lingkungan SML. PML meliputi organisasi, manajer lingkungan beserta tim kaji ulang lingkungan, struktur beserta agenda untuk pertemuan bulanan, pengawasan program baru dan proyek awal, termasuk menetapkan beberapa 25 ketidaksesuaian satu kali yang ditemukan selama KAL, target dan sasaran jangka panjang, penerbitan kebijakan dan kinerja berupa dokumentasi. 5. Sistem manajemen lingkungan merupakan sistem harian, yang sebagian besar diotomatisasikan. Setelah KAL, buku kumpulan peraturan dan PML telah selesai maka dilanjutkan dengan proses prosedur evaluasi dampak. Menurut Kristanto 2002, ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari sertifikasi ISO 14001, adalah sebagai berikut: 1. Perlindungan terhadap lingkungan; 2. Menunjukkan kesesuaian dengan peraturan; 3. Pembentukan sistem pengelolaan yang efektif; 4. Penurunan biaya; 5. Penurunan kecelakaan kerja; 6. Peningkatan hubungan masyarakat; 7. Meningkatkan kepuasan konsumen. Urutan langkah-langkah untuk menerapkan SML didalam perusahaan yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang tertuang dalam ISO 14001 merupakan suatu proses dalam keseimbangan dinamis, dengan suatu umpan balik kontinyu. Adapun urutan langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. Menurut Tampubolon 2006 pengelolaan industri yang berwawasan lingkungan digolongkan 3 kelompok, yaitu; 1 Wajib AMDAL analisis mengenai dampak lingkungan untuk perusahaan yang limbahnya berbahaya serta perusahaan umum skala besar dengan memakai lahan di atas 5.000 m2. 2 Wajib UKLUPL upaya pengelolaan lingkunganupaya pemantauan lingkungan untuk perusahaan umum seperti perusahaan berkualifikasi menengah dan besar. 3 Wajib SPPL surat pernyataan pengelolaan lingkungan untuk perusahaan skala kecilrumah tangga. Hal ini berkaitan dengan percetakan yang sedang mengalami kemajuan pesat menuju era informasi. Dalam era informasi hampir seluruh aspek kehidupan bergantung pada percetakan untuk meneruskan informasi ke masyarakat. Alasan lain adalah dalam rangka menghadapi era perdagangan bebas dimana ditekankan bahwa kegiatan proses industri, mulai dari bahan baku sampai dengan produk akhirnya, tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan tidak mencemari lingkungan. Bila industri seperti percetakan tidak dapat menghindari limbah yang dibuangnya maka diusahakan adanya penanganan limbah seoptimal 26 mungkin, guna menghasilkan limbah yang efisien dan tidak mencemari lingkungan hidup. Gambar 6. Model Sistem Manajemen Lingkungan Hadiwiardjo, 1997. Pengelolaan perusahaan percetakan yang baik haruslah memenuhi persyaratan pengelolaam perusahaan secara berkelanjutan. Pada dasarnya setiap perusahaan sebagai lembaga bisnis didirikan untuk mencapai profit maksimum. Jika perusahaan hanya mengejar satu tujuan ini maka profit maksimum yang diperoleh tersebut hanya akan dicapai dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, perusahaan akan hancur jika tidak memenuhi dua tujuan inti lainnya yaitu tujuan sosial dan tujuan ekologis. Tujuan sosial dimaksudkan bahwa berdirinya perusahaan, selain untuk kesejahteraan karyawan, manajer, dan pemilik, juga harus peduli dengan masyarakat sekitar. Salah satunya adalah dengan penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Aspek ekologis mengharuskan percetakan untuk tetap menjaga kelestarian dan menjamin fungsi lingkungan. Salah satu tindakan menjamin fungsi lingkungan adalah pengelolaan limbah padat dan limbah cair. Dengan mempedulikan tujuan-tujuan ini memang pada awalnya membutuhkan biaya yang cukup besar misalkan untuk instalasi water treatment, IPAL, dan sebagainya sehingga mungkin akan 27 merugi. Tetapi dalam jangka panjang profit akan diperoleh jauh lebih tinggi karena citra perusahaan yang baik di mata masyarakat. Dengan mempedulikan dua tujuan ini selain tujuan profit, maka perusahaan akan memperoleh citra yang baik di masyarakat sehingga perusahaan terhindar dari ancaman boikot produk. Dengan memenuhi harapan seluruh stakeholders termasuk pelanggan dan masyarakat sekitar, maka perusahaan akan memperoleh peningkatan penjualan yang langgeng. Pada akhirnya perusahaan akan memperoleh profit yang langgeng jangka panjang bukan profit jangka pendek. Ketiga tujuan tersebut secara keseluruhan oleh Munasinghe 1993 disebut sebagai tiga pilar pembangunan berkelanjutan Gambar 7, dalam penelitian ini disebut pengelolaan yang berwawasan lingkungan. Selain itu, sebagai aspek tambahan, Munasinghe menambahkan dua aspek lain yaitu teknologi dan kelembagaan. Aspek kelembagaan Aspek teknologi Aspek ekonomi dan bisnis Aspek sosial Aspek ekologi dan lingkungan Gambar 7. Piramida Sustainable Development Munasinghe, 1993. 2.5. Sistem dan Pemodelan 2.5.1. Sistem